Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MENYELESAIKAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“Konsep Dasar Matematika dan Labolatorium Ke-SD an”

Dosen Pengampu :

Moh.Nurhadi, M.Pd

Disusun Oleh :

Astria Yusaida (225060050)


Fitriantika Fatonah (225060044)
Melani Juandari (225060052)
Tiana Sarif Hidayat (225060063)
Billah Khumaira (225060061)
Leny Rahmawati (225060084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul, “ Menyelesaikan
Pemecahan Masalah Matematika ”, serta shalawat dan salam untuk junjungan umat, yakninya
Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas makalah dari mata kuliah
Konsep Dasar Matematika dan Laboratorium ke-SD an pada semester II dengan dosen
pengampu Bapak Moh. Nurhadi, M.Pd, tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar Matematika dan Laboratorium ke-SD an
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan orang tua
yang selalu mendukung kelancaran tugas kami. Sebab itu, sepatutnya dimomentum kali ini
kami mengucapkan banyak syukur atas dukungan dan bimbingannya. Semoga ikhtiar yang
telah diberikan kepada kami mendapatkan ganjaran yang besar dari Allah Subhanahu wa
ta’ala. Aamiin ya robbal alamin.

Akhirya, penyusun sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,
dan kami sebagai penyusun memahami pengerapan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan maka dari itu kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan
pembaca khususnya dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat
penyusun harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang
lain pada waktu mendatang.

Bandung, 27 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah dalam Matematika dan Pemecahannya ............................... 2
2.2 Langkah-langkah Menyelesaikan Pemecahan Masalah Matematika .................. 6
2.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ................................. 10
2.4 Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ............................... 11
2.5 Contoh-Contoh Masalah Matematika berdasarkan Jenisnya ............................ 12
2.6 Contoh Soal dan Jawaban Menyelesaikan Pemecahan Masalah Matematika . 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 19
3.2 Saran .......................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pemecahan masalah diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan problematika


kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit. Kegiatan memecahkan masalah
adalah bagian penting dalam belajar matematika. Dalam kehidupan sehari-hari kita
dihadapkan pada beraneka ragam masalah. Setiap masalah tentu saja memerlukan
cara penyelesaian yang berbeda-beda. Salah satu di antaranya adalah melalui
pemecahan masalah matematika (Mathematical Problem Solving).
Masalah dalam matematika adalah persoalan yang tidak rutin, artinya cara
metode solusinya belum diketahui. Jadi pemecahan masalah adalah mencari cara
metode melalui kegiatan mengamati, memahami, mencoba, menduga, menemukan
dan meninjau kembali.Suatu masalah biasanya memuat suatu yang mendorong
seseorang untukmenyelesaikannya akan tetapi tidak secara langsung seseorang dapat
menyelesaikannya.
Sejak lama , pemecahan masalah telah menjadi focus perhatian utama dalam
pengajaranmatematika di sekolah. Oleh karena itu kami penulis akan mencoba
membahas tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang dimaksud dengan pemecahan masalah?
3. Apa saja langkah-langkah menyelesaikan pemecahan masalah matematika?
4. Apa saja indikator kemampuan pemecahan masalalah matematika?
5. Bagaimana cara mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika?

1.3 Tujuan Penulisan


2. Menjelaskan tentang pengertian pemecahan masalah.
3. Menjelaskan tentang langkah-langkah menyelesaikan pemecahan masalah
matematika.
4. Menjelaskan tentang indikator kemampuan pemecahan masalalah matematika.
5. Menjelaskan tentang cara mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masalah dalam Matematika dan Pemecahannya


Menurut Fajar, masalah dalam Matematika adalah:

1) segala sesuatu yang dikehendaki untuk dikerjakan,


2) sebuah pertanyaan yang tidak dapat dijawab langsung.
Sehingga masalah dalam matematika dapat juga ditaksirkan sebagai suatu
pertanyaan yang menghendaki suatu pemecahan. Sehubungan dengan itu Herman dan
Akbar menegaskan bahwa: Suatu masalah tidak dapat dijawab langsung sebab masih
harus menyeleksi informasi (data) yang diperoleh. Jawaban terhadap masalah tersebut
tidak merupakan jawaban rutin dan mekanistik, namun merupakan strategi dengan
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Dengan perkataan lain
masalah yang dihadapkan kepada siswa haruslah sesuai dengan struktur kognitif
siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masalah


dalam matematika adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab langsung karena pada
titik awal belum diketahui aturan atau hukum yang dapat digunakan untuk
mendapatkan jawabannya dan siswa merasa tertantang untuk menyelesaikannya.

Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika.


Menurut Robert L. Solso (Ratnasari, 2014), pemecahan masalah adalah suatu
pemikiran yang terarahsecara langsung untuk menemukan solusi atau jalan keluar
untuk suatu masalah yang spesifik. Sedangkan Siwono (2008) berpendapat bahwa
pemecahan masalah adalah suatu proses atauupaya individu untuk merespon atau
mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban ataumetode jawaban belum
tampak jelas. Dengan demikian pemecahan masalah adalah proses berpikir individu
secara terarah untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi suatu
masalah.

Kesumawati (Chotimah, 2014) menyatakan kemampuan pemecahan masalah


matematis adalah kemampuan megidentifikasi unsur-unsur yang diketahui,

2
3

ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, mampu membuat atau menyusun
model matematika, dapat memilih dan mengembangkan strategi pemecahan, mampu
menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh. Ruseffendi
mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi seseorang
bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada
saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya.

Dalam kesempatan lain Ruseffendi juga mengemukakan bahwa suatu


persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika:

• Pertama, persoalan itu tidak dikenalnya.


• Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan
mentalnya maupun pengetahuan siapnya; terlepas daripada apakah
akhirnya iasampai atau tidak kepada jawabannya.
• Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada
niat untuk menyelesaikannya.

Lebih spesifik Sumarmo mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan


menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau
menciptakan atau mengujikonjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan
Sumarmo tersebut, dalam pemecahanmasalah matematika tampak adanya kegiatan
pengembangan daya matematika (mathematical power) terhadap siswa.

Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat-pendapat di atas, maka


pemecahan masalah dapat dilihat dari berbagai pengertian. yaitu, sebagai upaya
mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan. Juga memerlukan
kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Di samping itu pemecahan masalah merupakan persoalan-persoalan yang
belum dikenal, serta mengandung pengertian sebagai proses berfikir tinggi dan
penting dalam pembelajaran matematika.

Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh


siswa. Tuntutan akan kemampuan pemecahan masalah dipertegas sebagai kompetensi
dasar yang harus dikembangkan dan di integrasikan pada sejumlah materi yang sesuai.
4

Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika


ditegaskan juga oleh Branca.

1) Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran


matematika.
2) Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan
proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.
3) Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus


memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa, anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah,
memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah dibandingkan anak yang
latihannya lebih sedikit. Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah
merupakan tujuan umum pengajaran matematika, mengandung pengertian bahwa
matematika dapat membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya kemampuan pemecahan
masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran matematika.

Pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam


kurikulum matematika, berarti pembelajaran pemecahan masalah lebih
mengutamakan proses dan strategi yang dilakukan siswa dalam menyelesaikannya
dari pada hanya sekedar hasil sehingga keterampilan proses dan strategi dalam
memecahkan masalah tersebut menjadi kemampuan dasardalam belajar matematika.
Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang tidak
mudah dicapai, akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya maka
kemampuan pemecahan masalah ini hendaknya diajarkan kepada siswa pada semua
tingkatan.

Berkaitan dengan hal ini, Ruseffendi mengemukakan beberapa alasan soal-


soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada siswa ;

1) Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat


kreatif;
2) Di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain),
disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat
pernyataan yang benar;
5

3) Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta
dapat menambah pengetahuan baru;
4) Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya;
5) Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat
analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi tehadap hasil
pemecahannya;

Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu
bidang studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain. Muhsetyo, dkk
menyatakan bahwa, “Manfaat dari pengalaman memecahkan masalah, antara lain
adalah peserta didik menjadi: (1) kreatif dalam berfikir; (2) kritis dalam
menganalisa data, fakta dan informasi; (3) mandiri dalam bertindak dan bekerja”.

Selain itu dengan pemecahan masalah akan menumbuhkan sikap kreatif siswa
dalam pembelajaran matematika,sehingga suasana pembelajaran akan lebih
meningkatkan kemampuan siswa. Seperti apa yang dikatakan Ruseffendi bahwa,
“Dalam pembelajaran matematika salah satu kegiatan yang dapat memupuk dan
mengembangkan sikap kreatif adalah pemecahan masalah”. Dalam pemecahan
masalah, siswa dituntut memiliki kemampuan menciptakan gagasan-gagasan atau
cara-cara baru berkenaan dengan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu,
siswa memiliki kesempatan yang sangat terbuka untuk mengembangkan serta
meningkatkan kemampuan berpikir melalui penyelesaian masalah-masalah yang
bervariasi. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, guru juga memiliki peran yang
sangat penting. Menurut Ruseffendi, tugas guru dalam membantu siswa
menyelesaikan pemecahan masalah adalah :

• Guru harus mengetahui bahwa anak perkembangan mentalnya telah cukup


dan telah memiliki cukup pengetahuan prasyarat untuk menyelesaikan soal
tersebut, agar siswa tidak buntu berpikir karena masalah lain;
• Siswa harus mengerti soal tersebut;
• Siswa harus mengerti apa yang harus dicapai;
• Siswa supaya mencoba-coba mencari jawaban (membua tstrategi),
misalnya: menerka dan mengeceknya, menyederhanakan soal,
menggunakan diagram/rumus / tabel, bekerja mundur, menggunakan
kalkulator, dan lain-lain;
6

• Membantu siswa mencari cara penyelesaian soal;


• Mengawasi siswa menyelesaikan soal;
• Memperhatikan siswa dalam meninjau kembali jawaban, cara,
penyelesaian, dan lain-lain, yang telah dilakukan untuk mencari cara yang
lebih baik,menghindarkan kekeliruan, dan lain-lain;
• Guru harus berusaha agar pada diri siswa itu selalu ada keinginan (sebagai
prasyarat), ada ketabahan menghadapinya, dan tidak ada keraguan tentang
kebenaran jawaban yang diperolehnya.

2.2 Langkah-langkah Menyelesaikan Pemecahan Masalah Matematika


Tantangan kehidupan yang semakin kompleks mendorong para ahli
pendidikan untuk berpikir dan bekerja keras dalam upaya membantu generasi muda
menjadi pemecah masalah handal. Untuk mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah seseorang, latihan berpikir secara matematis tidaklah cukup, melainkan perlu
dibarengi pengembangan rasa percaya diri melalui proses pemecahan masalah
sehingga memiliki kesiapan memadai menghadapi berbagai tantangan dalam
kehidupan nyata. Para ahli percaya bahwa kemampuan berpikir dan keterampilan
yang digunakan manusia dalam proses pemecahan masalah matematis.
Cara memecahkan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya
Dewey dan Polya. Dewey memberikan lima langkah utama dalam memecahkan
masalah;
1) Mengenali/menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah
jika bukan merupakan masalah;
2) Mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekankan pentingnya
definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesian;
3) Mengembangkan beberapa hipotesis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian
dari pemecahan masalah;
4) Menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis;
5) Memilih hipotesis yang terbaik.

Sebagaimana Dewey, Polya pun menguraikan proses yang dapat dilakukan


pada setiap langkah pemecahan masalah. Proses tersebut terangkum dalam empat
langkah berikut:
7

Menurut Polya (Wardhani, 2010) terdapat empat aspek kemampuan


memecahkanmasalah sebagai berikut:

1) Memahami masalah Pada aspek memahami masalah melibatkan


pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta,
menentukan hubungan diantara fakta-fakta dan membuat formulasi
pertanyaan masalah. Setiap masalah yang tertulis, bahkan yang paling
mudah sekalipun harus dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat
dalam masalah dipelajari dengan seksama.
2) Membuat rencana pemecahan masalah Rencana solusi dibangun dengan
mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab.
Dalam proses pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan untuk
memiliki pengalaman menerapkan berbagai macam strategi pemecahan
masalah.
3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah Untuk mencari solusi yang
tepat,rencana yang sudah dibuat harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Diagram, tabel atau urutan dibangun secara seksama sehingga si pemecah
masalah tidak akan bingung. Jika muncul ketidak konsistenan ketika
melaksanakan rencana, prosesharus ditelaah ulang untuk mencari sumber
kesulitan masalah.
4) Melihat (mengecek) kembali Selama melakukan pengecekan, solusi
masalah harus dipertimbangkan. Solusi harus tetap cocok terhadap akar
masalah meskipun kelihatan tidak beralasan.

Lebih jauh Polya merinci setiap langkah di atas dengan pertanyaan-pertanyaan


yang menuntun seorang problem solver menyelesaikan dan menemukan jawaban dari
masalah. Sebagai contoh pada langkah memahami masalah diajukan pertanyaan-
pertanyaan: Apa yang tidak diketahui? Data apa yang diberikan? Mungkinkah kondisi
dinyatakan dalam bentuk persamaan atau hubungan lainnya?Buatlah gambar dan
tulislah notasi yang sesuai.

Langkah-langkah penuntun yang dikemukakan Polya tersebut, dikenal dengan


strategi heuristik. Strategi yang dikemukakan Polya ini banyak dijadikan acuan oleh
banyak orang dalam penyelesaian masalah matematika. Berangkat dari pemikiran
yang dikemukakan oleh ahli tersebut, maka untuk menyelesaikan masalah diperlukan
8

kemampuan pemahaman konsep sebagai prasyarat dan kemampuan melakukan


hubungan antar konsep, dan kesiapan secara mental. Salah satu sebab siswa tidak
berhasil dalam belajar matematika selama ini adalah siswa belum sampai pada
pemahaman relasi (relation understanding), yang dapat menjelaskan hubungan antar
konsep. Halitu memberikan gambaran kepada kita adanya tantangan yang tidak kecil
dalam mengajarkan pemecahan masalah matematika.

Menurut Herman dan Akbar (1996/1997: 195), menyelesaikan masalah


merupakan proses menerima tantangan untuk menjawab masalah. Lebih fokus lagi,
Bell (dalam Wanti, 2003: 14) menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika
ialah pemecahan situasi dalam matematika yang dianggap masalah oleh seseorang
yang memecahkan masalah tersebut. Untuk menyelesaikan masalah matematika ada
beberapa tahap yang harus dijalani.

Pokja mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan masalah menjadi empat


langkah, yaitu:

• langkah memahami masalah;


• langkah menyusun rencana pemecahan masalah;
• langkah melaksanakan rencana yang telah disusun;
• langkah meninjau ulang hasil pelaksanaan.
Langkah-langkah pemecahan masalah model Pokja, menurut Sukirman (dalam
Munawir,2008: 15) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Langkah pertama, untuk dapat memahami masalah perlu memahami
permasalahannya. Tanpa adanya pemahaman terhadap maslaah yang dihadapi, maka
segala rencana dan tindakan yang dilakukan tidak akan terarah bahkan dimungkinkan
rencana dan tindakan yang dilaksanakan justru mempersulit permasalahan sehingga
tidak dapat dipecahkan. Oleh karena itu, langkah pertama ini sangat besar artinya dalam
pemecahan masalah.
Langkah kedua adalah menyusun rencana pemecahan masalah. Langkah ini
dilakukan dengan cara mencari hubungan antara hal-hal yang dikehendaki dengan hal-
hal yang ditanyakan. Masalah yang sudah pernah diselesaikan, konsep yang sudah
pernah dimiliki sebelumnya, sangat besar manfaatnya dalam menentukan hubungan
yang terjadi antarayang diketahui dengan yang ditanyakan.
9

Langkah ketiga adalah melaksanakan rencana pemecahan masalah. Kalau pada


waktu menyusun rencana yang berperan adalah pikiran, maka pada langkah
pelaksanaan ini.
Langkah keempat adalah meninjau ulang pelaksanaan rencana yang telah
disusun. Pada langkah ini dilakukan pengkajian terhadap semua hal yang dilakukan.
Validias setiap langkah yang dilakukan untuk pemecahan masalah perlu dipertanyakan
kembali agar dapat diperoleh langkah yang lebih mudah terjamin kebenarannya.
Tidak jarang terjadi suatulangkah tertentu yang menurut intuisi adalah sah,
ternyata tidak pernah didukung oleh prinsip, konsep ataupun metode yang ada. Oleh
karena itu, langkah ini tidak boleh dianggap remeh.
Sedangkan menurut Kees (dalam Tjipto, 1991: 95) tahapan dari pemecahan
masalahmeliputi tiga tahap:
1) Langkah analisis terdiri dari:
a. Membaca soal dengan seksama untuk menganalisis informasi yang
penting.
b. Menggambarkan diagram, skema atau gambar bila diperlukan.
2) Langkah penetapan model terdiri dari :
a. Mencari hubungan antara besaran-besaran yang diketahui dan yang
ditanyakan.
b. Mengkombinasikan hubungan-hubungan itu dalam suatu model
matematika.
c. Catat syarat-syarat bagi berlakunya model.
3) Langkah penyelesaian terdiri dari :
a. Lakukan transformasi matematika.
b. Hitung sampai diperoleh jawaban.
c. Periksa syarat-syarat berlakunya.
d. Periksa ulang apakah setiap bagian sudah benar.

Dari dua pendapat di atas, maka pembelajaran pemecahan masalah memiliki


beberapalangkah yaitu:

• Memahami masalah yakni mencari apa yang diketahui, ditanya, apa syarat-
syaratnya, gambar dan grafik bila ada.
• Membuat rencana penyelesaian yaitu rencana model matematika, membuat
beberapa alternative pemecahan dan menyusun prosedur kerja untuk
10

memecahkan masalah ataumencari hubungan yang diketahui, ditanyakan atau


mengubahnya ke rumus.
• Penyelesaian masalah menggunakan rumus yang tidak disusun.
• Pemeriksaan kembali jawaban yang ditemukan yakni memeriksa kembali
jawaban danmengevaluasi jawaban.

2.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Menurut Kesumawati (Chotimah, 2014) indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan pemahaman masalah, meliputi kemampuan mengidentifikasi
unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
diperlukan.
2. Mampu membuat atau menyusun model matematika, meliputi kemampuan
merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam matematika.
3. Memilih dan mengembangkan strategi pemecahan masalah, meliputi
kemampuan memunculkan berbagai kemungkinan atau alternatif cara
penyelesaian rumus-rumus atau pengetahuan mana yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah tersebut.
4. Mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh,
meliputi kemampuan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan perhitungan,
kesalahan penggunaan rumus, memeriksa kecocokan antara yang telah
ditemukan dengan apa yang ditanyakan,dan dapat menjelaskan kebenaran
jawaban tersebut.

Beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah matematika menurut


NCTM adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan


kecukupan unsur yang diperlukan;
2. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik;
3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan
masalah baru)dalam atau di luar matematika;
4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal;
5. Menggunakan matematika secara bermakna.
11

Menurut Pedoman Mata Pelajaran Matematika yang ada pada Permendikbud


No.59, indikator kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut :

• Mengajukan dugaan (conjecture)


• Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan
• Memberikan alternatif bagi suatu argumen
• Menemukan pola pada suatu gejala matematis

2.4 Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Tes kemampuan pemecahan masalah matematis menuntut siswa untuk
memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan penyelesaian
dan mengecek kembali yang meliputi pembuktian jawaban itu benar dan
menyimpulkan hasil jawaban. Penilaian untuk setiap butir soal tes pemecahan
masalah mengacu pada indikator.
Contoh:
Indikator : Menemukan pola pada suatu gejala matematis
Instrumentes :
Syarifah suka memotong-motong kertas. Mula-mula ia memotong kertas
menjadi 10 potong, kemudian selembar dari 10 potong tersebut dipotong lagi menjadi
10 potong. Kegiatan tersebut terus dilakukan sehingga jumlah potongan seluruhnya
menjadi 352. Tentukan berapa kali Syarifah menggunting, jika untuk memotong
kertas menjadi 10 potong dilakukan 3 kali pengguntingan.
Jawab :
Jumlah potongan kertas yang diperoleh, setelah

Potongan Potongan Potongan ..... Potongan


Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-n
10 19 28 ..... 325
Dengan :

19 dari 9 + 1(jadi 10) = 9 + 10 = 19

28 dari 18 + 1(jadi 10) = 18 + 10 = 28, dst

Jika diperhatikan barisan bilangan yang diperoleh adalah 10, 19, 28, . . . . , 352
merupakan barisan aritmatika, dengan a = 10, b = 9 dan Un = 352, sehingga didapat
Un = 9n + 1
12

untuk Un = 352, maka 9n + 1 = 352

9n = 351

n = 351/9

= 39 (39 kali pemotongan)

Karena setiap 1 x potong = 3 x gunting, maka 39 x memotong diperlukan39 x


3 (kali gunting) = 117 kali gunting. Jadi : Syifa menggunting sebanyak 117 kali untuk
mendapatkan 352 potongan kertas.

2.5 Contoh-Contoh Masalah Matematika berdasarkan Jenisnya


Masalah dalam matematika dapat dibagi atas beberapa macam. Para ahli
membagi masalah tersebut dalam berbagai jenis berdasarkan sudut pandang masing-
masing.
Menurut Polya(1957) (dalam Dindyal, 2005: 70), masalah dibagi atas dua
macam, yaitu masalah rutin dan masalah tidak rutin. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sternberg dan Ben-Zeev (1996: 32) bahwa masalah matematika terbagi atas masalah
rutin dan masalah tidak rutin. Masalah rutin adalah suatu masalah yang semata-mata
hanya merupakan latihan yangdapat dipecahkan dengan menggunakan beberapa
perintah atau algoritma.
Contoh: (54 - 45) +(74– 65) = ..... .
Ini adalah masalah rutin untuk semua siswa sekolah menengah karena apayang
hendak dilakukan sudah jelas dan secara umum siswa tahu bagaimana menghitungnya.
Masalah tidak rutin lebih menantang dan diperlukan kemampuan kreativitas dari
pemecah masalah.
Menurut Sternberg dan Ben-Zeev (1996: 32), masalah yang tidak rutin muncul
ketika pemecah masalah mempunyai suatu masalah tetapi tidak segera mengetahui
Bagaimana memecahkannya.Jenis masalah dalam pembelajaran SD ada 4, yaitu:
1. Masalah Translasi
Masalah translasi adalah masalah yang berhubungan aktivitas sehari-hari siswa.
Contoh: Ade membeli permen 12 buah. Bagaimana cara Ade membagikan kepada 24
orang temannya agar semua kebagian dengan adil?
2. Masalah Aplikasi
Masalah aplikasi adalah masalah yang menerapkan suatu konsep, rumus
matematika dalam sebuah soal-soal matematika.
13

Contoh: Suatu kolam berbentuk persegi panjang yang berukuran panjang 20 meter
dan lebar 10 meter. Berapa luas kolam tersebut?
3. Masalah Proses/Pola
Masalah proses/pola adalah masalah yang memiliki pola, keteraturan dalam
penyelesainnya.
Contoh: 2, 4, 6, 8, ... . Berapa angka berikutnya?
4. Masalah Teka-teki
Masalah teka-teki adalah masalah yang sifat menerka atau dapat berupa
permainan namun tetap mengacu pada konsep dalam matematika.
Contoh: Aku adalah anggota bilangan Asli, aku adalah bilangan perkasa, jika
kelipatannku dijumlahkan angka-angkanya hasilnya adalah aku, siapakah aku?
Masalah di dalam matematika dapat diklasifikasi dalam dua jenis (Pusat
Kurikulum, 2002 a, b, dan c), yaitu :
1. Penemuan (Problem to find)
Yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atauobjek tertentu yang tidak
diketahui dari soal serta memenuhi kondisi atau syarat yangsesuai dengan soal.
2. Pembuktian (Problem to prove),
Yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar.
Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dankesimpulan. Untuk membuktikan
kita harus membuat atau memproses pernyataan yanglogis dari hipotesis menuju
kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak benar kita
harus memberikan contoh penyangkalnya sehingga pernyataan tersebut menjadi tidak
benar.

Perhatikan beberapa contoh soal berikut:

a. Apa langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengerjakan 3 1/2 : 5 1/4 ?
b. Tentukan hasilnya bila 1/4 x 6 : 2 1/2 ?
c. Manakah yang lebih luas, kebun yang berbentuk persegipanjang dengan
panjang 314m dan lebar 12 m atau kolam renang yang berbentuk lingkaran
dengan jari-jarilingkaran 12 m?
d. Ani lebih tua dari Budi, Budi lebih tua daripada Chandra, Chandra lebih muda
daripada Deni. Siapakah yang paling muda di antara mereka?
14

e. Diketahui sejumlah bangun geometri datar, yaitu persegi, persegi panjang,


segitiga,lingkaran, belah ketupat, jajar genjang, laying-layang, dan trapesium.
Buatlah hubungan di antara mereka dalam bentuk diagram peta konsep!
f. Dengan cara bagaimana kita menunjukkan 6 dibagi 3 adalah 2?
g. Mengapa bilangan-bilangan ganjil dikalikan dengan bilangan genap selalu
menghasilkan bilangan genap?
h. Mengapa setiap persegi adalah pesegi panjang?
i. Mengapa sebuah relasi belum tentu merupakan fungsi?
Dari soal-soal di atas soal a-e merupakan masalah penemuan,
sedangkan soal f merupakan masalah pembuktian, karena :
a. Pada soal poin a siswa akan menentukan langkah pertama untuk mendapatkan nilai
dari 3 ½ : 5 ¼ (masalah penemuan).
b. Pada soal poin b siswa akan mencari nilai dari 1/4 x 6 : 2 ½ (masalah penemuan).
c. Pada soal poin c siswa akan menentukan mana yang lebih luas dengan mencari luas
kebun dan kolam renang dengan ukuran masing-masing yang sudah
ditentukan(masalah penemuan).
d. Pada soal poin d siswa akan menentukan kondisi yang sesuai soal dengan yang
diberikan (masalah penemuan).
e. Pada soal poin e siswa akan mencari, menentukan, dan mendapatkan hubungan
bangun geometri datar yang diberikan dalam diagram peta konsep (masalah
penemuan).
f. Pada soal poin f siswa akan menunjukkan bahwa 6 dibagi 3 adalah 2 merupakan
pernyataan yang bernilai benar (masalah pembuktian).
g. Pada soal poin g, h dan i merupakan masalah pembuktian diserahkan kepada
Anda sebagai latihan.

2.6 Contoh Soal dan Jawaban Menyelesaikan Pemecahan Masalah Matematika


1. Sebuah toko memberikan diskon sebesar 20% untuk semua barang. Jika harga asli
sebuah barang adalah Rp 500.000, berapakah harga barang setelah didiskon?
Jawaban:
Diskon yang diberikan adalah 20% dari harga asli. Untuk mencari harga setelah
didiskon, kita perlu mengurangi diskon dari harga asli.
Diskon = 20% x Rp 500.000 = Rp 100.000
15

Harga barang setelah didiskon = Harga asli - Diskon = Rp 500.000 - Rp 100.000 = Rp


400.000
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan persentase diskon (20%) dari harga asli (Rp
500.000) untuk mencari jumlah diskon yang diberikan. Setelah itu, kita mengurangi
jumlah diskon dari harga asli untuk mendapatkan harga barang setelah didiskon.

2. Sebuah kolam memiliki panjang 12 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 3 meter.
Berapakah volume air yang dapat diisi ke dalam kolam tersebut?
Jawaban:
Volume kolam dapat dihitung dengan mengalikan panjang, lebar, dan tinggi
kolam.
Volume kolam = Panjang x Lebar x Tinggi = 12 m x 6 m x 3 m = 216 meter kubik
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan rumus volume prisma, di mana
panjang, lebar, dan tinggi kolam digunakan untuk menghitung volume totalnya.
Dalam hal ini, kita mengalikan ketiga dimensi tersebut untuk mendapatkan
volume air yang dapat diisi ke dalam kolam.

3. Sebuah mobil menempuh jarak 240 kilometer dalam waktu 4 jam. Berapakah
kecepatan rata-rata mobil tersebut?
Jawaban:
Kecepatan rata-rata dapat dihitung dengan membagi jarak yang ditempuh oleh
mobil dengan waktu tempuhnya.
Kecepatan rata-rata = Jarak ÷ Waktu = 240 km ÷ 4 jam = 60 km/jam
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan rumus kecepatan rata-rata, di mana
jarak yang ditempuh (240 km) dibagi dengan waktu tempuhnya (4 jam). Dalam
hal ini, kecepatan rata-rata mobil tersebut adalah 60 km/jam.

4. Sebuah segitiga memiliki panjang alas 8 cm dan tinggi 10 cm. Berapakah luas
segitiga tersebut?
Jawaban:
16

Luas segitiga dapat dihitung dengan mengalikan setengah dari panjang alas dengan
tinggi.
Luas segitiga = 1/2 x Alas x Tinggi = 1/2 x 8 cm x 10 cm = 40 cm^2
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan rumus luas segitiga, di mana setengah dari
panjang alas (1/2 x 8 cm) dikalikan dengan tinggi segitiga (10 cm). Dalam hal ini,
luas segitiga tersebut adalah 40 cm^2.

5. Sebuah toko mendapatkan keuntungan sebesar 25% dari harga beli sebuah barang.
Jika harga beli barang tersebut adalah Rp 400.000, berapakah keuntungan yang
didapatkan toko?
Jawaban:
Keuntungan dapat dihitung dengan mengalikan persentase keuntungan dengan
harga beli barang.
Keuntungan = 25% x Rp 400.000 = Rp 100.000
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan persentase keuntungan (25%) dari
harga beli barang (Rp 400.000) untuk mencari jumlah keuntungan yang
didapatkan. Dalam hal ini, toko mendapatkan keuntungan sebesar Rp 100.000.

6. Sebuah benda bergerak dengan kecepatan 10 m/s selama 20 detik. Berapakah


jarak yang ditempuh oleh benda tersebut?
Jawaban:
Jarak dapat dihitung dengan mengalikan kecepatan benda dengan waktu
tempuhnya.
Jarak = Kecepatan x Waktu = 10 m/s x 20 detik = 200 meter
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan rumus jarak, di mana kecepatan benda (10
m/s) dikalikan dengan waktu tempuhnya (20 detik). Dalam hal ini, jarak yang
ditempuh oleh benda tersebut adalah 200 meter.

7. Sebuah kantong berisi 50 permen. Jika setiap hari anak mengkonsumsi 3 permen,
berapa hari kantong tersebut akan habis?
Jawaban:
17

Jumlah hari kantong akan habis dapat dihitung dengan membagi jumlah permen
dalam kantong dengan jumlah permen yang dikonsumsi setiap hari.
Jumlah hari kantong akan habis = 50 permen ÷ 3 permen/hari ≈ 16,67 hari
Karena tidak mungkin ada pecahan hari, maka kantong tersebut akan habis dalam 17
hari.
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan pembagian antara jumlah permen
dalam kantong (50 permen) dengan jumlah permen yang dikonsumsi setiap hari (3
permen/hari). Namun, karena tidak mungkin ada pecahan hari, maka kita bulatkan ke
atas dan mendapatkan bahwa kantong akan habis dalam 17 hari.

8. Sebuah wadah berisi 2 liter air. Jika setiap menit air mengalir keluar sebanyak 250
ml, berapa menit waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan seluruh wadah?
Jawaban:
Wadah berisi 2 liter = 2.000 ml
Waktu yang dibutuhkan = 2.000 ml ÷ 250 ml/menit = 8 menit
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita mengubah kapasitas wadah dalam liter menjadi mililiter
(2 liter = 2.000 ml) untuk mempermudah perhitungan. Selanjutnya, kita membagi
jumlah air dalam wadah (2.000 ml) dengan jumlah air yang mengalir keluar
setiap menit (250 ml/menit) untuk mendapatkan waktu yang dibutuhkan. Dalam
hal ini, dibutuhkan waktu 8 menit untuk mengosongkan seluruh wadah.

9. Seorang petani memiliki lahan berbentuk persegi dengan panjang sisi 10 meter. Ia
ingin membagi lahan tersebut menjadi 4 petak dengan luas yang sama. Berapa
panjang sisi masing-masing petak?
Jawaban:
Luas lahan persegi = sisi x sisi = 10 m x 10 m = 100 m^2
Luas masing-masing petak = 100 m^2 ÷ 4 = 25 m^2
Panjang sisi masing-masing petak = √(luas petak) = √(25 m^2) = 5 meter
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan rumus luas persegi untuk menghitung luas
total lahan persegi. Setelah itu, kita membagi luas lahan dengan jumlah petak
yang diinginkan (4) untuk mendapatkan luas masing-masing petak. Dalam hal ini,
18

luas masing-masing petak adalah 25 m^2. Selanjutnya, untuk mencari panjang


sisi masing-masing petak, kita mengambil akar kuadrat dari luas petak (25 m^2),
sehingga panjang sisi masing-masing petak adalah 5 meter.

10. Sebuah truk melakukan perjalanan sejauh 500 kilometer dengan kecepatan rata-
rata 60 km/jam. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
perjalanan tersebut?
Jawaban:
Waktu yang dibutuhkan dapat dihitung dengan membagi jarak yang ditempuh
oleh truk dengan kecepatan rata-ratanya.
Waktu = Jarak ÷ Kecepatan = 500 km ÷ 60 km/jam ≈ 8,33 jam
Karena waktu diinginkan dalam jam, kita dapat membulatkannya menjadi 8 jam
20 menit.
Penjelasan:
Dalam masalah ini, kita menggunakan rumus waktu, di mana jarak yang
ditempuh oleh truk (500 km) dibagi dengan kecepatan rata-ratanya (60 km/jam).
Namun, hasil perhitungan awalnya akan menghasilkan waktu dalam desimal.
Oleh karena itu, kita membulatkannya menjadi waktu yang lebih realistis dalam
jam dan menit. Dalam hal ini, truk membutuhkan waktu sekitar 8 jam 20 menit
untuk menyelesaikan perjalanan tersebut.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah dalam matematika adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab langsung
karena pada titik awal belum diketahui aturan atau hukum yang dapat digunakan untuk
mendapatkan jawabannya dan siswa merasa tertantang untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemecahan masalah yaitu sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan
dalammencapai tujuan.
2. Langka-langkah menyelesaikan pemecahan masalah menurut Dewey yaitu:
a. Mengenali/menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah
jika bukan merupakan masalah;
b. Mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekankan
pentingnyadefinisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan
penyelesian;
c. Mengembangkan beberapa hipotesis: hipotesis adalah alternatif
penyelesaiandari pemecahan masalah;
d. Menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis;
e. Memilih hipotesis yang terbaik.
3. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika menurut NCTM adalahsebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan
kecukupanunsur yang diperlukan;
b. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik;
c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis
danmasalah baru) dalam atau di luar matematika;
d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal;
e. Menggunakan matematika secara bermakna.
4. Mengukur kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari cara
memahamimasalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan penyelesaian dan

19
20

5. mengecekkembali yang meliputi pembuktian jawaban itu benar dan menyimpulkan


hasil jawaban.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah mengetahui dan mempelajari kemampuan
pemecahan masalah ini kita dapat memanfaatkannya dan menerapkannya dalam proses
belajar mengajar kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Ahmad. Kemampuan pemecahan masalah matematika. 23 November 2009.


https://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-
matematika/

Mawaddah , Siti dan Hana Anisah (2015). Jurnal Pendidikan Matematika, EDU-
MAT,Volume 3, Nomor 2, hlm 166 –175.

Branca, N.A. 1980. Problem Solving as A Goal, Proccess and Basic Skill. Dalam Krulik
&RE. Reys (ed). Problem Solving in School Mathematic. Virginia: NCTM Inc.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Fauzan, Ahmad. 2011. Modul 1 Evaluasi Pembelajaran Matematika: Pemecahan Masalah


Matematika. Evaluasimatematika.net: UNP.

Isrok’atun. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD Siswa
SMP Negeri di Bandung melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Bandung: TesisSPs
UPI. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, ET. 1991a. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kedua. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, ET. 1991b. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kelima. Bandung: Tarsito.

Soleh, Muhammad. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta: Pusat


Perbukuan, Depdikbud.

Sujono (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek


Pengembangan LPTK, Depdikbud

Sumarmo, U, Dedy, E dan Rahmat (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan

Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA.

Jusmawati jusmawati, satriawati satriawati, Irman R, Abdul Rahman, Nurdin Arsyad, 2020.

Model-model Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Surabaya : Samudra Biru

21

Anda mungkin juga menyukai