Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PASCAPANEN

KOMODITAS KOPI DI INDONESIA

MAKALAH

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi
Panen dan Pascapanen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Irwanto Sucipto, S.P., M.Si.
Wildan Muhlison, S.P., M.Si.

Disusun oleh:
Diny Wulandari 201510601057
Wafirotul Maghfiroh 201510601058
Nanda Ayu Artiani 201510601062
Sastya Eni Rahmawati 201510601065
Rofiu Sisil Annisa 201510601067

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat menambah devisa
negara sebagai salah satu komoditas andalan ekspor. Komoditas kopi juga
menjadi komoditas yang memiliki kontribusi tertinggi selain sebagai penambah
devisa negara juga sebagai sumber penghasilan bagi tidak kurang dari setengah
juta jiwa petani kopi di Indonesia. Menurut Muhammad Rizwan (2022), Kenaikan
rata-rata konsumsi kopi di Indonesia mencapai 3,4% pertahunnya. Dari hal
tersebut dapat dikatakan bahwasanya meningkatnya kopi di Indonesia dapat
menjadi peluang dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani. Dalam
penanganan komoditas kopi sendiri meliputi proses produksi, pengolahan, dan
pemasaran. Upaya peningkatan produktivitas dan peningkatan mutu terus
dilakukan guna meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar dunia.
Menurut Dwi Santoso dan Nurjannah (2022) Pascapanen merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan terhadap suatu komoditi hasil pertanian mulai dari panen
hingga komoditas tersebut menjadi bahan siap untuk dipasarkan atau dikonsumsi
yang tujuannya juga untuk memperta hankan kuantitas dan kualitas produk hasil
panenan sehingga meningkatkan nilai jual komoditas tersebut. Teknologi
pascapanen dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitu pascapanen primer
(produk siap dipasarkan) dan pascapanen sekunder (produk siap dikonsumsi).
Teknologi panen dan pascapanen kopi meliputi pemanenan baik terkait cara dan
waktu panen yang sesuai dengan SOP serta pengolahan kopi setalah panen yaitu
sortasi buah, pulping, teknik pengolahan (full wash, semi wash dan natural),
pengeringan, huller, pengeringan dan penggudangan (Reta dkk, 2021).
Penanganan pascapanen yang baik dan benar akan memberikan dampak yang baik
bagi mutu dan kualitas produk. Kualitas terbaik biji kopi didapatkan ketika buah
kopi sudah matang secara fisiologis, yang ditandai dengan warna merah yang
terang dan meyeluruh. Pada umumnya produk kopi masih dijual dalam bentuk
bijian kering panen (gelondongan) kepada pedagang lokal maupun kepada
pedagang besar dari luar daerah. Dan sebagain kecil diolah menjadi produk kopi
yang dilakukan secara konvensional dan belum dilakukan secara baik
menggunakan teknologi dan manajemen yang baik, sehingga produk kopi ada
yang belum memiliki nilai ekonomi tinggi dan pemasarannya yang masih terbatas
(Murad, 2020).
Penanganan dan pengelohan kopi pada dasarnya bertujuan untuk
memisahkan biji kopi dari kulitnya, kemudian dikeringkan hingga diperoleh biji
kopi dengan kadar air sesuai dengan kriteria yang siap untuk dipasarkan. Kopi
dipasarkan dalam bentuk kopi beras yaitu kopi kering dengan kadar air sekitar
12%. Apabila kadar air biji kopi lebih dari 12%, maka akan rentan terhadap
serangan organisme yang dapat menurunkan mutu fisik dan mutu organoleptik biji
kopi. Maka dari itu diperlukan penanganan pascapanen yang benar dan baik. Di
era teknologi yang semakin canggih ada banyak cara yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan alternatif teknologi yang dapat mempermudah pekerjaan
dan meminimalisir terjadinya kecacatan dalam proses pascapanen. Sehigga akan
menghasilkan suatu produk kopi dengan kualitas yang terjamin dan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah ada, penulis mengambil beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa pentingnya penanganan pascapanen?
2. Bagaimana teknis penanganan pascapanen pada komoditas kopi?
3. Bagaimana pentingnya penyediaan teknologi pascapanen pada komoditas
kopi?
4. Bagaimana teknologi yang digunakan pada tahap penanganan pascapanen
pada komoditas kopi?

1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, makalah ini
memiliki tujuan diantaranya sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pentingnya penanganan pascapanen
2. Untuk mengetahui teknis penanganan pascapanen pada komoditas kopi
3. Untuk mengetahui pentingnya penyediaan teknologi pascapanen pada
komoditas kopi
4. Untuk mengetahui teknologi yang digunakan pada tahap penanganan
pascapanen pada komoditas kopi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panen
Panen merupakan kegiatan akhir dalam budidaya tanaman atau berocok
tanam, tetapi merupakan awal dari kegiatan pascapanen, yaitu melakukan
persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran komoditas hasil panen. Komoditas
yang dipanen tersebut kemudian akan melalui beberapa tahapan tataniaga sampai
berada di tangan konsumen. Pada dasarnya kegiatan panen merupakan kegiatan
mengumpulkan komoditas dari lahan dengan tingkat kematangan yang tepat dan
kerusakan yang minimal serta kegiatan tersebut harus dilakukan secepat mungkin
dengan biaya yang murah. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik perlu
memperhatikan waktu panen yang tepat serta penagangan yang baik. Penentuan
waktu panen yang tepat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, cara visual
atau penampakannya dengan melihat warna kulit maupun ukuran buah, cara fisik
dengan melakukan perabaan pada buah, cara komputasi yaitu menghitug umur
tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai mekar bunga, dan cara kimia
yaitu dengan melakukan pengukuran kandungan zat atau senyawa yang terdapat
dalam komoditas seperti kadar gula, tepung, asam, aroma dan lain-lain.
Penanganan panen yang baik dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa
hal seperti persiapan panen yang baik, menghidnari kerusakan mekanis dalam
pemanenan, memperhatikan bagian tanaman yang dipanen, menggunakan wadah
yang sesuai dan bersih, menghindari tindakan yang kasar saat pemindahan
(Koryati dkk, 2022).

2.2 Pascapanen
Pascapanen merupakan kegiatan yang dimulai dari panen hingga bahan
yang dipanen tersebut menjadi bahan siap dikonsumsi, tahapan kegiatannya
meliputi pemanenan, penyimpanan sementara, pengolahan, hingga berakhir ada
distribusi dan pemasaran hasil panen kepada konsumen. Kegiatan utama dalam
pascapanen ialah kegiatan primer dan sekunder. Pascapanen primer meliputi
seluruh kegiatan dari kegiatan panen hingga menjadi bahan baku yang siap
disimpan, dipasaarkan atau diolah lebih lanjut. Sedangkan pascapanen sekunder
meliputi seluruh rangkaian kegiatan pengolahan hasil pertanian sampai menadi
bahan siap dikonsumsi, tetappi tidak termasuk proses memasak sampai dimakan.
Kegiatan pascapanen erat kaitanya dengan mutu produk serta harga jual yang
dapat diterima oleh petani, diawali dengan kegiatan pemasaran, perontokan,
pembersihan, pengangkutan, penjemuran atau pengeringan, pengemasan,
penyimpanan, penggilingan, pengolahan serta standarisasi mutu dan penaganan
limbah. Kegiatan pascapanen ini penting dilakukan dengan tujuan
mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima sampai ke tangan
konsumen, menekan losses atau kehilangan karena penyusutan dan kerusakan,
memperpanjang daya simpan, mempertahankan kualitas awal, serta meningkatkan
nilai ekonomis hasil pertanian (Amruddin dkk., 2021).

2.3 Teknologi Pascapanen


Menurut Koryati dkk, (2022) teknologi pascapanen merupakan suatu
perangkat yang digunakan dalam upaya peningkatan kualitas penanganan dengan
tujuan mengurangi susut karena penurunan mutu produk yang melibatkan proses
fisiologis normal dan atau respon terhadap kondisi yang tidak cocok akibat
perubahan lingkungan secara fisik, kimia, dan biologis. Teknologi pascapanen
selain untuk menjaga mutu suatu produk juga diperlukan untuk memperpanjang
umur simpan produk khususnya hasil panen tanaman pada tanaman pangan.
teknologi pascapanen dimaksudkan untuk meminimalisisr susut bobot,
mempertahankan mutu, meningkatkan nilai ekonomis dan memperpanjang umur
produk setelah panen. Perlakuakn teknologi pascapanen yang dapat dilakukan
antara lain yaitu, pre-cooling, pembersihan, sortasi dan grading, pengeringan,
pengemasan, penyimpanan, transportasi dan distribusi produk (Sagala dkk.,
2022).

2.4 Komoditas Kopi


Menurut Rahardjo, (2017) tanaman kopi termasuk dalam genus Coffea
dengan famili Rubiaceae. Famili tersebut memiliki banyak genus, yaitu gardenia,
Ixora, Cinchona, dan Rubia. Genus Coffea mencakup hampir 70 spesies, tetapi
hanya ada dua spesies yang ditanam dalam skala luas di seluruh dunia, yaitu kopi
arabika dan kopi robusta. Berikut sistem taksonomi dari kopi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan penghasil biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp. [Coffea arabica L. (kopi arabika), Coffea
var. robusta (kopi robusta), Coffea liberica (kopi
liberika), Coffea excelsa (kopi excelsa)]
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Pentingnya Penanganan Pascapanen


Pascapanen hasil pertanian merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan
mulai dari proses penanganan hasil pertanian hingga pada proses menghasilkan
produk dalam bentuk setengah jadi. Pascapanen sendiri merupakan salah satu
kegiatan untuk dapat meningkatkan mutu hasil pertanian, sehingga segala macam
perlakuan diberikan pada suatu komoditas setelah dilakukan pemanenan hingga
komoditas itu dikonsumsi. Tujuan dari penanganan pascapanen yaitu untuk dapat
menurunkan kehilangan hasil yang bisa disebabkan oleh hama, menekan
kerusakan, serta untuk meningkatkan daya simpan dan daya guna dari suatu
komoditas agar dapat memperoleh nilai tambah produk. Penanganan pascapanen
ini juga bertujuan agar kondisi dari komoditas pertanian tetap baik serta sesuai
pada saat dikonsumsi atau pada saat digunakan sebagai bahan baku dari olahan
(Mawardi dkk., 2020).
Umumnya tujuan penanganan pascapanen dari masing-masing komoditas
berbeda. Pada komoditas perkebunan seperti kopi, teh, dan lainnya penanganan
pascapanen bertujuan untuk menyiapkan bahan baku untuk industri pengolahan.
Pada produksi benih bertujuan untuk mendapatkan benih yang berkualitas serta
dapat mempertahankan daya kecambah benih dan vigor pada benih hingga waktu
penanaman. Pada tanaman pangan bertujuan untuk mempertahankan komoditas
agar selalu dalam keadaan yang layak serta tetap baik untuk dikonsumsi. Pada
holtikultura bertujuan untuk mempertahankan produk agar kondisinya bisa tetap
segar dan memperpanjang masa simpan. Penanganan pascapanen sangat memang
sangat menentukan kualitas serta mutu dari suatu produk yang akan diterima,
namun kondisi pascapanen ini tidak dapat lepas dari sistem budidaya pada
komoditas tersebut. Teknik budidaya yang tidak baik akan menyebabkan kualitas
dari suatu produk menjadi tidak maksimal. Pada tahap pascapanen ini produk
yang diperlakukan secara baik serta berada dalam kondisi yang baik akan dapat
relatif bertahan dari stress waktu, suhu, transportasi, penanganan, maupun
mikroorganisme pembusuk selama proses pendistribusiannya, sehingga tahap
pascapanen ini sangatlah penting bagi petani, pengecer, pedagang besar, maupun
bagi konsumen (Santoso dkk., 2021).

3.2 Teknik Pascapanen Pada Komoditas Kopi


Pascapanen kopi termasuk ke dalam bagian rangkaian pengolahan kopi yang
berperan penting didalam menentukan kualitas serta cita rasa dari kopi itu sendiri
(Reta dkk., 2021). Kegiatan pascapanen ini dilakukan setelah kopi selesai
dipanen. Dalam pemanenan buah kopi yang dipetik adalah buah kopi yang sudah
berwarna merah. Buah kopi yang sudah masak memiliki daging buah yang lembut
dan berlendir yang didalamnya terkandung senyawa gula relatif tinggi sehingga
apabila dirasa akan terasa manis. Tentunya buah kopi yang dipanen tidak akan
seluruhnya dapat diolah, hal ini karena biasanya pada saat proses pemanenan
masih terdapat kopi yang berwarna hijau ataupun kuning (Yukowati dan Wachjar,
2019). Dengan demikian perlu dilakukan penanganan pascapanen yang diawali
dengan tahapan sortasi.
Sortasi buah kopi merupakan tahap yang paling penting sebelum kopi
tersebut diolah. Sortasi ini bertujuan untuk memisahkan biji yang masih berwarna
hijau, kekuningan, ataupun hitam yang ikut terpetik pada saat pemanenan.
Kegiatan ini juga dilakukan dengan memisahkan ranting, daun, serta kotoran
lainnya yang ikut tercampur. Sortasi juga dilakukan dengan menggunakan air atau
perambangan untuk dapat memisahkan antara buah kopi yang berisi dengan buah
kopi yang hampa. Tahap selanjutnya yaitu tahap pengupasan kulit kopi . tahap ini
bertujuan untuk dapat memisahkan kulit buah kopi dengan biji kopi yang masih
berlendir. Dilanjutkan dengan tahap fermentasi yang tujuannya yaitu untuk
melunakkan sisa-sisa dari lapisan lendir yang masih menempel pada permukaan
kulit biji kopi oleh mikroba ataupun enzim. Selain itu tujuannya juga agar dapat
mengurangi rasa pahit dari kopi serta mendorong terbentuknya aroma kopi.
Dalam fermentasi waktu yang dibutuhkan yaitu berkisar antara 12 hingga 24 jam.
Tahap selanjutnya setelah kopi difermentasi maka dilakukan pencucian agar sisa-
sisa lendir dari proses fermentasi bisa hilang. Tahapan yang terakhir yaitu tahap
pengeringan karena setelah pencucin kopi maka keadaan biji kopi akan basah
sehingga tahap pengeringan ini bertujuan agar dapat mengurangi kadar air biji dari
60% menjadi 12,5% (Reta dkk., 2021).

3.3 Pentingnya Penyediaan Teknologi Pascapanen Pada Komoditas Kopi


Buah kopi hasil panen perlu untuk segera diproses untuk menjadi bentuk
akhir yang lebih stabil, sehingga dapat aman untuk disimpan dalam jangka waktu
tertentu. Salah satu teknologi yang digunakan dalam produksi kopi yaitu teknologi
pascapanen. Teknologi pascapanen merupakan suatu perangkat yang digunakan
sebagai upaya dalam peningkatan kualitas penanganan yang tujuannya adalah
untuk mengurangi susut yang disebabkan oleh penurunan mutu produk dengan
melibatkan proses fisiologi serta respon terhadap kondisi yang tidak tepat akibat
dari perubahan lingkungan yang terjadi secara fisik, biologis, maupun kimia.
Teknologi pascapanen ini memiliki peranan dalam peningkatan nilai tambah pada
komoditi pertanian yaitu dengan melalui proses pengolahan hasil pertanian.
Penerapan teknologi pascapanen dengan baik akan dapat menjadikan usahatani
lebih efisien dari segi mikro serta dapat menjadi suatu peluang dalam upaya
peningkatan produksi dengan cara mengurangi kehilangan hasil maupun
rendahnya mutu atau kualitas produk (Mawardi dkk., 2020).

3.4 Teknologi Penanganan Pascapanen Pada Komoditas Kopi


Laju peningkatan areal perkebunan kopi di Indonesia tergolong ke dalam
angka yang cukup tinggi yaitu rata-rata dapat mencapai angka 2.11% per tahun.
Selain itu, para petani kopi di Indonesia bersinergi bersama kementerian terkait
juga berencana untuk memperluas perkebunan kopi dan menjalankan program
intensifikasi perkebunan lama (Mawardi dkk, 2020). Peningkatan luas perkebunan
tersebut tentu akan berdampak positif terhadap produksi kopi Indonesia dalam 10
tahun kedepan. Bahkan produksi kopi Indonesia tersebut diperkirakan dapat
mencapai 900 ribu ton – 1,2 juta ton per tahun. Perkembangan produksi kopi
tersebut tentu membutuhkan peran teknologi dan sarana pascapanen yang
mendukung sehingga petani kopi dapat menghasilkan kopi yang bermutu sesuai
dengan Standard Nasional Indonesia. Sehingga peningkatan produksi kopi dapat
diseimbangi pula dengan jaminan mutu yang pasti. Peran antar beberapa aspek
meliputi, jaminan mutu, ketersediaan kopi, pasokan tepat waktu merupakan
persyaratan agar harga kopi rakyat dapat dipasarkan pada tingkat yang
menguntungkan (Mawardi dkk, 2019)
Beberapa teknologi penanganan pascapanen kopi mulai diterapkan di
Indonesia. Teknologi tersebut berguna dalam efisiensi dan efektivitas dalam
penanganan pascapanen kopi. Beberapa teknolgi tersebut antara lain:
1) Mesin pengupas kulit buah kopi mobile
Tahapan pascapanen kopi seperti pengusapan kulit buah kopi telah banyak
dilakukan dengan memanfaatkan mesin-mesin teknolgi tepat guna seperti
mesin pengupas kulit kopi mobile yang dapat membantu mempermudah dan
mempercepat proses pengupasan kulit kopi. Saat ini, terdapat dua jenis mesin
pengupas kulit buah kopi yaitu tipe pulper portable dengan mata bajak dan
pulper mobile. Mesin pengupas kulit buah kopi mobile memiliki keunggulan
dalam mobilisasinya. Mesin tersebut memiliki kapasitas 80-100 kg kopi/jam
dan didesign untuk lebih mudah dipindah-pindahkan sehingga dapat
digunakan dimana saja dan mudah dipindah-pindahkan. Apalagi, perkebunan
kopi rata-rata berada di dataran tinggi atau lereng-lereng perbukitan sehingga
dengan mesin tersebut dapat mempermudah petani dalam proses pengupasan
kulit kopi yang dapat dilakukan di lokasi kebun nya. Sedangkan mesin
pengupas kulit buah kopi portable dengan mata bajak memiliki spesifikasi
yang kurang lebih sama (dapat dipindah-pindahkan) tetapi pada model
portable dengan mata bajak tersebut dapat memiliki fungsi ganda yang dapat
digunakan juga sebagai traktor untuk membajak lahan kopi.

Gambar 3.1 Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Portable


Gambar 3.2 Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Mobile
2) Huller machine
Mesin pengupasan kulit biji kopi (huller machine) bertujuan untuk
memisahkan antara biji kopi dari kulit tanduk sehingga dapat menghasilkan
biji kopi beras (Solikhin & Wicaksono, 2022). Kapasitas huller machine
tersebut adalah 50-100 kg/jam dengan panjang 80 cm, lebar 45 cm, dan tinggi
99 cm. Terbuat dari baja dengan terdiri dari beberapa komponen mesin
meliputi hooper, katup inlet, katup outlet, body mesin, pisasu pengupas,
sistem transmisi pulley, v belt, pillow block beraing, blower, saluran keluar
kulit kopi, dan saluran keluar biji kopi. Mesin pengupas kulit biji kopi
tersebut juga dapat dipindah-pindahkan dengan bantuan motor sehingga lebih
leluasa dalam proses pengoperasiannya. Dengan kapasitas huller yang
mencapai 50-100 kg/jam akan memudahkan pengupasan biji kopi.

Gambar 3.3 Huller Machine


3) Mesin pencucian biji kopi
Pencucian biji kopi memiliki tujuan untuk menghilangkan sisa-sisa lendir dari
hasil fermentasi yang masih menempel pada kulit tanduk. Saat ini, terdapat
mesin pencucian biji kopi yang lebih efisien dan efektif. Pada mesin
pencucian biji kopi tersebut hanya membutuhkan air pencuci yang minim dan
proses lebih cepat. Mesin pencuci biji kopi memiliki model batch tersebut
akan meningkatkan produktivitas biji kopi siap jemur dengan dilengkapi
dengan wadah pencucian berbentuk silinder. Kapasitas mesin tersebut adalah
10-20 kg dan kapasitas pencucian kopi 100-150 kg/jam. Waktu yang
diperlukan adalah 2-3 menit dengan pengulangan proses sebanyak 2 kali.

Gambar 3.4 Mesin Pencucian Biji Kopi


4) Mesin sortir biji kopi
Tahapan sortasi biji kopi bertujuan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan
nilai cacat dan ukuran. Penerapan mesin sortir biji akan melakukan sortirasi
biji kopi berdasarkan tiga tingkatan sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-
2008 yaitu tingkatan besar, sedang dan kecil. Kapasitas mesin sortir biji
adalah 100-200 kg/jam. Mekanisme operasi mesin sortir biji tersebut adalah
dengan mekanisme getar dari hasil bantul unbalance. Penggunaan mesin
sortir biji tersebut tentunya akan meningkatkan

Gambar 3.5 Mesin Sortir Biji Kopi


5) Pengeringan Kopi dengan Mesin Pengering Hybrid
Pengeringan kopi merupakan tahapan dalam pascapanen yang berpengaruh
terhadap mutu kopi. Selama ini pengeringan kopi masih dilakukan secara
tradisional dengan memanfaatkan sinar matahari saja. Metode tersebut tentu
kurang efektif dan dapat mengurangi mutu kopi karena mudah terkontaminasi,
dan tidak efisien di tengah perubahan cuaca yang tidak menentu. Pengeringan
yang tidak optimal akan berdampak pada kerusakan kopi seperti tumbuhnya
jamur. Salah satu penerapan teknologi dalam mengatasi beberapa kendala dan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengeringan kopi adalah dengan mesin
pengering hybrid berbasis energi matahari dan biomassa. Mesin tersebut
memanfaatkan panas matahari dan panas dari hasil pembakaran tungku
biomassa. Penambahan tungku pembakaran biomassa dan pemberian sirkulasi
udara (inlet dan outlet) akan membantu alat pengering bekerja optimal dengan
energi kombinasi dari energi surya dan tempurung kelapa (Chan dkk, 2020).
Pemilihan tempurung kelapa sebagai bahan dalam proses pembakaran karena
nilai kalori tempurung kelapa lebih besar dibandingkan dengan bahan lain
seperti sekam padi, serbuk gergaji dan tongkol jagung. Mesin tersebut
dikembangkan sebagai solusi dalam mengatasi intensitas panas matahari yang
fluktuatif terutama saat mendung atau bahkan hujan sehingga mesin hybrid
tetap dapat berfungsi pada temperatur yang optimum. Pada saat panas matahari
yang diterima kurang, mesin pengering akan memenuhi kebutuhan panas nya
dari pembakaran biomassa seperti tempurung kelapa. Teknologi pada mesin
pengering hybrid tersebut juga didesign dengan sistem berbasis fuzzy logic
sehingga temperatur ruang pengering selalu optimum dan proses pengeringan
kopi dapat dilakukan dalam 2-4 hari sehingga kopi dapat terhindar dari
pertumbuhan jamur yang dapat menurunkan mutu kopi dan aroma kopi juga
dapat terjaga (Rohman dkk, 2022). Mesin pengering hybrid terdiri dari dua
bagian utama yaitu ruangan pengering dan tungku biomassa. Mesin pengering
hybrid memiliki panjang 8 meter, lebar 3 meter dan tinggi 2,4 meter. Lalu
didalam mesing pengering tersebut (ruangan pengering) terdapat 4 rak dengan
ukuran panjang 5,9 meter dan lebar 1,15 meter. Tungku biomassa memiliki
ukuran panjang 1,2 meter, lebar 1,2 meter dan tinggi 1,3 meter. Mesin
pengering hyrid tersebut juga elah dilengkapi kontrol otomatis yang mengatur
kelembapan dan temperatur udara. Prinsip kerja dari mesin pengering kopi
hybrid adalah kopi dimasukkan ke dalam rak penampung lalu diratakan dengan
ketebalan kurang dari 5 cm. Tungku gas dinyalakan dan melihat indikator suhu
untuk mengontrol besar kecilnya suhu dalam ruang pengering dengan suhu
yang dibutuhkan sekitar 50-55 derajat celcius.

Gambar 3.6 Mesin Pengering Hybrid Kopi

Tabel 3.1 Perbandingan Mesin Pengering Hybrid dan Konvensional


Mesin Pengering Hybrid Pengeringan konvensional
Kombinasi panas sinar matahari dan Memanfaatkan panas sinar
pembakaran biomassa matahari
Tidak bergantung pada cuaca Bergantung pada cuaca
Berada di ruangan tertutup sehingga Rawan kontaminasi karena
meminimalisir kontaminasi berada di tempat terbuka yang
dapat mengurangi mutu kopi
Proses pengeringan lebih cepat (2-4 hari) Proses pengeringan lebih lama
(8-10 hari)
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pascapanen hasil pertanian merupakan seluruh kegiatan mulai dari proses
penanganan hasil pertanian hingga pada proses menghasilkan produk dalam
bentuk setengah jadi. Pada tahap pascapanen, produk yang diperlakukan
secara baik serta berada dalam kondisi yang baik akan dapat relatif bertahan
dari stress waktu, suhu, transportasi, penanganan, maupun mikroorganisme
pembusuk selama proses pendistribusiannya, sehingga tahap pascapanen ini
sangatlah penting bagi petani, pengecer, pedagang besar, dan konsumen.
2. Pascapanen kopi berperan penting didalam menentukan kualitas serta cita
rasa dari kopi. Kegiatan pascapanen ini dimulai setelah kopi selesai dipanen
yang diawali dengan tahapan sortasi, dilanjutkan tahap pengupasan kulit
kopi, tahap fermentasi, tahap pencucian, dan tahap pengeringan.
3. Penyediaan teknologi pascapanen pada komoditas kopi sangat penting untuk
meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian proses pengolahan hasil
pertanian. Penerapan teknologi pascapanen dengan baik akan dapat
menjadikan usahatani lebih efisien dari segi mikro serta dapat menjadi suatu
peluang dalam upaya peningkatan produksi dengan cara mengurangi
kehilangan hasil maupun rendahnya mutu atau kualitas produk.
4. Teknologi yang digunakan pada tahap penanganan pascapanen komoditas
kopi yaitu mesin pengupas kulit buah kopi mobile, huller machine, mesin
pencucian biji kopi, mesin sortir biji kopi, dan mesin pengering hybrid.

4.2 Saran
Kopi merupakan salah satu komoditi yang bernilai ekonomis yang cukup
tinggi, sehingga diharapkan para petani maupun lembaga lainnya ikut serta dalam
upaya untuk lebih meningkatkan, memperbaiki dan mengembangkan produksi
kopi khususnya dalam penanganan panen dan pascapanen agar petani dapat
meningkatkan pendapatan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Rizwan, M. 2022. Budidaya Kopi. Sumatera Barat : Cv. Azka Pustaka.

Santoso, D., & Egra, S. (2022). Teknologi Penanganan Pascapanen. Syiah Kuala
University Press.

Sumule, O., & Larekeng, H. (2021). Penerapan Teknik Panen dan Pascapanen
Kopi Arabika Kalosi Produk Unggulan Kabupatan Enrekang. Jurnal
Dinamika Pengabdian (JDP), 6(2), 341-348.

Murad, M., Sukmawaty, S., Sabani, R., Ansar, A., & Kurniawan, H. (2019).
Introduksi Ttg Pascapanen Dan Pengolahan Kopi Pada Industri Rumah
Tangga Guna Meningkatkan Nilai Tambah Di Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Ilmiah Abdi Mas TPB Unram, 2(1).

Mawardi, I., Nurdin, dan Zulkarnaini. 2020. Inovasi mesin-mesin teknologi


pascapanen kopi sebagai produk usaha intelektual kampus Politeknik
Negeri Lhokseumawe. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 4 (1): 24-
33.

Amruddin, A., Harniati, H., Permatasari, P., Rusdiyana, E., Trisnasari, W.,
Jannah, E. N., Musyadar, A., Sugiarto, M., Nasruddin, W., & Saridewi, T.
R. (2021). Kelembagaan Agribisnis. Yayasan Kita Menulis.

Chan, Y., Sugiyanto, D., & Uyun, A. S. (2020). Analisis Pengeringan Kopi
Menggunakan Oven Pengering Hybrid (Solar Thermal Dan Biomassa) Di
Desa Gununghalu. Jurnal Kajian Teknik Mesin, 5(1), 4–8.

Koryati, T., Indarwati, I., Herawati, J., Arsi, A., Mardiyah, A., Nasrul, M.,
Triwidiarto, C., Fangohoi, L., Fathurrohman, Y. E., & Zulfiyana, V.
(2022). Teknik dan Manajemen Perkebunan. Yayasan Kita Menulis.

Mawardi, I., Hanif, H., Zaini, Z., & Abidin, Z. (2019). Penerapan Teknologi Tepat
Guna Pascapanen Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas Petani Kopi di
Kabupaten Bener Meriah. CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1(2), 205–213

Mawardi, I., Nurdin, N., & Zulkarnaini, Z. (2020). Inovasi Mesin-Mesin


Teknologi Pascapanen Kopi Sebagai Produk Usaha Intelektual Kampus
Politeknik Negeri Lhokseumawe. Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 4(1), 24.

Rahardjo, P. (2017). Panduan berkebun Kopi. Penebar Swadaya Grup.


Rohman, S. A., Nawassyarif, & Salam, A. (2022). Penerapan Teknologi
Pengering Kopi Hybrid Tenaga Matahari dan Biomassa dengan Sistem
Kendali Cerdas pada Kelompok Tani Muda Mandiri di Dusun Punik Desa
Batuladang Kecamatan Batulanten Kabupaten Sumbawa. 4(1), 13–20.

Sagala, D., Ramadhani, E., Junairiah, J., Herawati, J., R, A., Arsi, A., Indarwati,
I., Cahyani, D. A., & Sirait, M. J. F. (2022). Budidaya Tanaman Pangan.
Yayasan Kita Menulis.

Solikhin, & Wicaksono, P. A. (2022). Penerapan Teknologi Pascapanen Mesin


Huller Kopi sebagai Sarana Peningkatan Produksi Kopi. Jurnal Pasopati,
4(4), 184–188.

Anda mungkin juga menyukai