Kota Bengkulu
1
bentuk kebudayaan yang kental dengan penghormatan kepada keluarga rasulullah
Muhammad SAW pada dasarnya berlandaskan pada aspek ritual yang erat dengan tradisi
kaum syi‟ah yang berawal dari peristiwa terbunuhnya Husein dengan cara yang nahas dimana
bagian-bagian tubuhnya terpotong. Setelah kejadian tersebut para pemimpin syiah
mengumpulkan baigain jenazah-jenazah husein dan mengaraknya untuk dimakamkan di
padang karbala. Kegiatan ini kemudian dimanifestasikan talam bentuk tradisi tabot dan
dibawa oleh para penyebar agama islam ke Kota Bengkulu dari Punjab. Seiring dengan
berkembangnya zaman dan waktu, penduduk asli Bengkulu (orang sipai) yang sudah mulai
terlepas dari pengaruh syiah melestarikan budaya ini sebagai suatu kewajiban untuk
memenuhi wasiat leluhur sebagai bentuk upaya pelestarian budaya Bengkulu oleh orang-
orang sipai dimana sejak tahun 1990, festival ini menjadi agenda wisata Kota Bengkulu yang
terkenal dengan nama Festival Tabot yang turut dimeriahkan oleh perlombaan kesenian
budaya tradisional asli Bengkulu sehingga makna tabot sebagai sesuatu yang sakral justru
mengalami pergerseran ke arah pesta rakyat yang penuh kemeriahan dan hiburan (
Sirajuddin, 2012: 588) aspek ritual yang awalnya menjadi landasan dan pusat dari segala
rangkaian upacara tradisional ini pada masa sekarang hanya terkesan sebagai pelengkap,
sebaliknya, berbagai pertunjukan seni dan tontonan atraksi budaya lokal seperti musik dol,
tari tabot, telong-telong, dan permainan ikan-ikan justru menjadi suatu bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari rangkaian ritual tabut yang menjadi sajian pertunjukan bernilai hiburan
( Febrianty & Syofia, 2020:223). Pada tahun 2018, selain dipentaskan pada saat Festival
Tabot, ikan-ikan juga dipentaskan pada pasar kekinian yang diprakarsai oleh Generasi
Pesona Indonesia (GenPi) Bengkulu yang diberi nama Pasar Singgah Bung Karno dalam
rangka Grand Launching Pasar Singgah Bung Karno sebagai salah satu kekuatan budaya
bumi rafflesia (Imran, 2018).
Bentuk Ikan-Ikan
Meski disebut sebagai ikan-ikan, namun pada praktiknya di masa sekarang bentuk
dari pertunjukan tradisional ini tidak hanya terbatas pada bentuk ikan atau hewan laut saja
yang terkait dengan kegiatan para nelayan, seiring berkembangnya zaman, nama “ikan-ikan”
tidak lagi merujuk pada satu jenis hewan air, namun merujuk pada suatu kesenian tari, musik
dan syair yang menggunakan properti boneka yang umumnya berbentuk hewan atau
makhluk mitologis (seperti ikan duyung) yang terbuat dari rangka bambu yang dibalut kertas
menyerupai bentuk asli sebagai daya tarik utamanya. Bentuk dan jenis hewan yang dipakai
dalam pertunjukan ikan-ikan ini biasanya sesuai dengan keinginan dari pembuat atau
2
rombongan permainan rakyat sebagai perwakilan keluraha, kecamatan atau kelompok
nelayan. Bentuk yang dipilih adalah bentuk yang semenarik mungkin untuk menarik
perhatian masyarakat (wawancara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bengkulu,
Kemas Zaini kepada Bengkulu.antaranews.com November 2012).
Kelompok nelayan biasanya tetap mempertahankan bentuk dari berbagai jenis ikan
atau hewan laut seperti udang sebagai ikan-ikan. Sedangkan, perwakilan kelurahan atau
kecamatan, ada yang menggunakan bentuk hewan darat seperti kuda putih dan harimau atau
tetap mengunakan bentuk ikan. Pada saat Festival Tabot, kesenian ikan-ikan ini dilombakan
antar kelompok nelayan, kelurahan atau kecamatan. Penilaian didasarkan pada keunikan
model ikan-ikan yang dibuat serta kesulitan gerak tari dan harmonisasi garapan lagu yang
dibawakan (Liputan6.com, 2016)
Gambar 3. Ikan-ikan Ikan Duyung Kelurahan Lempuing (sumber: Youtube Heru Susanto)
3
Gambar 4. Ikan-ikan Burung Murai Kelurahan Sawah Lebar (Sumber: Youtube Heru Susanto)
4
Gambar 6. Ikan-ikan Udang Karo Kampung kelawi ( Sumber: Youtube Heru Susanto)
Gambar 7. Ikan-ikan Ikan Senangi Kelurahan Bajak ( Sumber: Youtube Heru Susanto)
Pementasan Ikan-ikan
Permainan rakyat ini dimainkan oleh beberapa unsur pemain yang meliputi orang
sebagai penggerak ikan-ikan, Penari, pemain gitar, pemain biola, pemain serunai, penabuh
gendang melayu atau dol, penyair, rombongan penggiring dan sound system sebagai pengeras
suara saat pementasan (Bengkuluekspress.com, 2016). Hal yang paling membedakan antara
ikan-ikan yang berbentuk ikan atau hewan laut dan hewan darat selain dari bentuknya adalah
dari syair yang dinyanyikan pada saat pementasan. Pada pementasan ikan-ikan yang
5
mengambil bentuk ikan dan hewan laut, pada umumnya syair yang dinyanyikan saat
pementasan merupakan aransemen atau modifikasi dari syair ikan-ikan yang menceritahan
kehidupan para nelayan di tengah laut, yang biasanya disesuaikan dengan jenis ikan atau
hewan laut yang dipentaskan. Syair tersebut adalah sebagai berikut:
6
Gambar 8. Pementasan Ikan ikan ikan jenaha Festival Tabot tahun 2014 ( sumber: Youtube RPP
Chanel)
7
Mengingat adanya kelompok pementasan ikan-ikan yang tidak mengambil bentuk
ikan atau hewan laut lainnya sehingga tidak cocok apabila diasosiasikan dengan kehidupan
nelayan atau laut, maka dalam perlombaan Ikan-ikan Festival Tabot diberikan peraturan
bahwa setiap perserta wajib membawakan lagu wajib yang berjudul assalamualaikum yang
berbunyi:
Asslamu’alaikum, kami ucapkan
Kepada Ibu Bapak , hadirin sekalian
Kami bermain harap didengarkan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan
Beserta satu judul lagu pilihan yang disesuaikan dengan bentuk ikan-ikan yang
ditampilkan (Bengkulu.antaranews.com, 2012) Contoh dari syair pertunjukan ikan-ikan yang
mengambil bentuk hewan darat adalah sebagai berikut pementasan Ikan-ikan dari Kelurahan
Sawah Lebar yang mengambil bentuk Burung murai yang dipentaskan pada Fertival Tabot
2018:
Assalamu’alaikum, kami ucapkan
Kepada Ibu Bapak , hadirin sekalian
Kami bermain harap didengarkan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan.
Permainan asli dari rakyat kota Bengkulu
Setahun sekali barulah kita bertemu si burung murai
Permainan kami ini tidak lah menyambut
Hari jadi provinsi 18 november 1968 provinsi Bengkulu sudah nyata
Diresmikan hilang rasa lara lenyap rasa duka
Pada tuhan esa indonesia mederka
Tuhan maha esa lindungilah kami ini
Mohon doa restu rakyat kota Bengkulu
Tangis dalam rindu haruslah daru dahulu
Ingin selalu damai aman makmur dan selalu bersatulah
Semua rakyat bangsa indonesia sukses kan pemilu 2019
Bersama semua partai2 yang sudah ada
Menuju Bengkulu damai berdasarkan pancasila.
8
Hilang rasa lara lenyap rasa duka berkat tuhan esa indonesia merdeka ...
(Sumber: Heru Susanto, 2018)
Gambar 9. Pertunjukan Sisingaan Kabupaten Subang 2017 (Sumber: Youtube Sagilek Pro)
Kesenian Sisingaan merupakan suatu kesenian tradisional yang berasal dari Subang,
Jawa Barat. Kesenian ini melambangkan perjuangan rakyat dalam upaya perlawanan
terhadap tuan tanah atau penjajah kolonial namun, lebih lanjut diketahui bahwa pertunjukan
ini beberapa kali tampil dalam acara khitanan sebelum era perlawanan (Junaedi, Lubis,
&Sofianto, 2017: 181). Bentuk perlawanan dalam pertunjukan ini adalah melalui simbol dari
unsur-unsur pementasan yang mengandung nilai-nilai filosofis, seperti bineka singa
merupakan lambang dari kebesaran penjajah, empat orang pengusung singa adalah rakyat
subang yang sedang ditindas penjajah dan anak kecil yang duduk di atas singa merupakan
simbol generasi penerus subang yang akan melayan tirani dan mengusirnya dari tanah subang
( Mulyadi, 2003 dalam Junaedi, Lubis, &Sofianto, 2017: 18).
9
Sumber:
10
Liputan6.com. (2016, Oktober). Video: Kesenian Ikan -Ikan, Hiburan Nelayan
Pesisir Bengkulu. Diakses dari
https://m.liputan6.com/tv/read/2619170/video -kesenian-ikan-ikan-hiburan-
nelayan-pesisir-Bengkulu
M, Sirrajuddin. (2012). „Urf dan Budaya Tabot Bengkulu. Millah: Jurnal Studi Agama . Vol
XI hlm. 579-606.
RPP Channel. (2014). Festival Tabot Kota Bengkulu 2014 (ikan jenaha). Diakses
dari https://www.youtube.com/watch?v=bYAXgIMlvlo
Sagilek Pro.( 2017). Tresnawangi 1 juara 1 pestival sisingaan kab subang2017.
Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=dMcU8reHKiQ
Sepiolotia, Rita Twin., Arsih, Utami., Iryanti, Veronika Eny. (2017). Ritual Mengambik
Tanah Dalam Upacara Tabut di Kota Bengkulu. Jurnal Seni Tari. Vol. 6 hlm. 1-8.
Setiyanto, Agus. (2008, Oktober). Ikan -Ikan. Diakses dari
https://agussetiyanto.wordpress.com/tag/agussetiyanto/
Statistik.Bengkuluprov.go.id. (tt). Seni Budaya Kota Bengkulu Ikan-ikan.
Diakses dari https://statistik.Bengkuluprov.go.id/Senibudaya/
11