Anda di halaman 1dari 17

CONVRTLAPORAN

PENDAHULUAN CRUSH INJURY PADA

LOWER EXTREMITY

Oleh:
PRIYAN PRATMANTO
G4D014047

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAULTAS ILMU!ILMU ESEHATAN
JURUSAN EPERAWATAN
PURWOERTO
2015
CRUSH INJURY PADA LOWER
EXTREMITY
A L$t$& Bel$($)*
Crush injury berasal dari bahasa Inggris Crush “ hancur” dan  Injuri “ luka” ,
yang definisikan sebagai Luka yang hancur pada extremitas atau anggota badan lain
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang serius, meliputi; kulit dan jaringan lunak
dibawa kulit, kerusakan pembuluh darah, persarafan, tendon, fascia , bone joint  lokasi
 penghubung anatara tulang !, kerusakan tulang serta komponen didalam tulang"
Menurut $"S Centers for &isease Control and Pre(ention C&C!  )**+! , lokasi
yang sering terjadi crush injury meliputi ; extremitas inferior 4., extremitas
superior
/*., serta organ lain /*."
Penyebab crush injury biasanya tertimpa object berat0lebar, motor 
kecelakaan lalu lintas! , kecelakaan industrial, atau sarana angk ut! jalan kereta api
yang menggulung di atas kaki, dan crush injury dari peralatan industri"

1 De+i)isi
Crush Injury didefinsikan sebagai luka yang hancur pada extremitas atau
anggota badan lain yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang serius, meliputi;
kulit dan jaringan lunak dibawa kulit, kerusakan pembuluh darah, persarafan, tendon,

 fascia , bone joint  lokasi penghubung anatara tulang !, kerusakan tulang serta
komponen didalam tulang" Crush injury lebih sering mengenai anggota gerak dibanding
anggota tubuh yang lain"

C P$to+isiolo*i
Pada crush injury kerusakan lapisan kulit dan subkutan dapat mempermudah
masuknya kuman melalui lokasi luka yang terbuka sehingga sangat penting pada ada
anamnesis dapat diketahui mengenai mekanisme trauma dan lokasi kejadian, agar dapat
mengetahui risiko terjadinya infeksi"
2erusakan pembuluhh darah dapat disebabkan oleh kekuatan crush injury yang
mengakibatkan hilangnya suplai darah ke otot" 1iasanya otot dapat bertahan selama 4

 jam tanpa aliran darah  warm ischemia time! masuk dalam sel otot, kemudian sel3sel
otot akan mati" Selanjutnya terjadi kebocoran membrane plasma sel otot serta kerusakan
 pembuluh darah yang akan mengakibatkan cairan intra(askuler akan terakumulasi ke
 jaringan yang cedera" 4al ini dapat dapat menyebabkan hipo(elemia yang signifikan
sehingga mengakibatkan terjadi syok hipo(olemik, serta kehilangan ion calcium
Ca5! sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hipokalsemia"

2erusakan saraf tibialis, dapat mengakibatkan hilangnya reflek neurologis yang


signfikan pada sebelah distal regio cruris, sebab cabang n"6ibialis dapat menginer(asi
regio pedis"
7ika tulang patah maka periosteum dan pembuluhh darah pada kortek, sum3
sum dan jaringan lunak sekitarnya mengalami gangguan 0 kerusakan" Perdarahan terjadi

dari ujung tulang yang rusak dan dari jaringan lunak otot! yang ada disekitarnya"
4ematoma terbentuk pada kannal medullary antara ujung fraktur tulang dan bagian
 bawah periosteum" 7aringan nekrotik ini menstimulasi respon inflamasi yang kuat yang
dicirikan oleh (asodilasi, eksudasi plasma dan lekosit , dan infiltrasi oleh sel darah putih
lainnya" 2erusakan pada periosteum dan sum3sum tulang dapat mengakibatkan
keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang, sumsum kuning yang keluar
akibat fraktur masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga
mengakibatkan terjadi emboli lemak  8at emboly !" 9pabila emboli lemak ini sampai
 pada pembuluh darah kecil, sempit, dimana diameter emboli lebih besar dari pada
diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran3aliran darah yang
mengakibatkan perubahan perfusi jaringan" :mboli lemak dapat berakibat fatal
apabila mengenai organ3organ (ital seperti otak, jantung, dan paru3paru"
2erusakan pada otot dan jaringan lunak juga dapat menimbulkan nyeri yang
hebat karena adanya spasme otot" Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri
mengakibatkan terjadinya perubahan ketidakseimbangan dimana tulang dapat menekan

 persyarafan pada daerah yang terkena fraktur sehingga dapat menimbulkan penurunan
fungsi syaraf, yang ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan" Selain itu
apabila perubahan susunan tulang dalam keadaan stabil atau benturan akan lebih mudah
terjadi proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikan sesuai dengan anatominya"
1iasanya jika penanganan awal tidak dilakukan dengan baik, akan berkembang
timbul tanda3tanda dari crush syndrome yang mana akibat kerusakan sel3sel otot sebagai
akibat dari crush injury" Crush syndrome ditandai dengan adanya gangguan sistemik"

D Ge/$l$ $) T$)$


ejala dan tanda jelas berbeda tergantung dari keparahan crush injury" Pada
trauma yang ringan dapat ditandai dengan adanya luka robek, nyeri terlokasir dan ringan"
 <amun pada trauma crush injury yang berat dapat terlihat kerusakan hebat dibawa kulit
lokasi lesi, dan sering dijumpai kerusakan hebat terhadap kulit, jaringan lunak , fascia,
saraf, pembuluhh darah, tulang serta tendon dan organ lainnya" 1eberapa tanda yang
mungkin dan sering timbul yaitu; klinis pada kulit mungkin hampir sama dengan trauma

 bukan crush injury, bengkak daerah trauma, paralisis  jika mengenai (ertebra!, parestesi,
nyeri, pulsasi ujung distal dari lokasi trauma mungkin ada atau tidak ada, mioglobinuri
yang mana warna urine menjadi merah gelap atau coklat"

E Etiolo*i
Penyebab utama dari crush injury adalah banyak faktor antara lain ; tertindih
oleh objek berat, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja pada Industri, kecelakaan kerja
lain yang menyebabkan luka hancur yang serius"

F Pe)$t$l$(s$)$$)
Pada crush injury , perlu adanya penanganan yang sergera , karena lebih dari =3>
 jam setelah kejadian, jika tidak dapat ditangani dengan baik akan menyebabkan kondisi
 pasien semakin memburuk dan terjadi banyak komplikasi lain yang dapat memperberat
kondisi pasien dan penanganan selanjutnya menjadi semakain sulit"
Penanganan pada crush injury dapat dimulai dari tempat kejadian yaitu dengan
 prinsip primary surface  91C! terutama mempertahankan atau mengurangi perdarahan
dengan cara bebat tekan sementara dilarikan ke rumah sakit"
Penanganan di rumah sakit harus di awali dengan prinsip 96LS"

Pemberian oksigen O)! guna mencegah terjadinya hipoksia jaringan serta terutama
organ3organ (ital" 2emudian dilanjutkan dengan terapi cairan, terapi cairan awal
harus diarahkan
untuk mengoreksi takikardia atau hipotension dengan memperluas (olume cairan tubuh

dengan cepat dengan menggunakan cairan <aCl  isotonic! atau ringer laktat diguyur 

dan kemudian dilanjutkan perlahan @ /3/"A L0jam  1arb eraB Macintyre, /++=;
onale, )**A; unal et 9l", )**4; Malinoski et 9l", )**4; Stewart, )**A!"
$ntuk mencegah gagal ginjal dengan hidrasi yang sesuai, anjuran terapi akhir
akhir ini berupa pemberian cairan Intra(ena dan manitol untuk mempertahankan diuresis
minimal E**3 4** mL0jam, dalam hal ini penting dipasang folley cateter
guna

menghitung balance cairan masuk dan cairan keluar Malinoski et 9l", )**4!" Folume
agresif ini dapat mencegah kematian yang cepat dan dikenal sebagai penolong kematian,
dimana dapat memperbaiki perfusi jaringan yang iskemik sebagai akibat crush injury"
 <atrium bikarbonat berguna pada pasien dengan Crush Syndrome" Ini akan
mengembalikan asidosis yang sudah ada sebelumnya yang sering timbul dan juga
sebagai salah satu langkah pertama dalam mengobati hiperkalemia" 4al ini juga akan
meningkatkan p4 urin, sehingga menurunkan jumlah mioglobin yang mengendap di
ginjal" Masukkan natrium bikarbonat intra(ena sampai p4 urine mencapai =,A untuk
mencegah mioglobin dan endapan sama urat di ginjal" &isarankan bahwa A*3/** m:G

 bikarbonat, tergantung pada tingkat keparahan"


Selain natrium bikarbonat, perawatan lain mungkin diperlukan untuk
memperbaiki hiperkalemia, tergantung pada cedera yang mengancam, biasanya
diberikanH
/" Insulin dan glukosa"
)" 2alsium 3 intra(ena untuk disritmia"
E" 1eta3) agonists 3 albuterol, metaproterenol sulfat 9lupent!, dll
4" 2alium3pengikat resin seperti natrium sulfonat polystyrene 2ayexalate!"
A" &ialisis, terutama pada pasien gagal ginjal akut

Pemberian Manitol intra(ena memiliki tindakan yang menguntungkan beberapa


korban crush syndrome guna melindungi ginjal dari efek rhabdomyolisis, peningkatan
(olume cairan ekstraselular, dan meningkatkan kontraktilitas jantung" Selain itu,
intra(ena manitol selama 4* menit berhasil mengobati sindrom kompartemen, dengan

menghilangkan gejala dan mengurangi bengkak  edema!"


Manitol dapat diberikan dalam dosis / gram 0 kg atau ditambahkan ke cairan
intra(ena pada pasien sebagai infuse lanjutan" &osis maksimum adalah )** gm0d, dosis
yang lebih tinggi dari ini dapat merusak fungsi ginjal" Mannitol boleh diberikan hanya
setelah aliran urin baik yang dikoreksi dengan cairan IF lain sebelumnya"
Luka harus dibersihkan, debridemen, dan ditutup dengan dressing sterile dengan
kain kasa" Lokasi cedera diangkat lebih tinggi dari posisi jantung akan membantu untuk
membatasi edema dan mempertahankan perfusi" 9ntibiotik intra(ena sering digunakan

guna mencegah infeksi, obat3obatan untuk mengontrol rasa sakit  analgetik! dapat
diberikan yang sesuai" 6orniket yang kontro(ersial perlu jika perdarahan aktif , namun
 biasanya jarang digunakan"
9mputasi di lapangan atau tempat kejadian digunakan hanya sebagai upaya
terakhir" Ini mungkin sesuai strategi penyelamatan untuk pasien yang hidupnya berada
dalam bahaya langsung dan yang tidak dapat melepaskan diri dengan cara lain" Ini
merupakan bidang yang sulit dengan prosedur yang sangat meningkatkan risiko infeksi
dan perdarahan pada pasien" 9mputasi dirumah sakit harus dilakukan oleh dokter ahli
yang berkompeten berdasarkan keahlian"
Pada amputasi bawah lutut dapat dilakukan jika ada kerusakan yang sulit untuk
dipertahan lagi dan kerusakan fungsi komponen yang terdapat pada daerah bawah lutut

 under of knee! yang melibatkan kerusakan kulit , soft tissue, otot, (askularisasi,
 persarafan, tendon, fascia serta tulang" Sehingga amputasi pada daerah bawah lutut
dapat dilakukan dengan cara mempertahankan otot dan komponen lainnya serta kondilus

tulang paha, namun pada kasus crush injury  egio cruris! yang kerusakannya
mencapai tulang patella, dapat dilakukan tindakan amputasi daerah diatas lutut
9mputation abo(e the knee!"Pastikan tindakan ini membantu pasien untuk
berlatih seketika setelah amputasi, supaya dapat memperkuatH otot adductor sisa,
mencegah
 prosthesis gerakkan keluar ketika ia berjalan, dan otot extensors, sebab kedua fungsi otot
ini akan melebarkan pinggul pasien dan prosthesis, yang mana untuk membentuk
lututnya dan juga harus belajar untuk menyeimbangkan pinggulnya sebagai ganti otot
yang diamputasi" 6ujuan operasi amputasi bawah lutut adalah untuk menghasilkan
sebuah alat gerak yang padat, berbentuk silindris, bebas dari jaringan parut yang sensitif 
dengan tulang yang cukup baik ditutupi oleh otot dan jaringan subkutan yang sesuai
dengan panjangnya" $jung puntung sebaiknya dilapisi oleh jaringan kulit, subkutan, fasia
dan otot yang sehat dan tidak melekat"
&alam hal ini sangat penting pengetahuan yang lebih mengenai anatomi dan fisiologi pada lokasi amputasi"
9dapun indikasi yang sangat penting diketahui yaitu H
/  Live saving  menyelamatkan jiwa!, contoh trauma disertai keadaan

yang mengancam jiwa perdarahan dan infeksi!" Sangat mengancam


nyawa bila dibiarkan, misalnya pada crush injury, sepsis yang berat, dan adanya
tumor ganas"
)  Limb saving memanfaatkan kembali kegagalan fungsi ekstremitas secara
maksimal!, seperti pada kelainan kongenital dan keganasan" 9nggota gerak tidak
 berfungsi sama sekali, sensibilitas anggota gerak hilang sama sekali, adanya
nyeri yang hebat, malformasi hebat atau ostemielitis yang disertai dengan
kerusakan tulang hebat" Serta kematian jaringan baik akibat diabetes melitus
&M!, penyakit (askuler, setelah suatu trauma, dapat di indikasikan amputasi"

G o23li($si
1. Hypotensi
2 Crush Syndrome
3.ena l failure
4. Compartmen Syndrome
5. Cardiac $rrest 

ONSEP DASAR ASUHAN EPERAWATAN


A Pe)*($/i$)
/" Identitas
 <ama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
 perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit, dan diagnosis medis"
)" 2eluhan $tama
9lasan yang menyebabkan lansia masuk ke rumah sakit" 1iasanya karena adanya
gangguan pada sistem muskoloskletal"

E" enogram
Mengkaji silsilah keluarga yang berkaitan dengan penyakit osteomyelitis"

4" iwayat 2esehatan Sekarang


Sejak kapan timbul keluhan, apakan ada riwayat trauma" 4al3hal yang menimbulkan
gejala" 6imbulnya gejala mendadak atau perlahan" 6imbulnya untuk pertama kalinya
atau berulang" Perlu ditanyakan pula tentang ada3tidaknya gangguan pada sistem
lainnya" 2aji lansia untuk mengungkapkan alasan lansia memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguan
muskuloskeletal meliputi H
a! <yeri H identifikasi lokasi nyeri" <yeri biasanya berkaitan dengan pembuluh
darah, sendi, fasia atau periosteum" 6entukan kualitas nyeri apakah sakit yang
menusuk atau berdenyut" <yeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang
dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan
dengan fraktur atau infeksi tulang" Identifikasi apakah nyeri timbul setelah
diberi akti(itas atau gerakan" <yeri saat bergerak merupakan satu tanda
masalah

 persendian" &egenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu


 pada sendi tersebut" &egenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah
 berjalan" <yeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin" 6anyakan
kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari" Inflamasi pada
 bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari" 6anyakan apakah nyeri
hilang saat istirahat" 9pakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu"
 b! 2ekuatan sendi H tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya
kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan" 1eberapa kondisi seperti
spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari" Pada penyakit
degenarasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah

 bangun tidur inakti(itas!" 1agaimana dengan perubahan suhu dan akti(itas"


Suhu dingin dan kurang akti(itas biasanya meningkatkan kekakuan sendi" Suhu
 panas biasanya menurunkan spasme otot"
c! 1engkak H tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai
dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera pada otot"
Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan,
tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri" &engan istirahat dan
meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips" Identifikasi apakah ada

 panas atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi,


infeksi atau cedera"
d! &eformitas dan imobilitas H tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba3tiba atau
 bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak" 9pakah semakin memburuk
dengan akti(its, apakah dengan posisi tetentu makin memburuk" 9pakah lansia

menggunakan alat bantu kruk, tongkat, dll!


e! Perubahan sensori H tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh
tertentu" 9pakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri"
Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak, tumor atau fraktur 
dapat menyebabkan menurunnya sensasi"
A"i wayat 2esehatan 2eluarga
iwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang
 perlu diidentifikasi misalnya penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi
 penyakit sendi degeneratif, 61C, artritis, riketsia, osteomielitis, dll!
=" iwayat Lingkungan 4idup
Pengkajian terhadap lingkungan hidup lansia" Seperti lingkungan keluarga, tetangga,
dan lain3lain"

" iwayat ekreasi


Pengkajian terhadap seberapa seringnya lansia melakukan rekreasi"
>" Sumber0Sistem Pendukung
Pengkajian terhadap siapa saja sistem pendukung pada lansia, seperti pasangan,
anak, teman, saudara, atau tetangga"
+" &eskripsi 4ari 2husus
Pengkajian terhadap hari khusus yg di miliki oleh lansia"
/*" iwayat 2esehatan dahulu
&ata ini meliputi kondisi kesehatan indi(idu" &ata tentang adanya efek langsung
atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau
kerusakan tulang rawan, riwayat artritis dan osteomielitis"

//" Pemeriksaan 8isik 6injauan Sistem!


Pemeriksaan 8isik secara umum keadaan umum, integument, kepala, mata, telinga,
hidung dan sinus, mulut dan tenggorokan, leher, payudara, pernafasan,
kardio(askuler, gastrointestinal, perkemihan, muskuloskletal, sistem saraf pusat,
sistem endokrin, reproduksi! tidak mengalami gangguan sehingga tidak menjadi

 pengkajian secara khusus" <amun biasanya pada sistem muskuloskeletal perlu dikaji
lebih mendalam"
9dapun hal3hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh, yaitu H
/! 9danya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh penyakit
sendi

)! Pertumbuhan tulang abnormal" 4al ini dapat disebabkan oleh adanya tumor 
tulang"
E! Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar secara
anatomis
4! 9ngulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan sendi, teraba
krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah tulang"

Pe)*($/i$) Tl$)* Bel$($)*

&eformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu H

/! Skoliosis de(iasi kur(antura lateral tulang belakang!

o 1ahu tidak sama tinggi

o aris pinggang yang tidak simetris

o Skapula yang menonjol

Skoliosis tidak diketahui penyebabnya idiopatik!, kelainan kongenital,

atau akibat kerusakan otot para3spinal, seperti poliomielitis"

)! 2ifosis kenaikan kur(antura tulang belakang bagian dada!" Sering

terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular"


E! Lordosis membebek, kur(antura tulang bagian pinggang yang

 berlebihan" Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil

Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas untuk

melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai" Pemeriksan kur(antura tulang

 belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior,

 posterior dan lateral" &engan berdiri di belakang pasien, perhatikan setiap

 perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka" Lipatan bokong normalnya simetris"

2esimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa dalam

 posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan"

Pe)*($/i$) Siste2 Pe&se)i$)

Pengkajian sistem perssendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif 

maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya benjolan" Pemeriksaan sendi

menggunakan alat  goniometer, yaitu busur derajat yang dirancang khusus

untuk e(akuasi gerak sendi"

/! 7ika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas

gerakan ini diangap terbatas" 2eterbatasan ini dapat disebabkan oleh

deformitas skeletal, patologik sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar"

)! 7ika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus diperiksa

adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya efusi!, pembengkakan dan

inflamasi" 6empat yang paling sering terjadi efusi adalah pada lutut"

Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi

mengenai integritas sendi" Suara “gemeletuk”dapat menunjukkan adanya

ligamen yang tergelncir di antara tonjolan tulang" 9danya krepitus karena

 permukaan sendi yang tidak rata ditemukan pada pasien artritis" 7aringan

sekitar sendi terdapat benjolan yang khas ditemukan pada pasien H


/! 9rtritits reumatoid, benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon"

)! out, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi

E! Osteoatritis, benjolan keras dan tidak nyeri merupakan pertumbuhan

tulang baru akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam

kapsul sendi, biasanya ditemukan pada lansia"

2adang3kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di proksimal dan

distal sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut"

Pe)*($/i$) Siste2 Otot

Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan

koordinasi otot, serta ukuran masing3masing otot" 2elemahan sekelompok otot

menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit,

miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot"

Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif,

 perawat akan merasakan tonus otot" 2ekuatan otot dapat diukur dengan

meminta pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan"

Misalnya, otot bisep yang diuji dengan meminta klien meluruskan lengan

sepenuhnya, kemudian fleksikan lengan melawan tahanan yang diberikan oleh

 perawat"

6onus otot kontraksi ritmik otot! dapat dibangkitkan pada pergelangan kaki

dengan dorso3fleksi kaki mendadak dan kuat, atau tangan dengan ekstensi

 pergelangan tangan"

Lingkar ekstrimitas harus diukur untuk memantau pertambaan ukuran akibat

edema atau perdarahan, penurunan ukuran akibat atrofi dan dibandingkan

ekstrimitas yang sehat" Pengukuran otot dilakukan di lingkaran terbesar


ekstrimitas, pada lokasi yang sama, pada posisi yang sama dan otot dalam

keadaan istirahat"

G&$$si U(&$) e($t$) Otot


* ero! 6idak ada kontraksi saat palpasi, paralisis
/ trace! 6erasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan
&engan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan gerakan sendi range o
) poor!
tahanan
&apat melakukan OM secara penuh dan dapat melawan tahanan tingkat sedang
E fair!
&apat melakukan gerakan sendi OM! secara penuh dan dapat melawan gra(

4 good!

A normal!

12 Pengkajian Psikososial dan Spiritual


$ Psikososial
2emampuan sosialisasi lansia pada saat sekarang, sikap lansia dengan orang
lain dan harapan lansia dalam melakukan sosialisasi"

5 Identidikasi Masalah :mosional


Pertanyaan tahap / dan )"
Masalah emosional 5! atau <egatif 3!
6 Spiritual
2aji agama, kegiatan keagamaan, konsep0keyakinan tentang kematian"
1 Pengkajian 8ungsional Lansia
$ Indeks kata
5 Modifikasi dari 1arthel Indeks
14 Pengkajian Status Mental erontik
$ Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Portable Mental Status Juestioner
SPSMJ!
5 Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMS:
Mini Mental Status :xam!
15 Skala Psikologis
Menentukan skala depresi pada lansia"

B Di$*)os$ e3e&$8$t$)
/" <yeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan"
)" angguan mobilitas fisik berhubungan keterbatasan rentang gerak
E" isiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan alat in(asif"
C I)te&9e)si e3e&$8$t$)

No Di$*)os$
T/$)  &ite&i$ I)te&9e)si R$sio)$l
e3e&$8$t$) H$sil
/ <yeri b0d 6ujuan H /" Pantau tingkat /" 6ingkat dan intensitas
inflamasi dan Setelah dilakukan dan intensitas nyeri merupakan data
 pembengkakan  perawatan klien nyeri dasar yang dibutuhkan
melaporkan nyeri  perawat sebagai pedoman
 berkurang atau hilang  pengambilan inter(ensi,
2riteria 4asil H sehingga setiap perubahan
3 Skala nyeri *34 )" Lakukan harus terus dipantau"
3 rimace 3! imobilisasi )" Imobilisasi dapat
3 erakan melokalisir dengan bidai membantu meringankan
nyeri 3! tugas tulang dalam
mempertahankan postur
tubuh sehingga tidak
E" 6inggikan terjadi kekakuan daerah
ekstrimitas yang sekitar yang
nyeri menyebabkan nyeri"
E" Peninggian ekstrimitas
dapat membantu
meningkatkan aliran balik
4" 9jarkan teknik (ena yang menyebaban
relaksasi nafas  pembengkakan berkurang
dalam! sehingga penekanan
daerah cedera menurun"
4" 6eknik relaksasi nafas
dalam ! dapat membantu
menurunkan tingkat
ketegangan sehingga
diharapkan tekanan otot3
otot sekitar daerah cedera
menurun
A" 2olaborasi A" 9nalgesik berfungsi untuk 
 pemberian melakukan hambatan
analgesik sesuai  pada sensor nyeri
 program terapi sehingga sensasi nyeri
 pada klien berkurang"

) angguan 6ujuan H /" Lakukan /" Imobilisasi dapat


mobilitas fisik b0d Setelah dilakukan imobilisasi mengurangi pergerakan
keterbatasan  perawatan, klien dengan bidai daerah cedera sehingga
rentang gerak dapat melakukan  pada daerah tidak terjadi kerusakan
mobilisasi dengan yang mengalami yang berlanjut, hal ini
atau tanpa kerusakan"  juga dapat membantu
bantuan menopang berat tubuh"
 perawat
2riteria hasil H )" 9jarkan )" 2lien mungkin baru
3 2lien dapat  penggunaan alat mengenal dan tidak dapat
melakukan OM  bantu berpindah menggunakan alat bantu
aktif mobilitas seperti kruk atau
3 2lien dapat walker sehingga peran
 berpindah dengan  perawat adalah
 bantuan alat memberikan pendidikan
tentang cara
 penggunaannya"
E" 7elaskan pada E" 2lien mungkin tidak
 pasien tetntang mengerti mengenai tujuan
 pentingnya  pembatasan gerak,
 pembatasan sehingga perawat harus
akti(itas memberikan penyuluhan
tentang pentingnya
 pembatasan akti(itas pada
 pasien cedera"
Pemahaman klien
memungkinkan
 peningkatan daya
kooperatif"
4" Latihan OM 4" Latihan OM dapat
aktif dan mencegah penurunan
 perpindahan masa otot, kontraktur dan
maksimal ) kali  peningkatan (askularisasi"
dalam sehari Sehingga tidak timbul
komplikasi yang tidak
diharapkan
A" 9njurkan A" Partisipasi aktif dapat
 partisipasi membantu pemulihan
 partisipasi aktif kesehatan dan melatih
sesuai kekuatan otot, sehingga
kemampuan diharapkan klien dapat
dalam kegiatan mempertahankan
sehari3hari kekuatannya"

E isiko Infeksi Setelah dilakukan /" Pertahankan /" 9gar gangguan mobilitas
 berhubungan  perawatan, tidak tirah baring fisik dapat berkurang
dengan prosedur terjadi perluasan dalam posisi
 pemasangan alat infeksi pada klien yang di
in(asif" 2riteria hasil H  programkan
3 6idak ada tanda3 )" 6inggikan )" &apat meringankan
tanda infeksi ekstremitas masalah gangguan
3 K1C <ormal yang sakit, mobilitas fisik yang
instruksikan dialami klien
klien 0 bantu
dalam latihan
rentang gerak
 pada
ekstremitas
yang sakit dan
tak sakit
E" 1eri E" &apat meringankan
 penyanggah masalah gangguan
 pada mobilitas yang dialami
ekstremitas klien
yang sakit pada
saat bergerak
4" 7elaskan 4" 9gar klien tidak banyak
 pandangan dan melakukan gerakan yang
keterbatasan dapat membahayakan
dalam akti(itas
A" 1erikan A" Mengurangi terjadinya
dorongan pada  penyimpangan D
klien untuk  penyimpangan yang dapat
melakukan terjadi
92S dalam
lingkup
keterbatasan
dan beri
 bantuan sesuai =" Mengurangi gangguan
kebutuhan mobilitas fisik
=" $bah posisi
secara periodik " 2olaborasi interprofesional
membantu proses
" 2olaborasi
dengan  perawatan klien
8isioterapi 0 lebih efektif 
aoakulasi terapi

DAFTAR PUSTAA

Clifton d" )**+!" Cru sh Injury and Crush Syndrome" $S9H Centers for &isease
Control and Pre(ention;
httpH00www"bt"cdc"go(0masscasualties0blastinjuryfacts"asp

&arren 7" Malinoski, M&, Matthew S" Slater, M&c, ichard 7" Mullins, M& “Crush
injury and rhabdomyolysis”&epartment of Surgery, Oregon 4ealth B Science
$ni(ersity” &"7" Malinoski et al 0 Crit Care Clin )* )**4! //D/+)"
httpH00www.thedenverclinic.com&services&mangled&extremity(trauma(home&35( news
&5)(crush(injury(to(lower(legs.html

&oenges, Marilyn :, dkk," )**/" Penerapan Proses 2eperawatan dan &iagnosa


2eperawatan" 7akarta H :C

:dward 7" <ewton, M&" “9cute Complications of :xtremity 6rauma” &epartment of


:mergency Medicine, 2eck School of Medicine, L9C$SC Medical Center,
1uilding <4 /*//, /)** <orth State Street, Los 9ngeles, C9 +**EE, $S9"
httpH00www"theden(erclinic"com0ser(ices0mangled0extremity3trauma3home0EA3
news0A*3crush3injury3to3lower3legs"html

7ames " &ickson M" &", 89C:P, Crush Injury


httpH00www"bt"cdc"go(0masscasualties0blastinjuryfacts"asp

Mychael"1" Straut" )**E!" Lower Leg 9mputation


httpH00search"mywebsearch"com0mywebsearch0redirect"jhtmlMsearchfor Leg5
9mputation5Surgery"

Fitriana" )**)!" 1agian Ilmu 2edokteran 8isik &an ehabi litasi 8k3$npad 0
sup"&r"4asan Sadikin 8k3$i 0  supn &r"Ciptomangunkusumo"

Anda mungkin juga menyukai