Anda di halaman 1dari 11

Pertunjukan Tradisional Ikan-Ikan, Potret kesenian lokal masyarakat nelayan pesisir

Kota Bengkulu

Gambar 1. Pentas ikan-ikan di Festival Tabot (Sumber: Apocari.com)

Pertunjukan ikan-ikan merupakan pertunjukan tradisional yang erat kaitannya dengan


masyarakat pesisir Kota Bengkulu yang berprofesi sebagai nelayan. Kesenian ini
mengambarkan suka-duka kehidupan para nelayan dalam mencari ikan di tengah laut.
Pertunjukan ini terdiri dari tarian, syair, musik dan properti berbentuk boneka ikan raksasa
yang digerakan seolah-olah ikut menari mengikuti alunan musik dan syair yang dilantunkan.
Pada masa dahulu, Pertunjukan ikan-ikan digunakan sebagai media ucapan rasa syukur
kepada yang maha kuasa atas melimpahnya panen ikan yang diperoleh para nelayan
(Statistik.Bengkuluprov.go.id, tt).
Pada masa sekarang, ikan-ikan selalu dipentaskan dan dilombakan pada saat malam
menjelang mulai dan berakhirnya Festival Tabot yang dilaksanakan dari tanggal 1-10
Muharram untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin
Abi Thalib yang tewas dalam peperangan melawan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang
Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah. Pementasan ini dilakukan bersamaan
dengan kesenian tradisional kota Bengkulu lainnya seperti lomba telong-telong (lampion
beraneka bentuk), lomba musik dol, lomba tari kreasi tabut, lomba barong landong, dan lain
sebagainya (bentengsumbar.com, 2016). Bagi masyarakat Bengkulu, menyeleggarakan
Tabut atau tabot merupakan suatu keharusan untuk menghindari bencana atau musibah yang
datang dari laut maupun darat (Sepiolita, Asih, & Iryanti, 2017: 5) Tabot sebagai suatu

1
bentuk kebudayaan yang kental dengan penghormatan kepada keluarga rasulullah
Muhammad SAW pada dasarnya berlandaskan pada aspek ritual yang erat dengan tradisi
kaum syi‟ah yang berawal dari peristiwa terbunuhnya Husein dengan cara yang nahas dimana
bagian-bagian tubuhnya terpotong. Setelah kejadian tersebut para pemimpin syiah
mengumpulkan baigain jenazah-jenazah husein dan mengaraknya untuk dimakamkan di
padang karbala. Kegiatan ini kemudian dimanifestasikan talam bentuk tradisi tabot dan
dibawa oleh para penyebar agama islam ke Kota Bengkulu dari Punjab. Seiring dengan
berkembangnya zaman dan waktu, penduduk asli Bengkulu (orang sipai) yang sudah mulai
terlepas dari pengaruh syiah melestarikan budaya ini sebagai suatu kewajiban untuk
memenuhi wasiat leluhur sebagai bentuk upaya pelestarian budaya Bengkulu oleh orang-
orang sipai dimana sejak tahun 1990, festival ini menjadi agenda wisata Kota Bengkulu yang
terkenal dengan nama Festival Tabot yang turut dimeriahkan oleh perlombaan kesenian
budaya tradisional asli Bengkulu sehingga makna tabot sebagai sesuatu yang sakral justru
mengalami pergerseran ke arah pesta rakyat yang penuh kemeriahan dan hiburan (
Sirajuddin, 2012: 588) aspek ritual yang awalnya menjadi landasan dan pusat dari segala
rangkaian upacara tradisional ini pada masa sekarang hanya terkesan sebagai pelengkap,
sebaliknya, berbagai pertunjukan seni dan tontonan atraksi budaya lokal seperti musik dol,
tari tabot, telong-telong, dan permainan ikan-ikan justru menjadi suatu bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari rangkaian ritual tabut yang menjadi sajian pertunjukan bernilai hiburan
( Febrianty & Syofia, 2020:223). Pada tahun 2018, selain dipentaskan pada saat Festival
Tabot, ikan-ikan juga dipentaskan pada pasar kekinian yang diprakarsai oleh Generasi
Pesona Indonesia (GenPi) Bengkulu yang diberi nama Pasar Singgah Bung Karno dalam
rangka Grand Launching Pasar Singgah Bung Karno sebagai salah satu kekuatan budaya
bumi rafflesia (Imran, 2018).

Bentuk Ikan-Ikan
Meski disebut sebagai ikan-ikan, namun pada praktiknya di masa sekarang bentuk
dari pertunjukan tradisional ini tidak hanya terbatas pada bentuk ikan atau hewan laut saja
yang terkait dengan kegiatan para nelayan, seiring berkembangnya zaman, nama “ikan-ikan”
tidak lagi merujuk pada satu jenis hewan air, namun merujuk pada suatu kesenian tari, musik
dan syair yang menggunakan properti boneka yang umumnya berbentuk hewan atau
makhluk mitologis (seperti ikan duyung) yang terbuat dari rangka bambu yang dibalut kertas
menyerupai bentuk asli sebagai daya tarik utamanya. Bentuk dan jenis hewan yang dipakai
dalam pertunjukan ikan-ikan ini biasanya sesuai dengan keinginan dari pembuat atau

2
rombongan permainan rakyat sebagai perwakilan keluraha, kecamatan atau kelompok
nelayan. Bentuk yang dipilih adalah bentuk yang semenarik mungkin untuk menarik
perhatian masyarakat (wawancara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bengkulu,
Kemas Zaini kepada Bengkulu.antaranews.com November 2012).
Kelompok nelayan biasanya tetap mempertahankan bentuk dari berbagai jenis ikan
atau hewan laut seperti udang sebagai ikan-ikan. Sedangkan, perwakilan kelurahan atau
kecamatan, ada yang menggunakan bentuk hewan darat seperti kuda putih dan harimau atau
tetap mengunakan bentuk ikan. Pada saat Festival Tabot, kesenian ikan-ikan ini dilombakan
antar kelompok nelayan, kelurahan atau kecamatan. Penilaian didasarkan pada keunikan
model ikan-ikan yang dibuat serta kesulitan gerak tari dan harmonisasi garapan lagu yang
dibawakan (Liputan6.com, 2016)

Gambar 2. Ikan-ikan Kuda Putih Kelurahan Padang Jati (Sumber: Bengkuluexpress.com)

Gambar 3. Ikan-ikan Ikan Duyung Kelurahan Lempuing (sumber: Youtube Heru Susanto)

3
Gambar 4. Ikan-ikan Burung Murai Kelurahan Sawah Lebar (Sumber: Youtube Heru Susanto)

Gambar 5. Ikan-ikan Harimau Kecamatan Muara Bangkahulu (Sumber: Youtube Heru


Susanto)

4
Gambar 6. Ikan-ikan Udang Karo Kampung kelawi ( Sumber: Youtube Heru Susanto)

Gambar 7. Ikan-ikan Ikan Senangi Kelurahan Bajak ( Sumber: Youtube Heru Susanto)

Pementasan Ikan-ikan
Permainan rakyat ini dimainkan oleh beberapa unsur pemain yang meliputi orang
sebagai penggerak ikan-ikan, Penari, pemain gitar, pemain biola, pemain serunai, penabuh
gendang melayu atau dol, penyair, rombongan penggiring dan sound system sebagai pengeras
suara saat pementasan (Bengkuluekspress.com, 2016). Hal yang paling membedakan antara
ikan-ikan yang berbentuk ikan atau hewan laut dan hewan darat selain dari bentuknya adalah
dari syair yang dinyanyikan pada saat pementasan. Pada pementasan ikan-ikan yang

5
mengambil bentuk ikan dan hewan laut, pada umumnya syair yang dinyanyikan saat
pementasan merupakan aransemen atau modifikasi dari syair ikan-ikan yang menceritahan
kehidupan para nelayan di tengah laut, yang biasanya disesuaikan dengan jenis ikan atau
hewan laut yang dipentaskan. Syair tersebut adalah sebagai berikut:

Asslamu’alaikum, kami ucapkan


Kepada Ibu Bapak , hadirin sekalian
Kami bermain harap didengarkan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan.
Awal mulo kami critokan, pasalnyo kami kaum nelayan
Setiok ari mencari ikan, menyongsong arus badai dan topan
Belayar kami ke tengah lautan, sauh diangkat layar dikembangkan
Setelah sampai ditengah lautan, sauh diturun layar digulungkan.
Setelah itu pancing dihamburkan, ditangkap oleh seekor ikan
Ikan membenak tiada tertahan, dapatlah kami seekor ikan.
Ikan apakah ini gerangan warnanya hitam berkilau-kilauan
Ikan tengiri dibilang orang, pulanglah kami ketanah daratan.
Sampai disini cerita kami, cerita nyata sudahlah pasti
Salah dan kilaf mohon dimaafi, dilain waktu berjumpa lagi
(Kiriman dari Buyung Jago; Setiyanto, 2008).

Syair di atas menggambarkan potret kehidupan kaum nelayan yang kehidupannya


sangat dekat dengan laut dan ikan-ikan. Syair ikan-ikan ini tidak diketahui secara jelas siapa
penulisnya (anonim) dengan kata lain, syair ikan-ikan ini adalah produk dari kebudayaan
yang bersifat komunal dari para nelayan yang menjadikan syair ini sebagai sebuah kearifan
kultur lokal kaum nelayan di pesisir Kota Bengkulu (Setiyanto, 2008). Dalam keperluan
perlombaan, biasanya syair ini disesuaikan dengan jenis ikan yang digunakan sebagai model
dan beberapa penyair turut menyinggung tentang kemajuan dan pembangunan di Kota
Bengkulu yang meski tidak terlalu signifikan kemajuannya namun masyarakat harus tetap
didukung oleh rakyat sebab pemerintah daerah telah berusaha semaksimal mungkin
(Bengkuluekspress.com, 2016). Salah salah contoh dari syair yang telah di aransemen untuk
keperluan pementasan lomba adalah syair yang dinyanyikan pada saat pementasan ikan-
ikan “ikan jenaha” yang dipentaskan pada Fetival Tabot 2014 yang disadur dari dokumentasi
chanel Youtube RPP CHannel.

6
Gambar 8. Pementasan Ikan ikan ikan jenaha Festival Tabot tahun 2014 ( sumber: Youtube RPP
Chanel)

Asslamu’alaikum, kami ucapkankepada Ibu Bapak


Hadirin sekalian Kami bermain harap didengarkan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan.
Awal mulo kami ceritokan, asalnyo kami kaum nelayan
Setiok ari mencari ikan, menyongsong arus badai dan topan 2x
Saat dipasang layar dikembangkan berangkek kami ke tengah lautan
Setelah sampai ditengah lautan, layar digulung sauh diturunkan
Umpan dipasang pancing diturunkan ditangkok oleh seekor ikan
Ikannyo banyak tiado tetahan lamo bermain di tengah lautan 2x
Setelah itu ikannyo pingsan lalu ditangkok kedalam sampan
Duo meter lebih tak kurang riangnyo kami bukan kepalang 2x
Sauh dipasang layar dikembangkan balikla kami menuju daratan
Setelah sampai di tanah daratan raminyo orang bukan kepalang 2x
Ikan apolah iko gerangan ruponyo elok bekilau kilauan
Kami katokan kepada orang ikan jenaha kami kecekkan 2x
Bersatu kito kaum nelayan program pemerintah kito sukseskan
Dibawah naungan koperasi nelayan untuk mencapai kesejahteraan 2x
Tinggalah sisik di dalam kota jatuh di isok si rama-rama
Wahai wak encik wahai sodara cerito kami selesai sudah 2x
(Sumber: RPP Chanel, 2014)

7
Mengingat adanya kelompok pementasan ikan-ikan yang tidak mengambil bentuk
ikan atau hewan laut lainnya sehingga tidak cocok apabila diasosiasikan dengan kehidupan
nelayan atau laut, maka dalam perlombaan Ikan-ikan Festival Tabot diberikan peraturan
bahwa setiap perserta wajib membawakan lagu wajib yang berjudul assalamualaikum yang
berbunyi:
Asslamu’alaikum, kami ucapkan
Kepada Ibu Bapak , hadirin sekalian
Kami bermain harap didengarkan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan
Beserta satu judul lagu pilihan yang disesuaikan dengan bentuk ikan-ikan yang
ditampilkan (Bengkulu.antaranews.com, 2012) Contoh dari syair pertunjukan ikan-ikan yang
mengambil bentuk hewan darat adalah sebagai berikut pementasan Ikan-ikan dari Kelurahan
Sawah Lebar yang mengambil bentuk Burung murai yang dipentaskan pada Fertival Tabot
2018:
Assalamu’alaikum, kami ucapkan
Kepada Ibu Bapak , hadirin sekalian
Kami bermain harap didengarkan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan.
Permainan asli dari rakyat kota Bengkulu
Setahun sekali barulah kita bertemu si burung murai
Permainan kami ini tidak lah menyambut
Hari jadi provinsi 18 november 1968 provinsi Bengkulu sudah nyata
Diresmikan hilang rasa lara lenyap rasa duka
Pada tuhan esa indonesia mederka
Tuhan maha esa lindungilah kami ini
Mohon doa restu rakyat kota Bengkulu
Tangis dalam rindu haruslah daru dahulu
Ingin selalu damai aman makmur dan selalu bersatulah
Semua rakyat bangsa indonesia sukses kan pemilu 2019
Bersama semua partai2 yang sudah ada
Menuju Bengkulu damai berdasarkan pancasila.

8
Hilang rasa lara lenyap rasa duka berkat tuhan esa indonesia merdeka ...
(Sumber: Heru Susanto, 2018)

Kesenian Tradisional Indonesia yang serupa dengan Ikan-Ikan


Sebagai sebuah negara yang yang terdiri dari ribuan latar belakang budaya dan suku
maka tidak menutup kemungkinan adanya pertunjunkan-pertunjukan yang secara kosep
memiliki kesamaan satu sama lain, contohnya adalah kesenian Barong Landong dari
Bengkulu, Barong Landung dari Bali, dan Ondel-ondel dari Betawi yang pada dasarnya
merupakan seni pertunjukan boneka besar dengan figur bentuk manusia raksasa. Begitupula
dengan kesenian Ikan-ikan yang dalam hal ini merujuk pada penggunaan boneka hewan
sebagai properti utama dari pertunjukan dan menjadi identitas sentral dari pertunjukan yang
ikut menari mengikuti irama alunan musik. Kesenian tersebut adalah Sisingaan.

Gambar 9. Pertunjukan Sisingaan Kabupaten Subang 2017 (Sumber: Youtube Sagilek Pro)
Kesenian Sisingaan merupakan suatu kesenian tradisional yang berasal dari Subang,
Jawa Barat. Kesenian ini melambangkan perjuangan rakyat dalam upaya perlawanan
terhadap tuan tanah atau penjajah kolonial namun, lebih lanjut diketahui bahwa pertunjukan
ini beberapa kali tampil dalam acara khitanan sebelum era perlawanan (Junaedi, Lubis,
&Sofianto, 2017: 181). Bentuk perlawanan dalam pertunjukan ini adalah melalui simbol dari
unsur-unsur pementasan yang mengandung nilai-nilai filosofis, seperti bineka singa
merupakan lambang dari kebesaran penjajah, empat orang pengusung singa adalah rakyat
subang yang sedang ditindas penjajah dan anak kecil yang duduk di atas singa merupakan
simbol generasi penerus subang yang akan melayan tirani dan mengusirnya dari tanah subang
( Mulyadi, 2003 dalam Junaedi, Lubis, &Sofianto, 2017: 18).

9
Sumber:

Bengkulu.Antaranews.com. (2012, November). Enam Kelompok Ikuti Lomba


Ikan-ikan Bengkulu. Diakses dari
https://Bengkulu.antaranews.com/berita/7935/enam -kelompok-ikuti-
lomba-ikan-ikan-Bengkulu
Bengkuluekspress.com. (2016, September). Pertunjukan Kudo Putih, Permainan
Rakyat Jelang Tabut. Diakses dari
https://Bengkuluekspress.com/pertunjukan-kudo-putih-permainan-rakyat-
jelang-tabut/
Febrianty, Syielvi Dwi,. Syofia, Ninon. (2020). Tari Tabut Sebagai Manifestasi Budaya
Masyarakat Kota Bengkulu. Jurnal Laga-Laga vol 6 hlm. 220-230.
Heru Susanto. (2018).
Ikan duyung kelurahan lempuing lomba ikan -ikan festival tabut bengkulu 2018.
Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=eVRsrNhNgV8
Burung Murai Sawah Lebar lomba Ikan-Ikan Festival Tabut Bengkulu 2018.
Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=SHjEKaMKOsY
Harimau kecamatan muara bangkahulu lomba ikan -ikan festival tabut bengkulu
2018. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=rkj0YuXf -j4
Lomba ikan ikan udang karo kampung kelawi kota bengkulu festival tabut
bengkulu tahun 2019. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=j3_bnvP6Sjo
Heru Susanto. (2019).
Lomba ikan ikan ikan senangi kelurahan bajak kota bengkulu festival tabut
bengkulu tahun 2019. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=6PA9tmJB7D4
Imran, Tri Yulianti. (2018, Oktober). Sekarang Bengkulu Punya Pasar Singgah
Bung Karno. Diakses dari
https://www.rmolBengkulu.com/read/2018/10/18/11815/Sekarang -
Bengkulu-Punya-Pasar-Singgah-Bung-Karno-
Junaedi, Anggi A.,Lubis, Nina H., Sofianto, Kunto. Kesenian Sisingaan Subang, Suatu
Tinjauan Historis. Jurnal Patanjala Vol. 9 hlm 181-196.

10
Liputan6.com. (2016, Oktober). Video: Kesenian Ikan -Ikan, Hiburan Nelayan
Pesisir Bengkulu. Diakses dari
https://m.liputan6.com/tv/read/2619170/video -kesenian-ikan-ikan-hiburan-
nelayan-pesisir-Bengkulu
M, Sirrajuddin. (2012). „Urf dan Budaya Tabot Bengkulu. Millah: Jurnal Studi Agama . Vol
XI hlm. 579-606.
RPP Channel. (2014). Festival Tabot Kota Bengkulu 2014 (ikan jenaha). Diakses
dari https://www.youtube.com/watch?v=bYAXgIMlvlo
Sagilek Pro.( 2017). Tresnawangi 1 juara 1 pestival sisingaan kab subang2017.
Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=dMcU8reHKiQ
Sepiolotia, Rita Twin., Arsih, Utami., Iryanti, Veronika Eny. (2017). Ritual Mengambik
Tanah Dalam Upacara Tabut di Kota Bengkulu. Jurnal Seni Tari. Vol. 6 hlm. 1-8.
Setiyanto, Agus. (2008, Oktober). Ikan -Ikan. Diakses dari
https://agussetiyanto.wordpress.com/tag/agussetiyanto/
Statistik.Bengkuluprov.go.id. (tt). Seni Budaya Kota Bengkulu Ikan-ikan.
Diakses dari https://statistik.Bengkuluprov.go.id/Senibudaya/

11

Anda mungkin juga menyukai