Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETIKA TANGGUNG JAWAB DAN PROFESI

HUKUM PENGAWASAN INTERNAL

KEJAKSAAN

DISUSUN OLEH :

RIZANDY MARSYA LOVE 12020713224

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Hellen Last Fitriani, S.H., M.H

KELAS E

ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KAIM RIAU

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Pengawasan Internal Kejaksaan Tugas ini ditulis untuk melengkapi
tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah ini di jurusan
Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau tahun 2023/2024.

Tugas ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi tambahan informasi


bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri. Tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak yang membaca agar tugas ini dapat menjadi
lebih baik dan lebih bermanfaat.

Pekanbaru, 10 Maret 2023

Rizandy marsya

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Metode Penulisan..................................................................................... 6
1.4 Waktu Penulisan ...................................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengawasan Internal.................................................................. 8
2.2 Pengertian Pengawasan Pasif...................................................................... 9
2.3 Kejaksaan................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 11
3.2 Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan di bidang penuntutan


sangat penting di dalam mewujudkan sistem peradilan yang bersih, serta
mewujudkan proses penegakan hukum yang mampu memberikan rasa
keadilan bagi masyarakat. Sebagai sebuah lembaga negara kejaksaan
memiliki dasar dalam menjalankan segala tugas fungsi dan wewenangnya,
yang mana tercantum di dalam Undang Undang Nomor 16 tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Dengan memiliki legitimasi yang
begitu jelas, kinerja dari kejaksaan sendiri diharapkan mampu menciptakan
kinerja yang baik pula. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwasanya
kejaksaan merupakan lembaga yang menjalankan penuntutan dalam proses
peradilan di Indonesia yang mana proses

penuntutan ini dijalankan oleh seorang jaksa. jaksa merupakan


pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang. Sebagai pejabat fungsional jaksa tidak hanya harus
menjalankan segala ketentuan di dalam undang-undang melainkan juga
harus patuh terhadap kode etik yang ada dikejaksaan. Dengan adanya kode
etik tersebut diharapkan mampu menciptakan jaksa yang profesional dan
jaksa yang bertanggung jawab.

1Anugrah Yustica, et.al. Peran Etika Profesi Sebagai Upaya Penegakan Hukum, Jurnal
Notarius, Vol. 13, No. 1, 2020, hal. 61

4
1.2 Rumusan Masalah

1.2 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
analisis. Analisis merupakan cara untuk menyelesaikan persoalan yang
dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.

1.3 Waktu Penulisan


Penulisan ini dilakukan pada tanggal 10 Maret sampai 11 Maret
2023.
Tempat yang digunakan untuk penulisan yaitu Pekanbaru.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengawasan Internal

Pengawasan internal merupakan sebuah proses, yang


diwujudkan oleh pimpinan organisasi maupun anggotanya,
yang dirancang untuk menjamin tercapainya sejumlah tujuan
seperti efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasional,
keandalan laporan keuangan dan ketaatan dengan peraturan
dan perundangan yang berlaku. Pengawasan internal juga bisa
dimaknai sebagai proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan penegakan hukum melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan serta kode etik
yang berlaku.

Pengawasan internal merupakan wujud komitmen


menciptakan pemerintahan bersih (clean government) dan tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance) lebih-lebih
terhadap para penyandang profesi hukum sebagai bidang
profesi yang sangat rentan terhadap pengaruh dari dalam
maupun dari luar diri penyandang profesi bersangkutan untuk
menyimpangi kewenangan, tugas, tanggungjawab dan sumpah
profesi yang telah diucapkan Sudah sekian banyak penyandang profesi
hukum didudukan di kursi pesakitan berkaitan dengan
pelbagai dakwaan tindak pidana umum, khusus maupun akibat
perbuatan amoral melanggar Kode Etik profesi. Pengawasan
terhadap orang pelaku penyandang profesi hukum, apakah
itu Polisi, Jaksa, Hakim, Advokat, dan Notaris

6
jelas tidak mudah, selain karena faktor besarnya kewenangan
yang dimiliki yang dalam banyak hal tidak diketahui publik,
atau dengan kata lain agak tertutup dari pengetahuan umum
sehingga kemungkinan terjadinya pemerasan oleh penyandang
profesi terhadap mereka yang sedang berkepentingan dengan
profesi tersebut, atau rayuan suap dari pihak yang sedang
berurusan dengan penyandang profesi atau justru transaksi
yang memang diinginkan kedua belah pihak sangat mungkin
terjadi.

Kekuatan pengawasan internal meliputi: Pertama,


pimpinan dan komunitas penyandang profesi paling tahu apa
kelemahan organisasi yang bisa dibenahi dan kekuatan yang
bisa didayagunakan untuk menciptkan system pengawasan
internal. Kedua, masing-masing penyandang profesi sudah saling tahu
kredebelitas dan kapasitas masing-masing sehingga secara langsung
atau tidak langsung menjadi kekuatan kontrol. Pihak yang
memiliki kekuatan integritas sudah pasti akan menjadi personal
yang mengawasi, meskipun mungkin tidak secara langsung
melakukan pengawasan. Ketiga, tuntutan akan kinerja organisasi
dan profesi hukum yang modern dan professional, serta tekanan
dari masyarakat akan pentingnya pelayanan profesi yang baik
dan bersih menjadi kekuatan penekan pada internal untuk
berbenah. Secara umum dikenal bermacam-macam pengawasan yang
secara teoritis dibedakan atas pengawasan langsung dan tidak
langsung, pengawasan preventif dan represif, pengawasan internal
dan eksternal. Pengawasan langsung pengawasan yang dilakukan
secara pribadi oleh pemimpin atau pengawas dengan mengamati,
meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara on the spot di
tempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara
langsung dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi.

7
Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan
yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tulisan,
mempelajari pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa on the spot.

1.2 Pengawasan preventif

Pengawasan pasif adalah pengawasan yang bersifat


mencegah agar suatu kegiatan tidak terjerumus pada kesalahan,
atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan dan atau kode etik profesi
yang berlaku.
Pengawasan represif adalah pengawasan yang berupa
penindakan terhadap seseorang atau lebih yang telah
melakukan pelanggaran hukum dan atau etika profesi dengan
sanksi administratif.
Pengawasan internal yaitu pengawasan yang dilakukan
oleh suatu badan atau organ yang secara organisatoris/struktural termasuk
dalam lingkungan organisasi profesi itu sendiri. Misalnya
pengawasan yang dilakukan pejabat atasan terhadap bawahannya
sendiri, atau suatu badan khusus yang dibentuk untuk melakukan
pengawasan, seperti Badan Pengawasan di Mahkamah
Agung (MA). Sementara pengawasan eksternal dilakukan
oleh organ atau lembaga-lembaga yang secara
organisatoris/struktural berada di luar insitusi profesi
bersangkutan. Misalnya pengawasan keuangan dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau pengawasan hakim yang
dilakukan oleh Komisi Yudisial; Komisi Keposian untuk mengawasi
Polisi dan Komisi Kejaksaan untuk mengawasi Kejaksaan. Berdasarkan
peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang tata
organisasi dan tata kerja Kejaksaan Republik Indonesia Pasal 26
ayat (1) menyebutkan bahwa Jaksa Agung Muda Bidang
Pengawasan adalah unsur pembantu pimpinan dalam melaksanakan
tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang

8
pengawasan, bertanggung jawab kepada Jaksa Agung.
Pasal 27 Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan
mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan tugas dan

wewenang kejaksaan di bidang pengawasan, dengan lingkup


bidang pengawasan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pelaksanaan pengawasan atas kinerja dan
keuangan intern Kejaksaan, serta pelaksanaan pengawasan
untuk tujuan tertentu atas penugasan Jaksa Agung sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Presiden dimaksud, ditegaskan pula dalam
Peraturan Jaksa Agung Nomor: Per-009/A/JA/2011 Pasal 333
(1). Disana dijelaskan bahwa Jaksa Agung Muda Bidang
Pengawasan adalah unsur pembantu pimpinan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang
pengawasan, bertanggung jawab kepada Jaksa Agung; (2) Jaksa
Agung Muda Bidang Pengawasan dipimpin oleh Jaksa Agung
Muda Pengawasan. Pasal 334 (1) Jaksa Agung Muda Bidang
Pengawasan mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan
tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang pengawasan. (2)
Lingkup bidang pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
pelaksanaan pengawasan atas kinerja dan keuangan intern
Kejaksaan, serta pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu
atas penugasan Jaksa Agung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 334, Jaksa Agung Muda Bidang
Pengawasan menyelenggarakan fungsi : a.perumusan
kebijakan di bidang pengawasan intern Kejaksaan; b.
pelaksanaan dan pengendalian pengawasan intern Kejaksaan
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;142 c.pelaksanaan
pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan

9
Jaksa Agung sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; d.
Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan;
e. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi/lembaga baik di
dalam negeri maupun di luar negeri; f. penyusunan laporan hasil
pengawasan; g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Jaksa Agung.

Tindak lanjut dari pengawasan terhadap Jaksa, terbuka


kemungkinan Jaksa memperoleh sanksi apabila terbukti
melakukan pelanggaran. Dalam hal Jaksa yang mendapatkan
sanksi berat maka berdasarkan peraturan Jaksa Agung Nomor:
PER-029/A/JA/os/2011 Tentang Majelis Kehormatan Jaksa,
maka Jaksa bersangkutan diberi hak membela diri jaksa.
Majelis kehormatan
Majelis mempunyai tugas memberikan pertimbangan,
pendapat dan rekomendasi kepada Jaksa Agung Republik
Indonesia terhadap Jaksa yang diusulkan oleh Jaksa Agung
Muda Pengawasan untuk dijatuhi hukuman disiplin berat
berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri karena alasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2
huruf e146 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2008 tentang
tata cara pemberhentian dengan hormat, pemberhentian dengan
tidak hormat dan pemberhentian sementara, serta hak jabatan
fungsional Jaksa yang terkena pemberhentian atau Pasal 7 ayat
4 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang
disiplin pegawai negeri sipil atau pemberhentian tidak dengan
hormat karena alasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf b147,
huruf c148, huruf d149, atau huruf e150 Peraturan Pemerintah Nomor
20 Tahun 2008 atau Pasal 7 ayat 4 huruf e151 Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anugrah Yustica, et.al. Peran Etika Profesi Hukum Sebagai Upaya


Penegakan Hukum, Jurnal Notarius, Vol. 13, No. 1, 2020.

Riyan Saputra dan Gunawan Djajaputra, yang Mempromosikan Diri melalui


Media Sosial”. Jurnal Hukum Adigama, Vol. 1, No. 1, 2018

Anugrah Yustica, et.al. “Peran Etika Profesi Hukum Sebagai Upaya


Penegakan Hukum”, Jurnal Notarius, Vol. 13, No. 1, 2020.

E. Soemaryono,“Etika Profesi Hukum, Norma-norma bagi Penegak Hukum”,


Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995.

G.H.S Lumban Tobing, (Notaris Reglement), Erlangga, Jakarta, 1999.

11

Anda mungkin juga menyukai