Laut
Landas Kontinen : antara 200 – 350 mil-laut atau sampai dengan 100 mil-laut
dari isobath (kedalaman) 2.500 meter.
Pada ZEE dan Landas Kontinen, Indonesia memiliki hak-hak berdaulat untuk
memanfaatkan sumber kekayaan alamnya. Di samping itu, sebagai suatu negara
kepulauan Indonesia juga berhak untuk menetapkan:
Berbagai zona maritim tersebut harus diukur dari garis-garis pangkal atau garis-garis
dasar yang akan menjadi acuan dalam penarikan garis batas.
3. Peraturan Pemerintah, No. 61 tahun 1998 tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna, diganti
dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia
Untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor
6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang menentukan bahwa Daftar Koordinat
tersebut harus didepositkan di Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Undang-undang No. 6 tahun 1996 tersebut kemudian dilengkapi dengan Peraturan
Pemerintah No. 61 tahun 1998 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis
Pangkal Kepulauan Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna, yang kemudian dicabut dan
digantikan dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat
Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia, dengan melampirkan daftar
koordinat geografis titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia. Daftar koordinat ini
tidak dimasukkan sebagai ketentuan dalam batang tubuh Peraturan Pemerintah ini
dengan tujuan agar perubahan atau pembaharuan (updating) data dapat dilakukan
dengan tidak perlu mengubah ketentuan dalam batang tubuh Peraturan Pemerintah ini.
Lampiran-lampiran tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
Selain itu terdapat pula beberapa Undang-Undang yang dikeluarkan sebelum Indonesia
meratifikasi UNCLOS pada tahun 1985 yang belum diubah yaitu:
2. Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
Sampai saat ini Indonesia belum mengumumkan zona tambahannya maupun memiliki
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penetapan batas terluar,
maupun tentang penetapan garis batas pada zona tambahan yang tumpang tindih atau
yang berbatasan dengan zona tambahan negara lain. Badan Pembinaan Hukum
Nasional dari Departemen Kehakiman dan HAM pernah melakukan pengkajian dan
menghasilkan suatu naskah akademik dan RUU tentang Zona Tambahan, namun
sampai saat ini belum menjadi Undang-Undang.
Menurut ketentuan Pasal 47 ayat 8 dan 9 dari UNCLOS, garis-garis pangkal yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut harus dicantumkan dalam
peta atau peta-peta dengan skala atau skala-skala yang memadai untuk menegaskan
posisinya. Sebagai gantinya dapat dibuat daftar koordinat geografis titik-titik yang
secara jelas memerinci datum geodetik.