Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ETOLOGI (TINGKAH LAKU MAKHLUK HIDUP)”

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Dra. Hj. ARZITA, M.Si

DISUSUN OLEH :

1. IKHWAL KAIRUL FATWA J1B119020


2. RIZKY ANDIKA PUTRA J1B119057
3. NOVI INDRIANSYAH J1B119032
4. NANDA RIZKI PRATAMA J1B119039
5. MART ABEDNEGO MALAU J1B119044
6. ROY MARTIN NIKODEMUS NAINGGOLAN J1B119035

UNIVERSITAS JAMBI

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami
dengan judul “Etologi (Tingkah Laku Makhluk Hidup)” ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami
sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang


telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini
hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jambi, 22 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Pengertian Teori Perkembangan Etologi.............................................................. 3
B. Teori Perkembangan Etologi..................................................................................... 4
C. Tokoh- tokoh dalam Teori Etologi ............................................................................ 8
D. Fase-fase Kelekatan dalam Teori Etologi ............................................................ 11
E. Mekanisme Perkembangan .................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
B. Saran....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan
logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika
dan juga dapat berarti karakter. Jadi secara etimologi etologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu
dikenalkan sebagai ilmu prilaku hewan. Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology
yang mempelajari prilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
Teori Etologi merupakan sebuah studi yang mengenai tingkah laku lebih
khususnya tingkah laku hewan. Etologi menekankan landasan biologis, dan
evolusioner perkembangan. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical
period) merupakan konsep kunci.
Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku
binatang dalam keadan nyata. Pendirinya adalah Carl Von Frisch soerang pecinta
binatang. Bertahun-tahun ia memelihara berbagai macam binatang dan mengamati
perilakunya. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sekelompok itik
dengan anak-anaknya. Ia memiisahkan dua kelompok anak angsa, satu kelompok
diasuh induknya dan satu kelompok lagi ia asuh sendiri. Setelah beberapa bulan
kelompok anak angsa yang diasuhnya mengidentifikasi Carl Von Frisch sebagai
induknya. Kemanapun Carl Von Frisch pergi mereka selalu mengikuti. Suatu saat
dipertemukan kelompok asuhnya dengan induk aslinya ternyata kelompok yang
diasuh ini menolak induk aslinya.
Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan
kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari
cara-cara yang terstruktur untuk memperoleh ilmu. Metodelogi penelitian dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni metode kuantitatif dan metode kualitatif.

1
Tingkah laku Instingtif adalah tingkah laku yang tidak pernah dipelajari dan
muncul karena stimulus eksternal tertentu. Pola tindakan tertentu juga memiliki
komponen pendorong dasariah, sebuah desakan dari dalam untuk terlibat dalam
tingkah laku instingtif. Contohnya : tindakan penyelamatan diri anak ayam oleh
induknya karena dapat merespon kapan pun jika anak-anaknya berada dalam
bahaya dan dicontohkan pada hasil percobaan Lorenz terhadap dua butir telur
angsa. Telur pertama dierami oleh induknya sedangkan telur kedua dihangatkan di
dalam inkubator. Setelah telur angsa menetas, angsa yang dierami induknya akan
mengikuti tingkah laku induknya dan angsa yang dihangatkan di dalam inkubator
selama belum menetas mengikuti tingkah laku

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian teori perkembangan Etologi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Etologi?
3. Siapa saja tokoh- tokoh dalam teori Etologi?
4. Apa saja fase-fase kelekatan dalam teori Etologi?
5. Apa itu Mekanisme Perkembangan?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Mengetahui Teori Perkembangan Etologi
2. Mengetahui sejarah perkembangan Etologi
3. Mengetahui tokoh-tokoh dalam teori Etologi
4. Mengetahui fase-fase kelekatan dalam teori Etologi
5. Mengetahui mekanisme perkembangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Perkembangan Etologi


Etologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan
logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika
dapat juga berarti karakter. Jadi secara etimologi, etologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu
dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan.
Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau
tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut
digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba
menjelaskan perilaku manusia. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti
ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua
perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari apa yang terjadi di lingkungan
alaminya. Teori Etologi memahami bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi
dengan perilaku binatang. Sifat-sifat yang menonjol dari setiap binatang
diantaranya adalah sifat mempertahankan wilayahnya, bertindak agresif, dan
perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifat-sifat ini ditemukan pula pada diri
manusia. Karena hal tersebut, maka para etolog memandang bahwa insting
merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting dalam memahami perilaku
manusia.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan
manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989)
lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang
pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya
mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting
untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut
langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini

3
diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz
melakukan sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa
kesenjangan yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana
bagi perilaku si anak angsa.
Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam
dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk
ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam
kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan.
Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz
ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu
mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok
kedalam sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat
kotak tersebut diangkat. Tiap kelompokk anak angsa langsung melihat kearah
“ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan
alami periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda
bergerak pertama yang terlihat.
Pendekatan Metodologis dalam etologi (Pendekatan yang memahami tingkah
laku dengan setting yang alamiah) Langkah–langkahnya :
a. Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,
b. Mengamati tingkah laku khasnya,
c. Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.

B. Teori Perkembangan Etologi


1. Teori seleksi alam (Darwin, 1859)
Darwin berpendapat bahwa tidak ada sifat baru yang perlu dimiliki semasa
hidup individu. Pada dasarnya, teori Darwin berjalan sebagai berikut: diantara
anggota-anggota sebuah spesies, terdapat variasi yang tak tehitung jumlahnya dan
diantara anggota yang bermacam-macam itu hanya kelompok tertentu yang
berhasil bertahan hidup yang bisa menghasilkan keturunannya. Dengan demikian
terdapat ‘perjuangan untuk bertahan hidup’ dimana anggota-anggota terbaik

4
sebuah spesies dapat hidup cukup panjang untuk meneruskan sifat unggul mereka
kepada generasi berikutnya. Terhadap jumlah generasi yang tak terhitung
jumlahnya itu, alam kemudian ‘memilih’ siapa-siapa yang bisa beradaptasi paling
dengan lingkungan mereka.
Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat).
Menurut Darwin, Istilah ‘perjuangan untuk bertahan hidup’ (survival for the
existence) adalah yang unggul yang bisa bertahan hidup (survival of the fittest).
Darwin juga merupakan ilmuwan pertama yang memberikan perhatian pada
perkembangan melalui observasi yang hati-hati terhadap bayi-bayi. Di samping
itu, Darwin pun membahas tentang keadaan emosional pada bayi. Menurutnya
sangat sulit untuk mengetahui seberapa dini bayi dapat menunjukkan dirinya
sedang marah. Ia mengatakan bahwa bayi yang baru berumur 8 hari akan
mengerutkan kening disekitar matanya sebelum ia menangis. Hal ini bisa
menandakan bahwa bayi tersebut merasakan menderita atau sulit tapi bukan
marah (Karl,1982).
2. Etologi Modern ( Lorenz dan Tindbergen)
Etologi modern lahir sebagai suatu pandangan penting karena pekerjaan para
pakar ilmu hewan Eropa, khususnya Konrad Lorenz (1903-1989). Etologi
menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting
(critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam
perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal.
Konsep etologi untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam satu periode
waktu yang kritis yang melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak
pertama kali. Para Etologist adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka
yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku.
Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti : di
rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Oleh karena
itu pendekatan metodologis teori etologis merupakan pendekatan yang memahami
tingkah laku dengan setting yang alamiah.
Langkah–langkahnya :

5
a. Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,
b. Mengamati tingkah laku khasnya,
c. Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.
Tingkah laku Instingtif adalah tingkah laku yang tidak pernah dipelajari dan
muncul karena stimulus eksternal tertentu. Pola tindakan tertentu juga memiliki
komponen pendorong dasariah, sebuah desakan dari dalam untuk terlibat dalam
tingkah laku instingtif. Contohnya : tindakan penyelamatan diri anak ayam oleh
induknya karena dapat merespon kapan pun jika anak-anaknya berada dalam
bahaya dan dicontohkan pada hasil percobaan Lorenz terhadap dua butir telur
angsa. Telur pertama dierami oleh induknya sedangkan telur kedua dihangatkan di
dalam inkubator. Setelah telur angsa menetas, angsa yang dierami induknya akan
mengikuti tingkah laku induknya dan angsa yang dihangatkan di dalam inkubator
selama belum menetas mengikuti tingkah laku Lorenz (T Lawton, Joseph, 1982).

3. Teori Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999)


Teori ini dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku
hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak
manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku
lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara
biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (dalam
Hetherington dan Parke, 1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam
secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan
mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan
meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk
merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon
biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan
kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment). Teori etologi juga
menggunakan istilah “Psychological Bonding” yaitu hubungan atau ikatan
psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan
berkonotasi dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby
menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan

6
mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat
berkembang.
Tingkah laku lekat (attachment behavior) adalah beberapa bentuk perilaku
yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan
seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman
lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit dan terancam. Ada dua
stimulus yang membuat merasa terancam, yaitu : 1) stimulus yang berbentuk
besar, suaranya keras, datang secara tiba-tiba dan berubah dengan cepat; 2) objek
yang bagi anak merupakan sesuatu yang asing. Jika anak berada dalam kondisi ini
maka sistem kelekatannya diaktifkan. Anak akan bergerak mendekat untuk
melihat atau memeriksa keberadaan ibunya. Adapun tujuan tingkah laku lekat
adalah mendapatkan kenyamanan dari pengasuh (Bowlby dalam Durkin 1995).
Terkait Pengertian Teori Etologi, Tokoh Teori Etologi, dan Aplikasi Teori Etologi
yaitu :
a. Perkembangan Sosioemosi Pada Masa Remaja Perkembangan Sosioemosi.
b. Sejarah Hidup, Sruktur Kepribadian, dan Perkembangan Psikoseksual Sejarah
Hidup, Struktur dan Kepribadian.
Menurut Ainsworth (dalam Adiyanti,1985) tingkah laku lekat adalah berbagai
macam tingkah laku yang dilakukan anak untuk mencari, menambah dan
mempertahankan kedekatan serta melakukan komunikasi dengan figur lekatnya.
Capitanio (dalam Adiyanti, 1985) berpendapat bahwa tingkah laku lekat
merupakan sesuatu yang dapat dilihat, namun kadang perilaku ini dapat muncul
dan kadang tidak. Intensitas perilaku lekat sangat bervariasi dan tergantung pada
situasi lingkungan. Tingkah laku lekat ini ditujukan pada figur tertentu dan tidak
ditujukan pada semua orang (Ainsworth dalam Ervika, 2000).
Telah disebutkan sebelumnya pada teori etologi bahwa sebetulnya tingkah
laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Bentuk tingkah
laku lekat pada ibu berupa sikap yang ingin mempertahankan kontak dengan anak
dan memperlihatkan ketanggapan terhadap kebutuhan anak. Tingkah laku lekat ini
berfungsi membantu individu bertahan dan menjaga anak dibawah perlindungan
orang tua. Bowlby (dalam Stams, Juffer dan Ijzendoorn, 2002) menyebutnya

7
dengan istilah “care taking behavior” yang merupakan bagian program biologis
yang tidak dipelajari.
Tingkah laku lekat tidak berhubungan dengan kebutuhan makan, melainkan
mendapatkan perlindungan dari ibu. Unsur penting dalam pembentukan kelekatan
adalah peluang untuk mengembangkan hubungan yang timbal balik antara
pengasuh dan anak. interaksi anak dengan pengasuh membutuhkan waktu dan
pengulangan, dalam hal ini fungsi orang tua adalah memulai interaksi, bukan
sekedar memberi respon terhadap kebutuhan anak (Newman dan Newman dalam
Hadiyanti,1992).
Interaksi yang intens antara ibu dan anak biasanya dimulai saat proses
pemberian ASI (air susu ibu). Melalui proses pemberian ASI diharapkan akan
berkembang kelekatan dan tingkah laku lekat karena dalam proses ini terjadi
kontak fisik yang disertai upaya untuk membangun hubungan psikologis antara
ibu dan anak. Berkaitan dengan tingkah laku lekat, Ainsworth (dalam Papalia dan
Old 1986) menyebutkan ada mekanisme yang disebut dengan “working model”
atau istilah Bowlby (Pramana 1996; Parker dkk, 1995; Bretherton, Golby dan Cho
1997; Mc Cartney dan Dearing, 2002) disebut dengan “internal working model”.

C. Tokoh- tokoh dalam Teori Etologi


1. Konrad Z. Lorenz (Austria, 1903-1989)
Sebagai Bapak Ethologi Modern (Father of modern ethology) yang juga telah
meraih Hadiah Nobel pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan
ornitologi berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen
yang juga seorang ahli tingkah laku hewan (ethologist). Mereka berdiskusi
tentang hubungan antara respon penyesuaian tempat dengan mekanisme pelepasan
yang dapat menjelaskan timbulnya tingkah laku berdasarkan insting. Pemikiran
mereka merupakan cikal bakal lahirnya etologi.

8
2. Nikolas Tinbergen ( Den Haag, 1907 – 1988 )
Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam
fisiologi atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad
Lorenz atas penemuan mereka di bidang biologi. Tinbergen terkenal dengan
empat pertanyaan yang dipercayainya yang harus ditanyakan berkenaan dengan
berbagai perilaku binatang. Selain itu, dengan metodenya ia menerapkannya
untuk menangani gejala autisme pada anak.
Kerjasama Lorenz dan Tinbergen, mengemukakan bahwa etologi selalu
memperhatikan empat jenis penjelasan setiap perilaku:
a. Fungsi: Bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan
untuk kelangsungan hidup dan reproduksi?
b. Penyebab: Apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana
telah diubah oleh pembelajaran terkini?
c. Pengembangan: Bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah
pengalaman awal yang perlu untuk perilaku dapat diperlihatkan?
d. Sejarah evolusioner: Bagaimana perilaku jika dibandingkan dengan perilaku
bersama dalam spesies yang terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui
proses filogeni?
Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan
terjadi dan dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut
stimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat
dibandingkan melintasi spesies bebek dan angsa, serta persamaan dan perbedaan
antara perilaku yang dibandingkan dengan persamaan dan perbedaan dalam
morfologi.
Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu
umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota
spesies mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk
penting komunikasi hewan dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit
sederhana.
Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang
ditempatkan di tengah lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus

9
dipindahkan disamping sarangnya. Ternyata tawon tersebut kembali ketengah
lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula setelah lingkaran bunga pinus diganti
dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan disebelahnya dibentuk segitiga dari
bunga pinus dengan sarang di tengahnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tawon
kembali ke lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus. Hasil
tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan
terus menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu..

3. JohnBowlby (1907-1990)
Seorang psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam
perkembangan anak. Bowlby lahir di London. Teori Bowlby (Teori Kelekatan)
dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut
teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku sangat lekat pada anak sehingga
diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebenarnya tingkah laku kelekatan
tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara
biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan
Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi
bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan
perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu
dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan
perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini
adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling
menguntungkan (mutuality attachment).
Teori etologi juga menggunakan istilah psychological bonding yaitu hubungan
atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang
hidup dan berhubungan dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992).
Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan
mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat
berkembang. Dalam kehidupannya seringkali manusia menghadapi ancaman
untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga

10
mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka harus
mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment).
Sexual imprinting adalah proses-proses yang dipelajari oleh individu untuk
mengarahkan perilaku seksualnya dalam kelompok spesiesnya. Pada penelitian
cross-fostering (ibu asuh) yang dilakukan, dimana suatu individu dibesarkan oleh
orang tua atau induk yang berbeda dari individu tersebut, sehingga
memperlihatkan bahwa imprintingnya juga akan muncul pada awal-awal
kehidupannya. Pada kebanyakan spesies burung, penelitian ini telah menunjukkan
bahwa burung yang perkembangannya diasuh oleh orang tua atau induk lain.
Tingkah laku lain yang ditunjukkan oleh hewan selain imprinting juga dapat
diamati. Misalnya saja adalah perilaku hewan-hewan yang membutuhkan bermain
dalam hidupnya. Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kucing suka bermain-
main dengan obyek yang bisa bergerak-gerak yang membuatnya sangat menarik.
Sama halnya dengan manusia pada saat masa anak-anak, mereka suka bermain.

D. Fase-fase Kelekatan dalam Teori Etologi


Kelekatan anak mengikuti arah yang serupa dengan proses pencetakan
(imprinting) pada hewan. Pencetakan adalah proses dimana hewan belajar stimuli
pemicu untuk melepaskan insting-insting sosial mereka.
Pada manusia, kita dapat mengamati proses serupa, meskipun berkembang sangat
lambat. Selama minggu-minggu pertama hidupnya bayi tidak bisa secara aktif
mengikuti objek lewat keinginan mereka sendiri melainkan hanya melakukan
respon sosial langsung kepada orang-orang. Namun, sejak usia 3 bulan mereka
mulai mempersempit kemelekatan mereka hanya kepada beberapa orang, dan
akhirnya pada satu orang saja.

Pola-pola kelekatan menurut Mary Ainsworth


Menurut Ainsworth (dalam Belsky, 1988) hubungan kelekatan berkembang
melalui pengalaman bayi dengan pengasuh ditahun-tahun awal kehidupannya.

11
Intinya adalah kepekaan ibu dalam memberikan respon atas sinyal yang diberikan
bayi, sesegera mungkin atau menunda, respon yang diberikan tepat atau tidak.
Kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif
antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus.
Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman
walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. Sebagian besar anak
telah membentuk kelekatan dengan pengasuh utama (primary care giver) pada
usia sekitar delapan bulan dengan proporsi 50% pada ibu, 33% pada ayah dan
sisanya pada orang lain (Sutcliffe,2002).Kelekatan bukanlah ikatan yang terjadi
secara alamiah. Ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk membentuk
kelekatan tersebut.
Dalam hal ini Ainsworth bersama rekannya mengamati kemunculan tiga pola
dasar :
1. bayi-bayi yang tetap merasa aman,bayi yang akan merasa aman dan
akan mengeksplorasi ruangan bermain selama ibunya tetap berada
disampingnya
2. bayi-bayi yang tidak merasa aman dan ingin menghindar,bayi yang
menunjukkan pola ini terlihat cukup independen selama menjalani
situasi asing. Segera setelah melihat ruangan bermain langsung
mengeksplorasi mainan yang ada.
3. bayi-bayi yang tidak merasa aman namun bersikap ambivalen,dalam
situasi asing, bayi-bayi model ini begitu lengket dengan ibunya
kemanapun ibunya pergi dan tidak mau mengeksplorasi ruang bermain.
Anak yang memiliki orang tua yang mencintai dan dapat memenuhi kebutuhannya
akan mengembangkan model hubungan yang positif yang didasarkan pada rasa
percaya (trust). Selanjutnya secara simultan anak akan mengembangkan model
yang paralel dalam dirinya.
Anak dengan orang tua yang mencintai akan memandang dirinya “berharga”.
Model ini selanjutnya akan digeneralisasikan anak dari orang tua pada orang lain,
misalnya pada guru dan teman sebaya. Anak akan berpendapat bahwa guru dan
teman adalah orang yang dapat dipercaya. Sebaliknya anak yang memiliki

12
pengasuh yang tidak menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan (mistrust)
dan tumbuh sebagai anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin hubungan
sosial.

E. Mekanisme Perkembangan
1. Etologi menekankan pada proses biologis yang berinteraksi dengan
pengalaman. Kematangan fisik, termasuk perubahan hormonal, perkembangan
lokomotor, dan peningkatan efisiensi sistem saraf menandai pentingnya periode
sensitif.
2. Sebagai tambahan dari perubahan biologis sepanjang rentang kehidupan,
terdapat kemampuan belajar yang innate (yang umum & spesifik). Kemampuan
ini terkait dengan tingkah laku insting, yaitu tingkah laku yang tidak pernah
dipelajari dan muncul karena stimulus eksternal tertentu. Contohnya: tindakan
penyelamatan diri anak ayam oleh induknya karena dapat merespon kapanpun jika
anak-anaknya berada dalam bahaya.
3. Kemampuan belajar yang dibangun sampai sistem saraf inilah yang
memungkinkan organisme dapat belajar dari pengalamannya.
4. Etologis juga mempelajari perilaku yang dipelajari (learned behavior) yang
ditujukan untuk adaptasi.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau
tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut
digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba
menjelaskan perilaku manusia. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti
ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami.
Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat
dipengaruhi oleh biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori
etologi merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku
hewan. Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis
pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata
lain, ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, baik isi,
format dan pengetikannya. Oleh sebab itu, penulis sangat senang apabila Pihak
terkait untuk memberi saran agar lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://portalrimbawan.blogspot.com/2019/03/makalah-etologi.html

http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/pengertian-teori-etologi-tokoh-teori.html

https://kongkoh.blogspot.com/2010/01/teori-teori-etologi.html

14

Anda mungkin juga menyukai