Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP KORUPSI

Dosen Pembimbing:
Nengah Sumirta, S.Kep., Ns., M.Kes.

Oleh:
Kelompok 2
I Gusti Ayu Agung Tia Suwandewi P07120222001
Yudistira Putra Lestari P07120222006
I Kadek Diranam Nandana P07120222007
Putu Tata Arta Cipta Dewi P07120222013
Anak Agung Gde Agung Mahotama Putra P07120222023
Ni Made Sintya Silawati P07120222037

KELAS 2A
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Korupsi” tepat pada waktunya dan
sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Nengah
Sumirta, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan petunjuk yang jelas sehingga membantu dalam menyelesaikan
tugas ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak lainnya yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diperlukan demi penyempurnaan makalah
ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat dengan mudah dipahami oleh para pembaca
dan bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 23 Juli 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ..............................................................................................................3
2.1 Pengertian Korupsi ...................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Korupsi ...................................................................................... 4
2.3 Pola Korupsi ............................................................................................... 5
BAB III..............................................................................................................................7
PENUTUP ........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 7
3.2 Saran .......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi dapat diibaratkan bagaikan penyakit kronis yang sangat sulit untuk
disembuhkan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya kasus korupsi dari tahun ke
tahun, yang bahkan seringkali meningkat. Menurut laporan Indonesia Corruption
Watch (ICW) tahun 2022, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia terjun bebas
dari skor 38 menjadi skor 34 atau berada di peringkat 110 dari 180 negara. Menurut
catatan TI Indonesia, peringkat Indonesia kini berada di posisi satu dari tiga negara
terkorup di dunia dan di Asia Tenggara, berada jauh di bawah Singapura, Malaysia,
Timor Leste, Vietnam dan Thailand.
Pada kebanyakan kasus korupsi yang dipublikasikan media, seringkali perilaku
korupsi berkaitan dengan kekuasaan, birokrasi, ataupun pemerintahan. Selain itu
korupsi juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan sosial,
kebijakan internasional, dan pembangunan nasional. Begitu luasnya aspek yang
terkait dengan korupsi dapat menyebab kerugian yang sangat besar. membuat
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan konvensi pada tanggal 11
Desember 2003. Sebanyak 94 negara dari 125 negara anggota PBB yang hadir di
Merida, Meksiko, meratifikasi United Nations Convention Against Corruption
(UNCAC) atau Konvensi PBB Memerangi Korupsi (Adwirman, dkk. 2014).
Selain merugikan negara dari berbagai aspek, korupsi juga dapat
membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Sehingga
ketika korupsi merajalela, tidak ada nilai utama atau kemulian dalam masyarakat.
Dengan demikian, perlu dilakukannya tindakan pencegahan dan
pemberantasan korupsi secara sistematis. Untuk itu, masyarakat dan juga
mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk-beluk
korupsi, mulai dari konsep korupsi itu sendiri sampai upaya pemberantasannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu korupsi?
2. Apa saja jenis-jenis korupsi?
3. Bagaimanakah pola korupsi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan penyusunan makalah
ini yaitu:
1. Untuk menjelaskan pengertian korupsi.
2. Untuk mendeskripsikan jenis - jenis korupsi.
3. Untuk mendeskripsikan pola korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Kata “Korupsi” berasal dari bahasa Latin “Corruptio” (Fockema Andrea
: 1951) atau “Corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya
dikatakan bahwa “Corruptio” berasal dari kata “Corrumpere”, suatu bahasa
Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“Corruption, Corrupt” (Inggris), “Corruption” (Perancis) dan
“Corruptie/Corruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian. Istilah korupsi yang telah diterima dalam
perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat
disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS
Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya” (WJS
Poerwadarminta: 1976).
Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa
(Muhammad Ali : 1998) :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai
kekuasaan kepentingan sendiri dan sebagainya.
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok dan sebagainya.
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu
yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau
golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Menurut Subekti dan
Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud “Corruptie” adalah korupsi,
perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan
negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973). Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip

3
pendapat David M. Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang,
yakni yang menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum.
Hal ini diambil dari definisi yang berbunyi “Financial Manipulations and
Deliction Injurious to The Economy are Often Labeled Corrupt” (Evi Hartanti:
2008).

2.2 Jenis-Jenis Korupsi


Beberapa istilah yang perlu dipahami terkait dengan jenis-jenis korupsi yaitu
adanya pemahaman tentang pengertian korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Istilah KKN ini sempat populer menjelang jatuhnya rezim Orde Baru (Adwirman,
Dkk. 2014).
1) Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak
pidana korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan melawan
hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
2) Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat
kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan
perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu
sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar.
3) Nepotisme yaitu setiap perbuatan penyelenggaraan negara secara
melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya atau
kroninya di atas kepentingan masyarakat, negara, dan bangsa.
Pada dasarnya praktik korupsi dapat dikenal dalam berbagai jenis/bentuk
umum yaitu: Bribery (Penyuapan); Embezzlement (Penggelapan/Pencurian);
Fraud (Penipuan); Extortion (Pemerasan); dan Favouritism (Favoritisme).
Kelima bentuk ini secara konsep seringkali Overlapping satu sama lain, di mana
masing-masing istilah digunakan secara bergantian (Dwiputrianti, 2019).
Namun beberapa ahli mengidentifikasi jenis korupsi, di antaranya Syed
Hussein Alatas yang mengemukakan bahwa berdasarkan tipenya korupsi

4
dikelompokkan menjadi tujuh jenis korupsi sebagai berikut (Adwirman, Dkk.
2014).
1) Korupsi Transaktif (Transactive Corruption) yaitu menunjukkan
kepada adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan
pihak penerima, demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif
diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.
2) Korupsi Pemerasan / Memeras (Extortive Corruption) adalah jenis
korupsi di mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah
kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-
orang dan hal-hal yang dihargainya.
3) Korupsi Investif (Investive Corruption) adalah pemberian barang atau
jasa tanpa ada pertalian langsung dari keuntungan tertentu, selain
keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan
datang.
4) Korupsi Perkerabatan (Nepotistic Corruption) adalah penunjukan
yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang
jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan
perlakuan yang mengutamakan dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk
lain, kepada mereka, secara bertentangan dengan norma dan peraturan
yang berlaku.
5) Korupsi Defensif (Defensive Corruption) adalah perilaku korban
korupsi dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka
mempertahankan diri.
6) Korupsi Otogenik (Autogenic Corruption) yaitu korupsi yang
dilaksanakan oleh seseorang seorang diri.
7) Korupsi Dukungan (Supportive Corruption) yaitu korupsi tidak
secara langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk
lain.

2.3 Pola Korupsi


Terjadinya korupsi pada suatu lembaga atau instansi pasti memiliki pola
pola tertentu dalam pelaksanaannya. Menurut (Fadjar 2002), pola terjadinya
korupsi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

5
1. Mercenary Abuse Of Power, Penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan oleh seseorang yang memiliki kewenangan tertentu dengan
pihak lain dengan cara sogok menyogok, suap, mengurangi
standarspesifikasi, atau volume dan penggelembungan dana. Biasanya
penyalahgunaan wewenang seperti ini dilakukan oleh pejabat dengan
level kedudukan yang tidak terlalu tinggi dan bersifat non politis.
2. Discretionary Abuse of Power, pejabat yang memiliki kewenangan
istimewa seperti walikota/bupati menyalahgunakan wewenangnya
dengan cara mengeluarkan kebijakan atau peraturan tertentu yang bisa
menjadikan pihak tersebut dapat bekerjasama dengan pihak tertentu.
3. Ideological Abuse of Power, biasanya pada pejabat untuk tujuan dan
kepentingan tertentu dari kelompok atau partainya. Bisa juga terjadi
dukungan kelompok pada pihak tertentu demi mencapai jabatan
strategis pada birokrasi atau lembaga eksekutif dan pada waktu yang
akan datang mereka mendapatkan kompensasi atas tindakan tersebut.
Menurut (Baswir 1993) terdapat tujuh pola korupsi yang sering
dilakukan oleh pelaku tindak korupsi baik pada kalangan swasta maupun
pemerintah. Pola tersebut meliputi: Pola Konvensional; Pola Upeti; Pola
Komisi; Pola Perusahaan Rekanan; Pola Menjegal Order; Pola
Penyalahgunaan Wewenang; dan Pola Kuitansi Fiktif

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi yaitu sebuah perbuatan jahat dan busuk serta tidak bermoral dan tidak
jujur dimana suka menerima uang suap, melakukan penggelapan uang, memakai
kekuasaan untuk kepentingannya sendiri. Orang yang melakukan perbuatan busuk
seperti korupsi disebut dengan koruptor. Biasanya korupsi menyangkut soal jabatan
instansi atau aparatur pemerintah, dan juga menyangkut pada faktor ekonomi dan
politik serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan dibawah
kekuasaan jabatan. Ada 7 jenis Korupsi menurut Syed Hussein Alatas yaitu Korupsi
Transaktif, Korupsi Pemerasan, Korupsi Investif, Korupsi Perkerabatan, Korupsi
Defensif, Korupsi Otogenik, Korupsi Dukungan. Menurut (Fadjar 2002) ada 3 Pola
Korupsi yaitu Mercenary Abuse of Power, Discreationary Abuse of Power, Ideological
Abuse of Power.

3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan tentang Konsep Korupsi ini, diharapkan pembaca
dapat memahami lebih lanjut tentang apa itu pengertian dari Korupsi, apa saja jenis-
jenis dari korupsi dan bagaimana pola-pola dari Korupsi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adwirman, Parellangi, A., Yardes, N., Damping, H. H., Dkk. 2014. Buku Ajar
Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Dwiputrianti, S. (2019). Memahami Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia.
Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu Dan Praktek
Administrasi, 6(3), 256–281.
Indonesia Corruption Watch. (2023). Laporan Akhir Tahun 2022. Jakarta Selatan:
Indonesia Corruption Watch.
Khair, M. N. (2014). Analisis Pola Korupsi di Lembaga Pemerintahan Indonesia: Studi
Kasus Putusan Incracht Tindak Pidana Korupsi di Lembaga Pemerintah Tahun
2005-2013. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai