Landasan Kontinen
Menurut UNCOLS 1982 landas kontinen adalah daerah dasar laut dan tanah di bawahnya
yang berada di luar laut teritorial yang merupakan kelanjutan alamiah dari daratan sampai ke batas
terluar tepian kontinen atau sampai jarak 200 mil laut di ukur dari garis pangkal yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorial apabila sisi terluar tepian kontinen tidak mencapai jarak
tersebut. Kalau kita lihat dari pengertian ini berbeda dengan pengertian yang terdap at dalam
konvensi Jenewa 1985 dimana dalam konvensi Jenewa batas terluar itu sampai kedalaman 200
meter dan kriteria eksploitabilitas diganti oleh kriteria geologis serta kriteria jarak 200 mil batas.
Pasal 76 ayat (1) Konvensi Hukum Laut 1982 memberikan batasan Landas Kontinen
sebagai berikut:
”Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya
dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan
alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil
laut dari garis pangkal darimana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi
kontinen tidak mencapai jarak tersebut.
Jika dibandingkan dengan ketentuan Konvensi Hukum Laut 1958, perumusan yang
terdapat dalam pasal 76 Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut di atas memberikan batasan-batasan
yang lebih jelas dengan memberikan kepastian batas terluar landas kontinen. Demikian juga
pengertian landas kontinen selain mencakup pengertian yuridis juga mencakup pengertian geologis
yang merupakan penyempurnaan dari pengertian landas kontinen itu sendiri. Perumusan yang
terdapat dalam Konvensi Hukum Laut 1982, selain merupakan penyempurnaan dari pengertian
landas kontinen yang dapat dianggap sebagai perkembangan hukum laut masa kini, perumusan
tersebut dapat menimbulkan kekaburan atau ketidak jelasan dalam menafsirkan pengertian
“continental shelf”. Hal ini bias dilihat dari alternatif-alternatif yang digunakan untuk menentukan
batas terluar landas kontinen sampai pinggiran luar tepian kontinen atau melampaui batas itu,
sesungguhnya cara pengukuran ini sudah jauh meninggalkan pengertian “continental shelf” dalam
arti geologis semata-mata.
1
Etty R.agoes,”perkembangan konsep joint development”dalam pemanfaatan kekayaan alam
dilaut”,op.cit,hlm.10.
Model ini didasarkan pada suatu persetujuan antar negara untuk bekerja sama membentuk
usaha patungan yang bersifat memaksa dalam penambangan minyak yang terdapat pada daerah
landas kontinen yang tumpang tindih,usaha patungan ini dapat dilakukan baik melalui kerja sama
antar negara yang bersangkutan maupun kerja sama antar perusahaan minyak yang ditunjuk negara
tersebut
c) Joint authority development
Model ini negara dalam suatu persetujuan joint development sepakat membentuk otorita
bersama yang mempunyai kewenangan atas nama masing-masing negara untuk memberikan
lisensi penambangan 2
2
Sidik didik muhammad “hukum laut intenasional dan pengaturannya di indonesia”hlm121-122
a. Diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun, dan/atau
b. Denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 11 UU Nomor 1 Tahun 1973.Pelanggaran dengan
ancaman tersebut di atas dikenakan terhadap:
1. Pelanggaran atas ketentuan eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam.
2. Pelanggaran atas ketentuan penyelenggaraan penyelidikan ilmiah kekayaan alam
3. dalam melakukan eksplorasi, eksploitasi dan penyelidikan ilmiah sumber kekayaan alam di
laut kontinen Indonesia, sehingga menimbulkan pencemaran atas:
air laut di landas kontinen Indonesia
melupnya pencemaran
Kemudahan yang diberikan dalam melaksanakan eksplorasi maupun eksploitasi sumber-
sumber kekayaaan alam dapat diperoleh berupa:
· dapat dibangunnya instalasi-instalasi di landas kontinen.
· Dapat digunakannya kapal-kapal dan/atau alat-alat lainnya untuk kepentingan kegiatan
· Dapat dilakukan kegiatan pemeliharaan instalasi-instalasi atau alat-alat yang ada.
Agar semua instalasi dan alat-alat tersebut dapat dihindari dari gangguan-gangguan yang
dilakuakn pihak ketiga, maka untuk perlindungannya bagi Pemerintahan Indonesia telah
mengeluarkan kebijakan dengan menetapkan suatu daerah terlarang.Setiap titik terluar pada
instalasi-instalasi, kapal-kapal dan/ atau alat-alat lainnya yang dapat dilandas kontinen dan/atau di
atasnya. Untuk kepentingan perlindungan dan pengamanan tersebut di atas, pemerintah
menetapkan daerah terbatas selebar tidak melebihi 1.250 meter terhitung dari titik-titik terluar dari
daerah terlarang itu dengan maksud kapal-kapal pihak ketiga dilarang membongkar atau
membuang sesuatu.
Berkaitan dengan wilayah tersebut, dalam pasal 9 nyata ditegaskan, bahwa keadaan
tersebut di atas merupakan yuridiksi Negara Indonesia, sehingga terhadap setiap perbuatan dan
peristiwa yang terjadi di atas atau dibawah instalasi-instalasi, alat-alat lainnya atau kapal-kapal
yang berada dilandas kontinen dan/atau di atas landas dengan maksud untuk keperluan eksplorasi
dan/atau eksploitasi kekayaan alam di atas landas-landas kontinen atau daerah terlarang dan daerah
terbatas dari instalasi-instalasi dan/atau alat-alat lainnya atau kapal-kapal bersangkutan, akan
diberlakukan hokum dan segala peraturan perundang-undangan Indonesia.Sedangkan atas
penempatan instalasi dan alat-alat di landas kontinen Indonesia yang dipergunakan untuk
eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam dinyatakan sebagai daerah kepulauan
Indonesia.Pelaksanaan ekspolorasi dan eksploitasi kekayaan alam di landas kontinen sepenuhnya
menjadi wewenang negara pantai, dengan memperhatikan batasan-batasan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Negara pantai dan adannya kemungkinan timbulnya salah paham atau salah pengertian
yang mengakibatkan perselisihan antar kepentingan-kepentingan dalam pemanfaatan sumber
kekayaan alam, akan menjadi perhatian yang serius bagi pemerintahan untuk menyelesaikannya.
Dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut di atas diberlakukan segala
peraturan perundangan yang ada dan relevan dengan masalahnya, tindakan sepihak dari
pemerintahan Indonesia dapat dilakukan dengan mengambil langkah kebijakan sebagai berikut:
menghentikan sementara waktu kegiatannya
mencabut izin usaha untuk tidak melakukan usahannya di wilayah landas kontinen Indonesia
E. Hak, Yurisdiksi, Dan Kewajiban Negara Pantai Serta Kebebasan Negara Lain Pada Landas
Kontinen Menurut Konvensi Hukum Laut Pbb 1982