Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI

  
Makalah ini Diajukan  untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Terstruktur  
Mata Kuliah Tindak Pidana Korupsi
  
Dosen Pengampu : Firdaus, S.H., M.H.

  
 
OLEH : 

Kelompok 2

Indra Kurnia (12020713065)

M. Arif Riswanda (12020713034)

Nadla Nadila (12020726840)

Vykha Narulloh Mardhiyah Amanda (12020722980)

JURUSAN ILMU HUKUM 

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM 

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM PEKANBARU 

  
  
  
2023
KATA PENGANTAR 

  Assalamu’alaikum Wr.Wb 

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami

diberikan kesehatan untuk dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam

senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya. 

            Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok/terstruktur mata kuliah Hukum

Pajak Prodi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sultan Syarif Kasim Riau, dengan

judul makalah “FAKTOR TINDAK PIDANA KORUPSI”. 

            Dalam menyusun makalah ini, tidak mungkin terlaksana apabila tanpa semangat,

dukungan dan do’a dari teman-teman sekalian, serta bimbingan dari pihak yang sangat kami

hormati. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Firdaus, S.H., M.H.

selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas kepada kami  untuk menyusun makalah

ini. 

            Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang ditetapkan, dan kami berharap

mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin. 

  

Wassalamu’alaikum Wr. Wb  

  

  

Pekanbaru, 12 Maret 2023


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................2
C. TUJUAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. PENGERTIAN KORUPSI..............................................................................3
B. FAKTOR TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI.............................4
BAB III PENUTUPAN............................................................................................9
A. KESIMPULAN.........................................................................................9
B. SARAN...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan sosial,budaya,

kemasyarakatan, kenegaraan sudah ditinjau dan ditelaah secara kritis oleh banyak

ilmuwan filosof. Aristoteles misalnya,yangdiikuti oleh Machiavelli, sejak awal telah

merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi moral (moral korupsi).

Korupsi moral Merujuk padaberbagai bentuk konstitusi yang sudah melenceng, hingga

para penguasarezim termasukdalam sistem demokrasi, tidaklagi dipimpin oleh

hukum,tetapi tidak lebih hanya melayani dirinya sendiri

Kata korupsi sudah menjadi konsumsi umum. Asumsi besar yang dapat dibangun

bahwa praktik korupsi adalah masalah terumit yang dihadapi oleh setiap pola

kenegaraan di dunia. Kwik Kian Gie mungkin hanyalah satu diantara banyak tokoh

yang meletakan kekesalannya pada kata tersebut. Lebih lanjut, hal ini segera

mengingatkan orang pada sebutan Yang mulia Tindakan, “kekuasaan cenderung korup,

kekuasaan mutlak korup mutlak”.Artinya korupsi muncul bila mana terjadi

dataran tinggi kekuatan,terlebih apabila kekuatan bersifat absolut atau mutlak,

maka korupsi semakin menjadi-jadi. Bukan hanya dalam bentuk uang pelicin

terjadi dikalangan birokraT kecil, tetapi sudah menjadi usaha

mengakumulasimodal, antara pejabat tinggi dan pengusaha besar


B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud korupsi?

2. Bagaimana factor terjadinya tindak pidana korupsi?

C. Tujuan

Adapun tujuannya yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan korupsi.

2. Untuk mengetahui bagaimana factor terjadinya tindak pidana korupsi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

B. Kata “korupsi” berasal


dari bahasa latin
“corruption” arti kata
korupsi
C. secara harfiah adalah
kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran,
D. dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari
kesucian
E. Kata “korupsi” berasal
dari bahasa latin
“corruption” arti kata
korupsi
F. secara harfiah adalah
kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran,
G. dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari
kesucian
H. Kata “korupsi” berasal
dari bahasa latin
“corruption” arti kata
korupsi
I. secara harfiah adalah
kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran,
J. dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari
kesucian
K. Kata “korupsi” berasal
dari bahasa latin
“corruption” arti kata
korupsi
L. secara harfiah adalah
kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran,
M. dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari
kesucian
Kata “korupsi” berasal dari bahasa latin “corruption” arti kata korupsi

secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,dapat

disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Dengan demikian arti kata korupsi

adalah sesuatu yang busuk, jahat danmerusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan
korupsi menyangkut sesuatu yang bersifat amotal, sifat dan keadaan yang busuk,

menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaandalam

jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan

keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

Teori GONE mengungkapkan bahwa seseorang yang korupsi pada dasarnya

serakah dan tak pernah puas. Tidak pernah ada kata cukup dalam diri koruptor yang

serakah. Keserakahan ditimpali dengan kesempatan, maka akan menjadi katalisator

terjadinya tindak pidana korupsi. Setelah serakah dan adanya kesempatan, seseorang

berisiko melakukan korupsi jika ada gaya hidup yang berlebihan serta pengungkapan atau

penindakan atas pelaku yang tidak mampu menimbulkan efek jera.

Teori lainnya soal penyebab korupsi disampaikan oleh peneliti Donald R Cressey

yang dikenal sebagai Teori Fraud Tiangle (TFT). Teori ini muncul setelah Cressey

mewawancarai 250 orang terpidana kasus korupsi dalam waktu 5 bulan.

Dalam teori tersebut, ada tiga tahapan penting yang mempengaruhi seseorang

untuk melakukan korupsi, yaitu pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), dan

rationalization (rasionalisasi). Seseorang memiliki motivasi untuk korupsi karena

tekanan, misalnya motif ekonomi yang menjadi pelatuknya. Namun menurut Cressey

tekanan ini terkadang tidak benar-benar ada. Seseorang cukup berpikir bahwa dia

tertekan atau tergoda pada bayangan insentif, maka pelatuk pertama ini telah terpenuhi.

Kedua adalah kesempatan. Contoh yang paling mudah ditemui adalah lemahnya

sistem pengawasan sehingga memunculkan kesempatan untuk korupsi. Menurut Cressey,


jika dia tidak melihat adanya kesempatan maka korupsi tidak bisa dilakukan. Ketiga

adalah rasionalisasi. Cressey menemukan bahwa para pelaku selalu memiliki rasionalisasi

atau pembenaran untuk melakukan korupsi. Rasionalisasi ini setidaknya menipiskan rasa

bersalah pelaku, contohnya "saya korupsi karena tidak digaji dengan layak" atau

"keuntungan perusahaan sangat besar dan tidak dibagi dengan adil".

B. Faktor Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

Secara umum faktor terjadinya tindak pidana korupsi yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah stu faktor terjadinya korupsi. Hal ini dapatdilihat

terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegangkekuasan bahkan

ketika meraih dan mempertahakan kekuasaan.Perilaku korup seperti

penyuapan, politik uang merupakan fenomenayang sering terjadi. Terkait

dengan hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik

uang (money politik) sebagai useof monery and material benefits in the

pursuit of political influence. Menurut Susanto korupsi pada level

pemerintahan adalah dari sisipenerimaan, pencurian barang-barang pulik

untuk kepentingan pribadi,tergolong korupsi yang disebabkan konstelasi

politik (Susanto, 2002).Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya

perilaku curang(politik uang) pada pemilihan anggota legislatif ataupun

pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembiayaan

kampanye,penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik

lobi yang menyimpang.


2. Faktor hukum

Faktor hukum bisa diliat dari dua sisi, di satu sisi dari aspekperundang-

undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi

hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yangdiskriminatif dan tidak

adil, rumusan yang tidak jelas-tegas (non lexcerta) sehingga multi tafsir,

kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik sederajat maupun

yang lebih yang tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang

dilarang sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu

berat, penggunaan konsep yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama,

semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak kompetabel dengan realitas

yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak produktif dan mengalami

resistensi. Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun yang dominan

adalah:pertama, tawar-menawar dan pertarungan kepentingan antarakelompok

dan golongan parlemen, sehingga memunculkan aturan yangbias dan

diskriminatif. Kedua, praktik uang dalam pembuatan hukumberupa suap

menyuap (political briberry) utamanya menyangkutperundang-undangan

dibidang ekonomi dan bisnis. Akibatnya timbulperaturan yang elastis dan

multi-tafsir serta tumpang tindih denganaturan lain sehingga mudah sehingga

mudah dimanfaatkan untuk menyelamatkan pihak pemesan. Sering pula

ancaman sanksinya dirumuskan begitu ringan sehingga tidak memberatkan

pihak yang berkepentingan. Bibit Samad Riyanto (2009) mengatakan lima hal

yang dianggap berpotensi menjadi penyebab tindakan korupsi. Pertama adalah

sistempolitik, yang ditandai dengan munculnya peraturan perundang-


undangan, seperti Perda dan peraturan lain; kedua, adalah intensitasmoral

seseorang atau kelompok, ketiga adalah remunerasi ataupendapatan

(penghasilan) yang minim, keempat adalah pengawasanbaik bersifat internal-

eksternal; dan kelima adalah budaya taat aturan

3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal

itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidakmencukupi

kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalamteori kebutuhan

Maslow, sebagaimana dikutip Sulistyantoro, korupsiseharusnya hanya

dilakukan oleh orang untuk memenuhi duakebutuhan paling bawah dan logika

lurunya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang

bertahan hidup. Tingkat gaji yang tidak memenuhi standar hidup minimal

pegawai merupakan masalah sulit yang harus dituntaskan

penyelesaianya.Aparatur pemerintah yang merasa penghasilan yang

diterimanya tidaksesuai dengan kontribusi yang diberikannya dalam

menjalankan tugas pokoknya tidak akan dapat secara optimal dalam

melaksanakan tugasnya. Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek

ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya korupsi, diantaranya adalah

kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor kesempatan bagi pegawai

pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya. Terkait faktor

ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakanbahwa

kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Pernyataandemikian tidak benar

sepenuhnya, sebab banyak korupsi yangdilakukan oleh pemimpin Asia Afrika


serta mereka tidak tergolong orang miskin. Dengan demikian korupsi tidak

disebabkan oleh kemiskinan, tetapi kemiskinan disebabkan oleh korupsi.

4. Faktor Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk

sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi

korban korupsi di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya

korupsi karena membuka peluang ataukesempatan untuk terjadinya korupsi.

Bilamanaorganisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi

seseoranguntuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi. Focus

attention, dapat dijadikan oleh para anggota sebagai semacamguideline untuk

memusatkan usaha-usaha dan kegiatan anggota sertaorganisasi sebagai

kesatuan. Melalui tujuan organisasi, para anggota dapat memiliki arah yang

jelas tentang segala kegiatan dan apa yangtidak, serta apa yang harus

dikerjakan dalam kerangka organisasi. Tindak tanduk atas kegiatan dalam

organisasi. Dalam fungsinya sebagai dasar legitimasi atau pembenaran tujuan

organisasi dapat dijadikan oleh para angota sebagai dasar keabsahan dan

kebenaran tindakan-tindakan dan keputusannya. Tujuan organisasi juga

berfungsi menyediakan pedoman-pedoman (praktis) bagi para anggotanya.

Dalam fungsinya yang demikian tujuan organisasimenghubungkan para

anggotanya dengan berbagai tata cara dalam kelompok. Ia berfungsi

membantu para anggotanya menentukan cara terbaik dalam melaksanakan

tugas dan melakukan suatu tindakan.


BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Iatetap lestari

sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalamtiap orde yang datang silih

berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan penyebab

korupsi meliputi dua faktor yaitufaktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan penyebabkorupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah

faktorpenyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internalterdiri dari

aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu,aspek sikap atau perilaku

misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosialseperti keluarga yang dapat mendorong

seseorang untuk berperilaku korup.

Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak

mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih

dan mempertahankan kekuasaan, aspekmanagemen & organisasi yaitu ketiadaan

akuntabilitas dan transparansi,aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud

perundangundangan danlemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan

ataumasyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.

B. Saran

Korupsi akan terus berlangsung selama masih terdapat kesalahantentang cara

memandang kekayaan. Semakin banyak orang salah dalammemandang kekayaan,

semakin besar pula kemungkinan orang melakukankesalahan dalam mengakses

kekayaan.Semoga kita termasuk dalam orangyang salah memandang kekayaan.


DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, H.S. 2003. Jurnal Wacana. Korupsi di Indonesia. Yogyakarta : Insist Press.

Angha, Nader. 2002. Teori I Kepemimpinan berdasarkan Kecerdasan Spiritual. Jakarta : Serambi.

ICW. 2000. Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi . Jakarta: ICW Jack Bologna.

Klitgaard, Robert . 2005. Membasmi Korupsi (Penerjemah Hermojo). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai