Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEDIASI DAN REKONSILIASI

GURU: AlBETDRI MARPAS YENDO, S.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

MEYSHA BILO (7317)


RAFHAEL (7364)
RIZKY TRI ADILA ERWINATA (7386)
SELVI ANGGRAINI (7406)

KELAS: XI MIPA 2

SMA NEGERI 2 PANGKALAN BUN

2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH MEDIASI DAN
REKONSILIASI”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan dan pihak-pihak yang telah menyediakan sumber informasi untuk
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi pembaca
umumnya. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kiranya kita semua menjadi orang yang taat kepada Allah dan Firman
Tuhan.

Pangkalan Bun, 20 Maret 2023

1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………….3

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN

BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………………….4

2.1 PENGERTIAN MEDIASI DAN REKONSILIASI


2.2 STARTEGI DALAM MEDIASI
2.3 DAMPAK MEDIASI DAN REKONSILIASI

BAB II : PENUTUP……………………………………………………………………………13

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan, manusia hidup selalu berdampingan dengan manusia lainnya. Dalam
menjalankan kehidupannya pasti pernah mengalami sebuah konflik. Konflik artiya saling
benturan, perkelahian, pertentangan, ketidakserasian, ketidaksesuaian dan interaksi-interaksi
yang antagonis-bertentangan. Konflik yang terjadi antara manusia sangat luas dimensi dan
ruang lingkupnya. Pada dasarnya hukum menghendaki bahwa proses penyelesaian konflik
tidak boleh dilakukan dengan perbuatan main hakim sendiri, maka bentuk penyelesaian
konflik dilakukan dengan mediasi. Melalui mediasi, kedua belah pihak atau lebih yang
berkonflik dirundingkan dengan bantuan pihak ketiga yang tidak memiliki kewenangan
memutus.
Pihak ketiga disebut mediator atau penengah, diterima kehadirannya oleh pihak-pihak
yang berkonflik dan berada pada posisi netral atau tidak memihak dalam menyelesaikan
konflik. Mediator harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang berkonflik secara adil
dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan dari para pihak yang berkonflik
Hasil akhir dari mediasi diharapkan mencapai suatu titik temu penyelesaian sebuah
masalah atau konflik yang dihadapi para pihak yang berkonflik, yang akan dituangkan dalam
suatu kesepakatan bersama. Dalam mengambil keputusan berada di tangan para pihak dan
bukan di tangan mediator. Dalam hasil dari mediasi bisa terwujud rekonsiliasi yang
menyangkut perbaikan hubungan antar pihak yang berkonflik, rekonsiliasi bisa terwujud jika
ada pihak yang mengakui kesalahan dan meminta maaf, lalu pihak lainnya memberi maaf.
Sehingga terwujud suatu keseimbangan atau kesepahaman

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari uraian latar belakang di atas, maka diperoleh permasalahan sebagai berikut:
a. Apa hubungan mediasi dan rekonsiliasi?
b. Bagaimana proses mediasi terjadi?
c. Apa dampak mediasi serta rekonsiliasi?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan disusunnya makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui apa hubungan mediasi dan rekonsiliasi
b. Untuk medeskripsikan proses mediasi, rekonsiliasi dan dampak dari mediasi dan
rekonsiliasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HUBUNGAN MEDIASI DAN REKONSILIASI


A. Pengertian Mediasi dan Rekonsiliasi
Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa Latin, Mediare yang berarti
berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai
mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan konflik antara para
pihak. ‘Berada di tengah’ juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan
tidak memihak dalam menyelesaikan konflik. Ia harus mampu menjaga kepentingan para
pihak yang berkonflik secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan dari
para pihak yang berkonflik.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti sebagai proses
pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai suatu
penasihat. Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih menekankan pada
keberadaan pihak ketiga yang merupakan fasilitator para pihak berkonflik untuk
menyelesaikan perselisihannya.
Menurut John W Head, mediasi adalah suatu prosedur penegahan di mana
seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk berkomunikasi antar para pihak, sehingga
pandangan mereka yang berbeda atas konflik tersebut dapat dipahami dan mungkin
didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada di
tangan para pihak sendiri.
Mediasi dapat dibagi menjadi dua kategori yakni mediasi di pengadilan (litigasi)
dan mediasi di luar pengadilan (non litigasi). Di banyak Negara, mediasi merupakan
bagian dari proses litigasi, hakim meminta para pihak untuk mengusahakan penyelesaian
konflik mereka dengan menggunakan proses mediasi sebelum proses pengadilan
dilanjutkan. Inilah yang disebut dengan mediasi di pengadilan. Dalam mediasi ini,
seorang hakim atau seorang ahli yang di tunjuk oleh para pihak dalam proses pengadilan,
bertindak sebagai mediator. Di luar pengadilan mediasi dilakukan melalui perundingan
yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak berpihak serta diterima
kehadirannya oleh pihak-pihak yang berkonflik
Tercapainya suatu perdamaian dari hasil akhir sebuah mediasi dapat mewujudkan
sebuah rekonsiliasi. Secara etimologis kata ini tediri dari kata latin, concilium. Kata ini
mengandaikan suatu proses yang dimaksud dengan sengaja, di mana para pihak-pihak
yang beselisih bertemu satu sama lain”dalam dewan” guna membahas pandangan mereka
yang berbeda dan mencapai kesepakatan bersama. Jika dilihat dari akar katanya, kata ini
menimbulkan kesan bahwa kata ini mirip dengan negosiasi. Menurut Kamus Besar

4
Bahasa Indonesia (KBBI), rekonsiliasi adalah suatu perbuatan untuk memulihkan
hubungan persahabatan pada keadaan semula, definisi lain yaitu suatu perbuatan untuk
menyelesaikan perbedaan. Dalam buku ‘Manajemen Konflik Sumber Daya Alam’,
rekonsiliasi adalah cara menangani konflik memakai metode berunding secara damai
melalui institusi atau pranata sosial. Cara lain rekonsiliasi melalui pemberian ganti rugi
atau pemaafan. Jadi, dalam kata rekonsiliasi terkandung makna perbaikan kembali suatu
hubungan yang telah rusak. Rekonsiliasi tidak hanya sekedar menyangkut suatu
perjanjian kontrak, tetapi lebih kepada hubungan.

B. Prinsip dari Mediasi dan Rekonsiliasi

Prinsip dasar adalah landasan filosofis dari diselenggarakannya kegiatan mediasi.


Prinsip ini merupakan kerangka kerja yang harus diketahui oleh moderator, sehingga
dalam menjalankan mediasi tidak keluar dari arah filosofi yang melatarbelakangi
terbentuknya mediasi. Mediasi betujuan untuk menghasilkan perdamaian. David Spencer
dan Michael Brogan merujuk pada pandangan Ruth Carlton tentang lima prinsip dasar
mediasi. Lima prinsip ini dikenal dengan lima dasar filsafat mediasi. Kelima prinsip
tersebut adalah:

1. Prinsip kerahasiaan atau confidentiality adalah bahwa segalau sesuatu yang


terjadi dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh mediator dan pihak-pihak
yang berkonflik tidak boleh diketahui publik. Demikian juga sang mediator
harus menjaga kerahasiaan dari isi mediasi tersebut
2. Prinsip sukarela atau volunteer artinya masing-masing pihak yang bertikai
datang ke mediasi atas keinginan dan kemauan mereka sendiri secara sukarela
dan tidak ada paksaan dan tekanan dari pihak-pihak lain atau pihak luar.
Prinsip sukarela ini dibangun atas dasar bahwa orang akan mau bekerjasama
untuk menemukan jalan keluar dari konflik mereka.
3. Prinsip pemberdayaan atau empowerment, prinsip ini didasarkan pada asumsi
bahwa orang yang mau datang ke mediasi sebenarnya mempunya kemampuan
untuk menegosiasikan masalah mereka sendiri dan dapat mencapai
kesepakatan yang mereka inginkan
4. Prinsip netralitas atau neutrality, didalam mediasi peran seorang mediator
hanya memfasilitasi prosesnya saja, dan isinya tetap menjadi milik para pihak
yang bersengketa. Mediator hanyalah berwenang untuk mengontrol berjalan
atau tidaknya proses mediasi. Dalam mediasi seorang mediator tidak bertindak
layaknya seorang hakim atau juri yang memutuskan salah atau benarnya salah
satu pihak atau mendukung pendapat dari salah satu pihak, atau memaksakan
pendapat dan penyelesainnya kepada para pihak.

5
5. Prinsip solusi yang unik atau a unique solution. Bahwa solusi yang dihasilkan
mungkin akan lebih banyak mengikuti keinginan para pihak, yang terkait erat
dengan konsep perberdayaan masing-masing pihak.

Dalam rekonsiliasi, prinsip rekonsiliasi penting untuk menjamin kelanjutan perjanjian


perdamaian, berikut prinsip rekonsiliasi

1. Prinsip membangun kepercayaan antara pihak yang berkonflik merupakan


prinsip pertama rekonsiliasi, contoh kepercayaan yaitu membangun
kesepakatan bersama, membangun kejujuran, memberi kesepakatan dan
loyalitas
2. Prinsip penerimaan dari antar pihak dapat memberikan pandangan terbuka
satu sama lain atas terjadinya suatu konflik, proses penerimaan ini membantu
masyarakat untuk menyelesaikan konflik

C. Manfaat Mediasi
Penyelesaian konflik melalui jalur mediasi sangat dirasakan manfaatnya, karena
para pihak telah mencapai kesepakatan yang mengakhiri konflik mereka secara adi dan
saling menguntungkan. Bahkan dalam mediasi yang gagal pun, dimana para pihak belum
mencapai kesepekatan, sebenarnya juga telah merasakan manfaatnya. Kesediaan para
pihak bertemu di dalam proses mediasi, paling tidak telah mampu mengklarifikasi akar
konflik dan mempersempit perselisihan diantara mereka. Hal ini menunjukkan adanya
keinginan para pihak untuk menyelesaikan konflik, dan dapat memutuskan penyelesaian
seperti apa yang dapat mereka terima daripada mengejar hal-hal yang tidak jelas.
Dasar dari penyelesaian konflik adalah keinginan dan itikad baik dari para pihak
dalam mengakhiri konflik mereka. Keinginan dan itikad baik ini terkadang memerlukan
bantuan dari pihak ketiga dalam perwujudannya. Mediasi merupakan salah satu bentuk
penyelesaian konflik yang melibatkan pihak ketiga, yang memiliki sejumlah manfaat
antara lain:
1. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan konflik secara cepat
2. Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan mereka
secara nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka
3. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara
langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka
4. Mediasi memberikan kemampuan para pihak untuk melakukan kontrol
terhadap proses dan hasilnya
5. Mediasi memberikan hasil yang permanen dan akan mampu menciptakan
saling pengertian yang lebih baik diantara para pihak yang berkonflik karena
mereka sendiri yang memutuskan
6. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir selalu
mengiringi setiap keputusan

6
D. Peran Mediasi dalam Rekonsiliasi

Mengenai mediasi dan rekonsiliasi. Orang cenderung menyamakan mediasi dan


rekonsiliasi, padahal keduanya berbeda, walaupun hampir sama. Dalam mediasi juga
diperhitungkan hubungan tetapi tidak menjadi faktor utama, resolusi dapat dicapai tanpa
adanya rekonsiliasi yang sebenarnya antara pihak yang berkonflik.

Lebih lanjut untuk mengadakan rekonsiliasi, rekonsiliasi terwujud bila pihak yang
bertikai beritikad baik ingin menyelesaikan masalah. Keinginan menyelesaikan masalah
ini terkadang memerlukan pihak ketiga sebagai penegah antar pihak-pihak yang
berselisih. Sejak awal sudah dijelaskan kepada pihak yang bertikai bahwa tujuan dari
rekonsiliasi adalah membuat segala sesuatu berjalan sebaik mungkin bagi pihak-pihak
yang bertikai dengan cara sejujur mungkin, seseimbang mungkin dan seadil mungkin.

Menurut Hefflebower, secara ringkas Ia menyusun kriteria pihak ketiga ini


menjadi beberapa poin, yaitu

1. Ketidakberpihakan
Orang-orang yang melalkukan intervensi (pihak ketiga) sebaiknya tidak
berpihak oleh semua pihak yang terlibat. Dalam kenyataan hampir tidak
ditemukan ada pihak ketiga yang benar-benar netral.
2. Akses
Mereka yang melakukan intervensi ini sebaiknya orang-orang yang memiliki
akses kepada pemimpin dari kedua belah pihak.
3. Kecocokan
Kelompok yang melakukan intervensi seharusnya merupakan orang yang
cocok dengan kedua pihak.
4. Kecakapan
Untuk intervensi dibutuhkan orang yang memiliki kecapakan untuk
menciptakan kemudahan dalam pertemuan dan benar benar paham mengenai
masalah pihak yang berkonflik.
5. Identitas
Kelompok yang melakukan intervensi sebaiknya merupakan kelompok yang
mempunyai nama atau lembaga yang diterima oleh semua pihak yang
berkonflik
6. Waktu dan Komitmen
Pihak yang melakukan itervensi harus memiliki komitmen untuk menmpuh
proses yang panjang dan melelahkan

Untuk melakukan intervensi, pihak ketiga harus memiliki tujuan tertentu.


Hefflebower mengindikasikan tujuan-tujuan dari sebuah intervensi sebagai berikut:

7
1. Membangun hubungan dengan pihak-pihak yang terlibat
2. Berinteraksi dengan pihak-pihak yang terlibat untuk mengenal situasi
3. Mengurangi kekerasam
4. Memperbaiki komunikasi

2.2 STRATEGI DALAM MEDIASI


A. Proses Mediasi dan Rekonsiliasi

Mengenai tahapan dan proses dalam mediasi, belum terdapat keseragaman dan
pedoman yang baku di antara para sarjana dan praktisi mediasi. Pada umumnya, para sarjana
atau praktisi mediasi, mengemukakan tahapan proses mediasi berdasarkan pengalaman
mereka menjadi mediator. Berikut ini akan dikemukaan beberapa pendapat mengenai
tahapan mediasi. Ada beberapa tahapan mediasi yang dibagi Riskin dan Westbrook kedalam
lima tahap, yaitu:

1. Kesepakatan untuk menempuh proses mediasi


2. Memahami masalah
3. Mengemukakan pilihan pemecahan masalah
4. Mencapai kesepakatan

Kovach membagi proses mediasi dalam sembilan tahap, yaitu:

1. Penataan atau pengaturan awal


2. Pengantar atau pembukaan oleh mediator
3. Pernyataan pembukaan oleh para pihak
4. Pengumpulan Informasi
5. Identifiksi masalah, penyusunan agenda, dan kaukus
6. Mengemukakan pilihan pemecahan masalah
7. Melakukan tawar-menawar
8. Kesepakataan
9. Penutupan

Moore mengemukakan dua belas tahap dari proses mediasi, yaitu:

1. Menjalin hubungan dengan para pihak yang berkonflik


2. Memlih startegi untuk membimbing proses mediasi
3. Mengumpulkan dan menganalisis informasi latar belakang konflik
4. Menyusun rencana mediasi
5. Membangun kepercayaan dan kerjasama diantara para pihak
6. Memulai sidang-sidang mediasi
7. Merumuskan masalah dan menyusun agenda
8. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi para pihak
9. Mengemukakan pilihan penyelesaian konflik

8
10. Proses tawar-menawar akhir
11. Mencapai penyelesaian formal

Dalam menjalankan proses mediasi, mediator diberikan kebebasan untuk


menciptakan sejumlah peluang yang memungkinkan para pihak menemukan kesepakatan
yang dapat mengakhiri konflik mereka. Mediator harus sungguh-sungguh untuk mendorong
para pihak untuk memikiran sejumlah kemungkinan yang dapat dibicarakan guna mengakhiri
konflik. Jika dalam proses mediasi terjadi perundingan yang menegangkan, mediator dapat
menghentikan mediasi untuk beberapa saat guna meredam suasana agar lebih kondusif.

Jika mediasi menghasilkan kesepakatan, maka para pihak dengan bantuan mediator
wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang ditanda tangani oleh para pihak.
Kesepakatan tersebut memuat antara lain:

a. Nama lengkap dan tempat para pihak


b. Nama lengkap dan tempat tinggal mediator
c. Uraian singkat masalah yang dipersengketakan
d. Pendirian para pihak
e. Pertimbangan dan keseimpulan mediator
f. Pernyataan kesediaan melaksanakan kesepakatan
g. Pernyataan kesediaan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak bersedia
menanggung semua biaya mediasi (bila mediator berasal dari luar pengadilan)
h. Larangan pengungkapan dan atau pernyataan yang menyinggung atau menyerang
pribadi
i. Kehadiran pengamat atau tenaga ahli (bila ada)
j. Larangan pengungkapan catatan dari proses serta hasil kesepakatan
k. Tempat para pihak melaksanakan perundingan (kesepakatan)
l. Klausu pencabutan atau pernyataan perkara telah selesai

Uraian diatas digunakan untuk menyusun sejumlah kesepakatan tertulis sebagai hasil
dari proses mediasi, baik mediasi yang terdapat di pengadilan maupun diluar pengadilan.
Bagi mediasi yang dilakukan di pengadilan harus memuat klausul yang terakhir yaitu
“pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai”. Adapun kekuatan putusan
perdamaian ini sama dengan putusan biasa. Dan dapat dilaksanakan seperti putusan-putusan
lainnya.

Untuk membantu memulihkan hak-hak dan nilai kemanusiaan masing-masing pihak,


rekonsiliasi diperlukan. Selain itu, rekonsiliasi dapat menciptakan kesadaran dan penyesalan
atas konflik yang terjadi. Tetapi pasca konflik rekonsiliasi membutuhkan proses panjang.
Menurut Kelman (dalam Afid, 2015) syarat-syarat proses rekonsiliasi antara lain:

1. Pengakukan
2. Permintaan maaf

9
3. Basis mormal bersama
4. Komitmen
5. Tindakan penyembuhan untuk psikologi
6. Perbaikan atas kerusakan (reparasi)
7. Pelembagaan kerja sama

Syarat rekonsiliasi ini berfungsi menumbuhkan perbaikan relasi, untuk pihak konflik.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan proses rekonsiliasi yang dijabarkan oleh
Heffelower adalah sebagai berikut.

1. Mengakui adanya kesalahan dan luka hati (membangun kesadaran akan adanya
ketidaksepahaman)
Melihat langkah pertama ini, fungsi dari pihak ketiga atau bisa disebut mediator
memiliki kesamaan dengan apa yang disebut coser dengan “katub penyelamat”.
Katub penyelamat ini dapat berupa lembaga yang berfungsi sebagai tempat
penyaluran keluhan-keluhan. Sebagai tempat melupakan permusuhan secara
terarah
2. Memulihkan keseimbangan
Langkah ini dilakukan dengan meminta masing-masing pihak untuk
mengungkapkan apa yang dibutuhkan agar hubungan dapat dipulihkan
3. Menjelaskan niat untuk masa depan
Langkah yang ketiga ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada masing-
masing pihak mengenai apa yang perlu dilakukan agar konflik tidak akan terjadi
lagi di masa yang akan datang.
4. Membuat rangkuman dan menuliskan hasil persetujuan
Untuk melaksanakan langkah ini yang perlu ditanyakan kepada pihak-pihak yang
bertikai, yaitu: Apakah hal-hal yang tidak seimbang disadari oleh kedua pihak?
Apakah persetujuan cukup jelas sehingga perselisihan yang sama tidak akan
terulang lagi? Apakah persetujuan telah memuat penghargaan, membangun rasa
simpati satu sama lain, dapat dipahami dan mempunyai landasan yang jelas dan
dapat diterima oleh semua pihak.
5. Menandatangani, merayakan dan kemudian menindaklanjuti

Selain langkah di atas, Hefflebower menuliskan bahwa sangat penting untuk


menyelaraskan kepentingan. Dalam menyelaraskan kepentingan ini, ia menyusun dalam tiga
tahap, yaitu:

1. Mengidentifikasikan keprihatinan-keprihatinan utama


2. Membuat alternatif jalan keluar
3. Memilih jalan alternatif yang terbaik

10
Rekonsiliasi dapat berhubungan dengan setiap cara untuk mengatasi keterasingan
secara terpisah atau bersama-sama. Rekonsiliasi biasa mengambil tempat dalam urutan atau
sebagai sebuah proses-perjalanan yang membutuhkan kesadaran masa lalu, sekarang dan
langkah-langkah untuk masa depan. De Gruchy menyatakan bahwa rekonsiliasi harus
dilakukan melalui identias: memahami identitas seseorang dalam kaitannya dengan identitas
umum “yang lain” dan menemukan identitas baru.

B. Contoh Penyelesaian Konflik Melalui Mediasi disertai Rekonsiliasi

Bentuk pelaksanan mediasi berlangsung di dalam pengadilan. Namun di luar itu,


proses mediasi sebenarnya juga sangat dekat dengan keseharian masyarakat, yang biasanya
dilakukan dalam pola yang lebih sederhana, atau mediasi dalam ranah proses politik Negara

Indonesia, pernah berperan sebagai mediator untuk konflik antara kamboja dan
Vietnam yang terlibat perang. Sebagaimana dilansir dari berbagai sumber, ketika itu
Indonesia menjadi penengah konflik melalui Jakarta Informal Meeting pada tahun 1987 dan
1989 yang membuahkan hasil gencatan senjata serta diturukannya pasukan perdamaian PBB.
Konflik di Vietnam-Kamboja benar-benar selesai ketika para pihak menandatangani
Perjanjian Paris pada 23 Oktober 1991. Isi perjanjian ini pada intinya adalah para pihak yang
bersengketa sepakat buat menyelesaikan konflik ini secara menyeluruh.

Adapun dalam lingkup kehidupanan masyarakat sehari-hari, ketua RT dan RW yang


berperan sebagai penengah konflik atau perselisihan antar warga, juga termasuk dalam
praktik mediasi. Atau dalam keluarga, orang tua sering berperan sebagai penengah,
menengahi perselisihan yang terjadi di antara anaknya.

Adapun rekonsiliasi, contohnya adalah. Rekonsiliasi konflik antara Gerakan Aceh


Merdeka (GAM) dan pemerintah Republik Indonesia di Aceh. Rekonsiliasi antara kedua
belah pihak ini dilakukan melalui dialog dan membentuk komisi kebenaran.

Rekonsiliasi lain di Indonesia adalah terkait konflik di Papua. Cara penyelesaian


konflik di Papua ini dilakukan melalui pendekatan kearifan lokal dan membangun
kerpecayaan dengan ketua adat.

11
2.3 DAMPAK MEDIASI DAN REKONSILIASI

Dampak mediasi memiliki sisi positif. Menurut Bindshedler, mediasi mempunyai sisi
postif sebagai berikut:

a. Mediator sebagai penengah dapat memberikan usulan-usulan kompromi diantara


para pihak.
b. Mediator dapat memberikan usaha-usaha atau jasa-jasa lainnya, seperti memberi
bantuan dalam melaksanakan kesepekatan, bantuan keuangan, mengawasi
pelaksanaan kesepakatan, dan lain-lain.

Apabila mediatornya adalah Negara, biasanya Negara tersebut dapat


menggunakan pengaruh dari kekuasaan terhadap para pihak yang berkonflik untuk
mencapai penyelesaian konfliknya. Para pihak yang berkonflik juga mempunyai
kencenderungan untuk menerima kesepakatan yang tercapai karena kesepakatan tersebut
dibuat sendiri oleh para pihak bersama-sama dengan mediator. Dengan demikian, para
pihak yang berkonflik merasa memiliki putusan mediasi yang telah tercapai dan
cenderung akan melaksanakan hasil kesepakatan dengan baik. Putusan mediasi juga
dapat digunakan sebagai dasar bagi para pihak yang berkonflik untuk melakukan
perundingan-perundingan ataupun negosiasi diantara mereka sendiri jika suatu saat
dibutuhkan bila timbul konflik yang lain diantara para pihak yang berkonflik tanpa
melibatkan mediator.

Keuntungan yang lain adalah terbukanya kesempatan untuk menelaah lebih dalam
masalah-masalah yang merupakan dasar dari suatu konflik. Terkadang dalam menyikapi
suatu masalah, para pihak yang berkonflik belum mengkaji secara mendalam mengenai
pokok masalah yang ada. Dalam proses mediasi penting bagi pihak yang berkonflik
untuk saling mempercayai bahwa semua pihak akan melaksanakan hasil putusan mediasi
dengan baik sehingga dapat dihindari rasa bermusuhan dan dendam.

Sedangkan dampak negatif dari mediasi adalah bisa saja mediator lebih memihak
kepada salah satu pihak. Selain itu kelemahan dari proses mediasi adalah waktu yang
dibutuhkan sangat lama karena harus mempertemukan kedua pihak dan kepentingan-
kepentingan yang saling bertentangan dan dari pertentangan-pertentangan tersebut harus
dirumuskan sebuah kesepakatan. Tercapai atau tidaknya kesepakatan sangat tergantung
dari itikad baik para pihak untuk menyelesaikan konflik dalam proses mediasi. Jika tidak
ada itikad baik dalam proses mediasi dari kebua belah pihak, kesepakatan tidak akan
pernah tercapai dan konflik pun tidak dapat terselesaikan

Rekonsiliasi merupakan suatu usaha untuk menyelesaikan permasalahan dengan


memperbarui hubungan, tentunya memiliki dampak positif. Yaitu hubungan yang
mulanya rusak menjadi baik kembali, dengan membangun kepercayaan kembali dan
penerimaan maka hubungan pihak yang bertikai menjadi baru.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Mediasi merupakan penyelesaian suatu konflik melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Sedangkan
rekonsiliasi adalah suatu perbuatan untuk memulihkan hubungan persahabatan pada
keadaan semula. Mediasi dan rekonsiliasi ini berhubungan karena rekonsiliasi bisa
terwujud bila pihak yang bertikai beritikad baik ingin menyelesaikan masalah. Keinginan
menyelesaikan masalah tersebut terkadang memerlukan pihak ketiga sebagai penegah
antar pihak-pihak yang berselisih. Jadi proses rekonsiliasi juga memerlukan sebuah
mediasi agar konflik antar pihak bisa diluruskan.
Kemudian tujuan dari adanya mediasi adalah guna menghasilkan kesepakatan
bersama antar pihak, sehingga pandangan antar pihak menjadi sepaham dan tercapainya
sebuah perdamaian. Rekonsiliasi merupakan wujud dari perdamaian antar pihak yang
berkonflik, tujuan rekonsiliasi sendiri untuk memperbaiki hubungan pihak yang
berkonflik menjadi hubungan yang baru.
Proses mediasi sendiri perlu seorang mediator yang harus bersikap netral dan tidak
memihak pihak mana pun serta kehadirannya diterima oleh pihak-pihak yang bertikai.
Mediasi akan lancar bila atas keinginan dan kemauan masing masing pihak bertikai yang
ingin menemukan jalan keluar dari konflik mereka. Dan hasil akhir dari mediasi ada di
tangan oleh pihak pihak yang bertikai. proses mediasi harus dilakukan secara rahasia,
menggunakan pendekatan komunikasi dan penyelesaiannya didasarkan atas kesepakatan
para pihak.
Dan dalam proses rekonsiliasi, harus ada unsur mengakui adanya kesalahan atau luka
hati dari salah atau antar pihak yang bertikai, kemudian masing-masing pihak harus
mengungkapan apa yang dibutuhkan agar hubungan dapat dipulihkan, lalu para pihak
yang bertikai harus menyatakan niat masa depan mereka agar konflik yang terjadi tidak
terulang kembali dan yang terakhir para pihak pun bersepakat berdamai dan menjalankan
kesepakatannya
Dampak dari mediasi dan rekonsiliasi ini berdampak positif bagi mereka yang
berkonflik, dengan adanya mediasi pihak yang berkonflik bisa meluruskan pertikaian
mereka dengan bantuan orang ketiga demi mencapai jalan keluar konflik mereka, setelah
jalan keluar ditemukan para pihak yang berkonflik akan secara tidak langsung mengalami
proses rekonsiliasi karena mereka akan menjalankan hasil dari kesepakatan yang telah
mereka sepakati bersama. Suatu konflik bisa diselesaikan dengan dibantunya pihak yang
ketiga. Adapun konflik ada banyak pilihan penyelesaiannya, Rekonsiliasi adalah salah

13
satu cara dan mediasi adalah salah satu prosesnya. Rekonsiliasi hanya dapat terwujud
jika ada pihak yang mengakui kesalahannya dan meminta maaf, sebaliknya pihak lainnya
memberi maaf. Sehingga terwujud suatu keseimbangan dan kesepahaman.

3.2 SARAN

Jika suatu masalah tidak dapat diselesaikan secara langsung, maka diperlukan
seseorang yang merupakan pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan masalah. Jangan
sungkan untuk mengungkapkan apa yang dipermasalahkan dan apa yang dinginkan,
meminta maaf dan menerima maaf adalah kunci untuk memperbaiki hubungan dan
menyelesaikan sebuah masalah, dengan adanya mediasi pihak yang bertikai bisa
menyelaraskan apa yang mereka inginkan. Kunci utama dari suatu penyelesaian konflik
adalah sebuah komunikasi dan kunci utama suatu hubungan yang rusak adalah mengakui
kesalahan dan memaafkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

- https://sugalilawyer.com/pengertian-mediasi/
- https://www.rumah.com/panduan-properti/mediasi-adalah
75940https://www.rumah.com/panduan-properti/mediasi-adalah-75940
- https://www.merdeka.com/trending/rekonsiliasi-adalah-bentuk-pemecahan-konflik-
ketahui-prinsip-hingga-syaratnya-kln.html?page=5
- https://katadata.co.id/amp/agung/berita/624bd5c84d349/pengertian-rekonsiliasi-syarat-
prinsip-dan-contohnya-di-indonesia
- https://media.neliti.com/media/publications/872-ID-mediasi-merupakan-salah-satu-alternatif-
penyelesaia-masalah-dalam-sengketa-perd.pdf
- http://ac.id/3625/2/1HK09827.pdf
- https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10521/2/T2_752014011_BAB11.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai