Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos
yang berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dan juga
dapat berarti karakter. Jadi secara etimologi etologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu
prilaku hewan. Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari prilaku
atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Teori Etologi merupakan sebuah studi yang mengenai tingkah laku lebih
khususnya tingkah laku hewan. Etologi menekankan landasan biologis, dan
evolusioner perkembangan. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical
period) merupakan konsep kunci.

Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku


binatang dalam keadan nyata. Pendirinya adalah Carl Von Frisch soerang pecinta
binatang. Bertahun-tahun ia memelihara berbagai macam binatang dan mengamati
perilakunya. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sekelompok itik dengan
anak-anaknya. Ia memiisahkan dua kelompok anak angsa, satu kelompok diasuh
induknya dan satu kelompok lagi ia asuh sendiri. Setelah beberapa bulan kelompok
anak angsa yang diasuhnya mengidentifikasi Carl Von Frisch sebagai induknya.
Kemanapun Carl Von Frisch pergi mereka selalu mengikuti. Suatu saat dipertemukan
kelompok asuhnya dengan induk aslinya ternyata kelompok yang diasuh ini menolak
induk aslinya.

Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran


menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran,
tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari cara-cara yang

1
terstruktur untuk memperoleh ilmu. Metodelogi penelitian dapat dilakukan dengan
dua cara, yakni metode kuantitatif dan metode kualitatif.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apa pengertian dari etologi ?


2. Apa saja teori dari perkembangan etologi ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh dalam teori etologi ?
4. Bagaimana fase-fase kelekatan perkembangan manusia dalam teori etologi ?
5. Jelaskan mekanisme perkembangan dari toeri etologi

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :

1. Mengetahui pengertian dari etologi.


2. Mengetahui teori perkembangan etologi
3. Mengetahui tokoh-tokoh dalam teori etologi
4. Mengetahui fase-fase kelekatan perkembangan manusia dalam teori etologi
5. Mengetahui mekanisme perkembangan dari teori etologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etologi

Etologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan
logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dapat
juga berarti karakter. Jadi secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu
perilaku hewan.

Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau
tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu
yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam
pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku
manusia. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari
perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah
bentuk reaksi dari apa yang terjadi di lingkungan alaminya. Teori Etologi memahami
bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan perilaku binatang. Sifat-sifat
yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah sifat mempertahankan
wilayahnya, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifat-sifat ini
ditemukan pula pada diri manusia. Karena hal tersebut, maka para etolog memandang
bahwa insting merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting dalam memahami
perilaku manusia

Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan


manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989) lebih
sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada
awalnya dianggap telahterprogram dalam gen burung. Pengamatannya mengenai

3
seekor anak angsa yang baru lahirsepertinya dilahirkan dengan insting untuk
mengikuti ibunya.

Pengamatanmenunjukkan bahwa anak angsa tersebut langsung mengikuti ind


uknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini diprogram kedalam anak angsa
tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukansebuah eksperimen yang
mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yangdiwariskan ini
merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa.Lorenz
memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua
kelompok.Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan.
Kelompok yang lainditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok
pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan.

Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz
ketika merekamenetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu
mereka. Lorenz menandaianak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok
kedalam sebuah kotak.Ibu angsa dan“Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak
tersebut diangkat. Tiap kelompok anak angsa langsung melihat kearah “ibunya”.
Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami periode
kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang
terlihat

2.2 Teori Perkembangan Etologi

Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat


dipengaruhi oleh biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi
merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku hewan.Teori
ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam
berubah sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata lain, ada periode kritis atau
sensitif bagi beberapa pengalaman. Jika kita gagal mendapat pengalaman selama
periode kritis tersebut, teori etologi menyatakan bahwa perkembangan kita tidak

4
mungkin dapat optimal. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period)
merupakan konsep kunci. Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat
terhadap perilaku binatang dalam keadaan nyata.

Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu hewan Eropa lain membuat
psikologi perkembangan Amerika mengetahui pentingnya dasar biologis dari
perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan pemaknaan teori etologi masih
kekurangan bahan-bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke tingkat
sejajar dengan lain. Secara khusus, hanya sedikit atau bahkan tidak ada dalam
pandangan etologi klasik yang membahas mengenai karakteristik hubungan sosial
sepanjang rentang kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh teori
perkembangan manapun. Teori etolog klasik lemah dalam mensimulasikan studi
dengan manusia.

Perluasan pandangan etologi akhir-akhirnya ini telah meningkatkan statusnya


sebagai perspektif perkembangan yang berharga. Satu perubahan penting yaitu
daripada menekankan pada periode kritis yang kaku dan sempit, kini teori etologi
menawarkan periode sensitif yang lebih panjang. Salah satu dari beberapa penerapan
penting teori etologi pada perkembangan manusia meliputi teori kelekatan John
Bowlby (1969,1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan pada pengasuh selama
satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup. Dalam
pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang mempunyai dasar untuk
berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki hubungan sosial positif
dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya negatif dan tidak
aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi kesulitan
dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi.

Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait


dengan evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting
(critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan

5
yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal. Para Etolog adalah para
pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting
yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam
lingkungan alamiahnya seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah
sakit dan lain-lain.

Pendekatan Metodologis dalam etologi (Pendekatan yang memahami tingkah


laku dengan setting yang alamiah) Langkah–langkahnya :

1. Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,


2. Mengamati tingkah laku khasnya,
3. Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.

Kepekaan terhadap jenis pengalaman yang berbeda sepanjang siklus


kehidupan. Adanyaatau tidak adanya pengalaman-pengalaman tertentu pada waktu
terbiologis dalam tertentuselama masih hidup mempengaruhi individu dengan baik di
luar waktu pengalaman- pengalaman itu pertama kali terjadi. Pakar etologi yakin
bahwa kebanyakan pakar psikologimeremehkan pentingnya kerangka waktu khusus
ini pada awal perkembangan dan peran yangkuat yang dimainkan evolusi dan
landasan biologis dalam perkembangan ( Charlesworth, 1992;Hinde, 1992)

Etologi lahir sebagai suatu pandangan penting karena pekerjaan para pakar ilmu
hewanEropa, khususnya Konrad Lorenz (1903-1989). Etologi (ethology)menekankan
bahwaperilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai
oleh periode yang penting atau peka.

Melalui penelitian yang sebagian besar dilakukan dengan angsa abu-abu,


Lorenz (1965)memepelajari suatu pola perilaku yang dianggap diprogramkan di
dalam burung. Seekor anakangsa yang baru ditetaskan tampaknya dilahirkan dengan
naluri untuk mengikuti induknya.

6
Pengamatan memperlihatkan bahwa anak angsa mampu berperilaku demikian
segera setelahditetaskan. Lorenz membuktikan bahwa tidak benar anggapan bahwa
perilaku semacam itudiprogramkan pada binatang. Pada seperangkat percobaan yang
luar biasa., Lorenzmemisahkan telur- telur seekor angsa ke dalam dua kelompok.
Satu kelompok ia kenbalikankepada angsa untuk dierami olehnya; kelompok yang
lain ditetaskan dalam suatu inkubator.Anak-anak angsa dalam kelompok pertama
berbuat seperti yang diramalkan, mereka mengikutiinduk mereka segera setelah
mereka menetas. Akan tetapi, anak-anak angsa dalam inkubatoryang melihat Lorenz
ketika mereka pertama kali menetas, mengikutinya ke mana saja, seolaholah ia adalah
induk mereka. Lorenz menandai anak-anak angsa dan kemudian menempatkankedua
kelompok di bawah suatu kotak diangkat. Masing-masing kelompok anak angsa
pergilangsung ke”induk”-nya (lihat Gambar 2.2). Lorenz menyebut proses ini
imprinting.konsep etologi untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu
periode waktu yang kritis yangmelibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat
bergerak pertama kali.

Konrad Lorenz, seorang mahasiswa yang memelopori perilaku binatang,


diikuti berenang olehtiga ekor angsa berwarna abu-abu hasil imprint. Lorenz
menggambarkan angsa abu-abu yangdiimprint belajar cepat dan alamiah dalam suatu
periode penting yang meliputi kedekatandengan obyek yang terlihat bergerak pertama
kali.Bagi anak angsa, periode yang penting ialah 36 jam pertama setelah
lahir.Pandangan etologis Lorenz dan pakar ilmu hewan Eropa memaksa para pakar
psikologi perkembanganAmerika untukmengakuipentingnya landasan
biologis perilaku. Akan tetapi, penelitian dan landasan teori etologi tampaknya masih
kekurangan beberapa bahan yang akan mengangkatnya ke tingkat yang sama dengan
teori lain yang sudah didiskusikan sejauh ini didalam bab ini.

Secara khusus, hanya sedikit atau tidak ada dalam pandangan etologis
klasiktentang relasi sosial sepanjang siklus kehidupan manusia, sesuatu yang harus
dijelaskan olehsetiap teori perkembangan utama. Juga, konsep periode penting

7
(critical period ), suatu periodetertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang
memunculkan perilaku tertentu secaraoptimal, tampaknya terlalu dilebih-lebihkan.
Seperti para behavioris, para etologis adalah para pengamat perilaku yang teliti. Tidak
seperti para behavioris, para etologis yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang
baik untukmengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya, dirumah,
taman bermain,tetangga, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain.

2.3 Tokoh-tokoh Dalam Teori Etologi

Teori etologi dapat berkembang karena adanya peran para tokoh etologi.
Berikutdijabarkan tokoh-tokoh teori etologi modern:

1. Konrad Z. Lorenz ( Austria, 1903-1989)


Sebagai Bapak Ethologi Modern (Father of modern ethology) yang juga telah
meraih Hadiah Nobel pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan
ornitologi berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen yang
juga seorang ahli tingkah laku hewan (ethologist). Mereka berdiskusi tentang
hubungan antara respon penyesuaian tempat dengan mekanisme pelepasan yang dapat
menjelaskan timbulnya tingkah laku berdasarkan insting. Pemikiran mereka
merupakan cikal bakal lahirnya etologi.
2. Nikolas Tinbergen ( Den Haag, 1907 – 1988 )

Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam
fisiologi atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad
Lorenz atas penemuan mereka di bidang biologi. Tinbergen terkenal dengan empat
pertanyaan yang dipercayainya yang harus ditanyakan berkenaan dengan berbagai
perilaku binatang. Selain itu, dengan metodenya ia menerapkannya untuk menangani
gejala autisme pada anak.Kerjasama Lorenz dan Tinbergen, mengemukakan bahwa
etologi selalu memperhatikan empat jenis penjelasan setiap perilaku:

8
 Fungsi: Bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk
kelangsungan hidup dan reproduksi?
 Penyebab: Apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana
telah diubah oleh pembelajaran terkini?
 Pengembangan: Bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah
pengalaman awal yang perlu untuk perilaku dapat diperlihatkan?
 Sejarah evolusioner: Bagaimana perilaku jika dibandingkan dengan perilaku
bersama dalam spesies yang terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul
melalui proses filogeni?

Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan


terjadi dan dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut
stimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat dibandingkan
melintasi spesies bebek dan angsa, serta persamaan dan perbedaan antara perilaku
yang dibandingkan dengan persamaan dan perbedaan dalam morfologi.

Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu
umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota spesies mereka
sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi
hewan dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana.

Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang


ditempatkan di tengah lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus
dipindahkan disamping sarangnya. Ternyata tawon tersebut kembali ketengah
lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula setelah lingkaran bunga pinus diganti
dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga
pinus dengan sarang di tengahnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke
lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut
menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus
menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu..

9
3. JohnBowlby(1907-1990)
Seorang psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam
perkembangan anak. Bowlby lahir di London. Teori Bowlby (Teori Kelekatan)
dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut
teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku sangat lekat pada anak sehingga diprogram
secara evolusioner dan instinktif. Sebenarnya tingkah laku kelekatan tidak hanya
ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan
untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya
bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan,
senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan
bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga
dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil
dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan
hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).

Teori etologi juga menggunakan istilah psychological bonding yaitu


hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang
rentang hidup dan berhubungan dengan kehidupan sosial (Bowley dalam
Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku
manusia dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar
tempat berkembang. Dalam kehidupannya seringkali manusia menghadapi ancaman
untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga
mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka harus
mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment).

Seksual imprinting adalah proses-proses yang dipelajari oleh individu untuk


mengarahkan perilaku seksualnya dalam kelompok spesiesnya. Pada penelitian cross-
fostering (ibu asuh) yang dilakukan, dimana suatu individu dibesarkan oleh orang tua
atau induk yang berbeda dari individu tersebut, sehingga memperlihatkan bahwa
imprintingnya juga akan muncul pada awal-awal kehidupannya. Pada kebanyakan

10
spesies burung, penelitian ini telah menunjukkan bahwa burung yang
perkembangannya diasuh oleh orang tua atau induk lain, pada saat dewasa nantinya
dia akan mencoba kawin dengan anggota spesies induk yang mengasuhnya (foster-
spesies).

Tingkah laku lain yang ditunjukkan oleh hewan selain imprinting juga dapat
diamati. Misalnya saja adalah perilaku hewan-hewan yang membutuhkan bermain
dalam hidupnya. Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kucing suka bermain-
main dengan obyek yang bisa bergerak-gerak yang membuatnya sangat menarik.
Sama halnya dengan manusia pada saat masa anak-anak, mereka suka bermain.

2.4 Fase-fase Kelekatan Perkembangan Manusia dalam Teori Etologi

Fase pertama merespon kepada seseorang. Fase ini akan terjadi pada bayi
lahir sampai berusia 3 bulan. Fokus hanya terhadap orang-orang yang dikenalnya.
Fase ini terjadi pada bayi berusia 3 sampai 6 bulan.

Hal ini terjadi karena adanya intensitas aktivitas antara bayi dan orang-orang
yang sering berinteraksi dengannya, sehingga bayi mulai dapat membedakanantara
orang yang dikenal dan yang tidak.Kelekatan yang intens dan pencarian kedekatan
yang aktif terhadap orang-orangsekitarnya. Fase ini terjadi saat bayi berusia 6 bulan
sampai 3 tahun. Menunjukkan tingkah laku persahabatan. Pada fase ini anak
mulai menunjukkan sikap kelekatan dan ketertarikan terhadap eman sebayanya dan
orang-orang yang baru ditemuinya. Fase ini terjadi pada usia 3 tahunsampai akhir
masa kanak-kanak. Kelekatan seorang anak mengikuti arah yang serupa
dengan proses pencetakan (imprinting ) pada hewan.

Imprinting adalah proses dimana hewan belajarstimuli pemicu untuk


melepaskan insting-insting sosial mereka.Sedangkan pada manusia, dapat juga
mengamati proses serupa, meskipun berkembangsangat lambat. Selama minggu-
minggu pertama hidupnya bayi tidak bisa secara aktifmengikuti objek lewat

11
keinginan mereka sendiri melainkan hanya melakukan respon sosiallangsung kepada
orang-orang. Namun, sejak usia 3 bulan mereka mulai mempersempitkemelekatan
mereka hanya kepada beberapa orang, dan akhirnya pada satu orang saja.

2.5 Mekanisme Perkembangan

1) Etologi menekankan pada proses biologis yang berinteraksi dengan


pengalaman.Kematangan fisik, termasuk perubahan hormonal, perkembangan
lokomotor, dan peningkatanefisiensi sistem saraf menandai pentingnya
periode sensitif.
2) Sebagai tambahan dari perubahan biologis sepanjang rentang kehidupan,
terdapatkemampuan belajar yang innate(yang umum & spesifik). Kemampuan
ini terkait dengantingkah laku insting, yaitu tingkah laku yang tidak pernah
dipelajari dan muncul karenastimulus eksternal tertentu. Contohnya: tindakan
penyelamatan diri anak ayam oleh induknyakarena dapat merespon kapanpun
jika anak-anaknya berada dalam bahaya.
3) Kemampuan belajar yang dibangun sampai sistem saraf inilah yang
memungkinkanorganisme dapat belajar dari pengalamannya.
4) Etologis juga mempelajari perilaku yang dipelajari (learned behavior)yang
ditujukanuntuk adaptasi.

BAB III

PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan

Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah
laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu yang
mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan
ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku manusia.
Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku
manusia di dalam pengaturan yang alami.

Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi


oleh biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi merupakan
sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku hewan. Teori ini juga
menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah
sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi
beberapa pengalaman.

3.2 Saran

kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, baik isi, format
dan pengetikannya. Oleh sebab itu, kami sangat senang apabila Pihak terkait untuk
memberi saran agar lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar Amsal. (2006). Filsafat Ilmu. PT Raja Granfindo Persada. Jakarta.

13
Jerume R. Rovertz.(2006). Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Jujun S. Suriasumantri.(2003). Filsafat Ilmu . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Soetriono, Hanafie Rita.(2007). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. C.V Andi
Offset. Yogyakarta.

Surajiyo.(2010). Filsafat Ilmu. Bumi Angkasa. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai