Anda di halaman 1dari 3

Usaha Keagenan Kapal Pemegang SIUPKK, Perkuat

Transportasi Laut Nasional


alfijakarta.com/wp/usaha-keagenan-kapal-pemegang-siupkk-perkuat-transportasi-laut-nasional

admin

ALFIJAK – Usaha keagenan kapal asing di Indonesia cukup berperan dalam mendukung
kelancaran pelayanan kapal dan barang di pelabuhan.

Oleh sebab itu, Pemerintah RI telah menerbitkan regulasi bahwa usaha keagenan kapal wajib
mengantongi Surat Izin Usaha Perusahaan Keagenan Kapal (SIUPKK).

“Bahwa SIUPKK adalah perintah UU dan telah diatur melalui PP nya berdasarkan kajian yang
matang. Karenanya sebagai bagian dari pelaku bisnis tersebut harus menjalankan UU itu,” ujar
Ketua Umum DPP Indonesia Shipping Agency Association (ISAA) Juswandi Kristanto, melalui
keterangan pers-nya pada Jumat (5/2/2021).

Juswandi menegaskan, bahwa peran keagenen kapal anggota ISAA yang mengantongi SIUPKK
justru untuk memperkuat sinergi dan keberadaan perusahaan pelayaran yang bernaung di
Indonesia National Shippowners Association (INSA).

Menurutnya, ada beberapa alasan agar usaha keagenen kapal anggota ISAA harus mengantongi
SIUPKK.

Pertama, supaya perusahaan pelayaran anggota INSA yang mengantongi SIUPAL (Surat Izin
Usaha Perusahaan Angkutan Laut) dapat lebih fokus pada bisnis intinya sebagai pengangkut
agar mampu bukan hanya berjaya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.

“Sehingga pelayaran anggota INSA tidak perlu risau dengan keberadaan SIUPKK Justru mereka
harus meningkatkan market sharenya keluar negeri,” ucap Juswandi.

1/3
Kedua, sebagai pengguna jasa punya opsi dengan adanya usaha keagenan kapal asing
pemegang SIUPKK. Disisi lain pemegang SIUPAL bisa melakukan kegiatan keagenan kapal
asing dan hal ini bisa menjadi opsi bagi pengguna jasa keagenan kapal.

Ketiga, langkah joint venture usaha pelayaran nasional dengan asing seharusnya bisa
memajukan dan mendorong pertumbuhan pelayaran nasional serta menambah/memperkuat
armada nasional.

Keempat, mencari muatan adalah tugas pokok dari usaha pelayaran untuk kapal-kapalnya untuk
memajukan usahanya.

Sebab, term perdagangan global tidak bisa ditentukan dari dalam negeri karena saat kita impor
menggunakan term C&F (Cost and Freight) sedangkan ekspor menggunakan term free on board
(FOB). Belum lagi, yang menyangkut soal pajak-pajak (tax).

Kelima, u<span;>paya meniadakan hadirnya usaha jasa terkait dimana salah satu didalamnya
adalah jasa keagenan adalah langkah mundur karena itu diamanahkan dalam UU 17/2008 dan
PP 20/2010 dengan tujuan agar SIUPAL lebih fokus ke bidang usaha inti pengangkut dan owner.

Juswandi mengatakan, akan menjadi tidak tercapai tujuan pemerintah dalam memperkuat
armada nasional untuk menguasai angkutan ekpor kalau SIUPAL tidak serius mempertajam
kompetensinya.

“Kompetensi yang kuat hanya bisa diraih dengan fokus dan profesional di bidangnya,” ujarnya.

Menyangkut soal permodalan, imbuhnya, pemegang SIUPKK telah mengacu pada PM 24 tahun
2017 sesuai dengan kebutuhan usahanya yakni menghandle keagenan kapal,” tegas Juswandi..

Juswandi juga mengatakan, di era digitalisasi saat ini pengembangan bidang keagenan kapal
harus disertai pemanfaatan teknologi agar hasilnya menjadi lebih baik dan memiliki
nilai competitiveness yang mampu bersaing di level Internasional.

UU Pelayaran

DPP ISAA, kata dia, juga terus berupaya mendorong anggotanya untuk memanfaatkan teknologi
informasi dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa sehingga memberikan
kemudahan informasi dan layanan.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah RI melalui Kemenhub telah menetapkan izin usaha


keagenan kapal (SIUPKK) dalam perizinan operasional usaha keagenan kapal asing di
Indonesia.

Adapun keberadaan ISAA disahkan oleh Kemenkumham pada 2017 dengan nomor AHU-
0009909.AH.01.07. Tahun 2017. Selain itu Kemenhub menyatakan ISAA sebagai mitra
pemerintah (Kemenhub) melalui KM Nomor KP 1038 Tahun 2017.

Sedangkan usaha keagenan ditetapkan dalam UU Pelayaran No.17/2008 Pasal 31 Untuk


kelancaran kegiatan angkutan di perairan dapat diselenggarakan usaha jasa terkait antara lain
pada point (J) Keagenan Kapal.

2/3
Kementerian Perhubungan juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 11 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Keagenan
Kapal, dan diperbaharui menjadi PM 65 tahun 2019.(***)

3/3

Anda mungkin juga menyukai