Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Untuk


membelajarkan seseorang, diperlukan pijakan teori agar apa yang
dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun siapa saja yang
berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan baik.
Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar
pembelajaran berhasil dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori
belajar yang bersifat deskriptif. Teori ini memberikan bagaimana
seseorang melakukan kegiatan belajar.

Teori belajar yang banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu
meliputi teori behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik, dan
teori belajar sibernatik. Semua teori belajar tersebut memiliki aplikasi
yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga
halnya dengan teori belajar sibernatik sebagaimana akan dipaparkan
oleh penyusun dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu belajar dalam pandangan teori sibernetik ?


2. Bagaimana teori pemrosesan informasi pada aliran sibernetik ?
3. Hal-hal yang mempengaruhi kondisi belajar ?
4. Apa itu teori belajar menurut Landa ?
5. Apa teori belajar menurut Pask dan Scott ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui belajar dalam pandangan sibernetik


2. Untuk mengetahui teori pemrosesan informasi
3. Untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal yang
mempengaruhi siswa dalam belajar
4. Untuk mengetahui teori belajar menurut Landa
5. Untuk mengetahui teori belajar menurut Pask dan Scott

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Belajar Dalam Pandangan Sibernetik

Istilah sibernetika/sibernetik atau dalam bahasa inggris disebut


cybernetics berasal dari kata Yunani Kuno, kybernetes yang berarti pilot,
jurumudi, kemudi atau gubernur, akar kata yang sama dengan
pemerintah (Umpleby, 2006; Uno, 2010). Stafford Beer mendefinisikan
sibernetik sebagai science of effective organization. Gregory Bateson
mengatakan bahwa sibernetik lebih merupakan bentuk dari pada
substansi. Gordon Pask mendefinisikan sibernetik sebagai the art of
manipulating defensible metaphors. Para ahli organisasi menganggap
bahwa sibernetik sebagai ilmu tentang pemrosesan informasi,
oengambilan keputusan, pembelajaran, adaptasi, dan organisasi yang
menjadi pada individu, kelompok, organisasi, Negara, atau mesin
(Umpleby, 2006).

Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana


umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses
komunikasi. System cybernetic terwujud dalam berbagai bidang, yaitu :
bidang ekonomi yang dikenal dengan konsep invisible hands, dalam
bidang kekuasaan, yang terwujud dalam konseo check and balances di
konstitusi, di budang berfikir yang terwujud dalam cara berfikir hegel,
yaitu tesis-antitesis dan seintetis (Capra,2002). Sibernetika adalah teori
system pengontrol yang didasarkan pada komunikkasi (penyampaian
informasi antara system dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol
(feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya perbedaan,
bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau
bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu.

Teori sibernetik merupakan teori belajar yang relative baru


dibandingkan dengan teori-teori belajar yang telah dibahas
sebelumnya. Menurut teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah

2
informasi (pesan pembelajaran), proses belajar sangat ditentukan oleh
sistem informasi (Kosmiyah, 2012).

Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses
belajar manapun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk
semua siswa, karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi (Suciati & Prasetya, 2001; Budiningsih, 2012). Menurut teori
belajar sibernetik, pebelajar menggunakan jenis-jenis memori yang
berbeda selama belajar karena situasinta berbeda-beda.

Menurut Scheerens (2003) ada 4 prinsip kunci sibernetik, yaitu:

1. Sisrem harus mempunyai kapasitas untuk merasakan, memonitor


dan meneliti aspek signifikan dari lngkungan mereka.
2. Mereka harus mampu menghubungkan informasi dengan norma
yang berlaku yabg memandu perilaku sistem.
3. Sistem harus mampu mendeteksi penyimpangan yang signifikan
dari norma-norma.
4. Mereka harus mampu memulai tindakan korektif ketika
ketidaksesuaian terdeteksi.

Menurut Uno (2010) para ahli sibernetik menginterpretasikan


manusia sebagai suatu sistem control yang dapat mengarah
tindakannya dan memperbaiki tindakan dengan mendasarkan pada
umpan balik. Lingkungan belajar sibernetik menekankan saling
ketergantungan antara sistem belajar dan siswa. Dalam lingkungan
belajar sibernetik, umpan balik merupakan suatu negosiasi atau
perundingan. Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori
sibernetik, yaitu:

1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.


2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang
ingin dicapai.
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang
sesungguhnya, control belajar memungkinkan belajar sesuai
dengan irama masing-masing individu.

3
6. Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas
tentang tingkat untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan
dengan unjuk kerja yang diharapkan (Nurwahid, 2013).

Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori sibernetik


yaitu 1) Cara fikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol 2)
penyajian pengetahuan memnuhi aspek ekonomis 3) kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap 4) adanya keterarahan seluruh
krgiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai 5) adanya transfer
belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya 6) balikan
informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat untuk
kerja yang telah dicapai di bandingkan dengan untuk kerja yang
diharapkan.

Kelemahan teori sibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem


informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana
proses belajar (Nurwahid, 2013). Teori sibernetik dikritik sebab tidak
membahas proses belajajr secara langsung sehingga hal ini
menyulitkan penerapannya.

B. Teori Pemrosesan Informasi

Aliran sibernetik menekankan pada sistem informasi yang di


pelajari menurut Suminar(2010) model proses pengelolah informasi
memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau
mendapatkan informasi, mengelolah dan membentuk daalam isi,
kemudian menyimpannya danmenampilkan kembali informasi pada
saat dibutuhkan. Dengan demikian kegiatan memproses informasi
meliputi (1) mengumpulkan dan menghadirkan informasi (encoding),
(2) menyimpan informasi (strorage), (3) mendapatkaninformasi dan
menggali informasi kembali dari ingatan pada saat di butuhkan
(retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan
proses penelusuran bergerak secara hirarkis dari informasi yang paling
umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci sampai
informasi yang di inginkan di peroleh.

4
Tiga asumsi teori belajar sibernetik, yaitu (1) Bahwa anatar
stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan memroses informasi
dimana pada masing masing tahap di butuhkan jumlah waktu
tertentu, (2) Stimulus yang di proses dari tahapan tahapan tadi
akanmengalami perubahan bentuk ataupun isinya, dan (3) Salah satu
taapan mempunyai kapasitas yang terbatas.Ketiga asumsi tersebut
menjadi dasar bahan teori tentangb komponen struktur dan pengatur
alur pemroses informasi.

Bagaimanaproses pengolahan informasi terjadi? Gambar 6.1


menunjukan skema menunjukan model pemroses informasi
(information processing) yang di adaptasi dari Woolfolk (dalam
Baharuddin & Wahyuni, 2008).

Executive Control Processes

Learn (Save)
Long Term
Sensor Short Term
Memory
Stimulus Memori Perception Memory
(Sensory Working
Register) Memory Retrivel
(Activate
memories)

Gambar 6.1 Model Information Processing Theory dari Woolfolk

5
Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas, bentuk informasi danprosesterjadinya lupa di jelaskan
melalui 3 komponen berikut (Baharuddin & Wahyuni 2008; Suminar,
2010; Budiningsih, 2012)

1. Sensory Memory/Sensory Register/Sensory Receptor (SM/SR)


Sensory memory atau Sensory receptor (SM/SR) merupakan
komponen pertama dalam sistem memori. Sensiry memory menerima
informasi atau stimulus dari lingkungan (Seperti sinar, suara, bau,
panas, warna dan lain-lain) terus-menerus melalui alat penerima
(receptor). Receptor biasanya di sebut sebagai alat-alat indra,
merupakan sebuah mekanisme tubuh untuk melihat, mendengar,
merasakan, membau, meraba dan perasaan(feeling). Informasi yang di
terima di simpan dalam sensory memory untuk beberapa saat saja,
snagat singkat, kurang lebih dua detik. Informasi yang ada mudah
terganggu dan berganti.
Keberadaan sensory memory memiliki dua implikasi dalam proses
belajar siswa. Pertama, siswa harusmemberikan perhatian pada
informasi yang ingin diingatkan. Kedua, waktu mendapatkan atau
mengambil informasi harus dalam keadaan sadar. Contoh, seorang
siswa diberikan informasi yang sangatbanyak pada suatu waktu, tanpa
diberi tahu mana yang penting untuk di perhatikan, maka kemungkinan
akan kesulitan untuk mengingat dan mempelajari semua informasi.
Setelah stimulus atau informasi yang diterima sensory memory
(sensory register), otak mulai bekerja untuk memberi makna informasi
tersebut, yang disebut sebagai persepsi. Persepsi manusia terhadap
informasi yang diterimanya berdasarkan realita objek yang ditangkap
dan pengetahuan yang dimiliki. Persepsi yang terjadi pada stimuli bisa
saja tidak asli karena pesepsi dipengaruhi oleh kondisi mental,
pengelaman sebelumnya, pengetaahuan, motivasi dan faktor lain.
Perhatian(attention) mempunyai persn penting pada stimuli yang
ditangkap oleh sensory memory, akan tetapi perhatian (attention)
manusia sangat terbatas dan manusia hanya dapat

6
memberikanperhatian pada stimui yang dibutuhkan pada saat yang
sama.
2. Working Memory (WM) dan Short Term Memory(STM)
Working Memory (WM) adalah bagian dari memri manusia,
komponen kedua yang menangkap informasi yang diberi perhatian
(attention) oleh individu dan menyimpan informasi menjadi pikiran-
pikiran. Informasi yang diterima oleh seseorang dan mendapatkan
perhatian selanjudnya dan dikirim oleh sistem memori Short Term
Memory(STM) berasal dari sensorymemory dan mungkin dapat pula
dari komponen dasar ketiga sistem memori, yaitu dari Long term
memory (LTM). Keduanya seringkali terjadi bersamaan.
Salah satu cara untuk ingatan terhadap informasi dalam Short
Term Memory(STM) adalah mengulang dan latihan (rehersal). Oleh
karna itu, latihan sangat penting dalam proses belajar. Tanpa diulang
dan dilatih informasinya akan hilang, apalagi juka mendapatkan
informasi lain yang yang baru dan lebih kuat. Kapasitas Short Term
Memory(STM) sangat terbatas, kira-kira 5-9 bits informasi yang dapat
disimpan pada saat yang smama, oleh karena itu manusia dapat
menyimpan 5-9 informasi pada saat bersamaan. Misalnya kita kesuitan
mengingat nomor telfon lebih 9 digit tanpa mengulang-ulang
menggunakan nomor tersebut.
3. Long Term Memory(LTM)
Long Term Memory(LTM) merupakan bagian dari sistem memori
manusia yang menyimpan iformasi untuk sebuah priode yang cukup
lama. Long Term Memory(LTM) diperkirakan memiliki kapasitas yang
sangat benar dan sangat lama untuk menyimpan semua informasi,
namu sedikait aja yang diaktifkan. Sebab hanya informasi yang ada dan
sedang dipikirkan yang dikerjakan oleh ingatan atau memori. Informasi
yang diperoleh dalam jaringan kerja ini memlalui spread of activation,
yaitu pencarian kembali informasi berdasarkan keterangannya dengan
informasi-informasi yang lain. Informasi yang tersimpan dalam LTM
tidak akanpernah terhapus atau hilang. Persoalan lupa pada tahap ini
disebabkan kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi
yang diperlukan.

7
Long Term Memory(LTM) diasumsikan; a) Berisi semua
pengetahuan yang dimiliki inindividu, b) Mempunyai kapasitas yang
tidak terbatas,dan c) Sekali informasi yang disampaikan LTM, ia akn
tidak terhapus atau hilang. Persoalan lupa pada tahap ini
disebabkanoleh kesulitan atu kegagalan memunculkan informasi yang
diperlukan. Ini berarti jika informasi di tata dengan baik maka akan
memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi
yng diperlukan. Informasiyang disimpan didalam LTM dalam benyuk
prototype, yaitu suatu struktur reprensetasi pengetahua yang telah
dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengaitkan
pengetahuan. Proses penyimpanan informasi merupakan proses
pengamisilasi pengetahuan baru yang telah dimiliki, selanjudnya
berfungsi sebagai dasarpengetahuan.
Teori pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar
merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahap. Sembilan
tahap dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang
berpotensi untuk mendukung proses-proses internal dalam kegiatan
belajar yaitu sebagai berikut (Thobroni &Mustafa,2011);
a. Menarik perhatian.
b. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
c. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.
d. Menyajikanbahan peransang.
e. Memberikan bimbinganbelajar.
f. Mendorong unjuk kerja.
g. Memberikan balikaninformatif.
h. Menilai unjuk kerja.
i. Meningkatkan retensi dan ahlih belajar.
Implementasi teori sibernetik dan pembelajaran telah banyak
dikembangkan, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang
berorientasi pada pemroses informasi. Berdasarkan pendekatan ini,
Reigeluth, Bunderson & Merril (Budiningsih, 2005) mengembangkan
strategi penataan isi atau materi pembelajaran berdasarkan empat hal
yakni; pemilihan(selection), penataan urutan (sequencing), rangkuman
(summary)dan sintesis (shinthesizing). Menurut mereka; (1) jika isi
pelajaran ditata Jika pelajaran ditata dengan menggunakan dari urutan
umum kerinci, maka materi pembelajaran pada tingkat umum akan

8
menjadi kerangka untuk mengaikan isi-isi lain yang kebih rinci. Hal ini
sesuai dengan struktur representasi didalam Long term memory
sehingg akan mempermudah menelusur informasi kembali.; (2) jika
rangkuman diintegrasikan ke dalam strategi penataan materi
pembelajaran, maka akan berfungsi menunjukan pembelajar informasi
yang perlu diberikn perhatian, disamping itu juga menghemat kapasitas
working memory.

Hal yang perlu diingat, bahwa pembelajaran merupakan faktor yang


paling penting dalam perkembangan karena merupakan hasil kumulatif.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, proses penerimaan
informasi yang akan diolah dan menghasilkan output. Saat pemrosesan
infrmasi terjadi interaksi antara kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal yang dimaksud adalah keadaan indifidu dan kognitif. Kondisi
eksternal adalah rangsangan dari kondisi lingkungan. Implikasi teori
belajar ini diantaranya adalah guru membantu siswa agar diberi
hendakannya dirasakan baru tetapi tidak asing, memberikan
kesempatan siswa untuk dapat bersosialisi dan beradaptasi.

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pembelajaran


yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (lam
istitah teori sibermetik adlah sistem informasi yang hendak dipelajari)
dikeahui ciri-cirinya materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan
dalam urutan yang teratur, linear, skuensial, sedangkan materi
pembelajaran lannya lebih tepat disajikan dalam bentuk terbuka dan
memberi kebebasan kepada siswa untu berimajinasi dan berpikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami rumus matematika mungkin
akan lebih efekttif jika presentasi dengan rumus tersebut disajikan
secara algomitrik. Alasannya karena suatu rumus matematika biasanya
mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah
ke suatu target tertentu. Namun untuk memahami suatu makna konsep
yang lebih banyk dan luas banyak mengandung interpetasi, misalnya
konsep kendalian demokrasi, akan lebih baik jika proses berfikir siswa
dibimbing kearah yang yang menyebar atau berfikir heuristik dengan

9
harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal,
menonton dogmatik atau linear.

C. Kondisi Internal dan Eksternal Siswa

Belajar bukan sesuatu yang alamiah, namun terkadi dengan kondisi-


kondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Sehubung
hal tersebut, Menurut Suminar(2010) pengolahan pembelajarqn dalam
teori siernetik,menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik
yang mempehatikan kondisi internal dan eksternal. Mengacu pada
pendapat Suminar (2010) uraian masing-masing kondisi internal dan
eksternal siswa adalah sebagai beriut;

1. Kondisi Internal

Kondisi internal siswa yang mempengaruhi proses belajar melalui


proses pengolahan informasi dan sangat paling penting untuk
diperhatikan oleh guru dalam mengelolah pembelajaran anatara lain
(Suminar, 2010)
a. Kemampuan awal siswa
Kemampuan awal siswa adalah pengetahuan atau keterampilan
yang dimiki siswa, merupakan persyarat belum mengikuti
pembelajaran. Tanpa ada kemampuan awal (prasyarat) maka siswa
tidak akan bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Kemampuan awal siswa dapat diukur dengan kemampuan tes awal,
interviw, atu cara lain yang cukup sederhana.
b. Motivasi
Motifasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan
adanya tingkat laku kearah tujuan tertentu. Motifasi intrimisik lebih
menguntungkan karena dapat bertahan lama. Kebutuhan untuk
berprestasi yang brsifat intrisik relatif stabil, mereka ini berorientasi
pada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan. Guru ynag
dapat engetahui kebutuhan siswa untuk berprestasi untuk
memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai.

10
c. Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih
stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjud diantara sekian
banyak stimulus yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat
sisiwa dapat mengarahkan diri ke tugas yang diberikan, melihat
masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus
yang akan diselesaikan, dan mengabaikan hal-gal yang tidak relevan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor
internal yang mencakup; minat, kelelhan dan karakteristik pribadi,
sedangkan faktor eksternal mencakup; intentsitras stimulus, stimulus
yang baru, keragaman stimulius, warna, gerak dan penyajian stimulus
secara berkalan dan berulang-ulang.
d. Persepsi
Persepsi (dari bahasa latin perceptio atau percipio) adalah tindakan
menyusun, mengenali, dan menafsirkan senssori guna memberikan
gambaran dan pemahaman tentang lingkungan(Scachter, 2011).
Persepsi adala proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan
orang dapat menerima atau meringkas informasi yang dimiliki di
lingkungannya. Persepsi adalah sebagai tingkat awal struktur kognitif
seseorang. Untuk menentukan persepsi mengenai akurat mengenai
stimulus yang diterima serta mengembangkannya menjadi suatu
kebiasan perlu berlatih-latihan dalam berbagai situasi. Pesepsi
seseorang lebih mantap dengan meningkatkan pengelaman.
e. Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan
megeluarkan informasi. Ingatan sangat selektif, terdiri dari 3 tahap,
yaitu ingatan sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka
panjang (relatif permanen). Penyimpanan informasi jangka panjang
dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui kejadian-kejadian
khusus (episodic), atu yang berbentuk verbal yang bersifat abstrak.
Dayat ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh siswa.
f. Lupa
Lupa adalah hilangnya ingatan yang disimpan dalam ingatan jangka
panjang. Seseorang dapat melupakan informasinya karena beberapa
hal, yaitu 1) tidak adainformas yang menarik perhatian, 2) kurang

11
pengulangan atau tidak ada pengelompokan informasi yang diperoleh,
3) mengalami kesulitan dalammenncari informasi yang tersimpan, 4)
ingatn telah aus atau dimana waktu atau rusak 5) ingatan tidakpernah
dipakai, 6) materi tidak pernah dipelajari sampai materi benar-benar
dikuasai, dan 7) adanya gangguan dalam bentuk informasi lain
yangmenghambatnya untuk mengingat kembali.
g. Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali
setelah seseorag mempelajari sesuatu,jadi kebalikan lupa. Apabila
seseorang belajar, setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya
akan banyak yang dilupakan, dan apa yang diingat akan berkurag
jumlahnya. Ada tiga faktof yang mempengaruhi retensi, yaitu; materi
yang dipelajari pada mulanya(original learning), belajar melebihi
penguasaan (overlearning), dan pengulangan dengan interval waktu
(space riviw).
h. Transfer
Transfer merupakan suatu prroses yang telah pernah dipelajari,
dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru.
Transfer belajar atau transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap atau respins-respons lain
dari satu situasi kesituasi lain.
2. Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal yang sanagat berpengaruh pada proses belajar
dengan proses pengelolahan informasi antara lain (Suminar, 2010)

a. Kondisi Belajar
Kondisi belajar, merupakan masukan yang menyebabkan
adanya modifikasi tingkah laku yang dapat dililihat dari sebagai
akibat adanya proses belajar.. Gagne mengklasifikasikan ada 5
macam hasil belajar, yakni: (1). Keterampilan intelektual atau
pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi,
konsep, primsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui
materi yang disajikan dalam pembelajaran di kelass, (2).strategi
kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan
kemampuan proses internal massing-masing individu dalam
memperhatikan belajar, mengingat dan berfikir, (3). Informassi

12
verbal, kemampuan dengan mendeskripsikan suatu dengan kata-
kata dengan jalan mengatur informassi-informassi yang relevan. (4).
Keterampilan motorik,kemampuan untuk melaksanakan dengan
mengkoordinasikan gerak-gerak yang berhubungan dengan otot.
(5). Sikap, suatu kemampuan internal yang mempengaruhi prilaku
seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan serta faktor
intelektual.
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran
yang sangat penting, sebab komponen-komponen lain dalam
pembelajaran harus bertolak daari tujuan belajar yang hendak di
capai dalam tujuan belajarnya. Tujuan belajar yang dinyatakan
secara spesifik dapat mengarah proses belajar, dapat mengukur
tingkat kecapain belajar, dan dapat meningkatkan motifasi belajar.
c. Pemberian Umpan Balik
Pemberian umpan balik, merupakan suatu hal yang sanagat
penting bagi siswa, karena memberikan informasi trnentang
keberhasilan, kegagalan dan tingkat komopotensinya.
D. Teori Belajar Mernurut Landa
Salah satu penganut aliran sibernetik adalah Lev N. Landa. Ia
membedakan ada dua macam berpikir, yaitu berfikir algoritmik dan
proses berfikir heuristik. Uraian dari proses berfikir masing-masing
proses berfikir tersebut adalah sebagai berikut.
1. Proses Berpikir Algoritmik
Proses berpikir algoritmik merupakan proses berpikirsistematis,
tahap demi tahap, line, konvergen, lurus menuju kesuatu target tujuan
tertentu. Contoh: Kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil, dan
lain-lain. Menurut Pranata (2002) gay konvergen umumnya berfokus
pada pengambilan pesan dan mengahasilkan atau mengkonversi suatu
jawaban yang tunggal yang tepat ats semua masalah.
Menurut seriti et al (2013) dalam tat aplikasi pembelajaran, strategi
algoritmuk adalah strategi yang memiliki rangkain proses-proses yang
tertentu dan tetap dalam melaksanakan satu tugas. Landa
menyebutkan bahwa proses algoritmik adalah pross terdiri dari seranga
operasi-operasi elementer yang terbentuk secara seragam dan reguler
di bawa kondisi yang didevenisikan untuk memecahkan bebagai

13
maslah. Guna memahami suatu algoritmik, harus memiliki pengetahuan
dasar karena pada dasarnya algoritma lahir dari konsep logika. Jadi,
yang dimaksud dengan strategi pembelajaran algoritmik adalah urutan
atau llanggkah-langkah yang di tempuh oelh siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah daalm suatu maslah hal ini adalah
masalah-masalah dalam pembelajaran yang terdapat dalam program
TIK (materi internet) yang sering disebut dengan program aplikasi
komputer dengan pembelajaran berpusat pada guru dan semuanya
berdasarkan logika.
Menurut Hamid (2009) Landa sangat penting dalam memberikan
perhatian pada proses belajar yang berjalan algoritmik. Oleh karena itu,
ada empat kegiatan pokok dalam proses belajar mengajar menurut
teori Landa, yaitu:
a. Identifikasi proses algoritmik yang mendasari suatu persoalan (problem
solving). Seorang guru misalnya, tahu rumus gravitasi, maka kewajiban
dia sebenarnya hanya memberi tahu siswa/pembelajar tentang
rumus grafitasi, tetapi yang penting adalah, dia harus menemukan
cara agar pembelajar tahu proses algoritmik yang benar untuk
memecahkan suatu soal gravitasi dengan menggunakan rumus
gravitasi. Guru tidak hanya sekedar mengatakan, inni ada soal,
silahkan pecahkan soal dengan rumus ini.
b. Mengidentifikasi hal-hal (operasi intelektual), yang tidak dapat di
alaogritmikan. Tujuan jelas,yakni agar guru tidak mencampuradukan
antara proses algoritmik dengan non algoritmik. Mempelajari suatu
halyang banyak mengandung penafsiran ganda seperti belajar
melukis, akan tidak sesuai jika melakaukan pendekan dengan
menggunakan algoritmik. Prendekatan heuristik akan lebih toleran
terhadap berbagai penyimpangan dan improvisasi, dan tidak
menuntut adanaya proses berpikir linier seperti halnya berpikir
algoritmik.
c.Bagi guru mampu mengajar menggunakan proses algoritmik yang sudah
didefenisikannya. Artinya guru tidak boleh mengajar dengan
menyimpang ke sana kemari, tidak sesuai dengan algoritmik yang

14
seharusnya diikuti. Guru juga membutuhkan rencana pembelajaran
yang baik untuk setiap mata pelajaran di asuhnya.
d. Ini yang paling sulit, yaitu mengajar pembelajaran sedemikian rupa agar
mereka mampu mengembangkan poa pikir algoritmik di dalam benak
mereka, dengan harapan mereka mampu menyelesaikan persoalan-
persoalan baru yang tidak pernah dibahas dalam dengan cara yang
sama sistematik dan logisnya. Hal ini bisa tercapai hanya jika guru
mampu memberikan contoh konkrit pada pembelajaran bagaimana
sebenarnya berpikir algoritmik itu.
Menurut Landa ada dua proses mengajar algoritmik kepada
pembelajar yaitu a) cara langsung menunjukan proses algoritmik itu
sendiri dan b) dengan mengatur proses pembelajaran dengan
sedemikian rupa sehingga pembelajar mampu menemukan proses
algoritmik tersebut sevara mandiri dengan cara mereka sendiri.
2. Cara Berpikir Heuristik
Cara berpikir heuristik yaitu cara berpikir devergen, menuju
beberapa target atau sekaligus. Memahami suatu konsep yang
mengandung arti ganda dan penafsiran biasanaya menuntut
seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh: operasi
pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan
masalah, dan lain-lain. Menurut Pranada (2002) gaya divergen tidak
berfokus pada suatu jawaban yan tepat, penekanannya pada
kemampuan untu menghasilkan jawaban-jawabannya yang
jangkauannya luas. Jika masalah-masalah yang membutuhkan
pemikiran divergen bersifat terbuka.
Sementara itu tatanan praktis pembelajaran dikenal dengan
istilah strategi heuristik. Menurut Seriti et al(2013) Wilson dan Cole
mengartikan strategi heuristik sebagai akal dalam bekerja atau
petunjuk praktis yang dapat membantu memperpendek jalur
penyelesaian masalah. Sedangkan Vaughan dan Hogg merupakan
heuristik merupakan cara pintas secara kognitif digunakan untuk
melakukan tebakan darimana harus memulai dan kemana harus
melompat agar langkah pemecahan masalah lebih pendek. Jadi
menurut pendapat di atas, strategi heuristik adalah suatu akal atau

15
petunjuk praktis yang digunakan untuk memperpendek dalam
pemecahan masalah.
Terkait dengan upaya pemecahan masalah yang dilakukan oleh
siswa dalam proses belajarnya, menurut Lidinillah (2012) istilah
heuristik sering digunakan untuk pengertian mencari sesuatu seperti
dalam kegiatan penemuan terbimbing dan mencari solusi pemecahan
masalah.Oleh karena itu, pengertian heuristik juga sangat dekat
dengan pengertian penemuan (discovery). Menurut Schoenfeld (1980)
heuristik dapat disebut sebagai strategi umum yang tidak berkaitan
dengan subjek materi yang membantu pemecah masalah dalam usaha
untuk mendekati dan memahami masalah serta menggunakan
kemampuannya untuk menemukan solusi dari maslah.
Penggunaan teori heuristik dalam pemecahan massalah berbeda
dengan algoritmik yang dapat dalam pembelajaran matematika.
Penggunaan algoritma dapat menjamin diperoleh solusi yang tepat
pula. Algoritma adalah suatu kemampuan khusus sementara heuristik
merupakan pendekatan secara umum dalam pemecahan massalah.
Heuristik menyajikan suatu road map atau cetak biru agar proses
oemecahan masalah daapat menghasilkan solusi yang benar. Heuristik
adalah langkah-langkah dalam menyelesaikan sesuatu tanpa ada
keharusan untuk dilakukan secara berurutan.
E. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Gordon Pask adalah sebenarnya kehidupan karirnya berkisar di
dunia seni. Ia mempelajari, mendalami, dan mempraktekan sibernetik
selama 15 tahun. Ia kemudian mengenal konsep sibernetik pada dunia
budaya. Namun, tidak seperti para ahli teori atupun seniman lain,
aliran Pask berada pada dunia teknologi dan budaya. Passk lebih
banyak membahas tentang keterkaitan sibernetik dan seni. Kontribusi
utamanya adalah mengenai aesthetically-potent enviroments yang
di artikan oleh Pask sebagai karya seni yang merupakan sebuah
sistem yang berovolusi secara independen atau dengan melibatkan
dengan interaksi. Pask mengatakan lingkungan estesis potensial
adalah suatu lingkungan yang dirancang menyenangkan. Hal ini
berarti bahwa untuk menggali potensi atau dalam aktivitas belajar,

16
lingkungan sekitar harus dibentuk sedemikian rupa agar menjadi
lingkungan yang menyenangkan, sehingga mudah seorang untuk
belajar (Pangaro, 2011).
Menurut Fernandez (2008) meskipun kehidupan dalam seni,
arsitektur dan teater, ahli sibernetik Inggris Gordon Passk jarang di
akui sebagai sejarah budaya digital dan hampir tidak dikenal dalam
sejarah seni. Pask lebih dikenal sebagai ahli teori dari pada sebagai
seorang seniman atau desainer, meskipun konsep mesinnya, karya
seni dan teori-teoriyang berkaitan erat. Lewat karya senninya yang
paling terkenal, The Colloquy of Mobiles, Pask menggambarkan
penyatuan dan materi experimen.
Gordon Passk mendalami materi sibernetik bersama kolegannya
Bernard Scott. Teori belajar Pask dan Scott termasuk dalam rumpunan
teori pemrosesan informasi, dimana proses belajar sanagat ditentukan
dengan sistem informasi akan mengalami tahap diterima, disandi,
disimpan, dan dimunculkan kembali dalam ingatan. Informasi diterima
disensori reseptor, kemudian di sandi di working memory, dan di
simpan di longterm memory. Informasi yang tersimpan di LTM tidak
akan tehapus atau hilang, Persoalan lupa pada siswa adalah kesulitan
atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Hal
ini dikarenakan informasi yang disimpan kurang tertata dengan
dengan baik dan tidak mengulang.
Tujuan belajar menurut teori Pask dan Scott yaitu agar siswa mampu
mengkaji materi yang telah di pelajari dan yang telah didapat dari
gurunya, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Menurut Pask dan Scott, adda dua macam cara berpikir, yaitu cara
berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau menyeluruh.
1. Serialis
Pendekatan serialis yang dikemukakan Pask dan Scott memiliki
kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Siswa tipe serial cenderung
berpikir secara algoritmik terutama dalam mempelajari bidang eksakta
seperti matematika. Menurut rumusan ulang dari Pranata (2002) dan
Kusumarini (2004) berdassarkan pandanagan Pask & Scott dalam
artikel Learning Strategies and Individual Competence (1972) seorang
yang memiliki gaya serialis memilih bekajar dengan proses dalam

17
langkah-langkah yang logis, berusaha untuk mendapatkan kejelasan
pada setiap bagian sebelum melangkah lanjut, mengejar jalur linear
dalam tugas pembelajaran serta menghindari penyimpanagan. Siswa
yang menggunakan strategi penggunaan langkah-langkah yang telah
ditetapkan secara hirarkis merupakan pembelajar yang memiliki gaya
pengajar serial.
2. Wholist
Cara berpikir menyeluruh (wholist; dibaca holis) adalah berpikir
yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambar lengkap
sebuah sistem informasi. Siswa tipe wholist atau menyeluruh
cenderung mempelajari dari suatu tahap yang paling umum kemudian
bergerak ke yang lebih khusus atau lebih detail. Menurut Pranata
(2002) mereka yang memiliki gaya wholist melangkah secara lebih
jauh, mengambil bagian-bagian pesan yang tidak terkait secara logis,
serta mempelajari hal-hal di luar urutan linear. Seorang wholist
memilih untuk belajar dalam cara-cara yang berbeda, dan mendekati
ide-ide dari sudut pandang yang berbeda pula. Pembelajar yang
mempunyai strategi pengajar yang fleksibel dan kontekstual, tidak
terikat oleh langkah-langkah hirarkis pentahapan pembelajaran
merupakan pembelajar yang memiliki gaya pengajar holistik.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolah informasi
menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek, ingatan
jangka panjang, dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang
terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Namaun,
menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan seoptimal
mungin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tapi
juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itupun perlu
diketahui. Asumsi tersebut direfleksikan kedalam suatu model belajar
dan pembelajaran. Model tersebut menggambarkan proses mental
dalam belajar yang secara terstruktur membentuk sistem kegiatan
mental. Dari model ini dikembangkan prinsip belajar seperti proses
mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan bermakna, proses
mental maupun menjadi informasi secara bermakna, dan bermuara
pada pengorganisasian dan pengaktualisasian informasi.

18
Teori Pask dan Scott selain dikembangkan dari teori sibernetik
juga dikembangkan dari Conversation Theory. Teori ini menganggap
social systems as symbolic, dimana orientasinya pada sistem bahasa
yang tanggapan yang bergantung pada penafsiran seorang atas salah
satu prilaku orang lain, dan makna tersebut disepakati melalui
percakapan. Teori tersebut juga menjelaskan interaksi antara dua atau
lebih sistem kognitif, seperti guru dan siswa atau perspektif dalam
satu individu, dan bagaimana mereka terlibat dalam dialog diatas
sebuah konsep tertentu dan mengidentifikasi perbedaan dalam cara
mereka memahaminya.
Conversation memiliki beberapa kategori, sebagai berikut.
a. Monolog conversation yang lebih kepada proses internal dalam diri
individu.
b. Dialog digunakan untuk mencapai mufakat.
c. Dialectic percakapan untuk mendapat kebenaran dari argument logis
yang berfokus pada pemikiran analitikal dan informasi faktual.
d. Construction percakapan yang digunakan untuk membuat sesuatu
yang baru.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lain yang dihasilkan oleh
proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang
dialami langsung oleh siswa tanpa pengarahan guru (Widada, 2012).
Menurut Cristianti (2014) dampak pengiring kegiatan pembelajaran
berlandaskan teori Pask dan Scott sebagai berikut.
a. Sikap positif
Guru yang menguasai teori Pask dan Scott tidak semata-mata
menilai melainkan proses berpikir siswa sehingga akan membuat
siswa akan merasadihargai. Hal inijuga merubah pemikiran mereka
bahwa materi itu sulit menjadi materi yang mengasyikan, serta
membuat siswa mau mengerjakan tekun dan menyelesaikan tugas
yang diberikan dengan sesegera mungkin.
b. Kemandirian
Kemandirian siswaakanterbentuk dari cara siswa menuangkan
sendiri hasil membaca buku materi dan dengan di bantu oleh guru
saat mereka mengalami kesulitan. Jadi guru tidak secara terus
mendikte siswa dalam menyelesaikan maslah melainkan membimbing
mereka sesusai dengan kesulitan mereka.
c. Kreativitas

19
Pemberian kesempatan pada siswa untuk memahami materi
dengan membaca dari buu teks dan mencoba sendiri terlebih dahulu
memecahkan masalah masalah dengan pemahamannya menjadi
siswa kreatif dalam berpikir. Penyelesaian masalah akan merangsang
siswa untuk mencoba dengan cara sendiri, sehingga akan diperoleh
berbagai macam proses berpikir siswa.
Implementasi teori belajar Pask dan Scott dalam kegiatan
pembelajaran adalah dengan pemrosesan informasi yang
menitikberatkan pada informasi belajar. Teori Pask dan Scutt
menghendaki siswa memproses informasi secara sistematik, linear,
konvergen, dan menujusatu tujuan. Siswa dapat menyelesaikan
maslah mulai dari pengertian awal, diteruskan sampai mendapatkan
hasil dan menarik kesimpulan. Menghendaki siswa mampu berpikir
melompat ke depan dan langsung kegambaran lengkap adalah
maksud lain teori Pask dan Scott. Siswa boleh menyelesaikan
permasalahan mulai hasil kemudian ke langkah-langkah. Ada
kemungkinan siswa dapat menemukan cara pengerjaan lain dari yang
di berikan gurunya.

20
BAB III

A. Kesimpulan

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru


dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan informasi. Teori ini mementingkan
sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Oleh sebab itu,
teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar
yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi.

Teori ini kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh aliran teori


sibernetik antara lain Landa, Pask dan Scott berdasarkan konsepsi-
konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model pendekatan tipe serialist
dan whoslist. Selanjutnya, teori sibernetik dipertegas melalui aplikasi
teori pengelohan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan
dalam teori Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya kapabilitas
belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan
pembelajaran.

B. Saran

Untuk memahami teori belajar sibernetik lebih lanjut diperlukan


adanya referensi-referensi yang lebih dalam pembuatan makalah ini,
sehingga pemahaman yang didapatkan akan lebih baik lagi.

21
Daftar Pustaka

Husamah. Pantiwati, Y. Restian, A. & Sumarsono, P. (2016). Belajar dan Pembelajaran.


Malang: UMM Press

22

Anda mungkin juga menyukai