Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “PENYAKIT
POLIDAKTILI”. Shalawat berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan seperti yang
kita rasakan saat sekarang ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik secara langsung
maupun tidak langsung .
Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Pekanbaru, 12 Oktober 2017

Kelompok IV

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................1


DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................... ..........................................................3
1.2 TUJUAN................................. ......................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI POLIDAKTILI.................. ..........................................................4
2.2 KLASIFIKASI POLIDAKTILI .....................................................................5
2.3 PENYEBAB POLIDAKTILI ........................................................................8
2.4 PENANGANAN POLIDAKTILI .................................................................10
2.5 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POLIDAKTILI..................11

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA……………..….................……….......................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P yang
dimaksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom.
Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan
mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat
dijumpai pada laki-laki maupun perempuan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1. Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan).Jika salah satu pasangan suami istri
memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili.
2. Faktor Teratogenik
Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel
selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-
organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir).

B. Tujuan
 Dapat mengetahui pengertian dari polidaktili
 Dapat mengetahui klasifikasi polidaktili
 Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab polidaktili
 Dapat mengetahui cara penanganan polidaktili

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi Polidaktili

Polidaktili berasal dari bahasa yunani kuno (polus) “banyak” dan (daktulos) “jari”.
Polidaktili merupakan kelainan genetik yang menyebabkan seseorang memiliki jari tangan atau
kaki lebih dari lima. Polidaktili dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Kejadian polidaktili
relative sedikit yaitu 1 dari 1000 kelahiran. Bentuk tambahan jari bisa berupa gumpalan daging,
jaring lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan ruas-ruas yang berfungsi normal.

Polidaktili merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh faktor alel dominan
autosomal. Sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini
ada yang dominan dan ada pula yang resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai
autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat dijumpai
pada laki-laki maupun perempuim. Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria.
Mari kita melihat satu persatu kriteria yang ada untuk membuktikan bahwa polidaktili yang
diderita bayi merupakan kelainan yang diturunkan dari generasi sebelumnya (dalam hal ini
ayah). Kriteria yang pertama mengatakan bahwa paling sedikit satu orangtua harus mempunyai
ciri ini (polidaktili), dari kasus dapat kita temukan bahwa ayah menderita polidaktili. Kriteria
berikutnya dapat dibuktikan melalui persilangan berikut ini: Jika gen dominan polidaktili
dilambangkan P maka individu dengan gen homozigot dominan (PP) dan heterozigot (Pp) akan
menderita polidaktili. Sementara itu, individu dengan gen homozigot resesif (pp) akan bersifat
normal.
1. Pemisalan pertama (ayah memiliki gen homozigot-ibu normal)

P : PP X pp
(polidaktili) (normal)
F1 : Pp
(100% polidaktili)

Bayi yang dilahirkan semuanya akan menderita polidaktili

4
2. Pemisalan kedua (ayah memiliki gen heterozigot-ibu normal)

P : Pp x pp
(polidaktili) (normal)

F1 : Pp ; pp
(50% polidaktili) (50% normal)

B.Klasifikasi Polidaktili
Polidaktili diklasifikasikan beberapa macam, yaitu:
1.Polidaktili postaxial (Ulnar polidaktili)
Salah satu dari 5 jari dapat berduplikasi, namun lebih sering terjadi pada jari kelingking.
Tipe gambaran duplikasi jari kelingking bervariasi dari pertumbuhan kulit sampai
pertumbuhan lengkap jari kelingking

a.Duplikasi jari-jari berdasarkan stelling dan turez,


Duplikasi jari-jari berdasarkan stelling dan turez,diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1) Pada tipe I terdapat tambahan soft-tissue mass tetapi tidak ada pertumbuhan tulang
tambahan pada tangan, sering tidak terdapat tulang, sendi atau tendon, dan dihubungkan pada
tangan oleh narrow pedicle. Polidaktili tipe I terdiri dari jaringan lunak yang terhubung dengan
tulang. Sering kali tidak terdapat tulang, kartilago dan tendon pada tipe ini. Penanganannya
adalah dengan pengangkatan sederhana dari jaringan lunak.
2) Pada tipe II, sebagian atau seluruh jari terduplikasi dengan tulang normal, kartilago atau
komponen otot, hal itu berhubungan dengan pembesaran atau terpecah menjadi dua metakarpal
atau phalanx.Polidaktili tipe II terdiri dari duplikasi dari sebuah jari. Tercatat bahwa jari ini
terhubung dengan kepala metakarpal yang melebar.
3) Pada tipe III, seluruh jari dengan metakarpal dan seluruh komponen soft – tissue
terduplikasi, tetapi tipe ini jarang terjadi.Polidaktili tipe III, jari tambahan sempurna dengan
metakarpal dan semua jaringan lunaknya sendiri. Penanganannya adalah dengan pengangkatan
sederhana dari seluruh jari dan metakarpal.

5
b.Duplikasi jari-jari berdasarkan Temtamy dan Mc-Kusick
Temtamy dan Mc-Kusick membagi duplikasi jari kelingking menjadi dua tipe. Pada tipe A, jari
tambahan tumbuh penuh. Pada tipe B, jari tambahan tumbuh tidak sempurna dan bercabang.
Seeorang dengan polidaktili tipe A dapat menghasilkan keturunan dengan polidaktili tipe A atau
B, sedangkan seseorang dengan polidaktili tipe B dapat menghasilkan keturunan dengan hanya
polidaktili tipe B. Pola genetik tipe B masih rumit, dengan melibatkan satu atau dua gen dominan
dan faktor tidak tetap penetrasi.
2.Polidaktili preaxial (Tumb polidaktili)
Ibu jari tambahan merupakan tipe yang paling sering terjadi pada polidaktili pada orang
kulit putih. Insiensi deformitas pada orang kulit hitam dan kulit putih adalah 0,08/1000. Hal
tersebut bermanifestasi menjadi bermacam – macam bentuk, bertahap dari anyaman daging kecil
pada batas radial tangan menjadi triplikasi. Tahap penyatuan tulang, Wassel mengklasifikasikan
polidaktili ibu jari menjadi 7 tipe.
a. tipe I, phalanx distal bercabang ( sangat jarang , 2 % ) ;
b. tipe II, phalanx distal berduplikasi ( 15 % ) ;
c. tipe III, phalanx proksimal bercabang tetapi phalanx distal berduplikasi ( 6 % ) ;
d. tipe IV sering terjadi ( 43 % ), baik phalanx proksimal maupun phalanx distal berduplikasi
;

6
e. tipe V ( 10 % ), metakarpal dari ibu jari bercabang, dan kedua phalanx distal dan
proksimal berduplikasi ;
f. tipe VI ( 4 % ) metakarpal ibu jari dan kedua phalanx distal dan proksimal berduplikasi
g. tipe VII ( 20 % ) ibu jari hanya memiliki 3 ruas phalanx.

Polidaktili preaxial mungkin berhubungan dengan sindaktili, hal tersebut dihubungkan


dengan sifat autosomal dominan. Temtamy menyebut bentuk polidaktili ini sebagai
polisindaktili. Pada duplikasi ibu jari, mungkin terjadi ketidaknormalan sirkulasi, dipenuhi oleh
satu atau dua arteri. Sering satu ibu jari dominan ketika yang lain gagal tumbuh, kadang –
kadang walaupun kedua ibu jari berukuran sama, salah satu bisa mengikis. Biasanya terjadi
keterlibatan unilateral.
Polidaktili ibu jari biasanya terjadi sporadik, walaupun bila dihubungkan dengan
triphalanx ibu jari terjadi karena famili. Polidaktili preaxial mungkin dapat dihubungkan dengan
ketidaknormalan vertebra, tidak adanya tibia, celah langit – langit mulut, dan imperforasi anus.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah gejala, temuan klinis yang penting seperti sindrom Down,
pansitopenia Fanconi, dan acrocephalosyndactyly.
Tipe terbanyak adalah tipe IV dimana kedua ruas proksimal dan distal terduplikasi ( 43 %
). Pada tipe I ruas distalnya terbelah menjadi dua, Ini adalah tipe paling jarang ( 2 % ). Pada tipe
II ( 15 % ) ruas distal terduplikasi. Di tipe III ( 6 % ) ruas distal terduplikasi dan ruas proksimal

7
terbelah menjadi 2. Pada tipe V ( 10 % ) metakarpal dari jempol terbelah dan kedua ruasnya
terduplikasi. Pada tipe VI ( 4 % ) kedua metakarpal jempol dan semua ruas proksimal dan
distalnya terduplikasi. Pada tipe VII triphalangeal pada jempol.
3.Polidaktili central
Duplikasi dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis dihubungkan pada polidaktili
sentral atau axial. Kelebihan jari tengah dan jari manis sering disembunyikandalam jaringan
antara penghubung jari- jari yang normal. Tendon, nervus,dan pembuluh darah dari jari cadangan
biasanya tidak normal, sebagai epifise kelebihan jari. Epifise dari kelebihan jari biasanya tidak
tumbuh normal pada garis pertumbuhan, sebagai hasilnya phalanx bercabang dari axis
longitudinal ke penyimpangan ulna atau radial dan mengubah batas jari – jari. Duplikasi jari
telunjuk jarang terjadi, disajikan ulang antara 3,5 % dari semua kasus polidaktili.
Ketidaknormalan ini sebaiknya tidak rancu dengan triphalanx ibu jari.Kelebihan jari tengah
dapat terdiri dari percabangan soft-tissue mass atau terdapat tulang normal dan komponen soft –
tissue. Hal ini dapat dihubungkan dengan sinostosis radioulnar kongenital, dan duplikasi jari
telunjuk dapat menyatu dengan jari tengah.
C.Penyebab Polidaktili
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1.Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami istri
memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili. Kelainan genetik pada ayah
atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili pada anaknya. Di antara kelainan-
kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang
bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur
resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama
dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
2.Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan
tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga
pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan

8
Menteri Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat
menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari
perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu
organisme, bila diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah
terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak
akan terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan
bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen
atau teratogenik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel,
jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi pada
fase organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan
nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.
3.Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik
misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir
(misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir
dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil
dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai
macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya
menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering
dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa
kecacatan lahir pada janin.
4.Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila
masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan
gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan
obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek
teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-
negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya

9
terutama di trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya
kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut
masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan
terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami
berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan
untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan
seperti gas CO, senyawa karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat
menimbulkan efek teratogenik.
5.Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah
TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik
biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat
menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu,
beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan
efek teratogenik

D.Penanganan Polidaktili
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk penanganan polidaktili, yaitu :
1. Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan untuk
mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut. Pengangkatan jari
tambahan di jempol kaki merupakan prosedur tersering karena implikasi kosmetik dan
kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi dokter bedah untuk melakukan prosedur
pembedahan. Operasi “pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak
berkembang dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya berupa gumpalan daging,
biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, tapi mungkin anak menjadi
malu atau minder.
2. Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari tambahan
mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi saat operasi.

10
E. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Polidaktili
1. Pengkajian
a. Anamnesis mengenai riwayat keluarga
b. Riwayat pranatal – postnatal
c. Pengkajian hasil laboratorium
d. Pemeriksaan status neurologis
e. Riwayat kelahiran serta berat badan lahir harus dilakukan dengan hati –hati.
f. Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruh tubuh untuk menggali adanya kelainan atau anomali
lainnya dibagian tubuh lain. Pemeriksaan fisik dengan dilakukan secara sistematik.

pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :


a. Catat dan dokumentasikan nomor jari tangan yang mengalami gangguan, keterlibatan jaringan
yang mengalami penambahan, penyatuan, panjang setiap jari, dan tampilan dari kuku.
b. Pengambilan foto pada tangan terutama pada saat pertama kali kunjungan biasanya sangat
membantu diagnosis.
c. Lakukan pergerakan pasif untuk memeriksa adanya penambahan tulang dengan penambahan
jaringan lunak.
d. Periksa dengan mempalpasi adanya polidaktili yang tersembunyi.
e. Tingkat anomali dari struktur tendon dan neurovakular mencerminkan kompeksitas dari
polidaktili. Adanya kondisi polidaktili komplet atau kompleks biasanya melibatkan bagian distal
dari falang ( jari ).
f. Selalu melakukan pemeriksaan radiografi untuk membantu identifikasi anomali lainnya, seperti
bony synostosis, delta falang atau symphalangism.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan konsep diri (citra diri) anomali congenital atau perubahan bentuk tubuh (kaki atau
tangan)
2) Ansietas rencana pembedahan.
3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan kurang informasi mengenai penyakit atau pengobatan.

11
b. Pasca Operasi
1) Nyeri luka pascaoperasi
2) Kerusakan integritas kulit pembedahan
3) Resiko tinggi infeksi tindakan pembedahan
4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan kurang informasi mengenai penyakit atau pengobatan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan konsep diri (citra diri) anomali congenital perubahan bentuk tubuh (kaki atau
tangan)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan harga diri
dengan mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.
Intervensi :
a) Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai bagaimana individu
merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.dapat membantu klien berfikiran positif
terhadap dirinya sendiri
b) Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang mendukung.memberikan rasa
percaya diri klien
c) Kaji dan jelaskan kepada klien tentang keadaan penambahan jari klien intervensi awal bisa
mencegah distress psikologis pada klien
d) Bantu klien menggunakan mekanisme koping yang positif mekanisme koping yang positif dapat
membantu klien lebih percaya diri, kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan dan
mencegah terjadinya kecemasan tambahan
e) Orientsikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan orientasi dapat
menurunkan kecemasan
f) Libatkan system pendukung dalam perawatan klien kehadiran system pendukung meningkatkan
citra diri klien.

12
2) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
setelah klien diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan
perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan dengan mereka, tampil santai,
dapat beristiraha, tidur cukup, dan melaporkan penurunan rasa takut dan cemas berkurang ke
tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi :
a) Informasikan pasien / orang terdekat tentang peran advokat perawat intraoperasi.Kembangkan
rasapercaya / hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan control pada lingkungan yang
asing.
b) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur
pembedahan.Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan mengakibatkan reaksi stress
yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur zat-zat anestesi.
c) Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.Mengidentifikasi rasa
takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya secara realistis, misalnya
kesalahan identifikasi operasi yang salah, kesalahan anggota tubuh yang di
operasi.penggambaran yang salah, dll.
d) Diskusikan penundaan penangguhan pembedahan pembedahan dengan dokter, anestesiologis,
pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak
berkurang teratasi.

3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan kurang informasi.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengutarakan


pemahaman proses penyakit proses pra operasi dan harapan pasca operasi, dapat melakukan
prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan, dan memulai perubahan
gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.
Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman pasien.Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.

13
b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.Sediakan pengetahuan
berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju
untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsep.
c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.Bahan yang dibuat
secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.
d) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual : pembatasan dan prosedur pra operasi
pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat perubahan
aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.Meningkatkan
pemahaman kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi

b. Pasca Operasi
1) Nyeri luka pasca operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan nyeri klien
berkurang bahkan hilang
Intervensi :
a) Kaji karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri klien (skala 0-10).Mengetahui tingkat rasa nyeri,
berguna dalam pengawasan keefektifan obat.
b) Ajarkan teknik relaksasi seperti : imajinasi, musik yang lembut.Membantu untuk memfokuskan
kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri rasa tidak nyaman.
c) Berikan posisi yang nyaman.Posisi dapat membantu mengurangi nyeri.
d) Kolaborasi dengan medik pemberian analgetik.Terapi analgetik dapat mengurangi nyeri

2) Kerusakan integritas kulit tindakan pembedahan


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan klien
menunjukkan penyembuhan jaringan progresif.
Intervensi :
a) Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah.Deteksi awal jika terjadi gangguan
dalam proses penyembuhan.
b) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.Pengenalan akan adanya
kegagalan proses penyembuhan luka berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah
terjadinya kondisi yang lebih serius.

14
c) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari
proses penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus adanya eksudat yang bau
menunjukkan terjadinya komplikasi (misalnya perdarahan, infeksi).
d) Beri penguatan pada balutan awal penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang
ketat.Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang
dapat menyebabkan ekskoriasi (pengikisan kulit).
e) Gunakan teknik aseptik saat merawat luka Mencegah infeksi dan mencegah transmisi infeksi
bakterial pada luka
f) Perhatikan intake nutrisi klien.Penting untuk mempercepat penyembuhan luka.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengidentifikasikan
factor-faktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi, dan dapat
mempertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi :
a) Tetap pada fasilitas control infeksi, sterilisasi dan prosedur kebijakan aseptik.tetapkan
mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
b) Uji kesterilan semua peralatan.Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun
demikian, setiap benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada
pemaketan, efek lingkungan pada paket, dan teknik pengiriman.
c) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu
terjadi.Kontaminasi dengan lingkungan kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril
menjadi tidak steril sehingga meningkatkan resiko infeksi.
d) Berikan antibiotik sesuai petunjuk.Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya
infeksi atau kontaminasi.

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan kurang informasi mengenai penyakit atau pengobatan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengutarakan
pemahaman proses penyakit harapan pasca operasi, melakukan prosedur yang dilakukan dan
menjelaskan alasan dari suatu tindakan, memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut
serta dalam perawatan.

15
Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman pasien.Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.
b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.Sediakan pengetahuan
berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju
untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsep.
c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.Bahan yang dibuat
secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.

d) Melaksanakan program pengajaran pasca operasi individual : pembatasan dan prosedur pasca
operasi misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas,
latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.Meningkatkan pemahaman / kontrol
pasien dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau
kaki lebih dari lima, merupakan suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P.
Polidaktili dibagi menjadi tiga kelompok besar berdasarkan letak duplikasinya, yaitu :
Polidaktili postaxial (Ulnar polidaktili), yaitu polidaktili yang terduplikasi dari jari
kelingking
Polidaktili preaxial (Tumb polidaktili), yaitu polidaktili yang terduplikasi dari ibu jari
Polidaktili central, yaitu polidaktili yang terduplikasi dari jari telunjuk, jari tengah dan
jari manis.
Polidaktili biasanya diturunkan dari orangtua, kelainan genetik atau kromosom. Namun
dapat pula disebabkan oleh terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan
yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung
tidak sempurna.
Polidaktili dapat dilakukan operasi “pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari
tersebut tidak berkembang dan tidak berfungsi normal.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/PolidaktiliKelainan%20Genetik%20dan%20Cara%20Penuruna
nnya-.pdf
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/sel-dan-biomolekuler/penyakit-autosomal-dominan/
http://dokteryudabedah.com/tentang-polidaktili/
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Bayi/kelainan.jari.polidaktili.pada.bayi/001/0
01/1282/42/3

18

Anda mungkin juga menyukai