Batas wilayah adalah garis khayal yang menggambarkan batas wilayah antar kelurahan / desa, antar kecamatan, antar kabupaten / kota, antar provinsi dan antar negara (Undang Undang Republik Indonesia Tentang Informasi Geospasial). Berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, batas wilayah dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu : 1. Batas Negara Kesatuan Republik Indonesia Dasar
: Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Th. 2008 tentang Wilayah
Negara
2. Batas Propinsi, Kabupaten / Kota, Kecamatan
Dasar
: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penegasan Batas Daerah, terdiri dari : a. Penegasan Batas Daerah di Darat b. Penegasan Batas Daerah di Laut
3. Batas Desa / Kelurahan
Dasar
: - Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 27 Th. 2006 tentang Penetapan
dan Penegasan Batas Desa - Peraturan Pemerintah No. 72 Th. 2005 tentang Desa - Peraturan Pemerintah No. 73 Th. 2005 tentang Kelurahan
1-1
BATAS NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan Pulau Myangas hingga Pulau Rote. Yang pada awal kemerdekaan hanya menguasai selebar 3 mil mengelilingi setiap pulau, kemudian setelah melalui perjuangan yang panjang berkembang menjadi 12 mil dan akhirnya memiliki hak eksklusif dalam pengelolaan sumber daya alam selebar 200 mil diukur dari surut terendah. Landasan Hukum Penentuan Batas NKRI 1. Territoriale Zee Maritiem Kringen Ordonantie, 1939 atau biasa disebut Ordonansi 1939 Merupakan warisan dari pemerintahan Kolonial Hindia Belanda yang menyatakan bahwa batas laut kita adalah selebar 3 mil dari surut terendah mengelilingi setiap pulau. 2. Deklarasi Juanda 13 Desember 1957 Deklarasi Juanda merupakan konsep nusantara (archipelago) yang berisi Seluruh Perairan disekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk daratan NKRI, tanpa memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar dari wilayah daratan NKRI, dan dengan demikian merupakan bagian dari perairan nasional yang berada dibawah kedaulatan mutlak NKRI. Dengan demikian maka Deklarasi Juanda ini juga merupakan awal perjuangan Indonesia. Untuk dapat menyatukan wilayahnya, yaitu dengan menyatakan bahwa batas laut Indonesia adalah 12 mil dari surut terendah. Dengan adanya Deklarasi Juanda ini, maka kita tidak memakai ordonansi 1939 lagi yang hanya mengakui batas wilayah laut 3 mil saja, sehingga terdapat perairan Internasional yang memisahkan kedaulatan Indonesia.
1-2
3. United Nation Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS) 1982
Dari UNCLOS 1982 telah dilahirkan 8 (delapan) zonasi pengaturan hukum Laut, yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Interval Waters) 2. Perairan Kepulauan (Archiplegic Waters) 3. Laut Teritorial (Teritorial Waters) 4. Zona Tambahan (Contingoles Water) 5. Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusif Economic Zone) 6. Landas Kontinen (Continental Shelf) 7. Laut Lepas (High Seas) 8. Kawasan dasar Laut Internasional (International Sea-bed Area) Konvensi Hukum Laut PBB 1982 mengatur pemanfatan laut sesuai status hukum dari kedelapan zonasi pengaturan tersebut. Negara-negara yang berbatasan dengan laut termasuk Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial, sedangkan untuk zone tambahan, zone ekonomi ekslusif dan landasan kontinen, negara memiliki hak-hak eksklusif, misalnya hak memanfaatan sumber daya alam yang ada di zona tersebut. Sedangkan laut lepas merupakan zona yang tidak dapat dimiliki oleh negara manapun, dan kawasan dasar laut internasional dijadikan sebagai bagian warisan umat manusia. UNCLOS 1982, ini telah diratifikasi oleh 140 negara termasuk Indonesia.
1-3
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008, tentang Wilayah
Negara (NKRI) Maksud Pengaturan Batas Wilayah NKRI : Untuk memberikan kepastian hukum mengenai wilayah, kewenangan pengelolaan wilayah dan hak-hak berdaulat NKRI. Hal-hal yang diatur dalam Undang-undang ini, yaitu 1. Ruang lingkup Wilayah Negara yang meliputi wilayah daratan, wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dasar laut, dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. 2. Hak-hak berdaulat Negara Republik Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen serta hak pengawasan di Zona Tambahan. 3. Kewenangan Pemerintah melakukan pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah negara serta Kawasan Perbatasan. 4. Kelembagaan yang diberi kewenangan untuk melakukan penanganan Kawasan Perbatasan. Unsur keanggotaan kelembagaan ini berasal dari unsur Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengingat posisi strategis wilayah perbatasan terkait dalam hal seperti kedaulatan negara, keutuhan wilayah, penegakan hukum dan kesejahteraan rakyat. 5. Keikutsertaan masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan Wilayah Negara termasuk Kawasan Perbatasan. 6. Larangan dan sanksi bagi setiap orang yang melakukan pelanggaran terkait dengan Wilayah Negara dan batas-batasnya.