Anda di halaman 1dari 11

TEORI ETOLOGI

LORENZ : IMPRINTING

MAKALAH

untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik


Dosen Pengampu : Delisma Wisnu Adi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Indri Kurnia Sari (K2315036)

Septi Afriyani (K2315058)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya.


Interaksi ini merupakan salah bentuk adaptasi agar makhluk hidup tetap lestari di
muka bumi. Pada hewan, hewan dikatakan telah berintaraksi dengan lingkungannya
jika hewan dapat berkomunikasi, bergerak, mencari makan, dan berinteraksi secara
sosial.
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respon
terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Respon dikatakan perilaku jika respon
tersebut berpola, yaitu respon yang sama akan diberikan pada stimulus-stimulus
tertentu. Perilaku hewan dipelajari secara khusus dalam etologi.
Ethology menekankan bahwa perilaku adalah produk dari evolusi dan
ditentukan secara biologis. Kajian dalam etologi adalah perilaku atau tingkah laku
hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teori etologi
dipelajari oleh beberapa tokoh yaitu Charles Darwin, Bowlby, Konrad Lorenz, dan
Niko Tindbergen.

B. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini ditulis untuk mencapai beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian teori etologi dalam teori perkembangan
2. Mengetahui pengertian imprinting
3. Mengetahui contoh-contoh perilaku imprinting dalam kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI ETOLOGI
Etologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan
logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dapat
juga berarti karakter. Jadi secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu
perilaku hewan.
Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau
tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu
yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam
pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku
manusia. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari
perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah
bentuk reaksi dari apa yang terjadi di lingkungan alaminya. Teori etologi memahami
bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan perilaku binatang. Sifat-sifat
yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah sifat mempertahankan
wilayahnya, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifat-sifat ini
ditemukan pula pada diri manusia. Karena hal tersebut, maka para etolog memandang
bahwa insting merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting dalam memahami
perilaku manusia.
Teori etologi merupakan teori yang mengatakan bahwa pada dasarnya
sumber dari semua perilaku sosial ada dalam gen. Ada insting dalam makhluk untuk
mengembangkan perilakunya. Analogi yang dikemukakan adalah genes setting the
stage, and society writing the play. Teori ini memberikan dasar bagi pemahaman
periode kritis perkembangan dan perilaku melekat pada anak segera setelah
dilahirkan. Kepekaan terhadap jenis pengalaman yang berbeda berubah sepanjang
siklus kehidupan. Adanya atau tidak adanya pengalaman-pengalaman tertentu pada
waktu tertentu selama masa hidup mempengaruhi individu dengan baik di luar waktu
pengalaman-pengalaman itu pertama kali terjadi. Para etologi yakin bahwa
kebanyakan pakar psikologi meremehkan pentingnya kerangka waktu khusus ini pada
awal perkembangan dan peran yang kuat yang dimainkan evolusi dan landasan
biologis dalam perkembangan.
Perluasan pandangan etologi akhir-akhir ini telah meningkatkan statusnya
sebagai perspektif perkembangan yang berharga. Satu perubahan penting yaitu
daripada menekankan pada periode kritis yang kaku dan sempit, kini teori etologi
menawarkan periode sensitif yang lebih panjang. Salah satu dari beberapa penerapan
penting teori etologi pada perkembangan manusia meliputi teori kelekatan John
Bowlby (1969, 1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan pada pengasuh selama
satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup. Dalam
pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang mempunyai dasar untuk
berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki hubungan sosial positif
dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya negatif dan tidak
aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi kesulitan
dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi.
Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait
dengan evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting
(critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan
yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal. Para Etolog adalah para
pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting
yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam
lingkungan alamiahnya seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah
sakit dan lain-lain.
Dasar etologi dipergunakan untuk menerangkan tingkah laku pada bayi yang
diperlihatkan secara umum, misalnya semua bayi pada umur dua atau tiga bulan bisa
tersenyum, umur satu tahun mulai bisa mengucapakan beberapa kata, jadi pada
tingkah laku yang sulit dijelaskan oleh teori belajar, atau yang diperoleh dari hasil
mempelajari sesuatu. Etologi tidak lepas dari pengertian naluri, yaitu pengertian
mengenai tingkah laku yang diperoleh dari lahir dan yang sama pada semua jenis
(Gunarsa, 2008: 169).

B. IMPRINTING
Ethology menekankan bahwa perilaku adalah produk dari evolusi dan
ditentukan secara biologis. Setiap spesies mempelajari adaptasi untuk bertahan hidup,
dan melalui proses seleksi alam, yang paling baik adalah yang mampu hidup untuk
mewariskan sifat-sifatnya kepada keturunannya.
Konrad Zacharias Lorenz lahir pada tanggal 7 November 1903 di Kota
Vienna, Austria. Dia adalah anak kedua dari seorang dokter bedah terkenal bernama
Prof.Dr.Adolf Lorenz dan istrinya Emma. Lorenz dibesarkan dalam sebuah rumah
luas yang dilengkapi degan taman. Rumah tersebut terletak di Alternberg, di dekat
Vienna. Sejak kecil, Lorenz telah menyayangi berbagai jenis hewan yang hidup di
sekitarnya. Ia merupakan seorang ahli psikolog, zoology, dan ornitologi
berkebangsaan Austria.
Konrad Lorenz (1903-1989) merupakan ahli ethologi peraih hadiah Nobel,
meneliti pola-pola perilaku dari kawanan angsa dan menemukan bahwa anak angsa
terlahir dengan insting untuk mengikuti induknya (Santrock 1995; Rice, 2002).
Perilaku ini ada sejak lahir dan merupakan bagian dari insting mereka untuk bertahan
hidup. Lorenz juga menemukan bahwa jika anak angsa tersebut ditetaskan dalam
inkubator, mereka akan mengikuti benda yang pertama bergerak yang mereka lihat,
yang mempercayai benda itu sebagai induknya. Lorenz bersiaga ketika tutup
inkubator diangkat. Ia adalah orang pertama yang anak angsa lihat, jadi sejak itu anak
angsa tersebut mengikuti Lorenz seolah ia induknya. Anak angsa tersebut bahkan
mengikuti Lorenz ketika ia berenang. Lorenz menyebut proses ini sebagai imprinting,
yang meliputi pengembangan kasih sayang yang cepat pada benda pertama yang
dilihat. Lorenz menemukan bahwa ada periode kritis atau periode penting, tak lama
setelah penetasan, selama mana imprinting akan terjadi.
Gambar 2.1. Imprinting oleh Konrad Lorenz

1. Tiga Tahun Pertama


Banyak orang tua yang kurang peduli atas perkembangan anaknya pada
masa tiga tahun pertama. Mereka tidak sadar bahwa tiga tahun pertama
perkembangan seseorang adalah masa yang penting. Hal ini disebabkan karena
pada masa awal kehidupan seorang anak manusia, khususnya tiga tahun pertama,
pikiran sadar anak belum berkembang. Pada periode ini anak menjalankan suatu
aktivitas secara murni menggunakan pikiran bawah sadar. Karena pikiran sadar,
yang berfungsi sebagai filter mental, belum beroperasi atau belum aktif, apa pun
yang dialami anak, semua kesan atau impresi yang didapat dari kelima inderanya
akan diserap 100%, baik itu hal yang baik maupun yang buruk (Gunawan, 2007:
31-32).
Pada akhirnya, apa yang anak lakukan seperti yang disebutkan di atas
disebut dengan imprint. Konrad Lorenz mendefinisikan imprint sebagai a
significant event from the past in which you formed a belief or a cluster of beliefs
(kejadian luar biasa di masa lalu yang menjadi landasan membentuk sebuah
kepercayaan atau kumpulan kepercayaan).
Imprint mengacu pada proses tertanamnya ide atau konsep yang sangat
kuat ke dalam pikiran bawah sadar seseorang sehingga mampu mempengaruhi
pola perilaku, berpikir dan perasaannya. Imprint mudah terjadi ketika filter mental
belum terbentuk, yaitu usia tiga tahun pertama. Agar bisa terjadi imprint, maka ide
atau konsep harus disampaikan secara berulang-ulang atau hanya sekali ketika
emosi seseorang itu dalam kondisi intens (Gunawan, 2007: 32).
Menurut Willy Wong dan Andri Hakim dalam bukunya yang berjudul
Dahsyatnya Hipnosis (2009 : 106), imprint merupakan sistem keyakinan yang
ditanamkan oleh figur yang dipandang memiliki otoritas bagi penderita.
2. Terbatas oleh Waktu
Penanaman (imprinting) adalah pembelajaran yang terbatas pada suatu
periode waktu kritis (critical period) dan pada umumnya tidak dapat balik
(irreversibel). Periode kritis yaitu suatu fase terbatas dalam perkembangan
seseorang ketika pembelajaran perilaku tertentu dapat berlangsung. Imprinting
sangat berkaitan erat dengan perilaku bawaan dan banyak ditemukan pada
kehidupan hewan. Seperti pada ikatan antara induk angsa dan anaknya, ikatan
antara induk yang merawat anak tersebut merupakan suatu bagian kritis dalam
siklus reproduksi. Jika ikatan itu gagal, maka induk tidak dapat memulai menjalin
ikatan untuk merawat anaknya. Hal ini mengakibatkan kematian keturunan dan
kelestarian reproduksi induk tersebut menurun bahkan menghilang (Campbell,
Reece & Mitchell, 2004: 308).
Dalam percobaan yang dilakukan oleh Konrad Lorenz, ia menemukan
bahwa angsa yang secara total terisolasi dari suatu benda bergerak selama dua hari
pertama setelah menetas, yang merupakan periode kritis untuk mengalami
imprinting pada induk, gagal untuk melakukan imprinting apapun setelah masa
tersebut terlewati. Diperoleh bahwa angsa hanya memberikan respon dan
mengidentifikasi dari benda pertama yang dilihat dan memiliki karakteristik
sederhana tertentu.

Gambar 2.2. Sonogram Kicauan Burung Pipit

Akan tetapi, telah dibuktikan bahwa pembelajaran yang serupa juga


terjadi pada hewan yang lebih tua dengan waktu periode kritis yang beraneka
ragam. Sebagai contoh, persis seperti anak burung yang memerlukan imprinting
untuk mengetahui induknya, burung dewasa pun harus diberi penanaman untuk
mengenali anaknya. Selama sehari atau dua hari setelah anaknya menetas, burung
camar herring dewasa akan menerima dan membela anak burung lain bahkan
memasukkan ke dalam sangkarnya. Setelah terjadi imprinting, yang kemungkinan
yang sebagian besar didasarkan pada petunjuk individual yang bervariasi, seperti
nada panggilan oleh anak burung, burung dewasa akan membunuh dan memakan
anak burung lain yang tidak dikenalinya (Campbell, Reece & Mitchell, 2004: 309).

Gambar 2.3. Burung Camar Herring dan Anaknya

BAB III
KESIMPULAN
Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau
tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu
yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam
pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku
manusia. Dasar etologi dipergunakan untuk menerangkan tingkah laku pada bayi
yang diperlihatkan secara umum, pada tingkah laku yang sulit dijelaskan oleh teori
belajar, atau yang diperoleh dari hasil mempelajari sesuatu.
Imprint mengacu pada proses tertanamnya ide atau konsep yang sangat kuat
ke dalam pikiran bawah sadar seseorang sehingga mampu mempengaruhi pola
perilaku, berpikir dan perasaannya. Imprint mudah terjadi ketika filter mental belum
terbentuk, yaitu usia tiga tahun pertama. Agar bisa terjadi imprint, maka ide atau
konsep harus disampaikan secara berulang-ulang atau hanya sekali ketika emosi
seseorang itu dalam kondisi intens.
Penanaman (imprinting) adalah pembelajaran yang terbatas pada suatu
periode waktu kritis (critical period) dan pada umumnya tidak dapat balik
(irreversibel). Periode kritis yaitu suatu fase terbatas dalam perkembangan seseorang
ketika pembelajaran perilaku tertentu dapat berlangsung. Imprinting sangat berkaitan
erat dengan perilaku bawaan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J.B Reece., & L.G Mitchell. (2004). Biology Fifth Edition. Terj.
Wasmen Manalu. Jakarta: Erlangga
Fitriani, Wahidah. (2014). Teori Etologi: Pengertian teori Etologi, Tokoh-tokoh
Etologi, dan Aplikasi teori Etologi. Modul Perkuliahan Universitas Mercu
Buana, Jakarta. Diperoleh pada 25 Februari 2017, dari http://modul.
mercubuana.ac.id/files/pbael/pbaelmercubuanaacid/Modul520Backlink/

Gunarsa, Singgih D. (2008). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta : Gunung
Mulia

Gunawan, Adi W. (2007). The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Izzaty, Eka, dkk. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Makalah Tidak


Dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Diperoleh pada
25 Februari 2017, dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ pendidikan/Dr.
%20Rita%20Eka%20Izzaty,%20S.Psi.,%M.Si./Buku%20PPD-revisi
%20akhir.pdf

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development. Terj. Achmad Chusairi dan Juda
Damanik. Jakarta: Erlangga.

Wong, Willy dan Andri Hakim. (2009). Dahsyatnya Hipnosis. Jakarta: Visimedia

Anda mungkin juga menyukai