Anda di halaman 1dari 12

 

           Beberapa perjanjian-perjanjian yang merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai negara
kepulauan oleh negara lain secara regional, diantaranya :

1.    Perjanjian antara Indonesia dengan Malaysia.

Perjanjian guna menetapkan garis batas laut wilayah kedua negara di Selat Malaka. Dimana dalam
perjanjian ini menyatakan garis batas laut wilayah antar 2 negara ditarik pada tengah selat.

2.    Perjanjian antara Indonesia dengan Thailand.

Perjanjian guna menetapkan Landas Kontinen yang terletak di dua titik koordinat tertentu di kawasan
perairan Selat Malaka bagian utara dan Laut Andaman.

3.    Perjanjian antara Indonesia dengan Australia.

Ada 3 perjanjian yang dilakukan Indonesia dengan Australi menyakut pengakuan atas Indonesia sebagai
negara kepulauan, diantaranya :

a. Perjanjian mengenai Batas Landas Kontinen di wilayah perairan selatan Papua dan Laut Arafura.

b. Perjanjian Batas Landas Kontinen di wilayah Laut Timor dan Laut Arafura.

c. Perjanjian mengenai perbatasan yang meliputi ZEE dan Batas Landas Kontinen Indonesia Australia dari
perairan selatan P.Jawa termasuk perbatasan maritim di P.Ashmore dan P.Chrismas.

4.    Perjanjian antara Indonesia dengan India.

Perjanjian menyangkut garis batas landas kontinen Indonesia dan India dimana didapat kesepakatan
bahwa batas landas kontinen Indonesia dan India adalah garis lurus yang ditarik dari titik pertemuan
menuju arah barat daya yang berada di laut andaman.
Brainly.co.id

Apa pertanyaanmu?

Sekolah Menengah Pertama Ppkn 5 poin

Jelaskab Dan berikan 3 contoh strategi mengatasi ancaman di bidang politik

Tanyakan detil pertanyaan Ikuti tidak puas? sampaikan! dari IlhaminaXx1635 07.04.2018

Jawabanmu

novaviani31

novaviani31 Pemula

Strategi menghadapi ancaman politik dengan pendekatan dari dalam

Strategi pendekatan dari dalam adalah dengan melakukan penataan beserta

pembangunan suatu sistem politik Negara yang dinamis dan sehat didalam

kerangka negara yang bersifat deokratis (menghargai perbedaan dan

kebhinekaan yang terdapat di Indonesia). Dengan menerapkan strategi ini

diharapkan dapat tercipta suatu stabilitas sistem politik dalam negeri secara

dinamis dan berdampak baik sebagai penangkal perpecahan.

Strategi menghadapi ancaman politik dengan pendekatan dari luar

Upaya Indonesia menghadapi ancaman politik dengan pendekatan dari luar

bermaksud mengusahakan upaya dan strategi diplomatik dengan melakukan

pedekatan pendekatan politik luar negeri yang bertujuan membangun sebuah

kerja sama antar Negara. Upaya ini dapat meningkatkan rasa saling percaya

antae Negara dan mencegah terjadinya konflik antar Negara. Pendekatan dari

luar dapat dibagi menjadi beberapa lingkup berdasarkan skalanya.


Lingkup internal:

Lingkup internal mencakup pembangunan, penciptaan dan pembangunan

dalam Negeri secara stabil yang diimbangi dengan adanya upaya peningkatan

sekaligus perbaikan keadaan ekonomi yang kuat.

Lingkup regional:

Lingkup regional mencakup aktivitas diplomasi dan politik indonesia yang

mengarah pada peran serta dalam membangun maupun meningkatkan

kerjasama antar negara dengan menumbuhkan asas saling percaya dan saling

menghargai.

Lingkup supraregional:

Lingkup supraregional merupakan lingkup yang lebih besar dari regional.

Sebagai contoh adalah ASEAN yang terdiri dari 10 Negara Asia tenggara yang

secara bersama sama membangun sebuah hubungan bilateral secara

harmonis dalam mewujudkan sebuah kerjasama konkret. Dalam rangka

menyongsong ASEAN ini peran serta politik Indonesia diharuskan untuk

mampu membangun sebuah hubungan kerja sama dengan tetap memberikan

jaminan atas keutuhan dan kedaulatan Negara.

Lingkup global:

Dalam lingkup global, Strategi politik luar negeri harus dapat dilaksanakan

secara maksimal untuk memperjuangkan kepentingan dalam lingkup nasional

melalui bergabungnya Indonesia sebagai salah satu anggota PBB, Negara


yang netral (non-blok), Negara yang tergabung dalam konferensi Islam dunia,

dan merangkap sebagai anggota regional ASEAN. Peran serta doplomasi luar

negeri ini diharuskan untk mampu mengidentifikasi adanya potensi ancaman

yang dapat mengancam ideologi maupun keutuhan Negara. Untuk itu, maka

diperlukan adanya strategi membangun pertahanan militer dan non militer di

Indonesia.

5.    Perjanjian antara Indonesia dengan Papua New Guinea (PNG)

Perjanjian untuk memutuskan batas wilayah darat dan maritim antar 2 negara.

6.    Perjanjian antara Indonesia dengan Singapura.

Perjanjian bilateral guna menetapkan garis batas laut territorial.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/14135704#readmore

Hal yang hampir sama disampaikan oleh Pierre Fraymond (1984) yaitu ada dua prosedur pembuatan PI:

Prosedur Normal atau Klasik, yaitu yang menghendaki persetujuan parlemen, melalui tahap-tahap
perundingan (negotiation), penandatanganan (signature), persetujuan parlemen (the approval of
parliament) dan ratifikasi (ratification).

Prosedur yang disederhanakan atau simplified procedure, yang tidak mensyaratkan persetujuan
parlemen ataupun ratifikasi karena memerlukan penyelesaian yang cepat.
Di selenggarakan di kota Jenewa Switzerland tgl 24 Februari hingga 27 April 1958 dan dihadiri oleh 86
negara, yang diadakan berdasarkan Resolusi MU PBB No. 1105 (XI) tanggal 21 Februari 1957 dimana
konperensi ini harus membahas hukum laut tidak hanya dari sudut hukum saja melainkan harus pula
mempertimbangkan aspek-aspek tehnis, biologis, ekonomis dan politik dari permasalahan-
permasalahannya. Faktor pentingnya laut sebagai sumber kekayaan alam dan kemajuan teknologi yang
mendorong diselenggarakanya konperensi ini.

KHLJ 1958 adalah pelaksanaan dari pasal 13 Piagam PBB yang mengandung ketentuan mengenai
kodifikasi (codification) dan perkembangan progresif HI (The progressive development of internasional
law), dengan membentuk Panitia Hukum Internasional (PHI) atau International Law Commission (ILC),
yang terdiri dari ahli2 hukum terkemuka dari berbagai bangsa dan bermacam-macam sistem hukum.

Arti Batas-batas Tugas KONFERENSI HUKUM LAUT JENEWA 1958 Berdasarkan Resolusi

1. Segi tehnis dari masalah hukum laut adalah segi yang berhubungan dengan pengukuran dan
pemetaan dari klaim Negara-negara atas laut yang berbatasan dengan pantainya baik yang berupa laut
teritorial, selat-selat, dan dataran kontinen Segi tehnis lain yaitu kemajuan-kemajuan dan tehnik cara-
cara penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut lainnya. Persoalan dataran/landas kontinen
(continental shelf), Masalah sosio-ekonomi yaitu dicapainya batas-batas kemungkinan daripada laut
sebagai sumber kekayaan.

2. Segi biologis mengenai penyelidikan kehidupan ikan dan mahluk laut lainnya (marine biology), untuk
menjamin kelangsungan dari kekayaan hayati laut tersebut sebagai sumber kehidupan manusia.

3. Segi ekonomi dari masalah hukum laut mengenai hubungan antara kebutuhan dan persediaan
kekayaan laut (kekayaan minieral, hayati maupun nabati) secara total.

4. Segi politik dari masalah laut adalah pada saat manusia telah terorganisir dalam satuan politik yang
bebas satu sama lainnya sebagai negara yang berdaulat, yang mempunyai pemerintah sendiri,
penduduk dan wilayah tertentu melalui tindakan/praktek negara tersebut, terutama dalam aspek socio-
ekonomis.

TUGAS PEKERJAAN KONFERENSI

Merumuskan kaidah hukum laut publik dengan memperhatikan sepenuhnya, perubahan yang terjadi,
baik dalam bidang politik yaitu (lahirnya negara baru setelah PD II/negara berkembang) maupun akibat
kemajuan teknologi modern yaitu perkembangan cara pengambilan kekayaan mineral dan hayati laut.
PERSIAPAN KONFERENSI HUKUM LAUT JENEWA TAHUN 1958

Pada sidang pertama 1949 PHI PBB menyusun sebuah daftar masalah2 yang perlu dibahas yaitu soal laut
lepas dan laut wilayah (laut territorial), dan pada sidang yang ketiga 1951 laut teritorial baru dibahas
berdasarkan Resolusi MU PBB 374 (IV).

Pekerjaan PHI memakan waktu 7 tahun dan baru selesai pada sidang ke-VIII Th 1956

PHI berhasil merumuskan empat lapangan hukum yaitu : (a) high seas, (b) territorial seas, (c) fishing n
conservation of living resources of the seas,(d) continental shelf dan berhasil mmbuat rancangan pasal2
sbg bases of discussion konperensi.

HI mengenai hukum laut terdiri atas 73 pasal, yang terbagi atas:

a. 25 pasal (1-25) tentang laut teritorial

b. 23 pasal (26-48) tentang laut lepas ditambah 1 pasal tentang jalur tambahan (pasal 66)

c. 17 pasal (49-65) tentang perikanan dan perlindungan kekayaan hayati di laut

d. 8 pasal (67-73) tentang landas kontinen.

HASIL KONFERENSI

Menghasilkan empat buah konvensi mengenai hukum laut publik, sebuah protokol fakultatif mengenai
penyelesaian pertikaian dan sebuah resolusi.

1. Konvensi tentang laut territorial dan jalur tambahan

2. Konvensi tentang laut lepas

3. Konvensi tentang perikanan dan perlindungan kekayaan hayati laut lepas

4. Konvensi tentang landas kontinen

KONVENSI I TENTANG LAUT TERITORIAL DAN JALUR TAMBAHAN


Konvensi ini mengatur asas, pengertian laut teritorial, dan mengenai penarikan garis pangkal.

Ketentuan konvensi I mengenai garis pangkal lurus didasarkan atas Keputusan MI tanggal 28 Desember
1951 dalam perkara Sengketa Perikanan antara Inggris dan Norwegia (Anglo-Norwegian Fisheries Case).

Pasal 1 : laut teritorial merupakan suatu jalur yang terletak disepanjang pantai suatu negara yang berada
di bawah kedaulatan negara

Pasal 2 : kedaulatan negara atas laut teritorial meliputi juga ruang udara di atasnya dan dasar laut serta
tanah di bawahnya

Pasal 3 : memuat ketentuan garis pasang surut (low water mark) sebagai garis pangkal biasa (normal
base line)

Pasal 4 : mengatur garis pangkal lurus dari ujung ke ujung (straight base line) sebagai cara penarikan
garis pangkal yang dapat dilakukan dalam keadaan2 tertentu.

Pasal 4 tentang straight base lines :

Ayat 1 menetapkan dalam hal-HAL mana yang dapat

dipergunakan penarikan garis pangkal lurus yakni:

1. ditempat dimana pantai banyak liku-liku tajam atau laut masuk jauh ke dalam, atau;

2. Apabila terdapat deretan pulau yang letaknya tak jauh dari pantai.

Ayat 2, 3 dan 5 memuat syarat2 yang harus diperhatikan di dalam menggunakan penarikan garis pangkal
lurus, yaitu:

1. bahwa garis-garis lurus demikian tidak boleh menyimpang terlalu banyak dari arah umum daripada
pantai dan bahwa bagian laut yang terletak pada sisi dalam (sisi darat) garis-garis demikian harus cukup
dekat pada wilyah daratan untuk dapat diatur oleh resim perairan pedalaman (ayat 2).

2. bahwa gars-garis lurus tidak boleh ditarik diantara dua pulau atau bagian daratan yang hanya
timbul di atas permukaan air di waktu pasang surut (low tide elevations), kecuali apabila di atasnya telah
didirikan mercu-mercu suar atau instalasi-instalasi serupa yang setiap waktu ada di atas permukaan air
(ayat 3).
3. bahwa penarikan garis pangkal tidak boleh dilakukan sedemikian rupa hingga memutuskan
hubungan laut wilayah negara lain dengan laut lepas (ayat 5).

Ayat 4 dianggap sebagai tambahan pada ketentuan ayat 1, yaitu menetapkan bahwa dalam menetapkan
garis pangkal lurus dapat diperhatikan kebutuhan2 istimewa yang bersifat ekonomis dari suatu daerah
yang dapat dibuktikan oleh kebiasaan2 dan kebutuhan yang telah berlangsung lama.

Jadi ketentuan ayat 1 tersebut menunjukkan bahwa sistem garis pangkal lurus adalah cara penarikan
garis pangkal istimewa yang dapat (may) dipergunakan oleh suatu negara. Sifat istimewanya dapat
dilihat jika dihubungkan dengan pasal 3 yang menyatakan bahwa garis pasang surut sebagai garis
pangkal biasa (normal base lines), yang ini berarti bahwa suatu negara dapat menggunakannya di
sebagian pantainya yang memenuhi syarat2 ayat 1. Dengan kata lain, suatu negara dapat menggunakan
suatu kombinasi dari sistem “normal base lines” dan “ straight base lines”.

Artinya adanya sebagian saja dari pantai suatu negara yang memenuhi syarat-syarat ayat 1, tidak bisa
dijadikan alasan oleh suatu negara untuk menggunakan sistem straight base lines tersebut secara umum
untuk semua pantainya.

Akan tetapi pembatasan penggunaan sistem garis pangkal lurus demikian tidaklah mudah dilakukan
berdasarkan pasal 4 KHLJ I ini, terutama apabila diperhatikan kurang tegasnya syarat yang ditetapkan
dalam ayat 2 tentang yang harus dipenuhi dalam penarikan garis pangkal lurus ujung ke ujung.
Perkataan “….to any appreciable extent ” terlalu samar-samar untuk menjadikan syarat dalam ayat 2
tersebut benar-benar efektif.

Dalam usaha untuk meniadakan efek dari ketidak tegasan ayat 2 tersebut dan membatasi arti sistem
garis pangkal lurus, negara-negara yang tidak menyetujui perkembangan baru dalam hukum laut ini
telah berusaha dalam konperensi untuk mengadakan pembatasan panjangnya garis lurus yang dapat
ditarik berdasarkan pasal 4. Usaha ini berhasil dalam Komite I dimana Inggris mengusulkan pada Komite
I untuk panjang maksimum dari garis pangkal lurus ditetapkan 15 mil, tetapi berdasarkan inisiatif
Indonesia dan Kanada keputusan Komite I tersebut dibatalkan dalam sidang pleno sehingga teks akhir
pasal 4 dalam Konvensi I ini tidak memuat suatu pembatasan apapun terhadap panjangnya garis pangkal
lurus.

Pasal 5 mengatur akibat daripada penarikan garis pangkal lurus dari ujung ke ujung.seperti adanya
perairan pedalaman dan hak-hak lalu lintas damai di perairan itu.

Ayat 1 nya: menentukan bahwa perairan pada sisi darat dari garis pangkal laut territorial
merupakan perairan pedalaman.

Ayat 2 nya: menentukan bahwa apabila karena penarikan garis pangkal lurus menurut pasal 4,
bagian-bagian laut yang tadinya merupakan laut lepas atau laut territorial menjadi perairan pedalaman,
maka kapal-kapal asing mempunyai hak lintas damai di perairan itu sesuai dengan ketentuan-ketentuan
pasal 14-23.

Perairan pedalaman adalah perairan pada sisi darat dari garis pangkal laut teritorial suatu negara.
Ketentuan pasal 5 di atas telah menimbulkan suatu konsep baru dalam hukum laut yakni suatu bagian
perairan wilayah yang berbentuk perairan pedalaman tetapi dengan rezim yuridis yang bersamaan
dengan laut territorial.

Pasal 6 mengenai batas luar laut teritorial.

Pasal 7 mengatur tentang teluk (bays), menetapkan 24 mil sebagai panjang maksimum dari closing line
of bays (ayat 4).

Ketentuan pasal 7 ayat 4 ini penting hubungannya dengan soal lebar laut teritorial karena negara2
pengusul batas panjang bagi closing line ini sebagai batas panjang yang 2 x lebar maksimum laut
teritorial.

JALUR TAMBAHAN

Diatur dalam pasal 24 KHLJ 1958:

1. In a zone of the high seas contiquous to its territorial sea, the coastal state may exercise the control
necessary to:

o Prevent infringement of its custom, fiscal, immigration or sanitary regulations within its territory or
territorial sea;

o Punish infringement of the above regulations committed within its territory or territorial sea.

2. The contiquous zone may not extend beyond twelve miles from the baseline from which the
breadth of the territorial sea is measured.

3. Where the coasts of the states are opposite or adjacent to each other, neither of the two states is
entitled, failing agreement between the to the contrary, to extend its contiquous zone beyond the
median line every point of which is equidistant from the nearest points on the baselines from which the
breadth of the territorial seas of the two states is measured.

Kerja sama bilateral, yaitu kerja sama antara dua negara yang bersifat saling membantu dalam bidang
produksi, perdagangan, dan lain-lain yang saling menguntungkan. Contohnya Indonesia dengan Cina

Kerja sama multilateral, yaitu kerja sama ekonomi tiga negara atau lebih yang bersifat politik ekonomi
internasional untuk membebaskan perekonomian Internasional dari pembatasan bilateral. Contohnya
Indonesia, Cina, dan Jepang
Kerja sama regional, yaitu kerja sama ekonomi antarnegara yang satu dengan yang lain dalam suatu
kawasan tertentu yang bersifat saling membantu. Contohnya kerja sama negara-negara yang tergabung
dalam ASEAN

Kerja sama antarregional, yaitu kerja sama antar kelompok negara-negara dalam satu kawasan/
kelompok yang lain. Manfaat kerja sama ini adalah menata perekonomian dengan baik. Contohnya kerja
sama ASEAN dengan Uni Eropa

Kerja sama subregional, yaitu kerjasama beberapa negara dalam sub kawasan yang mencakup letak
geografis yang berdekatan. Contohnya kerja sama negara yang terdiri atas Indonesia, Malaysia, dan
Thailand di wilayah utara ASEAN yang dikenal dengan IMT-GT

Kerja sama Internasional, yaitu kerja sama ekonomi negara-negara di dunia. manfaatnya untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan membuka diri terhadap negara lain. Contohnya ILO, WTO

1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi. Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai suatu
penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi.

2. Ketahanan Nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam menjalankan suatu
kegiatan khususnya pembangunan negara. Sebagai suatu pendekatan, Ketahanan Nasional
menggambarkan pendekatan yang integral. Integral dalam artian pendekatan yangmencerminkan
antara segala aspek/isi, baik pada saat membangun pemecahan masalah kehidupan.

3. Ketahanan Nasional sebagai doktrin. Ketahanan Nasional merupakan salah satu konsepsi khas
Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dalam penyelenggaraan bernegara.

Brainly.co.id

Apa pertanyaanmu?

Sekolah Menengah Atas Ppkn 5 poin

Jelaskan strategi dalam menghadapi ancaman di bidang pertahanan dan keamanan

Tanyakan detil pertanyaan Ikuti tidak puas? sampaikan! dari Risqiakhalida 20.03.2017

Jawabanmu
Jamos

Jamos Si Hebat

Berbagai cara dalam mengatasi ancaman di bidang pertahanan dan keamanan adalah:

Strategi yang dibuat mengatasi ancaman dibidang pertahanan dan keamanana tak lain adalah dengan
membuat sistem (SISHANKAMRATA). Dimana, SISHANKAMRATA adalah bentuk upaya dari Indonesia
untuk menjaga pertahanan dan keamanan di negara dan mengatasi ancaman di bidang pertahanan dan
keamanan.

Sebagai warga negara, untuk mengatasi ancaman dibidang pertahanan dan keamanan juga bisa ikut
berperang. Contohnya adalah dengan menjaga persatuan dan kesatuan, saling menghormati walaupun
berbeda baik dari segi ras, suku, agama dan etnis. Bisa juga dengan menjalin hubungan dengan sesama
masyarakat. Jadi, tidak semua warga negera perlu ikut bertempur dalam mempertahankan negara.
Tetapi dimulai dari hal sederhana seperti menghormati orang lain dan mengenali yang namanya
perbedaan.

Selanjutnya, dengan selalu bertekad kuat buat menjaga keutuhan negara Indonesia dengan membangun
sistem pertahanan yang kuat. Dimana, dengan sistem pertahanan kuat itulah diharapkan agar tidak
dihancurkan dengan mudahnya oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Karena itulah, dibutuhkan
sikap menjaga kedaulatan dan keutuhan dari negara itu sendiri.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa akhir-akhir ini di setiap daerah baik wilayah perkotaan maupun pedesaan
berdirinya toko-toko swalayan seperti supermarket dan minimarket semakin menjamur.

            Berdirinya toko-toko swalayan ini secara perlahan mulai menggeser cara berpikir dan gaya hidup
masyarakat sekitar. Orang-orang semakin bersikap konsumtif dan bersifat hedonisme. Selain itu, toko
swalayan yang bersih, rapi, memiliki banyak diskon, dingin, serta pelayanan yang ramah menjadikan
keberadaan pasar dan warung tradisional semakin terpinggirkan.

            Cepat atau lambat, pasar dan warung tradisional akan semakin mengalami penurunan
pendapatan dan akhirnya hilang karena para konsumennya yang sedikit demi sedikit beralih ke toko
swalayan. Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda, namun kualitas pelayanan dan
tempat jauh berbeda di bandingkan toko swalayanan.
Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/14441793#readmore

Anda mungkin juga menyukai