Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI LANDAS KONTINEN

A. Definisi Landas Kontinen


1. Pengertian Landas Kontinen Menurut Konvensi Jenewa 1958
Landasan kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya yang
bersambungan dengan pantai tetapi di luar laut teritorial, sampai pada
kedalaman 200 meter atau lebih sepanjang dalamnya air laut di atasnya
masih memungkinkan untuk dapat mengeksplorasinya dan meng-
eksploitasi sumber-sumber daya alamnya (Pasal 1).
Termasuk juga dalam pengertian landas kontinen adalah dasar laut dan
tanah di bawahnya yang terletak di luar area laut teritorial dari sebuah
pulau.
2. Pengertian Landas Kontinen Menurut Konvensi Hukum Laut 1982
UNCLOS Pasal 76 (1)
Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut
teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga
pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari
garis pangkal darimana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran
luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.
3. Pengertian Landas Kontinen Menurut Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2023 Tentang Landas Kontinen Pasal 1 Angka 1
Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya dari area di
bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorial Indonesia,
sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratan hingga pinggiran luar
tepian kontinen, atau hingga suatu jarak 20O (dua ratus) mil laut dari
garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran
luar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut, hingga paling jauh
350 (tiga ratus lima puluh) mil laut atau sampai dengan jarak 100
(seratus) mil laut dari garis kedalaman 2.500 (dua ribu lima ratus) meter,
atau berdasarkan perjanjian internasional dengan negara yang pantainya
berhadapan atau berdampingan dengan Indonesia.
B. Hak dan Kewajiban dalam Landas Kontinen
1. Hak di Landas Kontinen Sebagai Berikut
a. Hak berdaulat untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam.
b. Sumber Daya Alam
1) Mineral, sumber daya non hayati lainnya dari dasar laut dan tanah
di bawahnya, serta living organisms of sedentary nature.
(Pasal 77 ayat (4) KHL 1982.
Sumber kekayaan alam tersebut dalam Bab ini terdiri dari sumber
kekayaan mineral dan sumber kekayaan non hayati lainnya pada
dasar laut dan tanah di bawahnya, bersama dengan organisme
hidup yang tergolong jenis sedenter yaitu organisme yang pada
tingkat yang sudah dapat dipanen dengan tidak bergerak berada
pada atau di bawah dasar laut atau tidak dapat bergerak kecuali
jika berada dalam kontak pisik tetap dengan dasar laut atau tanah
dibawahnya.
2) Hak exclusive untuk mengebor di landas kontinen (Pasal 81)
instalasi lepas pantai.

Selain dimaksud di atas harus dipahami bahwa hak negara-negara


pantai di landas kontinennya tidak memengaruhi status hukum perairan
di atasnya maupun udara di atasnya, pelayaran ataupun kegiatan-
kegiatan yang sah lainnya (Pasal 78). Hak negara pantai di landas
kontinen tidak mengurangi hak semua negara untuk meletakkan kabel
dan pipa bawah laut pada landas kontenen tersebut, di mana negara
pantai tidak boleh menghalanginya. Walaupun demikian negara pantai
dapat mengambil tindakan-tindakan yang pantas untuk eksplorasi dan
eksploitasi di landas kontinen tersebut dan untuk mencegah
pencemaran dari jalur pipa tersebut. Lintasan pipa, termasuk yang
dimiliki oleh negara lain, harus dengan persetujuan dari negara pantai,
yang juga dapat menetapkan persyaratan untuk masuknya kabel dan
pipa melalui wilayah atau laut teritorialnya (Psl 76).
Kenyataannya, bahwa penentuan batas terluar landas kontinen
merupakan hasil kompromi antara negara-negara yang menghendaki
landas kontinen seluas mungkin (walau lebih dari 200 mil) dan negara-
negara yang menentangnya, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 82.
Pasal ini berisikan ketentuan khusus yang mengatur eksploitasi di
landas kontinen yang berada di luar batas 200 mil. Setelah berproduksi
5 tahun, pada tahun ke enam negara pantai harus menyumbangkan satu
persen dari apa yang dihasilkannya, misalnya minyak atau gas, atau satu
persen dari hasil produksinya dan meningkat satu persen setiap
tahunnya sampai maksimal tujuh persen (Pasal 82 (2)). Negara-negara
yang sedang berkembang yang harus mengimpor bahan mineral yang
dihasilkan dibebaskan dari kewajiban ini Psl 82 ayat (3).
Sumbangan ini diberikan kepada negara berkembang yang paling
miskin (Pasal 82 ayat 4. Ketentuan ini dimaksudkan untuk kepentingan
masyarakat internasional secara keseluruhan dan khususnya negara-
negara yang sedang berkembang, dari keuntungan negara-negara pantai
yang diperolehnya dari eksploitasi landas kontinen di luar Zona
Ekonomi Eksklusifnya.

Pasal 10
(1) Landas Kontinen merupakan bagian dari wilayah yurisdiksi negara
Indonesia.
(2) Dalam Landas Kontinen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
negara Indonesia mempunyai dan melaksanakan:
a. hak berdaulat; dan
b. kewenangan tertentu.
Pasal 11
(1) Hak berdaulat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
huruf a terdiri atas:
a. hak berdaulat atas Sumber Daya Alam;
b. hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan/atau eksploitasi
Sumber Daya Alam; dan
c. hak berdaulat yang bersifat eksklusif untuk mengizinkan dan/atau
mengatur pengelolaan kegiatan eksplorasi dan/ atau eksploitasi
Sumber Daya Alam.
(2) Hak berdaulat di Landas Kontinen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan hukum internasional.
Pasal 12
(1) Kewenangan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(2) huruf b meliputi:
a. Penelitian Ilmiah Kelautan;
b. pembuatan dan penggunaan Pulau Buatan, Instalasi, dan
Bangunan Lainnya; dan
c. pelindungan dan pengelolaan fungsi lingkungan laut.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
hukum internasional.
2. Kewajiban di Landas Kontinen
a. Pasal 78 Konvensi Hukum laut 1982 menyatakan bahwa: 1) Hak-
hak negara pantai atas landas kontinen tidak memengaruhi status
perairan dan ruang udara di atasnya.
2) Secara eksplisit menyatakan bahwa hak-hak tersebut "tidak boleh
melanggar atau menghasilkan campur tangan yang tidak dibenarkan
dalam navigasi dan kebebasan negara lain sebagaimana diatur di
tempat lain dalam konvensi.
b. Submarine Cables and Pipelines Pasal 79 ayat (1) menyatakan
bahwa: hak negara lain untuk meletakkan kabel dan pipa bawah laut,
adapun persyaratannya hak itu antara lain yaitu harus mendapatkan
persetujuan dari negara pantai berkaitan dengan rute pipa, namun
umumnya negara pantai tidak menghalangi hak orang lain untuk
meletakkan kabel dan pipa bawah laut.

Anda mungkin juga menyukai