Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah,dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

KENDARI ,23 OKTOBER 2017

LA ODE MUHAMMAD RAZZAK


DAFTRAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

2. RUMUSAN MASALAH

3. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN
1. SEJARAH DEKLARASI JUANDA

2. ISI DEKLARASI JUANDA DAN PEMBAGIAN ZONA LAUT MENURUT DEKLARASI


JUANDA

BAB III PENUTUP


1. KESIMPULAN

2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Negeri ini maju bukan sebagai bangsa agraris, tetapi negara maritim.
Selama ini kebudayaan Indonesia di-setting dengan format kebudayaan agraris,
yang cenderung terpaku pada alam, kekuatan adikodrati, feodalistik, yang
membagi masyarakat pada strata-strata kekuasaan. Budaya tersebut sengaja
dihembuskan kaum penjajah untuk mencengkramkan kakinya di Bumi
Khatulistiwa. Masyarakat Indonesia dibuat lupa terhadap kekuatannya.
Walhasil, bangsa ini menjadi budak, kuli, dan buruh di negeri sendiri.
Kehormatan mereka terampas

Memasuki era kemerdekaan, bangsa Indonesia mulai menata kembali


untuk bisa mengembalikan jiwa kebaharian dan melaksanakan pembangunan
kelautan. Hal ini didasari kesadaran akan ancaman yang mungkin timbul karena
faktanya wilayah laut Indonesia merupakan wilayah terbuka, sehingga dengan
leluasa kekayaan laut Indonesia berpotensi dimanfaatkan bangsa lain tanpa
ada kemampuan untuk melindungi.

Beberapa rekam sejarah diatas sudah dapat memberikan bukti bahwa pada
saat itu, Nusantara berhasil memaksimalkan laut untuk memperluas
pengaruhnya di berbagai kawasan strategis dunia. Walaupun, tren positif
tersebut akhirnya kandas dengan salah satu titik baliknya ketika Perjanjian
Giyanti tahun 1775 antara Belanda (VOC) dan Raja Surakarta serta Raja
Yogyakarta menyepakati perdagangan hasil wilayahnya harus diberikan kepada
Belanda. Kemudian, secara berangsur-angsur Belanda mampu melakukan
hegemoni untuk mengubah nalar bangsa Indonesia berorientasi ke darat.

Pada masa Presiden Soekarno, letupan-letupan mengembalikan kejayaan


bangsa maritim sedikit demi sedikit mulai dihidupkan kembali. Salah satu
pidato yang menandai langkah tersebut disampaikannya pada saat membuka
Institut Angkatan Laut (IAL) di Surabaya (1953). Dalam pidatonya Bung Karno
berpesan, Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa
pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos di kapal.
Bukan! Tetapi bangsa pelaut dalam arti yang seluas-luasnya, bangsa pelaut
yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut
menandingi irama gelombang laut itu sendiri.”

2. RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah deklarasi juanda

2. Isi deklarasi juanda dan pembagian zona laut menurut deklarasi juanda

3. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah deklarasi juanda

2. untuk mengetahui isi deklarasi juada dan pembagian zona laut menurut
deklarasi juanda

4. MANFAAT PENULISA
Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca terutama mengenai penrjajian tentang Deklarasi Juanda.
BAB II
PEMBAHASAN

1. SEJARAH DEKLARASI JUANDA


Untuk meneruskan keinginan Presiden Soekarno untuk kembali
membangun bangsa maritim, Perdana Menteri Djuanda membuat deklarasi
yang sama-sama kita kenal dengan nama Deklarasi Djuanda, pada 13
Desember 1957. Bagi keutuhan teritorial dan untuk melindungi kekayaan
Negara Indonesia, semua kepulauan serta laut terletak diantaranja harus
dianggap sebagai suatu kesatuan jang bulat,” demikian salah satu kutipan dari
Deklarasi.

Deklarasi ini membangun wawasan Nusantara yang bertujuan


menyatukan wilayah Indonesia dalam satu kekuatan hukum untuk menghindari
disintegrasi bangsa. Dekalarasi Djuanda mempunyai nilai yang sangat tinggi
sebagai pemersatu dan persatuan bangsa. Bayangkan di masa Hindia Belanda,
laut-laut antara pulau dianggap sebagai perairan bebas. Artinya, siapa saja
boleh mengambil kekayaan alam, termasuk ikan, orang bebas melakukan
segala hal di kawasan itu.

Pernyataan yang dibacakan Djuanda dalam sidang kabinet, menjadi


landasan hukum bagi penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang
dipergunakan untuk menggantikan Territoriale Zee and Maritime Kringen
Ordonantie pada 1939 Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie
(TZMKO) 1939, yang dijiwai prinsip Mare Liberum (Freedom of The Sea)
seorang genius hukum dan juga bapak hukum internasional asal Belanda, Hugo
Grotius (1604). Terutama, pasal 1 ayat 1 yang menyatakan wilayah teritorial
Indonesia hanya 3 mil diukur dari garis air rendah setiap palung. Hal ini
mengakibatkan wilayah perairan antara pulau-pulau di Indonesia menjadi
kantung-kantung internasional yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.
Faktanya, pada waktu itu banyak kapal perang Belanda yang melintasi laut-laut
menuju Irian Barat dengan memanfaatkan hukum teritorial laut 1939.
Pemerintah Indonesia mengumumkan Deklarasi Djuanda tanggal 13
Desember 1957 yang menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, di antara
dan yang menghubungkan pulau-pulau di dalamnya, dengan tidak memandang
luas atau lebarnya merupakan wilayah NKRI. Meskipun awalnya mendapat
penolakan dunia internasional, tetapi akhirnya mendapat respons pada
pengakuan internasional melalui Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
tentang Hukum Laut di Montego Bay Jamaica tahun 1982 atau UNCLOS 1982
(United Nations Convention on the Law of the Sea 1982).

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi UNCLOS 1982 dengan undang-


undang nomor 17 tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention
of the Law of the Sea (Konvensi PBB tentang hukum laut). UNCLOS 1982
merupakan bentuk pengakuan formal dari dunia terhadap kedaulatan NKRI
sebagai negara kepulauan dan mulai berlaku sebagai hukum positf sejak 16
November 1994. Artinya, butuh 37 tahun Deklarasi Djuanda diakui oleh dunia
internasional. Deklarasi Djuanda menjadikan luas perairan NKRI mencapai
3.257.483 km2 (belum termasuk perairan ZEE). Panjang garis pantainya
mencapai 81.497 km2, merupakan garis pantai terpanjang di dunia. Jika
ditambah dengan ZEE, maka luas perairan Indonesia sekitar 7,9 juta km2 atau
81% dari luas wilayah Indonesia keseluruhan.

Berkat Deklarasi Djuanda, laut kini menjadi penghubung antar-bangsa,


antar-pulau. Deklarasi Djuanda menegaskan antara darat, laut, dasar laut,
udara, dan seluruh kekayaan, semua dalam satu kesatuan wilayah Indonesia.
Pada masa Belanda, bahwa yang dimaksud tanah air, hanya tanah dan air yang
ada di darat, dan di sepanjang pantai. Namun, Djuanda melihat jauh ke depan.
Dia berani mengumumkan kepada dunia bahwa segala perairan di sekitar, di
antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam daratan
Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya, adalah
bagian dari wilayah NKRI.

2. ISI DEKLARASI JUANDA DAN PEMBAGIAN ZONA LAUT MENURUT


DEKLARASI JUANDA
a. Isi deklararasi juanda
Prinsip-prinsip dalam Deklarasi Djuanda ini kemudian dikukuhkan
dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960, yang isinya sebagai berikut:

a. Untuk kesatuan bangsa, integritas wilayah, dan kesatuan ekonominya ditarik


garis-garis pangkal lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari kepulauan
terluar.

b. Termasuk dasar laut dan tanah bawahnya maupun ruang udara di atasnya
dengan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

c. Jalur laut wilayah laut territorial selebar 12 mil diukur dari garis-garis
lurusnya.

d. Hak lintas damai kapal asing melalui perairan nusantara (archipelagic


waters).

Isi Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai


corak tersendiri

2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan Nusantara ini sudah merupakan satu
kesatuan

3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah


keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan:

a. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh


dan bulat;

b. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara


Kepulauan;
c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan
dan keselamatan NKRI.

Deklarasi Djuanda telah mencatatkan sejarah kegemilangan bangsa


dalam menakulukkan dunia tanpa kekuatan senjata tetapi dengan kepiawaian
berdiplomasi. Deklarasi ini memberikan kemerdekaan Indonesia seutuhnya
secara kewilayahan dan menjadikannya sebuah kesatuan dalam bingkai
wawasan Nusantara.

Namun demikian, kemerdekaan ini tidaklah mudah untuk menjaga dan


mengelolahnya, penambahan luas wilayah sedemikian besar ini tentu juga
miliki tantangan dan ancaman, sehingga dibutuhkan sebuah strategi dan
perencanaan yang matang sehingga Inodneis bisa kembali menjadi bangsa
maritime yang perkasa, berdaulat dan disegani dunia.

Perkiraan ancaman dan gangguan lainnya yang mungkin dihadapi


Indonesia ke depan, antara lain kejahatan lintas negara seperti, penyeludupan,
pelanggaran ikan ilegal, pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi gelap,
pembajakan/perampokan, aksi radikalisme, konflik komunal dan dampak
bencana alam.

b. Pembagian zona laut


a. Wilayah Laut Teritorial

Wilayah laut teritorial Indonesia ditetapkan sejauh 12 mil diukur dari


garis pantai terluar. Apabila laut yang lebarnya kurang dari 24 mil dikuasai oleh
dua negara maka penentuan wilayah laut teritorial tiap-tiap negara dilakukan
dengan cara menarik garis yang sama jauhnya dari garis pantai terluar.

b. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Zona Ekonomi Eksklusif yaitu perairan laut yang diukur dari garis pantai
terluar sejauh 200 mil ke arah laut lepas. Apabila Zona Ekonomi Eksklusif suatu
negara berhimpitan dengan Zona Ekonomi Eksklusif negara lain maka
penetapan melalui perundingan dua negara. Di dalam zona ini, bangsa
Indonesia mempunyai hak untuk memanfaatkan dan mengolah segala sumber
daya alam yang terkandung di dalam.

c. Batas Landas Kontinen

Batas landas kontinen adalah garis batas yang merupakan kelanjutan dari
benua yang diukur dari garis dasar laut ke arah laut lepas hingga kedalaman
200 meter di bawah permukaan air laut. Sumber daya alam yang terkandung di
dalam Landas Kontinen Indonesia merupakan kekayaan Indonesia. Pemerintah
Indonesia berhak untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Deklarasi Djuanda menegaskan antara darat, laut, dasar laut, udara, dan
seluruh kekayaan, semua dalam satu kesatuan wilayah Indonesia. Pada masa
Belanda, bahwa yang dimaksud tanah air, hanya tanah dan air yang ada di
darat, dan di sepanjang pantai

2. Isi Deklarasi Juanda

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai


corak tersendiri

2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan Nusantara ini sudah merupakan satu
kesatuan

3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah


keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan:

a. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh


dan bulat;

b. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara


Kepulauan;

c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan
dan keselamatan NKRI.

2. SARAN
Kita harus menjaga keutuhan wilayah NKRI. Jangan biarkan ada negara
lain yg ingin mengkalaim wilayah negara kita ini

DAFTAR PUSTAKA
http://www.rmol.co/read/2014/12/13/183240/Deklarasi-Djuanda:-
Kemerdekaan-Indonesia-Seutuhnya-

http://belajarpsikologi.com/kata-pengantar-contoh-kata-pengantar/

Anda mungkin juga menyukai