Anda di halaman 1dari 5

ANALISA MASALAH

Dari beberapa landasan hukum yang telah dikemukakan diatas, dapat dilihat
pengertian dari angkutan laut adalah setiap kegiatan angkutan dengan
menggunakan angkutan kapal untuk mengangkut penumpang, barang dan atau
hewan dalam satu perjalanan atau lebih dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain
yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut. Dalam hal ini angkutan laut
terdiri dari angkutan laut dalam negeri, angkutan laut luar negeri, angkutan laut
khusus, angkutan laut perintis dan pelayaran rakyat.

Dalam makalah ini dibahas perusahaan angkutan laut nasional yang biasa disebut
perusahaan pelayaran nasional yang berbadan hukum Indonesia melakukan
kegiatan usaha angkutan laut di wilayah perairan Indonesia dari dan ke pelabuhan
dalam negeri maupun ke luar negeri.

Perusahaan angkutan laut nasional dapat melakukan kegiatannya / operasional dan


administratifnya setelah mendapat persetujuan dari Departemen Perhubungan
melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yaitu dengan menerbitkan
SIUPAL sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan. Artinya
persyaratan-persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi oleh perusahaan
dimaksud sebagai contoh ada beberapa perusahaan angkutan laut yang lalai dalam
pemenuhan persyaratan seperti adanya pemindahan rute perjalanan kapal /
deviasi trayek, adanya pengoperasian kapal telah habis masa waktunya, adanya
anggota yang belum menjadi bagian asosiasi terkait seperti biasa dimana
kapalnya beroperasi, adanya kapal-kapal yang tidak sesuai dengan daftar kapal
yang tertera dalam daftar kapal milik (kurang lengkap dokumen kapalnya).

Adanya keagenan yang tidak memiliki kapal namun dapat beroperasi (pada saat
SIUPAL diterbitkan ada kapal / setelah terbit kapal dijual) adanya perubahan
bentuk kapal, namun tidak ada laporan dan ini menjadi suatu catatan dalam upaya
pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah pada unit pelaksana teknis Kantor
Syahbandar Utama Tanjung Priok.

Terhadap perusahaan pelayaran nasional yang telah mendapatkan SIUPAL wajib :

1.        Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam ijin usaha angkutan laut.

2.        Melakukan kegiatan operasional secara nyata dan terus menerus


selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak ijin usaha diterbitkan.

3.        Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku


dibidang pelayaran.
4.        Menyediakan fasilitas untuk angkutan pos.

5.        Melaporkan secara tertulis kepada Dirjen Perhubungan Laut apabila


terjadi perubahan pada perusahaan, untuk perusahaan angkutan nasional
selambat-lambatnya 14 hari setelah terjadinya perubahan tersebut.

6.        Melaporkan semua data kapal milik atau charter serta kapal yang di
operasikan.

7.        Melaporkan pembukaan kantor cabang.

8.        Menyediakan akomodasi untuk prola.

Terhadap perusahaan angkutan laut yang telah melakukan kegiatan usaha wajib
menyampaikan :

1.        Laporan Kedatangan dan Keberangkatan Kapal (LK-3) kepada Kantor


Syahbandar Utama Tanjung Priok Cq. Bidang Lala dan Kepelabuhanan.

2.        Laporan bulanan kegiatan kunjungan kapal kepada Kantor Syahbandar


Utama Tanjung Priok.

3.        Laporan realisasi perjalanan kapal (Voyage Report) kepada Dirjen


Perhubungan Laut.

4.        Laporan tahunan kegiatan perusahaan kepada Dirjen Perhubungan Laut.

Dari penyajian data diatas ternyata perusahaan pelayaran di lingkungan kerja


Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok melalaikan kewajibannya untuk
menyampaikan laporan bulanan.

Hal ini sangat memprihatinkan sebab Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok
kurang mendapat informasi yang berkelanjutan tentang seberapa aktifnya
sebuah perusahaan di wilayah kerjanya.

Disamping laporan bulanan mungkin masih banyak kewajiban yang harus dipenuhi
namun belum dilaksanakan dan tidak terpantau oleh petugas bidang lala dan
kepelabuhanan hal ini terjadi karena :

1.        Kurangnya pengawasan dan pembinaan Kantor Syahbandar Utama Tanjung


Priok.
Dalam melaksanakan tugas pemerintahan Kantor Syahbandar Utama Tanjung
Priok khususnya Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Laut sangat membutuhkan
sumber daya manusia untuk menangani pekerjaan yang begitu luas, disamping
harus bekerja di lapangan juga harus menyiapkan laporan dan data kegiatan serta
mengawasi semua perusahaan penunjang angkutan laut. Dengan kondisi sekarang
staf Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Laut sebanyak 20 orang untuk menangani
perusahaan pelayaran.

2.        Kurangnya pengetahuan dan pemahaman perusahaan pelayaran terhadap


aturan yang dituangkan dalam Undang-undang No. 17 tentang Pelayaran terutama
KM. 33 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaa Angkutan Laut,
sehingga tidak mengetahui hak dan kewajiban.

Dalam membuka sebuah perusahaan pelayaran angkutan laut, Pemerintah


mensyaratkan harus mempunyai minimal seorang tenaga ahli dibidang pelayaran
minimal memiliki ijazah Diploma III dibidang pelayaran. Hal ini dapat kita artikan
bahwa dibutuhkan pegawai / karyawan yang mengerti peraturan perundang-
undangan yang berlaku di bidang usaha pelayaran, dan diharapkan dalam
melakukan usahanya meminimalisasi pelanggaran ketentuan yang berlaku sehingga
perusahaan dapat menjalankan hak dan kewajibannya dalam melakukan usaha.

Tenaga ahli diperusahaan pelayaran ini banyak yang sudah lanjut usia dan tidak
mengikuti perkembangan aturan-aturan yang berlaku dalam pelayaran, dan juga
karena terjadi kebosanan-kebosanan karena melakukan hal-hal yang rutin, dan
juga dimungkinkan ada perusahaan yang tenaga ahlinya tidak ada karena sudah
pindah domisili atau pindah kerja tetapi tidak dilaporkan ke Kantor Syahbandar
Utama Tanjung Priok, karena pemilik perusahaan berfikir pekerjaannya dapat
dilakukan tenaga orang lain yang tidak punya ijazah laut.

C.           PEMECAHAN MASALAH

Perusahaan angkutan laut diharapkan dalam menjalankan usahanya harus selalu


berpedoman kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku sehingga
memahami hak dan kewajibannya. Disamping untuk menertibkan administrasi
perusahaan pada Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok juga untuk kelancaran
usaha pelayaran agar tidak terjadi kendala di lapangan.

Untuk mengatasi hal-hal dalam permasalahan diperlukan langkah-langkah sebagai


berikut :

1.        Diperlukan pembinaan dan pengawasan perusahaan yang lebih intensif


dengan melakukan registrasi ulang semua perusahaan pelayaran, untuk
mengetahui keberadaan perusahaan sekaligus penertiban administrasi
perusahaan pada Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok untuk pengawasan
selanjutnya.

Dalam daftar ulang petugas Lala dan Kepelabuhan mengecek kembali semua
persyaratan administrasi perusahaan meliputi :

a.        Administrasi kepemilikan perusahaan.

b.        Domisili Perusahaan.

c.        Perubahan-perubahan administrative yang terjadi perusahaan

d.        Menginventarisir data kapal milik maupun kapal yang di operasikan agar
dapat mengetahui potensi armada yang ada di Pelabuhan Tanjung Priok.

Dari hasil registrasi ulang yang dilakukan, sebagai wujudnya diterbitkan


Sertifikat Tanda Pendaftaran Perusahaan yang terdaftar di Kantor Syahbandar
Utama Tanjung Priok, dan akan dilakukan pengawasan terus-menerus, sehingga
perusahaan pelayaran merasa terawasi dan dibina, sehingga akan selalu memenuhi
kewajiban-kewajiban menyampaikan laporan bulanan dan laporan lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan di Pelabuhan Tanjung Priok.

2.        Sebagai instansi Pembina perusahaan pelayaran di Pelabuhan Tanjung


Priok, Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok mempunyai tanggung jawab untuk
melakukan pembinaan teknis kepada perusahaan pelayaran. Salah satu bentuk
pembinaan yang adalah melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam melakukan usaha angkutan laut yaitu Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM. 33 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan angkutan laut. Kegiatan ini di lakukan di Kantor Adpel Utama
Tanjung Priok, dilaksanakan selama 1 (satu) hari dengan melibatkan :

a.        Perusahaan Pelayaran Nasional.

b.        DPP INSA Jaya.

c.        Dinas Perhubungan Propinsi DKI Jakarta.

d.        Instansi Terkait di Pelabuhan Tanjung Priok.

e.        Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok sebagai nara sumber.


Setelah seminar sehari ini diharapkan perusahaan pelayaran semakin memahami
hak dan kewajibannya dalam melakukan usaha di Pelabuhan Tanjung Priok dan
instansi maupun asosiasi yang bersangkutan dapat memberikan perhatian yang
serius dalam memajukan perusahaan pelayaran yang ada di wilayahnya.

BAB IV

PENUTUP

A.           KESIMPULAN

1.        Penyampaian laporan bulanan yang belum dilaksanakan secara optimal oleh
perusahaan pelayaran merupakan dampak dari kurangnya pengawasan dan
pembinaan oleh Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok, sehingga perusahaan
pelayaran tidak merasa terawasi.

2.        Kurangnya pengetahuan dan pemahaman perusahaan pelayaran terhadap


peraturan yang berlaku mengakibatkan ketidaktahuan dan kealpaan dalam
melaksanakan kewajiban sebagai perusahaan yang melakukan kegiatan di
Pelabuhan Tanjung Priok

B.           SARAN

1.        Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok sebagai Pembina perusahaan


penunjang angkutan laut di Pelabuhan Tanjung Priok dihimbau untuk selalu
melakukan pengawasan, salah satunya adalah penyampaian laporan bulanan dari
perusahaan pelayaran.

2.        Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok melaksanakan sosialisasi KM. 33


tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, yang
dilakukan melalui seminar-seminar dengan mengundang perusahaan pelayaran dan
asosiasi terkait.

Anda mungkin juga menyukai