Anda di halaman 1dari 2

UTS Semester Ganjil 2021-2022

Mata Kuliah : Hukum Perdata Internasional Kelas 2.6, 2.7, 2.9 dan 2,13
Selasa, 26 Okt. 2021 pk. 08.00 – 09.00 WIB
Dosen: Magdariza, SH., MH.
Petunjuk: 1. Jawaban dengan tulisan tangan rapi dan bersih, dikirim ke ilearn dengan format PDF!
2. Jawablah secara berurutan dan tidak perlu menyalin soalnya. Bacalah pertanyaan baik-baik
sebelum menjawab!

Kelompok A Nilai: 40
1. Masyarakat internasional sudah memiliki aturan tentang persoalan keperdataan dan ada
yang sudah diratifikasi Indonesia.
a. Sebutkan minimal 3 aturan keperdataan internasional yang sudah diratifikasi Indonesia!
b. Jelaskan bagaimana pengaturan persoalan HPI Indonesia sampai saat ini!
c. Sebutkan sebanyak-banyaknya azas-azas yang dikenal dalam HPI!
2. Dua orang WNI, dimana seorang (A) memiliki kantor di Jakarta dan seorang lainnya (B) memiliki
kantor di Inggris mengadakan perjanjian perjanjian ekspor impor yang barang-barangnya harus
didatangkan dari Inggris. Dalam kontrak disepakati hukum yang berlaku adalah hukum Inggris.
a. Apakah kontrak yang dibuat A dan B merupakan peristiwa HPI? Jelaskan!
b. Seandainya A dan B tidak membuat pilihan hukum dan penawaran kontrak (diajukan A dari
Indonesia) dilakukan melalui media email, hukum negara mana yang berlaku terhadap kontrak
mereka? Jelaskan berdasarkan teori yang dikenal dalam HPI!
3. Buatlah sebuah kasus imajiner yang memiliki 6 titik taut. Jelaskan apa saja titik tautnya!

Kelompok B ( Kasus) Nilai: 60


1. Seorang pengusaha Indonesia (I) mengadakan kontrak (menggunakan Bahasa Inggris) ekspor impor di
Jakarta dengan seorang pengusaha dari Jepang (J). Ekspor barang-barang yang diperjanjikan dari
Jepang tidak sesuai dengan kualitas barang Jepang sebagaimana yang sudah disepakati dalam
kontrak. Hal ini mengakibatkan pengusaha Indonesia tidak mau mengirimkan barang-
barang/mengekspor dari Indonesia. Pengusaha Indonesia mengajukan gugatan ke pengadilan Jakarta.
Pertanyaan:
a. Sebutkan titik taut primer dan sekunder yang terdapat dalam kasus di atas.
b. Berdasarkan lex fori, apa persoalan hukum yang terjadi dalam kasus ini dan apa lex causaenya?
c. Seandainya kontrak dibuat antara A dan C (WN Swiss), dan perkara diajuka A pada pengadilan
Swiss. Apa lex causae yang akan digunakan untuk penyelesaian kasus ini? Jelaskan! (Di Swiss
dipakai teori The Most Characteristic Connection)

2. Dua orang pengusaha sukses di bidang otomotif di Perancis, suami (P) dan istri (W) adalah warga
negara Jerman yang menikah di Inggris dan berdomisili di Perancis. P dan W tidak membuat perjanjian
harta perkawinan dan P pernah membuat testamen di Perancis yang mengabaikan hak istrinya. Setelah
P meninggal, W mengajukan gugatan pada pengadilan Perancis tentang keabsahan testamen dan
menuntut harta perkawinan mereka.
HPI Perancis mengatur bahwa ketiadakaan kontrak harta perkawinan tidak mengabaikan hak seorang
istri dan pewarisan testamenter didasarkan pada lex loci celebritionis. HPI Inggris menetapkan bahwa
keabsahan testamen didasarkan pada lex domisili.
a. Sebutkan titik taut primer dan sekunder yang terdapat dalam kasus di atas.
b. Kualifikasikan perkara ini dan selesaikan sesuai lex causae yang tepat dalam HPI.
c. Jelaskan teori kualifikasi yang saudara gunakan.
====000====

Anda mungkin juga menyukai