9/Nov/2017
PENGATURAN LANDAS KONTINEN MENURUT lama, kurang lebih telah berusia hampir empat
UNCLOS 1982 DAN IMPLEMENTASINYA DI dasawarsa. Dasar hukum penyusunan Undang-
INDONESIA1 undang Nomor 1 Tahun 1973 masih
Oleh : Octaviani Georgina Hetharia2 menggunakan ketentuan Konvensi Jenewa
Tahun 1958, sehingga secara substansial
ABSTRAK ketentuan dalam Undang-undang Nomor 1
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Tahun 1973 sudah tidak sesuai lagi dengan
mengetahui bagaimana Pengaturan Konvensi perkembangan Hukum Laut Internasional.
Hukum Laut (UNCLOS’1982) Tentang Hak Atas Dengan demikian, sudah selayaknya bahwa
Landas Kontinen dan bagaimana Implementasi ketentuan-ketentuan yang sudah tidak relevan
Pengaturan Hukum Landas Kontinen Dalam untuk dilakukan perubahan atau bahkan
Peraturan Perundang-undangan Indonesia. penggantian sesuai dengan ketentuan UNCLOS
Dengan menggunakan metode penelitian 1982. Oleh karena itu penggantian Undang
yuridis normatif, disimpulkan: 1. Konsepsi undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas
Landas Kontinen sebagaimana yang diatur Kontinen sudah cukup mendesak.
dalam Hukum Laut Intenaional, khususnya Indonesia sebagai suatu negara kepulauan
dalam Konvensi Hukum Laut tahun 1982 atau yang sangat berkepentingan atas laut adalah
yang lasim dikenal dengan UNCLOS’82, lebih juga merupakan negara peserta dan
ditekankan pada pertimbangan tentang penandatangan konvensi ini, maka Indonesia
pentingnya penguasaan negara pantai untuk telah meratifikasi (mengesahkan) dengan
mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
sumber kekayaan alam di Landas Kontinen Tahun 1985. Dengan telah diratifikasi UNCLOS
sebagai perwujudan hak berdaulat (rights tahun 1982 ini, Indonesia telah memasuki
Souvereignity) negara. 2. Pada prinsipnya tahap implmentasi secara efektif dan untuk itu
negara-negara diberi wewenang untuk mulai mengambil langkah-langkah dan tindakan
membuat peraturan perundang-undangan yang “follow-up” yang diperlukan untuk
berhubungan dengan Landas Kontinen, maka menyesuaikan peraturan-peraturan perundang-
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di udangan yang ada dengan ketentuan-ketentuan
dunia sudah melakukan tindakan pengaturan Konvensi Hukum Laut yang baru.3
hukum (legislasi) melalui Undang-Undang Persoalan yang dihadapi dalam kaitan
Nomor. 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen dengan Landas Kontinen ini adalah bahwa
dan juga dalam Undang-Undang Nomor. 6 dengan masih dipertahankannya rumusan lama
tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. dalam peraturan perundang-undangan nasional
Walaupun masih mengacu pada Konvensi kita, maka meskipun telah meratifikasi
Jenewa 1958, namun Indonesia sedang Konvensi Hukum Laut 1982 bukan mustahil
melakukan analisis dan evaluasi untuk negara lain akan memanfaatkan kelemahan ini,
menyesuaikan dan mengimplementasikan dengan mengklaim wilayah yang seharusnya
Landas Kontinen sesuai dengan ketentuan merupakan bagian dari landas kontinen
dalam Konvensi Hukum Laut yang baru Indonesia menjadi wilayah landas kontinennya.
(UNCLOS’ 1982). Memang, klaim tumpang-tindih dari dua atau
Kata kunci: Pengaturan Landas Kontinen, lebih negara pada dasarnya bukan hal istimewa.
UNCLOS 1982, Implementasinya di Indonesia Hal ini biasa terjadi di wilayah laut yang
berdampingan.
PENDAHULUAN Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka
A. Latar Belakang Masalah penulis tertarik menulis karya ilmiah dalam
Pengaturan Landas Kontinen Indonesia bentuk skripsi dengan judul : “Pengaturan
sebagaimana yang diatur dalam Undang- Landas Kontinen Menurut UNCLOS 1982 dan
undang Nomor 1 Tahun 1973 sudah cukup Implementasinya di Indonesia ”
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Michael G.
Nainggolan, SH, MH. DEA; Harold Anis, SH, MH
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
3
14071101186 Boer Mauna., 0p-cit. hal. 394.
138
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
4
Secara lengkap. Lihat UNCLOS 1982, Terjemahan
Kementerian Luar Negeri, Direktorat Perjanjian
5
Internasional, Hal. 75, 76. Pasal. 76 UNCLOS’ 82
139
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
yang terletak tidak lebih dari 60 mil laut dari yang berlaku, tentunya dengan berubahnya
kaki lereng kontinen. sumber acuan suatu aturan, maka aturan
hukum yang bersangkutan pun harus pula
B. Implementasi Pengaturan Hukum Landas berubah. Namun demikian, perlu dilihat
Kontinen Dalam Peraturan Perundang- kembali, apakah semua ketentuan dalam
undangan Indonesia Konvensi hukum laut 1982 memang tepat
Pada tahun 1985 Indonesia meratifikasi untuk diterapkan bagi landas kontinen
Konvensi Hukum Laut 1982 dengan Undang- Indonesia.
Undang No.17 Tahun 1985.6 Melalui ratifikasi Sebagaimana yang telah diuraikan dalam
ini, pemerintah Indonesia tunduk pada bagian sebelumnya, bahwa Landas Kontinen
ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Hukum Indonesia yang diatur dalam Undang-undang
laut 1982 sebagai acuan dalam mengatur Nomor 1 Tahun 1973, materi muatannya
hukum, sehingga semua hokum perundangan di mengacu pada Konvensi Jenewa 1958. Konvensi
Indonesia mengenai hal-hal yang diatur dalam tersebut pada awalnya ditindaklanjuti dengan
UNCLOS 1982 harus mengacu pada hukum Undang-undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 yang
internasional tersebut, termasuk membentuk kemudian dirobah dengan Undang-Undang No.
peraturan-peraturan nasional untuk mengatur 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, yang
atau mengatur kembali wilayah lautnya sesuai memberikan definisi bahwa : “Landas Kontinen
dengan ketentuan Konvensi. adalah dasar laut dan tanah dibawahnya di luar
Di Indonesia sendiri Landas Kontinen laut wilayah Republik Indonesia sampai
mendapat perhatian lebih ialah sekitar Tahun kedalaman 200 meter atau lebih, dimana masih
1969, dimana Pemerintah Indonesia mungkin diselenggarakan eksplorasi dan
mengeluarkan Pengumuman tertanggal 17 eksploitasi kekayaan alam”
Februari 1969 dengan memuat pokok-pokok Definisi tersebut kemudian digunakan dalam
sebagai berikut : Undang-undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang
1. Segala sumber kekayaan alam yang terdapat Landas Kontinen Indonesia. Definisi di atas
dalam Landas Kontinen Indonesia adalah dinilai masih rancu, karena tidak ada batasan
milik eksklusif Negara Indonesia; yang jelas tentang sejauh mana kegiatan
2. Pemerintah Indonesia bersedia eksplorasi dan eksploitasi dapat dilakukan,
menyelesaikan soal garis batas Landas mengingat kemampuan dan teknologi yang
Kontinen dengan Negara tetangga melalui digunakan oleh masing-masing negara tidaklah
perundingan; sama.
3. Jika tiada perjanjian garis batas, maka batas Hukum dalam hal ini hukum (laut)
Landas Kontinen Indonesia adalah suatu internasional sebagaimana yang tertuang
garis yang ditarik ditengah-tengah antara dalam konvensi internasional, berperan sebagai
pulau terluar Indonesia dengan titik terluar alat untuk mengatasi hubungan-hubungan atau
wilayah Negara tetangga; persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
4. Klaim di atas tidak mempengaruhi sifat serta pemanfaatan laut oleh berbagai bangsa.8
status daripada perairan di atas Landas Dari segi hukum, meskipun Konvensi 1982
Kontinen Indonesia, maupun ruang udara di telah berlaku efektif sejak tanggal 16
atasnya. 7 Nopember 1994, akan tetapi masih banyak
Secara yuridis, pengaturan tentang landas negara pantai yang belum menerapkan
kontinen Indonesia yang di awali dengan ketentuan Konvensi 1982 dan masih
Pengumuman Pemerintah tahun 1969 telah menerapkan ketentuan pada Konvensi 1958. Di
dikokohkan dengan UU No. 1 tahun 1973, yang samping itu, beberapa perjanjian penetapan
masih mengacu kepada ketentuan-ketentuan batas landas kontinen yang telah dibentuk oleh
dalam Konvensi Hukum Laut Jenewa tahun Indonesia dengan negara-negara tetangga,
1958. Sesuai dengan prinsip umum hukum masih menggunakan landasan hukum Konvensi
1958. Perjanjian tersebut antara lain, Indonesia
6
Lihat, Undang-Undang RI Nomor. 24 Tahun 2000 Tentang
Perjanjian Internasional
7 8
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut Internasional, Atje Misbach Muhjidin, Status Hukum Perairan Indonesia
Bina Cipta, Bandung, 1983,hal. 199 dan Hak Lintas Kapal Asing, Alumni, Bandung, 1993, hal. 1.
140
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
dengan pemerintah Malaysia, Kerajaan Penentuan batas landas kontinen dari garis
Thailand, India, Australia.9 pangkal normal terkait erat dengan kedudukan
Dari aspek definisi, terdapat perbedaan yang garis air rendah sepanjang pantai. Kedudukan
mendasar antara definisi landas kontinen garis air rendah sendiri tergantung dari “air
berdasarkan UNCLOS 1958 dan UNCLOS 1982. rendah“ yang dipilih oleh negara pantai, namun
Pada UNCLOS 1958, definisi yang diberikan hal ini perlu dikaji lebih lanjut apakah air
pada dasarnya masih mengacu pada definisi rendah yang merupakan salah satu datum
dari istilah geologis, sedangkan pada UNCLOS pasang surut air rendah tersebut memang
1982 definisi landas kontinen berubah menjadi sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
istilah hukum yang disesuaikan dengan Dalam hal penentuan batas landas kontinen
perkembangan teknologi eksplorasi dan dari garis pangkal lurus, garis penutup sungai
eksploitasi. Batas landas kontinen berdasarkan dan teluk, maupun garis pangkal kepulauan,
kedalaman yang diberikan UNCLOS 1958 sejauh akan terkait dengan pemilihan titik-titik
200 meter menjadi tidak berlaku dan digantikan pangkal. Pemilihan titik pangkal ini harus
dengan tepian kontinen pada UNCLOS 1982. 10 diambil dari daratan terluar, sehingga batas
Dengan demikian dalam kaitan dengan landas kontinen dengan kriteria jarak dapat
definisi dan penetapan jarak landas kontinen, mencapai jarak yang maksimal.
peraturan nasional yang berkaitan dengan
Landas Kontinen Indonesia yaitu UU No.1 2. Kewajiban Untuk Menentukan
Tahun 1973 seharusnya sudah berubah, karena Batas/Delimitasi Landas Kontinen Menurut
masih mengacu pada definisi landas kontinen Ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982.
berdasarkan UNCLOS 1958. Menurut Miles dan Gamble yang membahas
Sebagai negara kepulauan Indonesia masalah implementasi dari Konvensi Hukum
mempunyai penguasaan penuh dan hak Laut 1982 (UNCLOS), kemungkinan-
eksklusif atas kekayaan alam di landas kemungkinan bentuk perselisihan yang dapat
kontinen, dan kekayaan alam itu adalah milik terjadi diantara negara-negara adalah pada
negara, maka setiap kegiatan di landas masalah penangkapan ikan pada Zona Ekonomi
kontinen Indonesia seperti eksplorasi atas Ekslusif (ZEE) 200 mil, batas Laut Teritorial (12
dataran kontinen dan eksploitasi sumber- mil), Landas Kontinen (200 mil), sengketa
sumber kekayaan alam maupun penyelidikan kepemilikan pulau dan masalah pencemaran
ilmiah atas kekayaan alam, harus dilakukan laut pada umumnya, pengaruh pencemaran
dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh laut terhadap kegiatan-kegiatan di Landas
pemerintah Indonesia. Adanya kewajiban Kontinen (Continental Shelf) serta masalah
tersebut oleh pemerintah Indonesia merupakan dumping.12
kepentingan untuk dilakukannya pengawasan Pasal 83 ayat (1) Konvensi Hukum Laut 1982
yang di perlukan, agar hal-hal yang dianggap menyatakan, bagi negara-negara yang landas
tidak memadai dapat dilakukan tindakan kontinennya berhadap atau berdampingan
pengamanan secara dini, namum di sisi lain dalam menetapkan garis batas landas kontinen
dengan adanya kebijakan tersebut harus dilakukan dengan persetujuan atau atas
pengurangan kebebasan sekaligus harus diikuti dasar hukum internasional sebagaimana yang
dan tunduk pada segala ketentuan/aturan yang dicantumkan dalam pasal 38 Statuta
ada.11 Mahkamah Internasional untuk mencapai suatu
Terdapat beberapa hal yang perlu dilihat penyelesaian yang adil. Ketentuan ini berarti
kembali dari ketentuan UU No. 1 tahun 1973, bahwa untuk mencapai suatu keadilan dalam
antara lain, yaitu: penetapan garis batas landas kontinen harus
1. Garis Pangkal berpedoman atau dilandasi oleh pasal 38
Statuta Mahkamah Internasional, yaitu :
9
Bahan Kuliah Hukum Laut, Fakultas Hukum Unsrat 2007,
12
Hal.78 Miles, Gamble, Law of the Sea, Conference outcome and
10
WWW. Google. Com, Di akses Agustus 2017 Problems of Implementation, Balinger, Cambreidge, Mass,
11
P. Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, Penerbit Rineka 1977, p. 252.
Cipta, Jakarta, 2009, Hal. 41
141
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
142
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
ekologis (batu-batu karang laut) di Landas dan/atau eksploitasi kekayaan alam di landas
Kontinen Indonesia. kontinen atau daerah terlarang dan daerah
Pasal 6 dan Pasal 7 mengatur tentang terbatas dari instalasiinstalasi dan/atau alat-
pembangunan instalasi untuk melaksanakan alat lainnya atau kapal-kapal yang
16
eksplorasi dan eksploitasi di Landas Kontinen. bersangkutan. Pengertian ”daerah terlarang”
Untuk maksud itu, dapat dibangun, dipelihara adalah daerah dimana kapal pihak ketiga
dan dipergunakan instalasi-instalasi, kapal- dilarang lewat dan membuang/membongkar
kapal dan/atau alat-alat lainnya di Landas sauh (safety zone atau restricted navigation
Kontinen dan/atau di atasnya. Sedangkan area). Sedangkan ”daerah terbatas” adalah
Untuk melindungi instalasi-instalasi, kapal-kapal daerah dimana kapal pihak ketiga boleh
dan/atau alat-alat lainnya tersebut terhadap melewatinya, tetapi dilarang membuang sauh
gangguan pihak ketiga, Pemerintah dapat (prohibited area)
menetapkan suatu daerah terlarang yang Ketentuan ini pada dasarnya menegaskan
lebarnya tidak melebihi 500 meter, dihitung kembali landasan hukum kepada Negara pantai
dari setiap titik terluar pada instalasi-instalasi, untuk menerapkan atas instalasi-instalasi kapal-
kapal-kapal dan/atau alat-alat lainnya kapal dan atau alat-alat lainnya yang
disekeliling instalasi-instalasi, kapal-kapal dipergunakan di atas landas kontinen Indonesia
dan/atau alat-alat lainnya yang terdapat di dan atau di atasnya, karena secara prinsip
Landas Kontinen dan/atau diatasnya. yuridiksi tersebut telah diakui dan dibenarkan
Disamping daerah terlarang tersebut pada ayat oleh Hukum Internasional.
(2) pasal ini Pemerintah dapat juga menetapkan Selanjutnya, untuk melindungi kepentingan
suatu daerah terbatas selebar tidak melebihi perekononian nasional, dikatakan dalam Pasal 9
1.250 meter terhitung dari titik-titik terluar dari bahwa instalasi-instalasi dan alat-alat di landas
daerah terlarang itu, dimana kapal-kapal pihak kontinen Indonesia yang dipergunakan untuk
ketiga dilarang membuang atau membongkar eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber
sauh. kekayaan alam dinyatakan sebagai daerah
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang Pabean Indonesia. Ketentuan ini merupakan
dilaksanakan di landas kontinen beresiko perwujudan dari berlakunya yurisdiksi nasional
menimbulkan pencemaran lingkungan, baik Indonesia.
yang berasal dari limbah pertambangan (dalam Perlindungan terhadap kepentingan-
kaitan penambangan minyak dan gas bumi) kepentingan lain yang ada di landas kontinen
maupun dari instalasi, kapal-kapal dan/atau Indonesia, termasuk kepentingan negara lain,
alat-alat lainnya disekeliling instalasi-instalasi. diatur dalam Pasal 10. Dimana dikatakan
Oleh karena Undang-undang No. 1 Tahun 1973 bahwa dalam melaksanakan eksplorasi dan
mewajibkan pengambilan langkah-langkah eksploitasi kekayaan alam di landas kontinen
pencegahan terhadap terjadinya pencemaran harus diindahkan dan dilindungi kepentingan-
air laut di landas kontinen dan udara di atasnya. kepentingan:
Kewajiban tersebut meliputi: 15 a. Pertahanan dan keamanan nasional;
a. Mencegah terjadinya pencemaran air laut di b. Perhubungan;
landas kontinen Indonesia dan udara c. Telekomunikasi dan transmisi listrik
diatasnya; dibawah laut;
b. Mencegah meluasnya pencemaran dalam d. Perikanan;
hal terjadi pencemaran. e. Penyelidikan oceanografi dan penyelidikan
Berkaitan dengan yurisdiksi negara di Landas ilmiah lainnya;
Kontinen, dinyatakan bahwa hukum dan segala f. Cagar alam.
peraturan perundang-undangan Indonesia Dalam hal-hal terdapat perselisihan-
berlaku terhadap setiap perbuatan dan perselisihan antara kepentingan kepentingan
peristiwa yang terjadi pada, di atas atau di mengenai pemanfaatan sumber-sumber
bawah instalasi-instalasi, alat-alat lainnya atau kekayaan alam di landas kontinen Indonesia,
kapal-kapal yang berada di landas kontinen undang-undang menyerahkan penyelesaiannya
dan/atau diatasnya, untuk keperluan eksplorasi berdasarkan Peraturan Perundangundangan
15 16
Pasal. 8 Pasal. 9
143
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
yang berlaku. Di samping itu, apabila terjadi Ketentuan mengenai riset ilmiah kelautan di
hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan landas kontinen Indonesia sebagaimana
tersebut peraturan perundangundangan dinyatakan dalam pasal 5 Undang-undang No. 1
nasional, maka Pemerintah dapat Tahun 1973 tentang Landas Kontinen
menghentikan untuk sementara waktu Indonesia, yaitu bahwa untuk terselenggaranya
pengusahaannya atau dapat mencabut lain riset ilmiah di Landas Kontinen Indonesia
usaha yang bersangkutan. pelaksanaan riset ilmiah atas kekayaan alam di
Tidak diaturnya secara tegas prinsip yang landas kontinen Indonesia dilakukan sesuai
digunakan dalam menetapkan garis batas dengan peraturan perundang-undangan yang
landas kontinen antara negara-negara yang berlaku di bidang masingmasing. Demikian di
berdampingan dan berhadapan dalam zona eksklusif Indonesia diatur dalam pasal 7
ketentuan tersebut, sebab ketentuan Konvensi Undang-undang No. 5 Tahun 1983 tentang
ini merupakan kompromi antara negara-negara Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, memperoleh
yang berpandangan bahwa penetapan garis persetujuan terlebuh dahulu dari dan
batas landas kontinen diselesaikan berdasarkan dilaksanakan berdasarkan persyaratan-
“equidistance prinsiple” dengan negara-negara persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah
yang menghendaki berdasarkan keadilan Republik Indonesia. Dibandingkan dengan
(“equitable solution”). pengaturan riset ilmiah kelautan menurut
Apabila dalam penyelesaian ini tidak ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982, ternyata
tercapai dalam waktu yang layak, negara pengaturan yang terdapat dalam Undang-
bersangkutan harus menggunakan cara-cara undang No. 1 Tahun 1973 maupun dalam
yang ditentukan dalam pasal 33 ayat (1) Piagam Undang-undang No. 5 Tahun 1983 kiranya
PBB, seperti negosisasi, penyelidikan, konsiliasi, masalah pengaturan riset ilmiah ini dalam
arbitrasi, penyelesaian secara hukum melalui banyak hal masih harus disesuaikan dengan
badan-badan regional atau persetujuan, atau ketentuan Konvensi tersebut.
dengan cara-cara yang dipilih.
PENUTUP
3. Kepentingan Untuk Melakukan Riset Ilmiah A. KESIMPULAN
Kelautan Di Landas Kontinen. 1. Konsepsi Landas Kontinen sebagaimana yang
Dalam Konvensi Hukum Laut 1982 diatur dalam Hukum Laut Intenaional,
pengaturannya mengenai riset ilmiah kelautan khususnya dalam Konvensi Hukum Laut
di laut teritorial, di zona ekonomi eksklusif dan tahun 1982 atau yang lasim dikenal dengan
di landas kontinen di atur dalam BAB XIII dari UNCLOS’82, lebih ditekankan pada
pasal 238 sampai dengan pasal 265. pertimbangan tentang pentingnya
Negara pantai berkewajiban memberikan penguasaan negara pantai untuk
ijin riset ilmiah kelautan kepada negara lain mengeksplorasi dan mengeksploitasi
atau organisasi yang berkompeten dalam zona sumber-sumber kekayaan alam di Landas
ekonomi eksklusif maupun di landas kontinen Kontinen sebagai perwujudan hak berdaulat
hanya untuk tujuan damai dan menambah (rights Souvereignity) negara.
pengetahuan ilmiah kelautan demi untuk 2. Pada prinsipnya negara-negara diberi
kepentingan ummat manusia (pasal 246 ayat wewenang untuk membuat peraturan
(5). Dalam pelaksanaan riset ilmiah ini disertai perundang-undangan yang berhubungan
persyaratan-persyaratan sebagaimana dengan Landas Kontinen, maka Indonesia
disebutkan dalam pasal 246 ayat (5), bahwa sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
tidak boleh mempunyai arti langsung bagi sudah melakukan tindakan pengaturan
sumber alam dan tidak boleh memasukkan hukum (legislasi) melalui Undang-Undang
bahan peledak, tidak boleh meliputi konstruksi, Nomor. 1 Tahun 1973 Tentang Landas
operasi dan penggunaan pulau-pulau buatan Kontinen dan juga dalam Undang-Undang
serta instalasi lainnya. Selain itu juga informasi Nomor. 6 tahun 1996 tentang Perairan
yang disampaikan kepada Negara mengenai Indonesia. Walaupun masih mengacu pada
tujuan dan sifat-sifat tujuan ilmiah tersebut Konvensi Jenewa 1958, namun Indonesia
harus tepat. sedang melakukan analisis dan evaluasi
144
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
145
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017
Sumber-sumber lain :
- Konvensi PBB tentang Hukum Laut
(UNCLOS’82), Kementerian Luar Negeri,
Direktorat Perjanjian Internasional.
- Bahan Ajar Hukum Laut, Fakultas Hukum
Unsrat, 2007
- Undang-Undang No. 1 Tahun 1973
- Undang-Undang No. 6 Tahun 1996,
Tentang Perairan Indonesia
- Undang-Undang RI Nomor. 24 Tahun
2000 Tentang Perjanjian Internasional
- Statuta Mahkamah Pengadilan
Internasional
- www.google.com
146