Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2020/2021

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUKUM PELAKSANAAN PIDANA KELAS A

Rabu, 14 April 2021

NAMA : JAYA LESMANA ADRIANSA

NIM : 11000119140187

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum pidana khusus? Bagaimana


pengelompokkan sumber hukum pidana khusus? Beri contohnya masing-masing 3
undang-undang!
Hukum pidana khusus adalah suatu hukum dibidang pidana yang pada umumnya
berada ketentuannya diatur diluar KUHP yang berhubungan dengan hukum pidana
umum.
A. UU Murni Pidana
1. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor)
2. Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan orang
3. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang (UU Pencucian Uang)
B. UU APL
1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (UU
Pengadilan HAM)
2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU PPLH)
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis (UU Diskriminasi)
2. Jelaskan mengapa Pasal 103 KUHP dipandang sebagai ketentuan yang
“menjembatani” hukum pidana di luar KUHP dengan KUHP? Berikan penjelasannya
dengan disertai contoh!
Pasal ini menjembatani bahwa segala istilah/pengertian yang berada dalam bab I-VIII
buku satu KUHP dapat digunakan apabila tidak diatur lain dalam undang-undang atau
aturan-aturan yang mengatur tentang hukum pidana diluar KUHP
Misalnya tentang Percobaan dalam tindak pidana korupsi (UU No. 20 tahun 2001 jo
UU no 31 tahun 1999 ttg Tindak Pidana Korupsi). UU tipikor tidak mengatur secara
jelas apa yang dimaksud dengan Percobaan dalam Tindak Pidana Korupsi, oleh
karena itu maka kita dapat menggunakan pasal 53 KUHP tentang percobaan.

3. Sebutkan dan jelaskan minimal 2 teori berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana


korporasi!
A. Teori vicarious liability, seseorang dapat bertanggung jawab atas perbuatan pidana
yang dilakukan orang lain karena dianggap sebagai pengurus korporasi. Dalam
perkembangannya, teori ini melahirkan absolute liability atau liability without
fault. Artinya pelaku yang tidak memiliki mens rea (niat jahat), seperti penerapan
pelanggaran dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
B. Teori agregasi , pertanggungjawaban pidana yang dapat dibebankan kepada
korporasi. Jika perbuatan dilakukan sejumlah orang yang memenuhi unsur delik
yang antara satu dengan yang lain saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Seperti,
pelaku penyertaan, orang yang ikut menyuruh, dan merekayasa sebuah kejahatan
korporasi.

4. Jelaskan pemaknaan sifat melawan hukum dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 31
Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi!
Penjelasan mencakup pula putusan MK No. 003/PUU – IV/2006!

Perbuatan melawan hukum dalam Pasal 2 UU No. 20 Tahun 2001 jo. UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah perbuatan untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang merugikan keuangan
negara dan perekonomian negara
Putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan Penjelasan Pasal 2 ayat (1) No. 31
Tahun 1999 Jo UU No. 21 Tahun 2001 bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat sesunguhnya telah menimbukan kekaburan
makna melawan hukum

5. Dari ketigapuluh pasal dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, terdapat


pasal-pasal yang berkaitan dengan delik Suap dan delik Gratifikasi. Jelaskan
perbedaan antara suap dan gratifikasi!

Perbedaannya adalah jika dalam gratifikasi yang dilarang, pemberi gratifikasi


memiliki maksud bahwa pemberian itu sebagai penghargaan atas dilakukannya suatu
tindakan resmi, pemberiannya dalam arti luas dan bukan janji, sedangkan dalam suap
pemberi memiliki maksud (sedikit banyak) untuk mempengaruhi suatu tindakan resmi
,suap dapat berupa janji.

6. Bagaimanakah UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur mengenai


pertanggungjawaban pidana korporasi? Jelaskan dengan menyertakan dasar
hukumnya!

Korporasi dijadikan subjek hukum pidana sama dengan manusia, yang mungkin
dijatuhkan pada korporasi adalah pidana denda. Selain pidana denda juga terhadap
korporasi dapat diberikan tindakan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum
adanya kerusakan oleh suatu perusahaan. Sesuai dengan perkembangan ganti rugi
juga dapat dijatuhkan pada korporasi sebagai jenis pidana baru.

Dasar hukumnya adalah Pasal 20 UU No 31 Tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2001


Tentang Tindak Pidana Korupsi:
A. Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi,
maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau
pengurusnya.
B. Tindak pidana Korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut
dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan
hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun
bersama-sama.
C. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka korporasi
tersebut diwakili oleh pengurus.
D. Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat
diwakili oleh orang lain.
E. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di
pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang
pengadilan.
F. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk
menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di
tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.
G. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda,
dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).

Anda mungkin juga menyukai