Anda di halaman 1dari 9

Lex Administratum, Vol. V/No.

9/Nov/2017

PENGATURAN LANDAS KONTINEN MENURUT lama, kurang lebih telah berusia hampir empat
UNCLOS 1982 DAN IMPLEMENTASINYA DI dasawarsa. Dasar hukum penyusunan Undang-
INDONESIA1 undang Nomor 1 Tahun 1973 masih
Oleh : Octaviani Georgina Hetharia2 menggunakan ketentuan Konvensi Jenewa
Tahun 1958, sehingga secara substansial
ABSTRAK ketentuan dalam Undang-undang Nomor 1
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Tahun 1973 sudah tidak sesuai lagi dengan
mengetahui bagaimana Pengaturan Konvensi perkembangan Hukum Laut Internasional.
Hukum Laut (UNCLOS’1982) Tentang Hak Atas Dengan demikian, sudah selayaknya bahwa
Landas Kontinen dan bagaimana Implementasi ketentuan-ketentuan yang sudah tidak relevan
Pengaturan Hukum Landas Kontinen Dalam untuk dilakukan perubahan atau bahkan
Peraturan Perundang-undangan Indonesia. penggantian sesuai dengan ketentuan UNCLOS
Dengan menggunakan metode penelitian 1982. Oleh karena itu penggantian Undang
yuridis normatif, disimpulkan: 1. Konsepsi undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas
Landas Kontinen sebagaimana yang diatur Kontinen sudah cukup mendesak.
dalam Hukum Laut Intenaional, khususnya Indonesia sebagai suatu negara kepulauan
dalam Konvensi Hukum Laut tahun 1982 atau yang sangat berkepentingan atas laut adalah
yang lasim dikenal dengan UNCLOS’82, lebih juga merupakan negara peserta dan
ditekankan pada pertimbangan tentang penandatangan konvensi ini, maka Indonesia
pentingnya penguasaan negara pantai untuk telah meratifikasi (mengesahkan) dengan
mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
sumber kekayaan alam di Landas Kontinen Tahun 1985. Dengan telah diratifikasi UNCLOS
sebagai perwujudan hak berdaulat (rights tahun 1982 ini, Indonesia telah memasuki
Souvereignity) negara. 2. Pada prinsipnya tahap implmentasi secara efektif dan untuk itu
negara-negara diberi wewenang untuk mulai mengambil langkah-langkah dan tindakan
membuat peraturan perundang-undangan yang “follow-up” yang diperlukan untuk
berhubungan dengan Landas Kontinen, maka menyesuaikan peraturan-peraturan perundang-
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di udangan yang ada dengan ketentuan-ketentuan
dunia sudah melakukan tindakan pengaturan Konvensi Hukum Laut yang baru.3
hukum (legislasi) melalui Undang-Undang Persoalan yang dihadapi dalam kaitan
Nomor. 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen dengan Landas Kontinen ini adalah bahwa
dan juga dalam Undang-Undang Nomor. 6 dengan masih dipertahankannya rumusan lama
tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. dalam peraturan perundang-undangan nasional
Walaupun masih mengacu pada Konvensi kita, maka meskipun telah meratifikasi
Jenewa 1958, namun Indonesia sedang Konvensi Hukum Laut 1982 bukan mustahil
melakukan analisis dan evaluasi untuk negara lain akan memanfaatkan kelemahan ini,
menyesuaikan dan mengimplementasikan dengan mengklaim wilayah yang seharusnya
Landas Kontinen sesuai dengan ketentuan merupakan bagian dari landas kontinen
dalam Konvensi Hukum Laut yang baru Indonesia menjadi wilayah landas kontinennya.
(UNCLOS’ 1982). Memang, klaim tumpang-tindih dari dua atau
Kata kunci: Pengaturan Landas Kontinen, lebih negara pada dasarnya bukan hal istimewa.
UNCLOS 1982, Implementasinya di Indonesia Hal ini biasa terjadi di wilayah laut yang
berdampingan.
PENDAHULUAN Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka
A. Latar Belakang Masalah penulis tertarik menulis karya ilmiah dalam
Pengaturan Landas Kontinen Indonesia bentuk skripsi dengan judul : “Pengaturan
sebagaimana yang diatur dalam Undang- Landas Kontinen Menurut UNCLOS 1982 dan
undang Nomor 1 Tahun 1973 sudah cukup Implementasinya di Indonesia ”

1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Michael G.
Nainggolan, SH, MH. DEA; Harold Anis, SH, MH
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
3
14071101186 Boer Mauna., 0p-cit. hal. 394.

138
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

kontinen, yaitu tergantung dari konfigurasi


B. PERUMUSAN MASALAH tepian kontinen dari suatu Negara pantai. Oleh
1. Bagaimanakah Pengaturan Konvensi karena itu suatu Negara pantai dapat
Hukum Laut (UNCLOS’1982) Tentang Hak menetapkan batas terluar landas kontinennya
Atas Landas Kontinen ? yang berbeda-beda disekeliling wilayahnya. Jika
2. Bagaimanakah Implementasi Pengaturan dibandingkan dengan ketentuan Konvensi
Hukum Landas Kontinen Dalam Hukum Laut 1958, perumusan yang terdapat
Peraturan Perundang-undangan dalam pasal 76 Konvensi Hukum Laut 1982
Indonesia ? tersebut di atas memberikan batasan-batasan
yang lebi jelas dengan memberikan kepastian
C. METODE PENULISAN batas terluar landas kontinen. Demikian juga
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini pengertian landas kontinen selain mencakup
dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif pengertian yuridis juga mencakup pengertian
yaitu dengan melakukan analisis terhadap geologis yang merupakan penyempurnaan dari
permasalahan melalui pendekatan pada norma- pengertian landas kontinen itu sendiri.
norma hukum yang terdapat dalam peraturan Landas kontinen suatu Negara pantai
perundang-undangan. meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya dari
daerah di bawah permukaan laut yang terletak
PEMBAHASAN di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan
A. Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran
Tentang Hak Atas Landas Kontinen luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200
(Continental Shelf) mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut
Konvensi Hukum Laut 1982 disamping teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi
memuat ketentuan-ketentuan baru yang kontinen tidak mencapai jarak tersebut. 5
dianggap sebagai perkembangan dari Hukum Landas kontinen suatu negara pantai tidak
Laut Internasional seperti misalnya rejim boleh melebihi batas-batas sebagaimana
hukum zona ekonomi eksklusif dan rejim ditentukan dalam Pasal 76 ayat 4 hingga 6.
hukum Negara kepulauan, juga mengatur Tepian kontinen meliputi kelanjutan bagian
kembali substansi yang sudah ada sebelumnya, daratan negara pantai yang berada di bawah
antara lain, misalnya konsepsi landas kontinen permukaan air, dan terdiri dari dasar laut dan
yang telah mendapat pengaturan dalam tanah di bawahnya dari daratan kontinen,
Konvensi Hukum Laut 1958. Konvensi Hukum lereng (slope) dan tanjakan (rise). Tepian
Laut 1982 mengatur Landas Kontinen dalam kontinen ini tidak mencakup dasar samudera
Bagian VI , yang terdiri dari Pasal 76 - 85. dalam dengan bukit-bukit samudera ata tanah
Dalam Konvensi Hukum Laut 1982 diberikan dibawahnya.
empat alternatif cara mengukur luas landas Konvensi menentukan bahwa Negara pantai
kontinen, yaitu : akan menetapkan pinggiran luar tepian
a. Sampai batas terluar tepian kontinen (the kontinen dalam hal tepian kontinen tersebut
continental margin). tidak lebih lebar dari 200 mil laut dari garis
b. Sampai jarak 200 mil dari garis pangkal laut pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur,
teritorial, apabila tepian kontinen tidak atau dengan:
mencapai batas tersebut. a. Suatu garis yang ditarik sesuai dengan ayat
c. Apabila tepian kontinen melebihi 200 mil ke 7 dengan menunjuk pada titik-titik tetap
arah laut maka batas terluar landas terluar dimana ketebalan batu endapan
kontinen tidak boleh melebihi 350 mil. adalah paling sedikit 1% dari jarak terdekat
d. Boleh melebihi 100 mil dari kedalaman antara titik tersebut dan kaki lereng
(isobath) 2500 meter. 4 kontinen; atau
Cara mengukur luas landas kontinen b. Suatu garis yang ditarik sesuai dengan ayat
tersebut telah memberikan batas terluar landas 7 dengan menunjuk pada titik-titik tetap

4
Secara lengkap. Lihat UNCLOS 1982, Terjemahan
Kementerian Luar Negeri, Direktorat Perjanjian
5
Internasional, Hal. 75, 76. Pasal. 76 UNCLOS’ 82

139
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

yang terletak tidak lebih dari 60 mil laut dari yang berlaku, tentunya dengan berubahnya
kaki lereng kontinen. sumber acuan suatu aturan, maka aturan
hukum yang bersangkutan pun harus pula
B. Implementasi Pengaturan Hukum Landas berubah. Namun demikian, perlu dilihat
Kontinen Dalam Peraturan Perundang- kembali, apakah semua ketentuan dalam
undangan Indonesia Konvensi hukum laut 1982 memang tepat
Pada tahun 1985 Indonesia meratifikasi untuk diterapkan bagi landas kontinen
Konvensi Hukum Laut 1982 dengan Undang- Indonesia.
Undang No.17 Tahun 1985.6 Melalui ratifikasi Sebagaimana yang telah diuraikan dalam
ini, pemerintah Indonesia tunduk pada bagian sebelumnya, bahwa Landas Kontinen
ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Hukum Indonesia yang diatur dalam Undang-undang
laut 1982 sebagai acuan dalam mengatur Nomor 1 Tahun 1973, materi muatannya
hukum, sehingga semua hokum perundangan di mengacu pada Konvensi Jenewa 1958. Konvensi
Indonesia mengenai hal-hal yang diatur dalam tersebut pada awalnya ditindaklanjuti dengan
UNCLOS 1982 harus mengacu pada hukum Undang-undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 yang
internasional tersebut, termasuk membentuk kemudian dirobah dengan Undang-Undang No.
peraturan-peraturan nasional untuk mengatur 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, yang
atau mengatur kembali wilayah lautnya sesuai memberikan definisi bahwa : “Landas Kontinen
dengan ketentuan Konvensi. adalah dasar laut dan tanah dibawahnya di luar
Di Indonesia sendiri Landas Kontinen laut wilayah Republik Indonesia sampai
mendapat perhatian lebih ialah sekitar Tahun kedalaman 200 meter atau lebih, dimana masih
1969, dimana Pemerintah Indonesia mungkin diselenggarakan eksplorasi dan
mengeluarkan Pengumuman tertanggal 17 eksploitasi kekayaan alam”
Februari 1969 dengan memuat pokok-pokok Definisi tersebut kemudian digunakan dalam
sebagai berikut : Undang-undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang
1. Segala sumber kekayaan alam yang terdapat Landas Kontinen Indonesia. Definisi di atas
dalam Landas Kontinen Indonesia adalah dinilai masih rancu, karena tidak ada batasan
milik eksklusif Negara Indonesia; yang jelas tentang sejauh mana kegiatan
2. Pemerintah Indonesia bersedia eksplorasi dan eksploitasi dapat dilakukan,
menyelesaikan soal garis batas Landas mengingat kemampuan dan teknologi yang
Kontinen dengan Negara tetangga melalui digunakan oleh masing-masing negara tidaklah
perundingan; sama.
3. Jika tiada perjanjian garis batas, maka batas Hukum dalam hal ini hukum (laut)
Landas Kontinen Indonesia adalah suatu internasional sebagaimana yang tertuang
garis yang ditarik ditengah-tengah antara dalam konvensi internasional, berperan sebagai
pulau terluar Indonesia dengan titik terluar alat untuk mengatasi hubungan-hubungan atau
wilayah Negara tetangga; persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
4. Klaim di atas tidak mempengaruhi sifat serta pemanfaatan laut oleh berbagai bangsa.8
status daripada perairan di atas Landas Dari segi hukum, meskipun Konvensi 1982
Kontinen Indonesia, maupun ruang udara di telah berlaku efektif sejak tanggal 16
atasnya. 7 Nopember 1994, akan tetapi masih banyak
Secara yuridis, pengaturan tentang landas negara pantai yang belum menerapkan
kontinen Indonesia yang di awali dengan ketentuan Konvensi 1982 dan masih
Pengumuman Pemerintah tahun 1969 telah menerapkan ketentuan pada Konvensi 1958. Di
dikokohkan dengan UU No. 1 tahun 1973, yang samping itu, beberapa perjanjian penetapan
masih mengacu kepada ketentuan-ketentuan batas landas kontinen yang telah dibentuk oleh
dalam Konvensi Hukum Laut Jenewa tahun Indonesia dengan negara-negara tetangga,
1958. Sesuai dengan prinsip umum hukum masih menggunakan landasan hukum Konvensi
1958. Perjanjian tersebut antara lain, Indonesia
6
Lihat, Undang-Undang RI Nomor. 24 Tahun 2000 Tentang
Perjanjian Internasional
7 8
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut Internasional, Atje Misbach Muhjidin, Status Hukum Perairan Indonesia
Bina Cipta, Bandung, 1983,hal. 199 dan Hak Lintas Kapal Asing, Alumni, Bandung, 1993, hal. 1.

140
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

dengan pemerintah Malaysia, Kerajaan Penentuan batas landas kontinen dari garis
Thailand, India, Australia.9 pangkal normal terkait erat dengan kedudukan
Dari aspek definisi, terdapat perbedaan yang garis air rendah sepanjang pantai. Kedudukan
mendasar antara definisi landas kontinen garis air rendah sendiri tergantung dari “air
berdasarkan UNCLOS 1958 dan UNCLOS 1982. rendah“ yang dipilih oleh negara pantai, namun
Pada UNCLOS 1958, definisi yang diberikan hal ini perlu dikaji lebih lanjut apakah air
pada dasarnya masih mengacu pada definisi rendah yang merupakan salah satu datum
dari istilah geologis, sedangkan pada UNCLOS pasang surut air rendah tersebut memang
1982 definisi landas kontinen berubah menjadi sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
istilah hukum yang disesuaikan dengan Dalam hal penentuan batas landas kontinen
perkembangan teknologi eksplorasi dan dari garis pangkal lurus, garis penutup sungai
eksploitasi. Batas landas kontinen berdasarkan dan teluk, maupun garis pangkal kepulauan,
kedalaman yang diberikan UNCLOS 1958 sejauh akan terkait dengan pemilihan titik-titik
200 meter menjadi tidak berlaku dan digantikan pangkal. Pemilihan titik pangkal ini harus
dengan tepian kontinen pada UNCLOS 1982. 10 diambil dari daratan terluar, sehingga batas
Dengan demikian dalam kaitan dengan landas kontinen dengan kriteria jarak dapat
definisi dan penetapan jarak landas kontinen, mencapai jarak yang maksimal.
peraturan nasional yang berkaitan dengan
Landas Kontinen Indonesia yaitu UU No.1 2. Kewajiban Untuk Menentukan
Tahun 1973 seharusnya sudah berubah, karena Batas/Delimitasi Landas Kontinen Menurut
masih mengacu pada definisi landas kontinen Ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982.
berdasarkan UNCLOS 1958. Menurut Miles dan Gamble yang membahas
Sebagai negara kepulauan Indonesia masalah implementasi dari Konvensi Hukum
mempunyai penguasaan penuh dan hak Laut 1982 (UNCLOS), kemungkinan-
eksklusif atas kekayaan alam di landas kemungkinan bentuk perselisihan yang dapat
kontinen, dan kekayaan alam itu adalah milik terjadi diantara negara-negara adalah pada
negara, maka setiap kegiatan di landas masalah penangkapan ikan pada Zona Ekonomi
kontinen Indonesia seperti eksplorasi atas Ekslusif (ZEE) 200 mil, batas Laut Teritorial (12
dataran kontinen dan eksploitasi sumber- mil), Landas Kontinen (200 mil), sengketa
sumber kekayaan alam maupun penyelidikan kepemilikan pulau dan masalah pencemaran
ilmiah atas kekayaan alam, harus dilakukan laut pada umumnya, pengaruh pencemaran
dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh laut terhadap kegiatan-kegiatan di Landas
pemerintah Indonesia. Adanya kewajiban Kontinen (Continental Shelf) serta masalah
tersebut oleh pemerintah Indonesia merupakan dumping.12
kepentingan untuk dilakukannya pengawasan Pasal 83 ayat (1) Konvensi Hukum Laut 1982
yang di perlukan, agar hal-hal yang dianggap menyatakan, bagi negara-negara yang landas
tidak memadai dapat dilakukan tindakan kontinennya berhadap atau berdampingan
pengamanan secara dini, namum di sisi lain dalam menetapkan garis batas landas kontinen
dengan adanya kebijakan tersebut harus dilakukan dengan persetujuan atau atas
pengurangan kebebasan sekaligus harus diikuti dasar hukum internasional sebagaimana yang
dan tunduk pada segala ketentuan/aturan yang dicantumkan dalam pasal 38 Statuta
ada.11 Mahkamah Internasional untuk mencapai suatu
Terdapat beberapa hal yang perlu dilihat penyelesaian yang adil. Ketentuan ini berarti
kembali dari ketentuan UU No. 1 tahun 1973, bahwa untuk mencapai suatu keadilan dalam
antara lain, yaitu: penetapan garis batas landas kontinen harus
1. Garis Pangkal berpedoman atau dilandasi oleh pasal 38
Statuta Mahkamah Internasional, yaitu :

9
Bahan Kuliah Hukum Laut, Fakultas Hukum Unsrat 2007,
12
Hal.78 Miles, Gamble, Law of the Sea, Conference outcome and
10
WWW. Google. Com, Di akses Agustus 2017 Problems of Implementation, Balinger, Cambreidge, Mass,
11
P. Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, Penerbit Rineka 1977, p. 252.
Cipta, Jakarta, 2009, Hal. 41

141
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

“(1). Perjanjian-perjanjian internasional, Indonesia tidak sama. Namun ketentuan yang


baik yang bersifat umum maupun digambarkan dalam Undang-Undang Nomor 1
khusus, yang mengandung ketentuan- Tahun 1973 tetap mengikuti kaedah-kaedah
ketentuan hukum yang diakui secara hukum laut internasional.
tegas oleh negara-negara yang Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
bersengketa ; 1973 disebutkan bahwa kriteria batas landas
(2). Kebiasaan-kebiasaan internasional, kontinen Indonesia pengukurannya dimulai
sebagai bukti dari suatu kebiasaan dengan kedalaman air 200 meter hingga sampai
umum yang telagh diterima sebagai kemampuan mengeksploitasi sumber daya
hukum ; alam di landas kontinen tersebut. Pengukuran
(3). Prinsip-prinsip hukum umum yang kedalaman air 200 meter ini dilakukan di luar
diakui oleh bangsabangsa yang laut territorial Indonesia yang menurut Undang-
beradab ; Undang No. 4/Prp/ 1960 adalah sejauh 12 mil
(c). Keputusan pengadilan dan ajaran- laut.
ajaran sarjana-sarjana yang paling Pasal 2 UU No. 1/1973 diatur tentang status
terkemuka dari berbagai negara kekayaan alam di landas kontinen Indonesia.
sebagai sumber tambahan bagi Menurut pasal ini, penguasaan penuh dan hak
penetapan kaedah-kaedah hukum”. eksklusif atas kekayaan alam di Landas
13
Kontinen Indonesia serta pemilikannya ada
Cara penentuan garis batas tersebut berarti pada Negara. Pasal ini pada dasarnya
Konvensi menunjuk pada dua pilihan, yaitu menegaskan hak Negara atas landas kontinen
menunjuk kepada dua pilihan, yaitu menunjuk dan sebagai pengukuhan kebijaksanaan
pada penyelesaian yang adil dan menunjuk Pemerintah mengenai landas kontinen
kepada hukum internasional yang disebut Indonesia yang tercantum dalam Pengumuman
dalam pasal 38 Statuta Mahkamah Pemerintah Republik Indonesia tanggal 17
Internasional. Februari 1969.
Suatu Komisi tentang batas landas kontinen Mengenai batas Landas Kontinen, Pasal 3
yang terdiri dari 21 orang yang dipilih oleh menegaskan cara penetapan garis batas dalam
negara-negara peserta konvensi sesuai dengan hal landas kontinen berbatasan dengan negara
Annex II dari Konvensi Hukum Laut 1982 ini , tetangga. Pasal ini menyatakan bahwa dalam
akan memberikan rekomendasi kepada negara- hal landas kontinen Indonesia, termasuk
negara pantai tentang batas luar dari landas depresi-depresi yang terdapat di landas
kontinen. Rekomendasi tersebut memerlukan kontinen, berbatasan dengan negara lain, maka
persetujuan dua per tiga dari anggota komisi penetapan garis batas landas kontinen dengan
yang hadir dan memberikan suara. Setelah negara lain dapat dilakukan dengan cara
diseujui oleh Komisi Internasional tersebut, mengadakan perundingan untuk mencapai
peta negara pantai yang menggambarkan ujung suatu persetujuan. Sebagai pelaksaannya, ada
luar dari tepian kontinen, mengikat negara- beberapa perjanjian internasional mengenai
negara peserta konvensi.14 batas landas kontinen dengan negara-negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tetangga yang telah dibentuk.
mengenai landas kontinen Indonesia Berkaitan dengan kegiatan eksplorasi,
menjelaskan tentang batas landas kontinen eksploitasi dan penyelidikan ilmiah, yang
negara Republik Indonesia. Namun ketentuan berkaitan dengan sumber-sumber kekayaan
batas landas kontinen tersebut tidak alam di Landas Kontinen Indonesia, pada
menggunakan ketetapan yang pasti sampai prinsipnya UU ini mendelegasikan kepada
sejauh mana landas kontinen tersebut. Hal ini peraturan perundangan yang berlaku di bidang
tentunya didasarkan kepada fakta landas masing-masing.
kontinen di beberapa tempat di wilayah Pasal 5 mengatur tentang penyelidikan
ilmiah atas kekayaan alam di landas kontinen
13 antara lain meliputi penelitian atas mineral,
Lihat, Statuta Mahkamah Pengadilan Internasional
14
Chairul Anwar, Horison Baru Hukum Laut Internasional, biologis (udang, kerang, dan lain-lain) dan
Konvensi Hukum Laut 1982, Penerbit Djambatan, Jakarta
1989, Hal. 59

142
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

ekologis (batu-batu karang laut) di Landas dan/atau eksploitasi kekayaan alam di landas
Kontinen Indonesia. kontinen atau daerah terlarang dan daerah
Pasal 6 dan Pasal 7 mengatur tentang terbatas dari instalasiinstalasi dan/atau alat-
pembangunan instalasi untuk melaksanakan alat lainnya atau kapal-kapal yang
16
eksplorasi dan eksploitasi di Landas Kontinen. bersangkutan. Pengertian ”daerah terlarang”
Untuk maksud itu, dapat dibangun, dipelihara adalah daerah dimana kapal pihak ketiga
dan dipergunakan instalasi-instalasi, kapal- dilarang lewat dan membuang/membongkar
kapal dan/atau alat-alat lainnya di Landas sauh (safety zone atau restricted navigation
Kontinen dan/atau di atasnya. Sedangkan area). Sedangkan ”daerah terbatas” adalah
Untuk melindungi instalasi-instalasi, kapal-kapal daerah dimana kapal pihak ketiga boleh
dan/atau alat-alat lainnya tersebut terhadap melewatinya, tetapi dilarang membuang sauh
gangguan pihak ketiga, Pemerintah dapat (prohibited area)
menetapkan suatu daerah terlarang yang Ketentuan ini pada dasarnya menegaskan
lebarnya tidak melebihi 500 meter, dihitung kembali landasan hukum kepada Negara pantai
dari setiap titik terluar pada instalasi-instalasi, untuk menerapkan atas instalasi-instalasi kapal-
kapal-kapal dan/atau alat-alat lainnya kapal dan atau alat-alat lainnya yang
disekeliling instalasi-instalasi, kapal-kapal dipergunakan di atas landas kontinen Indonesia
dan/atau alat-alat lainnya yang terdapat di dan atau di atasnya, karena secara prinsip
Landas Kontinen dan/atau diatasnya. yuridiksi tersebut telah diakui dan dibenarkan
Disamping daerah terlarang tersebut pada ayat oleh Hukum Internasional.
(2) pasal ini Pemerintah dapat juga menetapkan Selanjutnya, untuk melindungi kepentingan
suatu daerah terbatas selebar tidak melebihi perekononian nasional, dikatakan dalam Pasal 9
1.250 meter terhitung dari titik-titik terluar dari bahwa instalasi-instalasi dan alat-alat di landas
daerah terlarang itu, dimana kapal-kapal pihak kontinen Indonesia yang dipergunakan untuk
ketiga dilarang membuang atau membongkar eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber
sauh. kekayaan alam dinyatakan sebagai daerah
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang Pabean Indonesia. Ketentuan ini merupakan
dilaksanakan di landas kontinen beresiko perwujudan dari berlakunya yurisdiksi nasional
menimbulkan pencemaran lingkungan, baik Indonesia.
yang berasal dari limbah pertambangan (dalam Perlindungan terhadap kepentingan-
kaitan penambangan minyak dan gas bumi) kepentingan lain yang ada di landas kontinen
maupun dari instalasi, kapal-kapal dan/atau Indonesia, termasuk kepentingan negara lain,
alat-alat lainnya disekeliling instalasi-instalasi. diatur dalam Pasal 10. Dimana dikatakan
Oleh karena Undang-undang No. 1 Tahun 1973 bahwa dalam melaksanakan eksplorasi dan
mewajibkan pengambilan langkah-langkah eksploitasi kekayaan alam di landas kontinen
pencegahan terhadap terjadinya pencemaran harus diindahkan dan dilindungi kepentingan-
air laut di landas kontinen dan udara di atasnya. kepentingan:
Kewajiban tersebut meliputi: 15 a. Pertahanan dan keamanan nasional;
a. Mencegah terjadinya pencemaran air laut di b. Perhubungan;
landas kontinen Indonesia dan udara c. Telekomunikasi dan transmisi listrik
diatasnya; dibawah laut;
b. Mencegah meluasnya pencemaran dalam d. Perikanan;
hal terjadi pencemaran. e. Penyelidikan oceanografi dan penyelidikan
Berkaitan dengan yurisdiksi negara di Landas ilmiah lainnya;
Kontinen, dinyatakan bahwa hukum dan segala f. Cagar alam.
peraturan perundang-undangan Indonesia Dalam hal-hal terdapat perselisihan-
berlaku terhadap setiap perbuatan dan perselisihan antara kepentingan kepentingan
peristiwa yang terjadi pada, di atas atau di mengenai pemanfaatan sumber-sumber
bawah instalasi-instalasi, alat-alat lainnya atau kekayaan alam di landas kontinen Indonesia,
kapal-kapal yang berada di landas kontinen undang-undang menyerahkan penyelesaiannya
dan/atau diatasnya, untuk keperluan eksplorasi berdasarkan Peraturan Perundangundangan
15 16
Pasal. 8 Pasal. 9

143
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

yang berlaku. Di samping itu, apabila terjadi Ketentuan mengenai riset ilmiah kelautan di
hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan landas kontinen Indonesia sebagaimana
tersebut peraturan perundangundangan dinyatakan dalam pasal 5 Undang-undang No. 1
nasional, maka Pemerintah dapat Tahun 1973 tentang Landas Kontinen
menghentikan untuk sementara waktu Indonesia, yaitu bahwa untuk terselenggaranya
pengusahaannya atau dapat mencabut lain riset ilmiah di Landas Kontinen Indonesia
usaha yang bersangkutan. pelaksanaan riset ilmiah atas kekayaan alam di
Tidak diaturnya secara tegas prinsip yang landas kontinen Indonesia dilakukan sesuai
digunakan dalam menetapkan garis batas dengan peraturan perundang-undangan yang
landas kontinen antara negara-negara yang berlaku di bidang masingmasing. Demikian di
berdampingan dan berhadapan dalam zona eksklusif Indonesia diatur dalam pasal 7
ketentuan tersebut, sebab ketentuan Konvensi Undang-undang No. 5 Tahun 1983 tentang
ini merupakan kompromi antara negara-negara Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, memperoleh
yang berpandangan bahwa penetapan garis persetujuan terlebuh dahulu dari dan
batas landas kontinen diselesaikan berdasarkan dilaksanakan berdasarkan persyaratan-
“equidistance prinsiple” dengan negara-negara persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah
yang menghendaki berdasarkan keadilan Republik Indonesia. Dibandingkan dengan
(“equitable solution”). pengaturan riset ilmiah kelautan menurut
Apabila dalam penyelesaian ini tidak ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982, ternyata
tercapai dalam waktu yang layak, negara pengaturan yang terdapat dalam Undang-
bersangkutan harus menggunakan cara-cara undang No. 1 Tahun 1973 maupun dalam
yang ditentukan dalam pasal 33 ayat (1) Piagam Undang-undang No. 5 Tahun 1983 kiranya
PBB, seperti negosisasi, penyelidikan, konsiliasi, masalah pengaturan riset ilmiah ini dalam
arbitrasi, penyelesaian secara hukum melalui banyak hal masih harus disesuaikan dengan
badan-badan regional atau persetujuan, atau ketentuan Konvensi tersebut.
dengan cara-cara yang dipilih.
PENUTUP
3. Kepentingan Untuk Melakukan Riset Ilmiah A. KESIMPULAN
Kelautan Di Landas Kontinen. 1. Konsepsi Landas Kontinen sebagaimana yang
Dalam Konvensi Hukum Laut 1982 diatur dalam Hukum Laut Intenaional,
pengaturannya mengenai riset ilmiah kelautan khususnya dalam Konvensi Hukum Laut
di laut teritorial, di zona ekonomi eksklusif dan tahun 1982 atau yang lasim dikenal dengan
di landas kontinen di atur dalam BAB XIII dari UNCLOS’82, lebih ditekankan pada
pasal 238 sampai dengan pasal 265. pertimbangan tentang pentingnya
Negara pantai berkewajiban memberikan penguasaan negara pantai untuk
ijin riset ilmiah kelautan kepada negara lain mengeksplorasi dan mengeksploitasi
atau organisasi yang berkompeten dalam zona sumber-sumber kekayaan alam di Landas
ekonomi eksklusif maupun di landas kontinen Kontinen sebagai perwujudan hak berdaulat
hanya untuk tujuan damai dan menambah (rights Souvereignity) negara.
pengetahuan ilmiah kelautan demi untuk 2. Pada prinsipnya negara-negara diberi
kepentingan ummat manusia (pasal 246 ayat wewenang untuk membuat peraturan
(5). Dalam pelaksanaan riset ilmiah ini disertai perundang-undangan yang berhubungan
persyaratan-persyaratan sebagaimana dengan Landas Kontinen, maka Indonesia
disebutkan dalam pasal 246 ayat (5), bahwa sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
tidak boleh mempunyai arti langsung bagi sudah melakukan tindakan pengaturan
sumber alam dan tidak boleh memasukkan hukum (legislasi) melalui Undang-Undang
bahan peledak, tidak boleh meliputi konstruksi, Nomor. 1 Tahun 1973 Tentang Landas
operasi dan penggunaan pulau-pulau buatan Kontinen dan juga dalam Undang-Undang
serta instalasi lainnya. Selain itu juga informasi Nomor. 6 tahun 1996 tentang Perairan
yang disampaikan kepada Negara mengenai Indonesia. Walaupun masih mengacu pada
tujuan dan sifat-sifat tujuan ilmiah tersebut Konvensi Jenewa 1958, namun Indonesia
harus tepat. sedang melakukan analisis dan evaluasi

144
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

untuk menyesuaikan dan Departemen Luar Negeri Direktorat Perjanjian


mengimplementasikan Landas Kontinen Internasional, Konvensi PBB
sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi Tentang Hukum Laut 1982
Hukum Laut yang baru (UNCLOS’ 1982). Djalal Hasjim., Perjuangan Indonesia di bidang
Hukum Laut, Binacipta, Bandung,
B. SARAN 1979.
1. Perlu kerjasama diatara negara-negara Glahn, Von., Law Among Nation, An
berpantai untuk memperjelas batas-batas Introduction to Public
wilayah maritim, khususnya penguasaan International Law, New York,
atas wilayah Landas Kontinen sebagaimana 1965.
yang di atur dalam UNCLOS’ 1982, yang Janusz Symonides, The Continental Shelf, 1991
dilakukan melalui perundingan, apakah Koers W Albert., Konvensi PBB Tentang Hukum
bersifat bilateral maupun multilateral untuk Laut, Suatu Ringkasan, Gadjah
menghindari terjadinya konflik kelautan Mada Univesity Press, Yokyakarta,
antar negara, demikian juga perlu anggota 1994
masyarakat internasional yang Kusumaatmadja Mochtar., Hukum Laut
berkepentingan atas landas kontinen untuk Internasional, Binacipta, Bandung,
mencari penyelesaian persengketaan di 1978
antara mereka dengan cara damai, ----------------------., Pengantar Hukum
khususnya menurut yang diatur dalam Internasional, PT. Karya
Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Nusantara, , Bandung, 1978
2. Untuk menghindari terjadinya konflik Lionnel, M Summers., The International Law of
kelautan, khususnya penguasaan atau batas Peace, Oceana, New York, 1973
Landas Kontinen dengan negara tetangga, Mauna Boer., Hukum Internasional, Pengertian,
maka Undang-undang No. 1 Tahun 1973 Peranan dan Fungsi Dalam Era
tentang Landas Kontinen Indonesia yang Dinamika Global, Edisi ke-2, PT.
masih berpedoman kepada Konvensi Hukum Alumni, Bandung, 2005.
Laut 1958 tentang Landas Kontinen, di mana Misbach Muhjidin Atje, Status Hukum Perairan
dalam beberapa hal sudah tidak sesuai lagi Indonesia dan Hak Lintas Kapal
dengan ketentuan Konvensi Hukum Laut Asing, Alumni, Bandung, 1993
1982. Oleh karena itu perlu ditinjau kembali Miles, Gamble, Law of the Sea, Conference
terutama mengenai batas terluar landas outcome and Problems of
kontinen. Penyesuaian ini penting agar ada Implementation, Balinger, Cambreidge,
ko-eksistensi dengan Undang-undang No. 5 Mass, 1977.
Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Natabaya.A.S., The Archipelagic Principles and
Indonesia. Indonesia’s Interest, Dalam The
Indonesia Quartely, Jakarta, 1978
DAFTAR PUSTAKA Parthiana, I. W., Pengantar Hukum
Anwar, Chairul., Horison Baru Hukum Laut Internasional, Mandar Maju,
Internasional, Konvensi Hukum Cetakan Pertama, Bandung,
Laut 982, Djambatan, Jakarta, 1990.
1989. P. Joko Subagyo., Hukum Laut Indonesia, Rineka
Adolf Huala., Aspek-Aspek Negara Dalam Cipta, Jakarta, 2009
Hukum Internasional, PT. Radja Rudy T May., Hukum Internasional II, Rafika
Grafindo,Jakarta, 2002 Aditama, Bandung, 2002
Arsana, Batas Maritim Antar Negara, Sebuah Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji., Penelitian
Tinjauan Tehnis dan Yuridis, Hukum Normatif, Rajawali,
Gadjah Mada University Press, Jakarta, 1985
Yokyakarta, 2007 Shaw Malcolm N, International Law,
Damian Eddy., Kapita Selekta Hukum Butterworths, 2nd.ed., 1986
Internasional, Alumni, Bandung, Starke, J. G, Introduction to International Law,
1991 Saduran Bambang Iriana

145
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

Djajaatmadja, Pengantar Hukum


Internasional, Sinar Grafika,
Jakarta, 1992.
Thontowi Jawahir dan Pranoto Iskandar.,
Hukum Internasional
Kontemporel, PT Refika Aditama,
Bandung, 2016, Hal. 185

Sumber-sumber lain :
- Konvensi PBB tentang Hukum Laut
(UNCLOS’82), Kementerian Luar Negeri,
Direktorat Perjanjian Internasional.
- Bahan Ajar Hukum Laut, Fakultas Hukum
Unsrat, 2007
- Undang-Undang No. 1 Tahun 1973
- Undang-Undang No. 6 Tahun 1996,
Tentang Perairan Indonesia
- Undang-Undang RI Nomor. 24 Tahun
2000 Tentang Perjanjian Internasional
- Statuta Mahkamah Pengadilan
Internasional
- www.google.com

146

Anda mungkin juga menyukai