Anda di halaman 1dari 6

A.

Masyarakat Hukum
Secara etimologi dan terminologi Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, yaitu musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
hubungan antar entitas-entitas. Drs. C.S.T. Kansil, SH berpendapat masyarakat adalah persatuan
manusia yang timbul dari kodrat yang sama. Jadi, masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang
atau lebih hidup bersama, sehingga dalam pergaulan hidup itu timbul pelbagai hubungan atau
pertalian yang mengakibatkan bahwa yang seorang dan yang lain saling kenal mengenal dan
pengaruh – mempengaruhi
Di dalam masyarakat yang teratur , manusia/ anggota masyarakat itu harus memperhatikan
kaedah-kaedah , norma-norma ataupun peraturan –peraturan hidup tertentu yang ada dan hidup
dalam masyarakat di mana ia hidup. DR. Soedjono Dirdjosisworo SH mengatakan pada bukunya
yaitu apabila sebagai contoh ditelaah suku bangsa di indonesia, maka akan tampak suatu
masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berhubungan satu dengan yang lain,
dalam kaitannya pula dengan alam yang tidak tampak , terhadap dunia luar dan terhadap dunia
alam kebendaan, sehingga mereka bertingkah–laku sedemikian rupa, yang mana untuk gambaran
yang jelas, kelompok kelopok ini dapat disebut dengan masyarakat hukum (Rechtsegmeen
Schappen). Dalam pergaulan hukum mereka yang merasa menjadi anggota dari ikatan-ikatan itu
bersikap dan bertindak sebagai sesuatu dianggap akan berpengaruh terhadap kesatuan kelompok.
Menurut Ter Haar Bzn, masyarakat hukum adalah kelompok-kelompok masyarakat yang
tetap dan teratur dengan mempunyai kekuasaan sendiri dan kekayaan sendiri baik berwujud atau
tidak berwujud.
Pipin Syarifin S.H, berpendapat dalam bukunya Hukum timbul dalam masyarakat, berbagai
macam kepentingan saling bertemu menyebabkan berkembangnya hukum dalam masyarakat itu.
Sesuatu yang menetapkan hukum untuk dirinya sendiri dan kemudian masyarakat itu
mengikatkan diri pada hukum itu, hal ini disebut masyarakat hukum. Masyarakat hukum yang
terpenting adalah negara, desa.

B. Subyek Hukum
Subyek hukum (rechtssubjeck) adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk
melakukan perbuatan hukum, atau segala sesuatu yang dapat menyandang hak dan kewajiban
menurut hukum. Subjek hukum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Subjek Hukum Manusia (orang)
Adalah setiap orang yang mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan
kewajiban. Pada prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak lahir hingga
meninggal dunia. Namun ada pengecualian menurut Pasal 2 KUH Perdata, bahwa bayi yang
masih ada di dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir dan menjadi subjek hukum jika
kepentingannya menghendaki, seperti dalam hal kewarisan. Namun, apabila dilahirkan dalam
keadaan meninggal dunia, maka menurut hukum ia dianggap tidak pernah ada, sehingga ia
bukan termasuk subjek Hukum.
2. Subjek Hukum Badan hukum (Rechts persoon)
Subjek hukum badan hukum adalah suatu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh
hukum dan mempunyai tujuan tertentu. Badan hukum dibagi menjadi dua macam bagian,
yaitu:
a. Badan Hukum Privat
Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon) adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan banyak orang di
dalam badan hukum itu.Dengan demikian badan hukum privat merupakan badan hukum
swasta yang didirikan orang untuk tujuan tertentu yakni keuntungan, sosial, pendidikan,
ilmu pengetahuan, dan lain-lain menurut hukum yang berlaku secara sah misalnya
perseroan terbatas, koperasi, yayasan, badan amal. Contohnya: Perhimpunan,Perseroan
Terbatas,Firma,Koperasi,Yayasan
b. Badan Hukum Publik
Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan publik untuk yang menyangkut kepentingan publik atau orang
banyak atau negara umumnya.Dengan demikian badan hukum publik merupakan badan
hukum negara yang dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan perundang-undangan yang
dijalankan secara fungsional oleh eksekutif (Pemerintah) atau badan pengurus yang
diberikan tugas untuk itu, seperti Negara Republik Indonesia, Pemerintah Daerah tingkat
I dan II, Bank Indonesia dan Perusahaan Negara.Contohnya Provinsi, kotapraja, lembaga-
lembaga dan bank-bank negara
C. Obyek Hukum
Obyek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat
menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Obyek hukum dapat berupa benda atau barang
ataupun hak yang dapat dimiliki serta bernilai ekonomis. Jenis obyek hukum berdasarkan
pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni:
1. Benda Bergerak
Pengertian benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat berpindah
sendiri ataupun dapat dipindahkan. Benda bergerak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Benda bergerak karena sifatnya. Contoh: perabot rumah, meja, mobil, motor,
komputer, dll
 Benda bergerak karena ketentuan UU, Benda tidak berwujud, yang menurut UU
dimasukkan ke dalam kategori benda bergerak. Contoh: saham, obligasi, cek, tagihan
– tagihan, dsb
2. Benda tidak bergerak
Pengertian benda tidak bergerak adalah Penyerahan benda tetapi dahulu dilakukan
dengan penyerahan secara yuridis. Dalam hal ini untuk menyerahkan suatu benda tidak
bergerak dibutuhkan suatu perbuatan hukum lain dalam bentuk akta balik nama. dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
 Benda tidak bergerak karena sifatnya, Tidak dapat berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain atau biasa dikenal dengan benda tetap.
 Benda tidak bergerak karena tujuannya, Tujuan pemakaiannya: Segala apa yang
meskipun tidak secara sungguh – sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan
untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama. Contoh: mesin
– mesin dalam suatu pabrik
 Benda tidak bergerak karena ketentuan UU, Segala hak atau penagihan yang
mengenai suatu benda yang tak bergerak. Contoh: Kapal dengan bobot 20 M Kubik
(Pasal 314 KUHPer) meskipun menurut sifatnya dapat dipindahkan
D. Hubungan Hukum
Menurut Soeroso, pada prinsipnya hukum mengatur hubungan antara orang satu dengan
yang lainnya. Semua hubungan dalam masyarakat tidak mungkin di lepaskan dari hukum.
Oleh karena itu Hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum.
Menurut Ishaq, Hubungan hukum adalah setiap hubungan yang terjadi antara dua subyek
hukum atau lebih di mana hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan
kewajiban di pihak lain
Ciri Adanya Hubungan Hukum
Untuk memahami lebih jernih tentang hubungan hukum, maka perlu disampaikan bahwa
hubungan hukum itu setidaknya mempunyai tiga unsur sebagai cirinya, yaitu :
1. Adanya orang-orang yang hak atau kewajibannya saling berhadapan.
2. Adanya obyek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban (dalam contoh di atas
objeknya adalah tanah)
3. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban, atau adanya hubungan
terhadap objek yang bersangkutan.
Syarat Hubungan Hukum
Untuk mewujudkan suatu hubungan hukum, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
1. harus ada dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
tersebut, dan
2. harus menimbulkan peristiwa hukum
Jenis-Jenis Hubungan Hukum
Hubungan hukum bersegi satu (eenzijdige rechtsbetrekkingen)
Hubungan hukum bersegi dua (tweezijdige rechtsbetrekkingen)
Hubungan antara "satu" subyek hukum dengan "semua" subyek hukum lainnya

E. Peristiwa Hukum
Lebih lanjut Satjipto Rahardjo menjelaskan bahwa peristiwa hukum ini adalah suatu
kejadian dalam masyarakat yang menggerakkan suatu peraturan hukum tertentu, sehingga
ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalamnya lalu diwujudkan.
Suatu peraturan hukum yang mengatur tentang kewarisan karena kematian akan tetap
merupakan rumusan kata-kata yang diam sampai ada seorang yang meninggal dan
menimbulkan masalah kewarisan. Kematian orang itu merupakan suatu peristiwa hukum.
Hal yang sama juga disampaikan oleh R. Soeroso dalam bukunya Pengantar Ilmu
Hukum (hal. 251). Menurutnya, peristiwa hukum adalah:
 Suatu rechtsfeit/suatu kejadian hukum.
 Suatu kejadian biasa dalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya diatur oleh hukum.
 Perbuatan dan tingkah laku subjek hukum yang membawa akibat hukum, karena
hukum mempunyai kekuatan mengikat bagi subjek hukum atau karena subjek hukum
itu terikat oleh kekuatan hukum.
 Peristiwa di dalam masyarakat yang akibatnya diatur oleh hukum. Tidak semua
peristiwa mempunyai akibat hukum, jadi tidak semua peristiwa adalah peristiwa
hukum.
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa peristiwa hukum itu adalah sebuah peristiwa
yang dapat menggerakkan hukum/menimbulkan akibat hukum. Namun, tidak semua peristiwa
dapat dikatakan sebagai peristiwa hukum.

F. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh hukum, terhadap suatu perbuatan
yang dilakukan oleh subjek hukum (Achmad Ali, 2008:192). Akibat hukum merupakan suatu
akibat dari tindakan yang dilakukan, untuk memperoleh suatu akibat yang diharapkan oleh
pelaku hukum. Akibat yang dimaksud adalah akibat yang diatur oleh hukum, sedangkan
tindakan yang dilakukan merupakan tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai dengan
hukum yang berlaku. (Soeroso, 2006:295) Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh
suatu peristiwa hukum, yang dapat berwujud:
1) Lahir, berubah atau lenyapnya suatu keadaan hukum. Contohnya, akibat hukum dapat
berubah dari tidak cakap hukum menjadi cakap hukum ketika seseorang berusia 21 tahun.
2) Lahir, berubah atau lenyapnya suatu hubungan hukum antara dua atau lebih subjek
hukum, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban
pihak yang lain. Contohnya, X mengadakan perjanjian sewa-menyewa rumah dengan Y,
maka lahirlah hubungan hukum antara X dan Y apabila sewa menyewa rumah berakhir,
yaitu ditandai dengan dipenuhinya semua perjanjian sewa-menyewa tersebut, maka
hubungan hukum tersebut menjadi lenyap.
3) Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum. Contohnya, seorang
pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu akibat hukum dari perbuatan si pencuri
tersebut yaitu, mengambil barang orang lain tanpa hak dan secara melawan hukum.
(Soeroso, 2006:295).
Akibat hukum merupakan suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh karena suatu sebab, yaitu
perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum, baik perbuatan yang sesuai dengan hukum,
maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum. Pasal 1266 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata memberikan akibat hukum terhadap debitur yang tidak aktif dalam perjanjian,
akibat hukumnya akan diuraikan lebih dalam pada Bab IV Pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai