Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF,


DAN PSIKOMOTOR DALAM PENDIDIKAN MATEMATIKA”
Dosen Pengampu: Dr. Zubaidah Amir MZ, M. Pd. & Mayu Syahwela, M. Pd.

DISUSUN OLEH:
ANNISA TRI UTAMI (12010527070)
FEBI MARLIZA (12010522647)
INCHA TRIXIE PUTRI SASHA
(12010526412)
SERLY OKTA RIA (12010523328)
SYUKRI HIDAYAT (12010516147)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Swt atas segala berkat,
rahmat dan hidayahnya yang tiada terkira besarnya. Shalawat beserta salam
semoga selalu tersampaikan kepada nabi Muhammad Saw. Semoga kita
mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir kelak. Aamiin ya Rabbal’alamiin.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika, yakni Ibu Dr. Zubaidah Amir MZ, M. Pd. dan Ibu
Mayu Syahwela, M. Pd. atas bimbingannya. Tak lupa kepada semua pihak yang
telah membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Pendidikan
Matematika” tepat waktu.
Melalui makalah ini, pembaca dapat menyampaikan kekurangan dalam
makalah ini sebagai koreksi agar makalah berikutnya bisa lebih baik lagi. Akhir
kata, penulis mohon maaf atas kekurangan dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 18 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor...............................3
1. Pengertian Ranah Kognitif.....................................................................3
2. Pengertian Ranah Afektif.......................................................................4
3. Pengertian Ranah Psikomotor................................................................5
B. Ciri-Ciri Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotor...................6
1. Ciri-Ciri Ranah Penilaian Kognitif........................................................6
2. Ciri-Ciri Ranah Penilaian Afektif..........................................................8
3. Ciri-Ciri Ranah Penilaian Psikomotor...................................................9
C. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
dalam Pendidikan Matematika...........................................................................11
1. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif....................................11
2. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif......................................11
3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor...............................12
D. Penerapan Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Pendidikan
Matematika.........................................................................................................13
1. Penerapan Ranah Kognitif...................................................................13
2. Penerapan Ranah Afektif.....................................................................14
3. Penerapan Ranah Psikomotor..............................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................18
B. Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan selalu identik dengan kognitif, afektif, serta psikomotor.
Guru dituntut untuk memahami, mengimplementasikan ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa dalam Kegiatan Beajar Mengajar (KBM) di kelas.
Menurut KBBI, kognitif adalah sesuatu yang berkaitan dengan atau
melibatkan kognisi. Sedangkan kognisi adalah kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.
Untuk pengertian afektif menurut KBBI, afektif berkenaan dengan perasaan
(seperti takut, cinta), memengaruhi keadaan perasaan dan emosi serta mempunyai
gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (tentang gaya bahasa atau makna).
Sedangkan psikomotor menurut KBBI adalah psikomotorik, yakni
berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses mental dan
psikologi.
Tiga hal diatas memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan itu sendiri.
Tentu saja, dalam dunia pendidikan, terutama dalam pendidikan matematika;
kognitif, afektif, serta psikomotor memiliki ranah tersendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor?
2. Bagaimana ciri-ciri dari ranah penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor?
3. Bagaimana contoh dari pengukuran ranah penilaian kognitif, afektif, dan
psikomotor dalam pendidikan matematika?
4. Apa saja penerapan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dalam
pendidikan matematika?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
2. Mengetahui dan memahami ciri-ciri dari ranah penilaian kognitif, afektif,
dan psikomotor.

1
3. Mengetahui dan memahami contoh dari pengukuran ranah penilaian
kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pendidikan matematika.
4. Mengetahui dan memahami penerapan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor dalam pendidikan matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor


1. Pengertian Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan rangkaian dasar untuk mengkategorikan
tujuan pendidikan, kurikulum dan penyusunan (Inayatun, 2021). Ranah
Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir (Setyosari, 2013).
Perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan
serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
merupakan indikator kognitif. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu
dalam dirinya apabila telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua
perubahan terjadi.
Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar
sebagai produk dari proses belajar. Guru dapat mengetahui kekurangan dan
kemajuan belajar siswa serta memetakan kemampuan berpikir siswa yaitu
melalui hasil belajar, sehingga siswa pada akhirnya akan mampu untuk
memaksimalkan domain kognitifnya, karena domain kognitif sampai saat ini
berperan utama dalam ketuntasan belajar siswa.
Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang
karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator
kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh
untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk
disusun dengan menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif
(Setyosari, 2013).
Ranah Kognitif mempunyai enam sub yang disusun mulai dengan yang
paling sederhana sampai tahap yang paling kompleks dan secara singkat,
yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan untuk mengingat bahan-
bahan yang pernah dipelajari terdahulu.

3
2) Pemahaman (compherehension) yaitu kemampuan untuk menangkap
pengertian dari sesuatu, seperti tnenerjemahkan sesuatu atau
menafsirkan sesuatu dengan cara menjelaskan.
3) Penerapan (application) yaitu kemampuan untuk menggunakan
bahan-bahan yang telah dipelajari dalam situasi yang baru dan
kongkret atau nyata.
4) Penguraian (analysis) yaitu kemampuan untuk memilah-milih
sesuatu bahan pada bagian-bagian koraponennya sehingga struktur
bahan tersebut dapat dipahami.
5) Penyatuan (synthesis) yaitu kemampuan untuk menyatukan bagian-
bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan yang utuh.
6) Penilaian (evaluation) yaitu mernutuskan atau menentukan nilai
suatu materi untuk suatu tujuan yang telah ditentukan. (Asrori, 2013)

2. Pengertian Ranah Afektif


Ranah afektif merupakan kemampuan dan sikap yang dimiliki oleh siswa
dalam proses pembelajaran (Inayatun, 2021). Ranah afektif merupakan ranah
yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap,
kepatuhan terhadap moral (Setyosari, 2013). Sikap yang diharapkan saat dan
setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran merupakan
indikator pada ranah afektif.
Menurut Bloom dalam jurnal (Noviansyah, 2020) bahwa tujuan afektif
dalam pembelajaran sebagai sarana tujuan kognitif adalah mengembangkan
minat dan motivasi. Motivasi sangat penting untuk belajar dan dengan
demikian merupakan salah satu cara utama dimana domain afektif digunakan
sebagai sarana kognitif. Untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta
didik sangat penting memperhatikan siatuasi tempat belajar.
Ranah afektif ini dibagi menjadi lima level belajar yang disusun mulai
dari yang paling sederhana sampai tahap yang paling kompleks dan secara
singkat, yaitu:
1) Penerimaan (receiving) yaitu kesediaan seseorang atau mahasiswa
untuk mengikuti suatu peristiwa tertentu, seperti kegiatan di dalam
kelas, buku teks, musik dan Iain-lain.

4
2) Pemberian Tanggapan (responding) yaitu menunjuk pada
keikutsertaan secara aktif dari mahasiwa atau siswa agar dapat
memberikan reaksi kesiapan dalam memberikan respon atau minat.
3) Penentuan Sikap (value) yaitu berhubungan dengan nilai yang
melekat pada mahasiwa atau siswa terhadap suatu peristiwa atau
tingkah laku, seperti ingin meningkatkan keterampilan kelompok.
4) Pengorganisasian (organization) yaitu menggabungkan beberapa
nilai yang berbeda-beda serta membangun sistem yang konsisten
secara internal.
5) Pembentukan Pola (characterization by a value or a complex) yaitu
menunjuk pada proses afeksi di mana seseorang memiliki suatu
sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya untuk waktu
yang lama dan pada gilirannya akan membentuk gaya hidupnya.
(Asrori, 2013)

3. Pengertian Ranah Psikomotor


Ranah psikomotorik merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan setelah
melakukan pengalaman belajar langsung (Inayatun, 2021). Ranah
psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem saraf dan otot dan berfungsi
psikis (Setyosari, 2013). Perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak
setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan merupakan indikator psikomotorik. Ketika peserta didik telah
memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai mata pelajaran dalam dirinya,
maka tahap selanjutnya adalah bagaimana peserta didik mampu
mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari melalui
perbuatan atau tindakan (Noviansyah, 2020).
Ranah Psikomotorik ini dibagi menjadi tujuh level belajar yang disusun
mulai dari yang paling sederhana sampai tahap yang paling kompleks dan
secara singkat, yaitu:
1) Persepsi (perception) yaitu berkenaan dengan penggunaan organ-
indra untuk menangkap isyarat yang membimbing aktivitas gerak.

5
2) Kesiapan (set) yaitu menunjukkan pada kesiapan untuk melakukan
tindakan atau kesiapan mental dan fisik untuk bertindak.
3) Gerakan Terbimbing (guided respons) yaitu tahapan awal dalam
mempelajari keterampilan yang kompleks seperti peniruan
4) Gerakan Terbiasa (mechanism) yaitu berkenaan dengan kinerja di
mana respon mahasiswa atau siswa telah menjadi terbiasa dan
gerakan-gerakan dengan penuh keyakinan dan kecakapan.
5) Gerakan Kompleks (complex overt respons) yaitu merupakan
gerakan yang sangat terampil dengan pola-pola gerakan yang sangat
kompleks.
6) Penyesuaian Pola Gerakan (adaptation) yaitu berkenaan dengan
keterampilan yang dikembangkan dengan baik sehingga seseorang
dapat memodifikasi pola-pola gerakan untuk menyesuaikan tututan
tertentu atau menyesuaikan situasi tertentu.
7) Kreativitas (organitation) yaitu menujuk kepada pencitaan pola-pola
gerakan baru untuk menyesuaikan situasi tertentu atau problem
khusus. (Asrori, 2013)

B. Ciri-Ciri Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotor


1. Ciri-Ciri Ranah Penilaian Kognitif
Tingkat kompetensi penilaian kognitif dapat dilihat pada gambar berikut:
(Asrul, Rusydi, & Rosnita, 2014)

1) Tingkatan pengetahuan ialah kemampuan mengingat kembali,


misalnya, pengetahuan mengenai istilah-istilah, pengetahuan
mengenai klasifikasi dan sejenisnya. Jadi, tingkatan pengetahuan

6
mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan. Singkatnya dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang
disimpan dalam ingatan itu, dapat digali kembali pada saat
dibutuhkan melalui bentuk ingatan (recall) atau mengingatkan
kembali (recognition). Kata-kata operasional yang biasa digunakan
ialah: mengenal, mendiskripsikan, menamakan, memasangkan,
membuat daftar, memilih dan yang sejenis.
2) Tingkatan pemahaman yaitu kemampuan menggunakan informasi
dalam situasi yang tepat, mencakup kemampuan untuk
membandingkan, menunjukkan persamaan dan perbedaan,
mengidentifikasi karakteristik, menganalisis dan menyimpulkan.
Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: mengklasifikasi,
menjelaskan, mengikhtisarkan, membedakan dan yang sejenis.
3) Tingkatan penerapan mencakup kemampuan untuk menggunakan
atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi
atau konteks yang lain, yaitu mampu mengaplikasikan atas
pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki sebagai hasil dari
proses pembelajaran. Kata-kata operasional yang biasa digunakan
ialah: mendemonstrasikan, menghitung, menyelesaikan,
menyesuaikan, mengoperasikan, menghubungkan, menyusun dan
yang sejenis.
4) Tingkatan analisis yaitu mengenal kembali unsur-unsur, hubungan-
hubungan dan susunan informasi atau masalah, misalnya:
menganalisis hubungan-hubungan meliputi kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan atau membedakan komponen atau
elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau
kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat
ada tidaknya konstraksi. Kata-kata operasional yang biasa digunakan
ialah: menemukan perbedaan, memisahkan, membuat diagram,
membuat estimasi, menjabarkan ke dalam bagian-bagian, menyusun
urutan dan yang sejenis.

7
5) Tingkatan sintesis yaitu mengkombinasikan kembali bagian-bagian
dari pengalaman yang lalu dengan bahan yang baru menjadi suatu
keseluruhan yang baru dan terpadu, misalnya membuat suatu
rencana atau menyusun usulan kegiatan dengan suatu kesatuan atau
pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga
tercipta suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
membuat rencana seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal
penelitian. Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah:
menggabungkan, menciptakan, merumuskan, merancang, membuat
komposisi, dan yang sejenis.
6) Tingkatan evaluasi yaitu menggunakan kriteria untuk mengukur nilai
suatu gagasan, karya dan sebagainya, misalnya menimbang-nimbang
dan memutuskan mencakup kemampuan untuk membuat penelitian
dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk, atau
benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Kata-kata operasional
yang biasa digunakan ialah: menimbang, mengkritik,
membandingkan, memberi alasan, menyimpulkan, memberi
dukungan, dan yang sejenis.
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi, hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal
melainkan kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain
kognitif yang meliputi beberapa jenjang atau tingkat. (Nurbudiyani, 2013)

2. Ciri-Ciri Ranah Penilaian Afektif


Ciri-ciri hasil belajar ranah afektif yang dapat dilihat pada peserta didik
yaitu: (Hutapea, 2019)
1) Sikap peserta didik pada waktu belajar di sekolah, terutama pada
waktu guru mengajar. Sikap ini meliputi: kemampuan peserta didik
untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian peserta didik terhadap
apa yang dijelaskan oleh guru, keinginan peserta didik untuk
mendengarkan dan mencatat uraian dari guru, penghargaan peserta
didik terhadap guru itu sendiri, serta hasrat peserta didik untuk
bertanya kepada guru.

8
2) Sikap peserta didik setelah pelajaran selesai. Sikap peserta didik ini
meliputi indikator: kemauan peserta didik dalam mempelajari bahan
pelajaran lebih lanjut, kemauan peserta didik untuk mengaplikasikan
hasil pelajaran dalam praktik kehidupan sehari-hari berdasarkan
tujuan dan isi yang tertuang dalam mata pelajaran, serta suka
terhadap gurunya dan mata pelajarannya.
Hakikat dari hasil belajar ranah afektif juga membahas tentang jenjang
atau tingkatan ranah afektif. Berikut ini ada lima tingkatan dalam ranah
afektif, yaitu: (Hutapea, 2019)
1) Menerima atau memperhatikan. Jenjang ini berkaitan dengan
kemauan untuk menerima atau memerhatikan guru. Kata kunci yang
dipakai meliputi: dengar, lihat, raba, cium, rasa, pandang, pilih, dan
perhatikan.
2) Merespon. Dalam jenjang ini peserta didik dilibatkan secara puas
dalam suatu subjek tertentu. Kata kunci yang dapat dipakai antara
lain: persetujuan, minat, reaksi, membantu, partisipasi, dan
melibatkan diri.
3) Penghargaan. Pada jenjang ini aspek perilaku peserta didik ialah
konsisten dan stabil. Kata kunci yang dapat dipakai ialah: mengakui
dengan tulus, mengidentifikasi diri, memercayai, menyatukan diri,
rela berkorban, dan tanggung jawab.
4) Mengorganisasikan. Dalam jenjang ini peserta didik membentuk
suatu sistem nilai yang dapat menuntun perilaku. Kata kunci yang
dapat dipakai, yaitu: menimbang-nimbang, menjalin, meyelaraskan,
dan mengimbangkan membentuk filsafat hidup.
5) Mempribadi atau mewatak. Tingkatan akhir ini sudah memiliki
internalisasi, serta nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri
individu. Kata-kata yang dapat dipakai: bersifat obyektif, bijaksana,
adil, teguh dalam pendirian, percaya diri, dan berkepribadian.

3. Ciri-Ciri Ranah Penilaian Psikomotor


Ranah psikomotorik memiliki lima tahap atau jenjang perkembangan,
antara lain: (Hutapea, 2019)

9
1) Tahap menirukan. Pada jenjang ini jika diaplikasikan kepada peserta
didik suatu tindakan yang dapat diamati, maka peserta didik
tersebutakan mulai membuat suatu tiruan terhadap tindakan itu
sampai pada tingkat sistem otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan
kata hati untuk menirukan.
2) Tahap manipulasi. Pada tahapan ini peserta didik dapat menunjukkan
atau menampilkan suatu tindakan seperti yang diajarkan, serta
tindakan yang juga tidak hanya seperti yang diamati. Peserta didik
mulai dapat membedakan antara satu pola tindakan dengan yang lain,
kemudian menjadi mampu memilih tindakan yang diperlukan dan
mulai memiliki keterampilan dalam memanipulasi.
3) Tahap keseksamaan. Pada tahapan ini terdiri atas kemampuan
peserta didik dalam menampilkan suatu tindakan yang telah sampai
pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu
kegiatan tertentu.
4) Tahap artikulasi. Tahapan ini memiliki unsur utama, yaitu peserta
didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan tindakan dengan
menetapkan urutan secara tepat di antara tindakan yang berbeda-
beda.
5) Tahap naturalisasi. Pada tahapan terakhir ini mengungkapkan bahwa
apabila peserta didik telah dapat melakukan secara alami satu
tindakan atau sejumlah tindakan yang urut, maka keterampilan
penampilan tersebut telah sampai pada kemampuan yang paling
tinggi dan tindakan tersebut ditampilkan dengan pengeluaran energi
yang minimum.
Hasil belajar psikomotorik dapat diukur melalui: (Sugiarti, 2018)
1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku siswa selama
proses pembelajaran praktik berlangsung,
2) Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
3) Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya

1
Domain psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Menurut Sudjana ada enam tingkatan
keterampilan yaitu: (Setiadi, 2016)
1) Gerakan refleks atau gerakan yang tidak sadar,
2) Keterampilan gerakan dasar,
3) Kemampuan perseptual untuk membedakan auditif dan motoris,
4) Kemampuan di bidang fisik (kekuatan, keharmonisan dan ketepatan),
5) Gerakan skill mulai sederhana sampai kompleks, dan
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi gerakan ekspresif
dan interprestatif.

C. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotor


dalam Pendidikan Matematika
1. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan siswa dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. (Kunandar, 2014:159).
Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Beberapa bentuk tes kognitif diantaranya ialah:
 Tes atau pertanyaan lisan di kelas
 Pilihan ganda
 Uraian objektif
 Uraian non objektif atau uraian bebas
 Jawaban atau isian singkat
 Menjodohkan
 Portofolio
 Performance

2. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif


Dalam ranah afektif mencakup penilaian watak perilaku seperti sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral. Sikap merupakan konsep psikologi yang
kompleks sebagai kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap suatu objek,

1
orang, atau masalah tertentu. Penilaian skala sikap pada umumnya
dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Penilaian ranah
afektif dalam bentuk penilaian skala sikap peserta didik perlu dikembangkan
untuk mengetahui perubahan sikap peserta didikpada pembelajaran tersebut.
Cara mengukur sikap peserta didik tersebut menggunakan instrumen dalam
bentuk non tes yaitu berupa angket skala sikap seperti skala Likert.
Contoh skala likert:
Minat terhadap pelajaran matematika
1. Pelajaran matematika menyenangkan
2. Pelajaran matematika itu sulit
3. Tidak semua harus belajar matematika
4. Belajar matematika harus pintar
Lalu terdapat pilihannya ss, s, ts, sts
Keterangan:
SS: sangat
setuju S: setuju
TS: tidak setuju
STS: sangat tidak setuju

3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor


Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan
ranah afektif.
Dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus
mencakup persiapan proses dan produk penilaian dapat dilakukan pada saat
proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik atau
sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur
penampilan atau kinerja yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut
dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk
kerja

1
Contoh kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika
misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu
baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri
(bangun datar, bangun ruang, garis, sudut, dll.) atau tanpa alat. Contoh
lainnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-
jaring kubus. Kemampuan dalam melukis jaring-jaring kubus secara
psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan
peralatan jangka dan penggaris saat melukis.

D. Penerapan Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam


Pendidikan Matematika
1. Penerapan Ranah Kognitif
Teori pembelajaran menyangkut suatu tindakan untuk membimbing dan
mengajarkan individu bagaimana caranya siswa mendapatkan pengetahuan
dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan
masyarakat di sekitarnya. Dengan begitu, diperlukan pembahasan atau
penjelasan mengenai teori pembelajaran. Teori kognitivisme berbeda dengan
teori behaviorisme, dimana teori kognitivisme mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, dkk. 2012: 87). Dalam proses belajar,
teori kognitivisme mengganggap pentingnya faktor individu dalam belajar
tanpa menghiraukan faktor eksternal atau lingkungan. Belajar menurut
kognitivisme adalah proses interaksi diri individu dengan lingkungan, dan itu
terjadi secara terus-menerus selama hidupnya. Selain itu teori ini juga
mengatakan konsep bahwa belajar adalah hasil interaksi yang terus-menerus
antara diri individu dengan lingkungan melalui proses peyesuaian peleburan
asimilasi dan akomodasi.
Proses belajar terjadi berdasarkan konsep atau pola tahapan-tahapan
perkembangan tertentu sesuai dengan usia siswa. Proses belajar terjadi
melalui tahapan-tahapan diantaranya:
a. Asimilasi
b. Akomodasi, yakni penyesuaian mata dalam menerima bayangan
yang jelas dari objek yang berbeda.
c. Equilibrasi, proses belajar lebih ditetapkan oleh cara kita mengatur

1
materi pembelajaran bukan ditetapkan oleh usia siswa. Proses
belajar terjadi dengan tahapan-tahapan: enaktif (kegiatan), ekonik
(visual-verbal) dan simbolik.

2. Penerapan Ranah Afektif


Dalam belajar yang terlibat bukan hanya kegiatan fisik, tetapi diikuti oleh
proses mental, kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar,
sisi ini tidak hanya sebagai penopang kegiatan belajar, tetapi juga berperan
untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan tertentu.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi pembelajaran yang cocok untuk
mengembangkan pembelajaran afektif. Muhadjir memberikan beberapa
strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai, yaitu:
(1) strategi tradisional,
(2) strategi bebas,
(3) strategi reflektif dan
(4) strategi transinternal.
Pertama, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi tradisional,
yaitu strategi yang ditempuh dengan jalan memberitahukan secara lanngsung
nilai-nilai mana yang baik dan yang kurang baik. Dengan strategi ini guru
memiliki peran yang sangat menentukan. Penerapan strategi tersebut akan
menjadikan peserta didik hanya mengetahui atau menghafal jenis-jenis nilai
tertentu yang baik dan kurang baik, dan belum tentu melaksanakannya.
Kedua, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi bebas, yaitu
guru tidak memberitahukan kepada peserta didik mengenai nilai yang baik
dan buruk, tetapi peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan nilai yang
akan dipilihnya karena nilai yang baik belum tentu baik dengan peserta didik
itu sendiri, dalam hal ini peserta didik memegang peranan yang sama dengan
guru, karena guru dan peserta didik sama-sama terlihat secara aktif.
Ketiga, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi reflektif, adalah
dengnan jalan mondar-mandir antara menggunakan pendekatan deduktif dan
induktif, maksudnya membelajarkan nilai dengan jalan mondar mandir antara
memberikan konsep secara umum tentang nilai kebenaran, kemudian
melihatnya dalam kasus kehidupan sehari-hari. Strategi reflektif lebih relevan

1
dengan tuntutan perkembangan berfikir peserta didik dan tujuan
pembelajaran nilai untuk menumbuh kembangkan kesadaran rasional dan
keluesan wawasan terhadap nilai tersebut.
Keempat, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi transinternal,
merupakan cara untuk membelajarkan nilai dengan jalan melakukan
transformasi nilai, dilanjutkan dengan transaksi dan transinternalisasi. Guru
dan peserta didik sama sama terlibat dalam proses maju. Dalam pengertian
lain, perkembangan adalah retetan perubahan jasmani dan rohani kearah yang
lebih maju dan sempurna.
Dengan demikian proses pertumbuhan dan berkembangan, berjalan
beriringan sesuai dengan bertambahnya usia manusia, namun perkembangan
akan berlanjut terus sehingga manusia mengakhiri hayatnya. Sedangkan
pertumbuhan terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Artinya
orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya
telah mencapai tingkat kematangan.

3. Penerapan Ranah Psikomotor


Aspek keterampilan atau psikomotorik termasuk kemampuan guru
menggiring siswa untuk menemukan konsep yang sedang dipelajari melalui
deduksi (discovery learning). Siswa sebisa mungkin diajak untuk mencari
tahu, bukan langsung diberi tahu. Keterampilan guru dalam menjelaskan
pengetahuan sebagai input kepada siswa untuk menghasilkan output berupa
keterampilan siswa dan bermuara pada pembentukan sikap siswa sebagai
outcome pembelajaran. Menurut (Hamalik 2002: 135) aspek psikomotorik
yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan
dan otomatis dilakukan. Keberhasilan pengembangan aspek pengetahuan juga
akan berdampak positif terhadap pengembangan psikomotorik siswa.
Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan skill atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Indikator dari aspek psikomotorik dalam pembelajaran dilihat dari
Kata Kerja Operasional menurut teori Bloom dimulai dari: melaksanakan,
menerapkan, menanggapi, mengkomunikasikan.
a. Melaksanakan

1
Pada awal pembelajaran umumnya sama yaitu kegiatan pembelajaran
diawali oleh ketua kelas yang menyiapkan kelasnya. Semua siswa
mengucapkan salam kepada guru, lalu guru dan siswa sama-sama berdoa
sebelum belajar. Selanjutnya guru melakukan kegiatan apersepsi, pada
kegiatan apersepsi ini, guru mengetahui bagaimana karakteristik siswanya
yang suka menyatakan pendapat secara spontan. Selanjutnya siswa diajak
untuk mencari bentuk permasalahan apa yang terjadi sebagai bentuk stimulus
yang diberikan oleh guru kepada siswa bahwa permasalahan tersebut harus
diselesaikan. Setelah video ditayangkan guru membentuk seluruh siswa
menjadi 5 kelompok yang mana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa. Setelah
pembagian kelompok, siswa diarahkan oleh guru untuk duduk bersama
anggotanya masing masing. Setelah kelompok telah terbagi, kemudian guru
memberikan lembar diskusi kepada setiap kelompok.
b. Menerapkan
Selanjutnya siswa diajak untuk mencari bentuk permasalahan apa yang
terjadi sebagai bentuk stimulus yang diberikan oleh guru kepada siswa bahwa
permasalahan tersebut harus diselesaikan. Setelah video ditayangkan guru
membentuk seluruh siswa menjadi 5 kelompok yang mana setiap kelompok
terdiri dari 6 siswa. Setelah pembagian kelompok, siswa diarahkan oleh guru
untuk duduk bersama anggotanya masingmasing. Setelah kelompok telah
terbagi, kemudian guru memberikan lembar diskusi kepada setiap kelompok.
c. Menanggapi
Dalam kegiatan menanggapi presentasi yang dilakukan oleh setiap
kelompok yang tampil ,terdapat kegiatan menalar yang dilakukan oleh
kelompok lainnya agar pembelajaran berbentuk diskusi lebih “hidup”. Istilah
”menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang
logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
d. Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan setiap kelompok maju satu persatu untuk

1
membacakan hasil gagasan mereka. Guru bersikap positif terhadap gagasan
yang diutarakan siswa, guru berkata “bagus” dan “hebat”, sehingga siswa
merasa dihargai oleh guru. Selanjutnya guru mengajak siswa saling
menghargai antar kelompok dengan cara memberi tepuk tangan kepada
kelompok yang telah maju ketika menyampaikan gagasan mereka. Dalam
proses pembelajaran, guru lebih ditekankan untuk merancang berbagai
metode maupun pendekatan agar dalam pembelajaran dapat membuat siswa
aktif dan kreatif mempelajari materi. Siswa yang kurang aktif dalam
pembelajaran, maka guru akan memberikan dorongan motivasi kepada
peserta didik agar lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ranah kognitif merupakan rangkaian dasar untuk mengkategorikan
tujuan pendidikan, kurikulum dan penyusunan. Ranah Kognitif berisi
tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Perilaku (behavior)
siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan merupakan indikator
kognitif.
2. Ranah afektif merupakan kemampuan dan sikap yang dimiliki oleh siswa
dalam proses pembelajaran. Ranah afektif merupakan ranah yang
berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap,
kepatuhan terhadap moral. Sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa
melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran merupakan indikator pada
ranah afektif.
3. Ranah psikomotorik merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan setelah
melakukan pengalaman belajar langsung. Ranah psikomotorik
merupakan ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem saraf dan otot dan berfungsi psikis. Perilaku
(behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan
merupakan indikator psikomotorik. Ketika peserta didik telah memahami
dan menginternalisasikan nilai-nilai mata pelajaran dalam dirinya, maka
tahap selanjutnya adalah bagaimana peserta didik mampu
mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari melalui
perbuatan atau tindakan.

1
B. Saran
Dalam pembelajaran matematika, alangkah baiknya guru matematika dapat
mengetahui dan memahami ranah-ranah dari kognitif, afektif, serta psikomotor.
Sehingga, tujuan pembelajaran matematika yang diinginkan dapat tercapai.

1
DAFTAR PUSTAKA

Afektif. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 17 Sep 2022,


dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/afektif
Akhmad, S., Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor.
Amelia, D., Susanto, S., & Fatahillah, A. (2016). Analisis Hasil Belajar
Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Himpunan Berdasarkan Ranah
Kognitif Taksonomi Bloom Kelas VII-A di SMPN 14 Jember. Jurnal
Edukasi, 2(1), 1-4.
Asrori, M. (2013). Pengertian, tujuan dan ruang lingkup strategi
pembelajaran. Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Dasar, 5(2), 26.
Asrul, Rusydi, A., & Rosnita. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung:
Citapustaka Media.
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hutapea, R. H. (2019, Desember 2). Instrumen Evaluasi Non-Tes dalam Penilaian
Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotorik. Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen Kontekstual, 2, 151-165.
Inayatun, S. (2021). Pengukuran Ranah dalam Evaluasi Pembelajaran
Dasar. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Kognisi. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 17 Sep 2022, dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kognisi
Kognitif. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 17 Sep 2022, dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kognitif
Kunandar. (2014). Penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik
berdasarkan berdasarkan kurikulum 2013). Jakarta: Raja. Grafindo
Persada.
Mardapi, D. (2012). Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
Mitra Cendikia Press.
Muhaimin, Paradigma pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhibbin, S. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2
Noviansah, A. (2020). Objek Dalam Assesment Penilaian (Afektif, Kognitif, dan
Psikomotorik). Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam, 1(2), 114-127.
Nurbudiyani, I. (2013). Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor Pada Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah
Palangkaraya. Anterior Jurnal, 13, 88-93.
Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam Pembelajaran.
EDISI 2(1), 77-95.
Psikomotorik. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil pada 17 Sep 2022, dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/psikomotorik
Setiadi, H. (2016). Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20, 166-178.
Setyosari, P. (2013). Ranah Kognitif dalam Pembelajaran. Malang: Unmal.

Slavin, R. E. Educational Psychology: Theory and Practice. Ninth Edition.


Massachusetts: Allyn and Bacon.
Sudjana, N. (2012). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiarti. (2018). Penilaian Psikomotor Siswa Pada Pembelajaran Fisika Melalui
Model Pembelajaran Guided Inquiry. Journal of Physics and Science
Learning, 2, 2614-0950.
Syaiful, B. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, Hamzah. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Zainal, Veithzal. Haryadi Kamal., dan Natsir M. (2014). The Economics of
Education. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai