Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini semakin disadari bahwa memahami dan memecahkan masalah sudah
tak bisa lagi hanya didekati dari suatu sudut pandang saja, misalnya hanya dilihat
dari faktor sosiologis, atau relugius bahkan yang lainnya, melainkan harus dilihat
dari berbagai sudut pandang. Ini berarti suatu disiplin ilmu tidak bisa lagi bekerja
sendirian dalam memecahkan masalah, sebaliknya ia membutuhkan bantuan dari
disiplin-disiplin ilmu lainnya.
Ilmu sendiri kedudukannya mendasar dalam kehidupan manusia. Hampir setiap
aktivitas manusia dikendalikan oleh ilmu. Perkembangan ilmu sendiri sangatlah
pesat mengiringi tingkat tuntunan kebutuhan manusia dari yang bersifat material,
teknis, kemanusiaan, kemasyarakatan, sampai yang bersifat spiritual dan religius.
Berdasarkan keragaman dan dinamika kebutuhan manusia ini, berkembanglah
disiplin-disiplin ilmu, yakni ilmu-ilmu alam. Cabang dari ilmu alam seperti ilmu
hayat
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu hayat?
2. Bagaimana cara kerja ilmu hayat?
3. Apa saja tujuan mempelajari ilmu hayat?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ilmu hayat
2. Mengetahui cara kerja ilmu hayat
3. Mengetahui tujuan mempelajari ilmu hayat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Ilmu dan Ilmu Pengetahuan


1. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut
epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang
berarti knowledge, pengetahuan dan  logos yang berarti teori. Istilah ini pertama
kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat
yakni epistemology dan ontology (on = being, wujud, apa + logos = teori ),
ontology ( teori tentang apa).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang
menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini
berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang
tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja,
yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi
sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural,
metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran
ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah
dapat dipertanggungjawabkan. 
Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah.
Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar
diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk
yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit,
atau wahyu (oleh nabi).

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-
rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

2
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Pengertian ilmu menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1.  Ashley Montagu menyebutkan bahwa “Science is a systemized knowledge
services form observation, study, and experimentation carried on under
determine the nature of principles of what being studied.” (ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari
pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip hal
yang sedang dipelajari). 
2.  Harold H. titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common
science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap
benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode
observasi yang teliti dan kritis). 
3.  Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama
tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut
bangunannya dari dalam.” 
4.  Drs. H. Ali As’ad dalam buku Ta’limul Muta’allim menafsirkan ilmu sebaga
: “Ilmu adalah suatu sifat yang kalau dimiliki oleh seorang maka menjadi
jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya”
Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan
tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Dari definisi diatas makan dapat dikatakan Ilmu pengetahuan secara
etimologi merupakan kata bentukan yang berasal dari 2 kata yaitu ilmu dan

3
pengetahuan. Ilmu adalah suatu hasil darti proses kerja otak, sedangkan
pengetahuan yang berkata dasar tahu artinya sadar/insaf dengan penambahan
afiksasi pe-an (pengetahuan) menjadi kata benda artinya kumpulan dari hasil
kesadaran manusia terhadap sesuatu. Misalnya kesadaran manusia terhadap
fenomena alam maka muncul Ilmu alam, kesadaran manusia terhadap fenomena
sosial maka muncul ilmu sosial, kesadaran manusia terhadap fenomena
kebudayaan maka muncul ilmu budaya dan lain sebagainya.

B. Ilmu Hayat
1. Pengertian Ilmu Hayat
Pada tatatan organisme, ilmu hayat menjelaskan fenomena proses kelahiran,
pertumbuhan, proses penuaan, proses kematian dan membusuknya organisme.
Selanjutnya dikaji juga tentang kesamaan sifat-sifat di antara anak (filial) dengan
tetuanya (induk, parent), dan proses pembungaan tumbuhan. Fenomena lainnya
meliputi laktasi penyusuan anak, metamorfosis, penetasan telur, proses
penyembuhan dan juga dilengkapi dengan sifat-sifat tropisme. Pada skala yang
lebih luas, ilmu hayat juga menelaah domestikasi binatang dan tanaman, juga
menelaah keanekaragaman organisme binatang dan tumbuhan (Biodiversitas),
perubahan (evolusi) dan kepunahan.
Objek kajian hayati/biologis meliputi klasifikasi dan sistematik, morfologi
atau struktur, fisiologi atau operasional hidup, anatomi dan sitologi atau struktur
mikroskopik, proses yang khas seperti pertumbuhan dan aspek metabolisme
serta kajian aspek aplikasi hayati/biologi seperti rekayasa genetika,
transgenik/cloning, kultur jaringan, breeding, hibridisasi dan rekayasa hayati
lainnya.
Jadi, ilmu hayat adalah ilmu pengetahuan yang membahas gejala alam yang
bersifat hidup atau memiliki sifat kehidupan. Sifat ilmu hayat adalah empiris,
artinya gejala alam yang dianggap hidup dapat diamati secara indrawi atau
faktual, nyata. Contohnya pada ilmu hayat adalah ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu
hewan (zoologi).

4
2. Cabang-Cabang Ilmu Hayat
Makhluk hidup merupakan objek penelitian ilmu hayat yang sangat luas. Untuk
mempelajari salah satu aspek pada makhluk hidup secara lebih mendalam,
akhirnya ilmu hayat berkembang menjadi beberapa cabang keilmuan antara lain.

Cabang ilmu hayat Hal yang dipelajari


Botani Kehidupan tumbuh-tumbuhan
Zoologi Kehidupan hewan
Antropologi Ragawi Fisik manusia
Anatomi Susunan tumbuh makhluk hidup
Taksonomi/Sistematika Cara-cara penggolongan makhluk hidup
Morfologi Bentuk luar makhluk hidup.
Hubungan timbal balik antara makhluk
Ekologi
hidup dengan lingkungannya
Cara pewarisan sifat-sifat penurun yang
Genetika
diwariskan dari induk kepada keturunannya
Cara kerja dan fungsi organ-organ dalam
Fisiologi tubuh
makhluk hidup.
Makhluk hidup yang berukuran kecil atau
Mikrobiologi
jasad renik atau mikroba.
Makhluk hidup yang hidup parasit pada
Parasitologi makhluk
hidup lain.
Entomologi Serangga atau insekta.
Cara perawatan kesehatan melalui
Sanitasi
kebersihan lingkungan
Farmakologi Khasiat obat dan cara pembuatannya
Kehidupan masa lalu seperti yang
Palaentologi
ditunjukkan oleh adanya fosil-fosil
Mikologi Jamur atau fungi.
Gizi Makanan dan manfaat bagi kesehatan tubuh
Reaksi-reaksi kimia dalam tubuh makhluk
Biokimia hidup.
Etologi Kelakuan hewan.

C. Cara Kerja Ilmu hayat

5
1. Pengertian Ilmu Hayat
Ilmu hayat adalah ilmu pengetahuan yang membahas gejala alam yang
bersifat hidup atau memiliki sifat kehidupan. Sifat ilmu hayat adalah empiris,
artinya gejala alam yang dianggap hidup dapat diamati secara indrawi atau
faktual, nyata. Contohnya pada ilmu hayat adalah ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu
hewan (zoologi).

2. Sifat Ilmu Hayat


Ilmu hayat memiliki organ-organ yang dapat tumbuh, mati, berkembang biak.
Seperti organ dapat memiliki sel, jaringan yang membentuk suatu sistem yang
memiliki nama, fungsi, peran/tugas, kegunaan serta tujuan tertentu. Sebagai
suatu sistem yang baik, maka setiap organ itu memiliki daya-daya hidup saling
melengkapi, saling menunjang sehingga sistem itu berjalan dengan sempurna.

3. Pendekatan atau Metode Ilmu-ilmu Hayat


Pertama, metode kausal yang berguna untuk melihat hubungan sebab akibat
yang berasal dari hubungan atau interaksi antar organ. Di dalam hubungan
kausalitas itu sebenarnya terdapat semacam “informasi” di antara masing-
masing organ, sehingga memungkinkan organ itu disebut sebagai swakendali
atau disebut sebagai proses sibernetik. Proses sibernetik merupakan proses yang
dikendalikan oleh adanya informasi umpan balik dari organ-organ yang berjalan
secara teratur (mekanistis). Proses umpan balik tersebut diartikan sebagai
hubungan timbal balik di antara organisme. Sebagai contoh, daun mangga ketika
masih tunas (kecil) berwarna hijau muda, ketika tumbuh menjadi lebih besar
berwarna hujau tua, dan ketika daun itu mati berwarna kekuningan dan setelah
mengering maka daun itu gugur. Selama pohon mangga itu masih hidup, maka
terulang proses pertumbuhan daun itu. Dari tunas daun hingga daun hujau tua
kemudian kekuningan dan proses tersebut disebut sebagai proses sibernetik
(proses swakendali), sementara itu karena adanya asupan informasi masing-
masing organisme melalui sel fotografik maka proses itu dapat berjalan dan
berlangsung secara teratur dan berkala.

6
Kedua, metode mekanistis yaitu metode yang memunculkan adanya
keteraturan tentang sitem yang berlaku pada gejala atau daya-daya hidup dari
organisme. Metode mekanistis memiliki tujuan tertentu yang disebut sebagai
tujuan finalis (tujuan akhir) agar sistem organisme berjalan dengan sempurna.
Ketiga, metode genetik yaitu metode yang mengkaji tentang penelusuran
secara historis bagaimana terjadinya sebuah organ, sel ataupun jaringan tertentu.
Keempat, metode fungsional yaitu metode yang melihat bahwa masing-
masing organisme itu memiliki fungsi tertentu yang memungkinkan sistem
organ itu berjalan dengan teratur dan baik.
Sifat ilmu hayat yaitu empiris. Cara kerja ilmu empiris yaitu:
1. Pengertian ilmu empiris
Ilmu empiris adalah ilmu yang bertitik tolak pada pengalaman indrawi.
Pengalaman indrawi diartikan sebagai sentuhan, penglihatan, penciuman,
pengecapan seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Dengan demikian
pengalaman indrawi dari seseorang ilmuwan berkaitan dengan objek
penelitian yang sifatnya sangat konkret, faktual. Dalam pengamatan atau
observasi terhadap objek tersebut, seorang peneliti atau ilmuwan atau
mahasiswa dapat menggunakan sarana untuk menunjang pengamatannya itu.
Sarana itu dapat berupa alat-alat seperti mikroskop, teleskop, thermometer
ataupun alat-alat pengukur lainnya. Tujuan pengamatan untuk memperoleh
ataupun menangkap semua gejala terhadap semua objek yang diamatinya
serta menjelaskan dengan benar. Hasil dari pengamatan itu berupa data awal
yang harus dicatat dengan cermat, yang kekal akan sangat berguana bagi
analisis sebuah penelitian.

2. Objek ilmu empiris


Ilmu empiris memiliki objek yang dapat dibedakan dari dua aspek yaitu objek
materisl dan formal. Objek material berupa apa saja yang dapat diamati oleh
manusia, seperti alam semesta, makhluk hidup di dunia ini, dan manusia.
Objek formal adalah pokok perhatian seseorang tehadap sesuatuyang menjadi
minatnya yang sangat khusus. Objek formal atau aspek yang khusus dalam

7
ilmu empiris dapat berupa misalnya minat yang sangat tinggi tentang
kesehatan manusia, tentang pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuh-
tumbuhan, dari hewan, serta adat istiadat suatu bangsa/masyarakat tertentu.
Dari objek formal yang beraneka ragam itulah memunculkan ilmu-ilmu
tertentu yang bersifat empiris, misalnya ilmu kedokteran, biologi, ilmu
teknik, botani, zoologi, antropologi, ilmu sosial.
3. Pendekatan atau metode ilmu empiris
Pendekatan atau metode merupakan cara seorang ilmuwan atau peneliti atau
mahasiswa mendapatkan data saat ia sedang melakukan pengamatan.
Lazimnya di dalam ilmu empiris seorang ilmuwan atau mahasiswa
menggunakan pendekatan atau metode induktif. Metode induktif adalah
sebuah metode yang digunakan dalam ilmu empiris yang mencoba menarik
kesimpulan dari penalaran yang bersifat khusus untuk sampai pada penalaran
yang umum sifatnya. Pada penalaran yang sifatnya khusus itu, seorang
pengamat akam mengamatai beberapa hal atau sesuatu yang memiliki ciri-ciri
yang khusus. Sebagai contoh, saat toby melihat buah jeruk yang diletakkan di
dalam sebuah keranjang ia melihat bahwa ke dua puluh jeruk itu berwarna
kuning dan bentuknya bulat. Atas dasar itulah Toby menyimpulkan bahwa
jeruk (yang berjumlah 20) yang berada dalam keranjang semuanya berwarna
kuning dan bentuknya bulat. Metode induktif berguna bagi ilmu empiris
karena mendasarkan pada pengamatan faktual dan dipakai sebagai landasan
berpijak pada ilmu empiris.

D. Cara Para Ahli Ilmu Hayat Bekerja


1. Hasrat Ingin Tahu Manusia
Munculnya ilmu pengetahuan berawal dari rasa kekaguman manusia terhadap
jagat raya ini. Rasa ingin tahu tersebut muncul karena manusia dibekali oleh
Tuhan kemampuan untuk berpikir. Inilah yang membedakan antara manusia
dengan makhluk hidup yang lain. Rasa ingin tahu tersebut sudah dapat diamati

8
sejak manusia masih kanak-kanak. Pertanyaanpertanyaan seperti "apa ini?", "apa
itu” merupakan jenis pertanyaan yang telah biasa kita dengar dari anak-anak.
Sering dengan perkembangan anak maka pertanyaan-pertanyaan tersebut juga
berkembang menjadi pertanyaanpertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya
seperti, “mengapa begini”, mengapa begitu”, bagaimana hal itu dapat terjadi?",
"bagaimana cara memecahkannya masalah itu?". Bentuk-bentuk pertanyaan apa,
bagaimana dan mengapa seperti di atas telah ditemukan sepanjang sejarah
perkembangan manusia. Manusia berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu
karena dorongan rasa ingin tahu. Hasrat ingin tahu manusia akan terpuaskan
kalau ia memperoleh pengetahuan yang benar mengenai hal yang dipertanyakan.
Pengetahuan yang benar dapat diperoleh melalui 2 macam pendekatan yaitu
pendekatan nonilmiah dan pendekatan ilmiah.

2. Pendekatan Non Ilmiah


Kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan nonilmiah, antara lain berasal
dari akal sehat, penemuan secara kebetulan, penemuan secara cobacoba dan
pendapat para ahli.
1. Akal sehat. Akal sehat memang dapat menunjukkan hal yang benar, tapi dapat
pula menyesatkan. Misalnya pada zaman Babilonia (650 SM), orang
berpendapat bahwa bumi ini adalah datar. Ternyata penemuan ilmiah
membantah kebenaran akal sehat tersebut. Dengan penemuan ilmiah sekarang
diyakini bahwa bumi berbentuk bulat, bukan datar.
2. Penemuan secara kebetulan. Penemuan secara kebetulan banyak terjadi dan
banyak di antaranya yang sangat berguna. Misalnya penemuan seorang
penderita penyakit malaria yang sembuh setelah minum air pahit yang berasal
dari kulit pohon kina yang tumbang dalam sebuah parit. Walaupun,
penemuan secara kebetulan yang demikian sangat berguna, namun penemuan
tersebut bukan penemuan melalui pendekatan ilmiah. Penemuan secara
kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti dan tidak melalui langkah-
langkah yang sistematis.
3. Penemuan coba-coba. Penemuan coba-coba pada umumnya merupakan
serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan adanya pemecahan masalah

9
tertentu. Pemecahan tersebut terjadi secara kebetulan setelah dilakukan
serangkaian usaha. Penemuan secara coba-coba pada umumnya tidak efisien
dan tidak terkontrol.
4. Pendapat para ahli. Pendapat para ahli sering diterima tanpa diuji
kebenarannya. Namun pendapat para ahli tidak selamanya benar, pendapat
mereka sering tidak benar karena tidak didasarkan pada hasil penelitian
melainkan, hanya didasarkan pada pemikiran logis.

3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya cara-cara atau langkahlangkah
tertentu dengan urutan tertentu untuk mencapai pengetahuan yang benar.
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh melalui
penelitian ilmu untuk menguji keajegan dan kemantapan internalnya. Artinya
jika penelitian ulang dilakukan orang lain dengan menggunakan langkah-
langkah dan kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang sama atau hampir
sama dengan penelitian yang terdahulu. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan
kesimpulan yang serupa bagi setiap orang yang menelitinya, karena pendekatan
tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias dan perasaan peneliti.
Kesimpulan yang diambil bukan subjektif tetapi objektif. Dengan pendekatan
ilmiah orang berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah yaitu pengetahuan
yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang ingin mengujinya
(Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1983).
Langkah-langkah tertentu yang digunakan dalam penelitian ilmiah dikenal
dengan metode ilmiah. Menurut Jujun S. Suriasumantri (1984), Langkah-
langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah, merupakan pertanyaan mengenai objek yang jelas
batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di
dalamnya.
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam mengajukan hipotesis, merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara
berbagai faktor yang saling mengatur dan membentuk konstelasi
permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan

10
pernyataan-pernyataan ilmiah yang diuji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahannya.
3. Perumusan hipotesis, merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan
kesimpulan data kerangka berpikir yang dikembangkan.
4. Pengujian hipotesis, merupakan pengumpulan fakta-fakta yang sesuai
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan, merupakan penilaian apakah hipotesis yang diajukan
itu ditolak atau diterima. Jika dalam proses pengujian hipotesis terdapat fakta
yang cukup banyak yang mendukung hipotesis tersebut diterima. Sebaliknya
jika tidak cukup fakta yang mendukung maka hipotesis tersebut ditolak.
Langkah-langkah metode ilmiah yang lebih sederhana diberikan oleh Stephen
L. Wolfe dan G. Tyler Miller Jr (1977) yang menyatakan bahwa metode ilmiah
terdiri atas 3 langkah utama yaitu observasi, hipotesis dan eksperimen.
Observasi atau pengamatan dapat dilakukan mulai dari hal yang paling
sederhana misalnya menghitung jumlah kaki serangga sampai dengan hal yang
kompleks seperti menentukan jarak dan sudut antara atom dari sebuah molekul.
Setelah fakta yang dikumpulkan cukup, peneliti berusaha untuk menerangkan
atau menghubungkan fakta-fakta yang diperoleh dalam suatu rumusan yang
disebut hipotesis. Hipotesis merupakan suatu dugaan tentang bagaimana fakta
tersebut dapat diterangkan atau dihubungkan. Hipotesis yang disusun harus
dapat diuji dengan eksperimen dan pengamatan lebih lanjut.
Eksperimen yang akan dilakukan harus disusun dengan hati-hati dan bebas
dari pengaruh subjektivitas peneliti. Hipotesis akan diterima jika cukup banyak
data yang mendukung. Jika dalam pengujian hipotesis diperoleh kekecualian
atau beberapa data yang bertentangan dengan hipotesis maka hipotesis tersebut
harus dimodifikasi sehingga sesuai dengan kenyataan.
Apabila setelah ada eksperimen lain hipotesis tersebut masih tetap diterima
dan dapat diterapkan secara luas serta berperan untuk menyusun hipotesis yang
lain maka hipotesis tersebut dapat dipandang sebagai teori atau hukum. Tetapi
apabila dikemudian hari ternyata ada hasil eksperimen yang berlawanan atau

11
menolak hipotesis tersebut maka hipotesis tersebut. harus dibuang atau
dimodifikasi. Itulah sifat kebenaran dalam pengetahuan ilmiah. Dalam
pengetahuan ilmiah tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Masih ingatkah
Anda pada teori geosentris yang ditemukan oleh Ptolomeus? Dalam teorinya
Ptolomeus menyatakan bahwa bumi adalah pusat dari tata surya. Planet-planet
lain beredar mengelilingi bumi. Inilah pendapat yang dipercaya dan diyakini
pada saat itu. Perubahan besar terjadi setelah Nicolaus Copernicus
mengemukakan teori Heliosentris. Dari hasil pengamatannya dengan
menggunakan sifat-sifat pengamatan bintang dan analisis data yang tepat,
Copernicus menyatakan bahwa bukan bumi tetapi matahari yang jadi pusat
susunan tata surya. Planet-planet lain termasuk bumi akan beredar mengelilingi
matahari sambil berputar pada porosnya. Dengan munculnya teori heliosentris
yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah maka teori geosentris
dinyatakan tidak berlaku lagi. Kebenaran teori heliosentris inilah yang masih
diyakini kebenarannya sampai saat ini. Mungkinkah ada penelitian massa datang
yang menolak teori heliosentris? Kita tunggu bersama.
Dan penjelasan di atas tampak bahwa metode ilmiah merupakan suatu metode
atau cara yang harus diikuti seseorang untuk memecahkan masalah atau problem
secara ilmiah. Moh. Amin, Prawoto dan Siti Mariyam (1980) menggambarkan
suatu bagan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah
sebagai berikut.

12
Bagan langkah-langkah pemecahan masalah (Moh. Amin, Prawoto Dan siti
Mariyam, 1980)

E. Tujuan Mempelajari Ilmu Hayat


Berikut adalah tujuan dari pembelajaran ilmu hayat, yaitu :
1. Mengembangkan cara berpikir ilmiah melalui penelitian dan percobaan.
2. Mengembangkan pengetahuan praktis dari metode ilmu hayat untuk
memecahkan masalah kehidupan individu dan sosial.
3. Merangsang studi lebih lanjut di bidang ilmu hayat dan bidang lain yang
berhubungan dengan ilmu hayat serta membangkitkan pengertian dan rasa
sayang kepada makhluk hidup.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu hayat adalah ilmu pengetahuan yang membahas gejala alam yang bersifat
hidup atau memiliki sifat kehidupan. Sifat ilmu hayat adalah empiris, artinya gejala
alam yang dianggap hidup dapat diamati secara indrawi atau faktual, nyata.
Contohnya pada ilmu hayat adalah ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan (zoologi).
Cara kerja ilmu hayat bisa berupa melalui pendekatan atau metode ilmu hayat
yang berupa metode kausal yang berguna untuk melihat hubungan sebab akibat
yang berasal dari hubungan atau interaksi antar organ, metode mekanistis yaitu
metode yang memunculkan adanya keteraturan tentang sitem yang berlaku pada
gejala atau daya-daya hidup dari organisme, metode genetik yaitu metode yang
mengkaji tentang penelusuran secara historis bagaimana terjadinya sebuah organ,
sel ataupun jaringan tertentu, dan metode fungsional yaitu metode yang melihat
bahwa masing-masing organisme itu memiliki fungsi tertentu yang memungkinkan
sistem organ itu berjalan dengan teratur dan baik.
Tujuan dari pembelajaran ilmu hayat, yaitu mengembangkan cara berpikir
ilmiah melalui penelitian dan percobaan, mengembangkan pengetahuan praktis dari
metode ilmu hayat untuk memecahkan masalah kehidupan individu dan sosial dan
merangsang studi lebih lanjut di bidang ilmu hayat dan bidang lain yang
berhubungan dengan ilmu hayat serta membangkitkan pengertian dan rasa sayang
kepada makhluk hidup.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hendro Darmodjo. (1986). Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Moh. Amin, Parwotd dan Siti Mariyam. (1980). Hakikat Science. Yogyakarta: FKIF-
KIP Yogyakarta.

L. Wolfe, Stephen, Miller, jr. G. Tyler. (1977). Biology the Foundations. California:
Wadsworth Publishing Comp. Inc

http://www.academia.edu/4514156/04_bab_3_filsafat_ilmu

15

Anda mungkin juga menyukai