Anda di halaman 1dari 18

Mediasi dan Advokasi

Bentuk-Bentuk Pilihan Penyelesaian Sengketa: Negoisasi, Mediasi,


Konsiliasi dan Arbitrase

Makalah

Oleh

Durrotun Nafisah
NIM: 200201210005

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Erfaniah Zuhriah, S.Ag, M.H.

PROGRAM MAGISTER AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadiran Allah SWT dimana pada mata kuliah Mediasi dan
Advokasi dapat terselesainya tugas makalah dengan judul Bentuk-Bentuk Pilihan
Penyelesaian Sengketa: Negoisasi, Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrase. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi agung Muhammad SAW yang
telah merubah dari zaman kegelapan menjadi terang benerang.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dalam ruang lingkup mahasiswa dan dosen agar dapat dikaji lebih
mendalam sehingga muncullah suatu nama disiplin ilmu agar mahasiswa mudah untuk
memahaminya.
Cukup sekian semoga ada manfaatnya dan menjadikan sumber referensi bagi
pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pasuruan, 14 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3
A. Pengertian Penyelesaian Non Litigasi ............................................................3

B. Bentuk-bentuk penyelesain sengketa Non Litigasi ........................................4

C. Perbandingan Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase ........................11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................13


A. Kesimpulan............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di sebutkan bahwasannya sengketa adalah


sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan.1 Sebuah sengketa
apabila tidak diselesaikan sedini mungkin maka akan didapati sebuah kekacauan kedepannya
untuk itu diperlukan penyelesaian sedini mungkin. Di Indonesia sendiri sangat memungkinkan
untuk terjadi berbagai konflik baik antar agama, antar kelompok, antar ras, bahkan antar
individu. Hal ini disebabakan oleh banyaknya kelompok atau ras, perbedaan iklim atau daerah,
bahkan penerimaan masyarakat terhadap sesuatu hal yang baru. Semakin berkembangnya
teknologi sengketa atau konflik tidaklah hilang melainkan masih terdapat sengketa atau konflik
yang bahkan bertambah dan sengketa yang makin banyak jenisnya. Oleh karenanya dibutuhkan
suatu lembaga untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Indonesia sebagai negara hukum, sudah banyak mengeluarkan Peraturan dan


Perundang-undangan untuk mengatasi suatu sengketa. Diantaranya adalah lembaga Pengadilan
yang sudah dikenal oleh banyak masyarakat di Indonesia untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Walaupun lembaga pengadilan sudah sangat dikenal oleh masyarakat di
Indonesia dalam menyelesaikan sengketa akan tetapi lembaga Pengadilan terkadang tidak
dianggap efektif untuk menyelesaikan suatu permasalahan di karenakan sifatnya yang win-lose
yang berarti bahwa salah satu pihak yang bersengketa tidak mendapatkan keuntungan dari
penyelesaian masalah ini. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga inilah yang banyak
dikenal masyarakat karena memiliki kekuatan hukum yang tetap dan mengikat.

Selain penyelesaian sengketa melalui lembaga Pengadilan, penyelesaian sengketa juga


dapat dilakukan melalui jalur non litigasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang mana terdapat beberapa
alternatif untuk menyelesaikan sengketa yakni negosiasi, mediasi, konsiliasi atau arbitrase.
Keuntungan ketika menggunakan penyelesaian melalui jalur non litigasi adalah kedua belah

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Diakses pada tanggal 14 April 2021.

1
pihak tidak merasa dirugikan atau yang biasa disebut dengan win-win solution baik melalui
negoisasi, mediasi, konsiliasi, maupun arbitrase.

B. Rumusan Masalah

1 Apa Pengertian Penyelesaian Sengketa Non Litigasi?

2. Bagaimana Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa Non Litigasi?

3. Bagaimana Perbandingan antara Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Penyelesaian Sengketa Non Litigasi.

2. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa Non Litigasi.

3. Untuk Mengetahui Perbandingan Antara Negoisasi, Mediasi, Konsiliasi Dan Arbitrase.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyelesaian Non Litigasi

Litigasi adalah litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa melalui


pengadilan, sedangkan yang dimaskud dengan non litigasi adalah proses penyelesaian sengketa
di luar pengadilan atau menggunakan pihak lain tanpa menunjuk pengadilan sebagai lembaga
untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Menurut pasal 1 butir 10 Undang-Undang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan bahwasannya alternatif penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni penyelesaian
di luar pengadilan dengan cara konsultasi,negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian para ahli.

Walaupun penyelesaian sengketa non litigasi tidak sepopuler lembaga pengadilan di


Indonesia dalam menyelesaikan suatu sengketa, namun dirasa sangat penting untuk menempuh
jalur non litigasi demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan tidak merugikan salah
satu pihak. Penyelesaian sengketa non litigasi atau yang biasa disebut dengan alternative
penyelesaian sengketa dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersangkutan
sehingga para pihak dapat memilih siapa yang akan melalukan penyelesain terhadap
penyelesaian kedua belah pihak dan tidak ada paksaan diantara satu pihak dengan pihak lain
serta perjanjian tersebut haruslah ditaati bersama.

Penyelesaian sengketa non litigasi muncul pertama kali di Amerika Serikat sebagai
bentuk ketidakpuasan terhadap lembaga pengadilan. Persoalan tersebut bersumber pada
persoalan seperti waktu yang dibutuhkan sangat lama dan biaya yang sangat mahal serta
diragukannya kemampuan untuk menyelesaikan kasus-kasus yang bersifat rumit dengan
memuaskan.2

2
Herniati dan Sri Iin Hartini, Sengketa Bisnis dan Proses Penyelesaiannya Melalui Jalur Non Litigasi
(Surabaya:Media Sahabat Cendekia, 2019), 1.

3
B. Bentuk-bentuk penyelesain sengketa Non Litigasi

1. Negoisasi

Negoisasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata to negotiating yang artinya
merundingkan atau membicarakan kemungkinan tentang suatu kondisi atau menawar. Kata
negoisasi memiliki kata turunan negotiation yang berarti discussion in order to come to an
agreement. Artinya menunjukkan suatu proses atau aktivitas untuk merundingkan atau
membicarakan sesuatu untuk mendapatkan kesepakatan. Turunan kata lainnya dari negoisasi
adalah negotiable yang artinya dapat dirundingkan, dapat dibicarakan, atau diapat ditawar.3
Negosiasi sendiri tidak disebutkan secara terperinci dalam Undang-Undang No.30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Akan tetapi dari pengertian
diatas dapat diketahui bahwa negosiasi dilakukan oleh para pihak saja tanpa melibatkan
pihak ketiga.

Tim Hendle dalam bukunya “Negotiating Skill” mengatakan “negosiasi yang baik
adalah usaha 2 (dua) orang (para pihak) untuk mencapai penyelesaian yang dapat diterima
bersama, tidak menghasilkan pemenang dan pecundang”. Inti dari negosiasi adalah tawar-
menawar antara para pihak. Negosiasi terjadai apabila orang lain memiliki apa yang kita
inginkan dan kita bersedia menukarnya dengan apa yang diinginkan mereka.4

Menurut Candra Irawan, ada dua cara pandang orang atau negosiator dalam
melakukan proses negosiasi yaitu:

1) Cara pandang pertama disebut pendirian agresif moderat, yaitu ketika negosiator
berusaha mendayagunakan seluruh kekuatan (power) yang di milki untuk keuntungan
yang sebesar-besarnya dari pihak lawan tanpa mempertimbangkan posisi dan kondisi
pihak lawan.

3
Asti Musman, Sukses Negoisasi dengan Siapa Saja Kapan Saja dan Dimana Saja, (Yogyakarta:Anak Hebat
Indonesia, 2020), 2.
4
I Nyoman Darmadha, “Teknik Negosiasi Perselisihan Hubungan Industrial”, 5

4
2) Cara pandang kedua disebut sama-sama menang (win-win position) yaitu masing-
masing pihak berusaha mempertemukan kepentingan yang berbeda untuk memunculkan
pemecahan yang sama-sama menyenangkan dan menguntungkan. Artinya terbaik bagi
pihak kita juga merupakan yang terbaik bagi pihak lawan.5

Metode-metode negosiasi tersebut sebagai berikut6:

1) The Nibble adalah metode negosiasi yang menyampaikan pernyataan kecil yang tidak
pernah dibahas sebelumnya sesaat sebelum kesepakatan. Metode ini mengambil
keuntungan dari pihak yang sudah ingin membuat kesepakatan

2) Snow Job adalah metode negosiasi dimana negosiator memberikan banyak informasi
kepada pihak lain sehingga pihak tersebut kesulitan dalam menentukan mana fakta
yang penting dan mana fakta yang dialihkan. Negosiator mungkin juga menggunakan
bahasa-bahasa teknis ataupun bahasa yang tidak baku untuk menutupi jawaban
sederhana yang ditanyakan oleh orang awam.

3) Good Guy/Bad Guy adalah metode negosiasi yang pendekatannya pada umumnya
dalam suatu tim negosiasi dimana salah satu anggota negosiator membuat tuntutan
yang tidak masuk akal atau keterlaluan dan satu Negosiator lainnya membuat
penawaran dan pendekatan yang masuk akal.

2. Konsiliasi

Pengertian konsiliasi secara umum adalah salah satu cara penyelesaian sengketa
dengan melibatkan pihak ketiga yaitu konsiliator yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan intervensi dengan bersifat aktif dalam menyusun serta merumuskan langkah-
langkah penyelesaian. Meskipun demikian, konsiliator dalam hal ini tidak berwenang
untuk membuat putusan melainkan hanya berwenang untuk membuat rekomendasi. Tetapi
dalam hal para pihak yang bersengketa tidak mampu untuk merumuskan sebuah

5
I Nyoman Darmadha, Teknik Negosiasi Perselisihan Hubungan Industrial, 6
6
Agung Subakti, ,”Tinjauan Yuridis Terhadap Konsep Negosiasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa
Dalam Sengketa Bisnis Di Indonesia Yang Berlandaskan Nilai Pancasila”,Publikasi Ilmiah, 16

5
kesepakatan, maka konsiliator dengan kewenangannya dapat mengajukan usulan-usulan
yang bertujuan untuk menemukan jalan keluar dari sengketa tersebut.7

Consiliation dalam bahasa Inggris berarti perdamaian dalam bahasa Indonesia.


Kemudian dalam Black’s Law Dictionary dikatakan bahwa pada prinsipnya konsiliasi
merupakan perdamaian. Dalam hal yang demikian sebagaimana yang diatur dalam pasal
1851 sampai dengan pasal 1864 Bab Kedelapan belas Buku III yang berarti segala sesuatu
yang dimaksudkan untuk diselesaikan melalui konsiliasi tunduk pada ketentuan KUH
Perdata dan secara khusus termaktub pada Pasal 1851 sampai 1864. Ini berarti hasil
kesepakatan melalui alternatif penyelesaian sengkata konsiliasi inipun harus dibuat secara
tertulis dan ditandatangani secara bersama oleh para pihak yang bersengketa. Kesepakatan
tertulis hasil konsiliasi tersebut harus didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pendaftaran di Pengadilan Negeri. Kesepakatan
tertulis hasil konsiliasi bersifat final dan mengikat para pihak.8

Pengertian konsiliasi tidak terperinci pada Undang-Undang No. 30 Tahun 1999


tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dan hanya disebutkan pada
alternatif penyelesaian sengketa saja tanpa penjelasan yang terpernci. Pengertian Konsiliasi
secara terperinci justru ada pada Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak terdapat pada
Pasal 1 ayat (5) Peraturan Lembaga Nomor 18 Tahun 18 yang berbunyi: “Konsiliasi adalah
penyelesaian sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan melalui proses perundingan
kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang dibantu oleh Konsiliator”.

Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator memiliki hak dan kewenangan untuk


menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada yang bersengketa.
Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat putusan dalam sengketa untuk dan atas
nama para pihak, sehingga keputusan akhir merupakan proses konsiliasi yang diambil
sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan
antara para pihak.9

7
Krishna Darari Hamonangan Putra, “Penyelesaian Sengketa Kontrak dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah”, Jurist-Diction: 2,(Juli 2019)¸ 1311.
8
Nevey Varida Ariani, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Luar Pengadilan”, Jurnal RechtsVinding,
1 (Agustus, 2012), 283.
9
http://e-journal.uajy.ac.id/9695/2/2MIH01803, Skripsi, diakses pada tanggal 04 April 2021.

6
3. Mediasi

Mediasi menurut Gatot Supramono adalah proses penyelesaian sengketa melalui


proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak
memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. 10
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui perundingan
yang melibatkan pihak ketiga yang bersikap netral dan tidak berpihak kepada pihak-pihak
yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa. Mediasi
merupakan tatacara “itikad baik”dimana para pihak yang bersengketa menyampaikan
saran-saran melalui jalur yang bagaimana sengketa akan diselesaikan oleh mediator, karena
mereka sendiri tidak mampu melakukannya. Mediasi sangatlah berperan sebagai model
penyelesaian sengketa dengan cara damai, oleh karena itu Mahkamah Agung sebagai
institusi peradilan menerbitkan PERMA RI Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi
di Pengadilan, yang merupakan revisi dari PERMA Nomor 2 tahun 2003 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan, kemudian disempurnakan kembali dengan Perma No.1 tahun 2016
11
Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses
musyawarah atau konsensus.

Macam-macam mediasi menurut Boulle dibagi menjadi empat bagian yakni 12:
1) Settlement mediation yang juga dikenal sebagai mediasi kompromi merupakan mediasi
yang tujuan utamanya adalah untuk mendorong terwujudnya kompromi dari tuntutan
kedua belah pihak yang sedang bertikai. dalam mediasi model ini tipe mediator yang
dikehendaki adalah yang berstatus tinggi sekalipun tidak terlalu ahli di dalam proses dan
teknik-teknik mediasi.
2) Facilitative mediation yang juga disebut sebagai mediasi yang berbasis kepentingan
(interest-based) dan problem solving merupakan mediasi yang bertujuan untuk

10
Sastiono Kesek, “Studi Komparasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Mediasi Dan
Konsiliasi”, (Fakultas Hukum Universitas Tujuh Belas Agustus 2015 131.
11
Sastiono Kesek, “Studi Komparasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Mediasi Dan
Konsiliasi”, 133.
12
Korah, Revy S. M. “Mediasi Merupakan Salah Satu Alternatif Penyelesaian Masalah Dalam Sengketa
Perdagangan Internasional”, Jurnal, 2013 , 35.

7
menghindarkan disputants dari posisi mereka dan menegosasikan kebutuhan dan
kepentingan para disputants dari pada hak-hak legal mereka secara kaku.
3) Transformative mediation yang juga dikenal sebagai mediasi terapi dan rekonsiliasi,
merupakan mediasi yang menekankan untuk mencari penyebab yang mendasari
munculnya permasalahan di antara disputants, dengan pertimbangan untuk
meningkatkan hubungan di antara mereka melalui pengakuan dan pemberdayaan
sebagai dasar dari resolusi (jalan keluar) dari pertikaian yang ada.
4) Evaluative mediation yang juga dikenal sebagai mediasi normative merupakan model
mediasi yang bertujuan untuk mencari kesepakatan berdasarkan pada hak-hak legal dari
para disputans dalam wilayah yang diantisipasi oleh pengadilan.
4. Arbitrase

Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa disebutkan bahwasannya yang dimaksud dengan arbitrase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Dari
perspektif doktrin, beberapa ahli telah pula memberikan pendapatnya mengenai definisi dari
arbitrase. Priyatna Abdurrasyid menjelaskan bahwa arbitrase merupakan suatu bentuk lain
dari proses ajudikasi privat. Penyelesaian melalui arbitrase umumnya dipilih untuk sengketa
kontraktual, baik yang bersifat sederhana maupun kompleks.13
Pada dasarnya, arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa di luar peradilan,
berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak, dan dilakukan oleh arbiter
yang dipilih dan diberi kewenangan mengambil keputusan. Arbitrase merupakan pilihan
yang paling menarik, khususnya bagi kalangan pengusaha. Bahkan, arbitrase dinilai sebagai
suatu "pengadilan pengusaha" yang independen guna menyelesaikan sengketa yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan mereka.14

Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (untuk selanjutnya disingkat UU No. 30 Tahun 1999)
disebutkan bahwa: “Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di

13
Kikin Nopiandri, Peran Lembaga Arbitrase Dalam penyelesaian sengketa bisnis Internasional: Tinjauan
dari perspektif teori sistem hukum, jurnal Legal Reasoning, 1,(Desember 2018), 52,.
14
R.M. Gatot P. Soemartono, “Arbitrase Mediasi Dan Negosiasi”, Modul Pembelajaran, ,9

8
bidang perdagangan dan hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan
dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.” Dengan demikian, sengketa seperti
kasus-kasus keluarga atau perceraian, yang hak atas harta kekayaan tidak sepenuhnya
dikuasai oleh masing-masing pihak, tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase.15

Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa melalui proses pemeriksaan dan


pengambilan putusan oleh arbiter tunggal atau majelis arbiter dari lembaga arbitrase, baik
oleh lembaga arbitrase yang berlingkup nasional maupun internasional, demikian pula
lembaga arbitrase yang bersifat permanent maupun sementara (ad-hoc).16 Dalam proses
pemeriksaan sidang arbitrase asas pemeriksaannya dilakukan secara tertutup dalam setiap
tahap termasuk pemeriksaan statement of claim, statement of defence, dokumen, saksi dan
ahli maupun oral hearing dengan para pihak. Begitu juga pemeriksaan setempat, semua
dilakukan dengan pintu tertutup.17

Adapun keuntungan dari arbitrase adalah sebagai berikut :

1) Kecepatan dalam Proses

2) Pemeriksaan ahli di bidangnya

3) Sifat konfidensialitas

Kelemahan Arbitrase antara lain:

1) Hanya untuk para pihak bona fide

Arbitrase hanya bermanfaat unutk para pihak atau pengusaha yang bona fide
(bonafid) atau jujur dan dapat dipercaya. Para pihak yang bonafid adalah mereka yang
memiliki kredibilitas dan integritas, artinya patuh terhadap kesepakatan, pihak yang
dikalahkan harus secara sukarela melaksanakan putusan arbitrase, perkara melalui
arbitrase justru akan memakan lebih banyak biaya, bahkan lebih lama daripada proses
di pengadilan. Tidak jarang ditemui di dalam praktik bahwa para pihak, walaupun

15
Helmi Kasim, “Arbitrase Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal (Arbitration as
Investment Dispute Settlement Mechanism)” Jurnal RechtsVinding, 7 (April, 2018) 83.
16
Helmi Kasim, “Arbitrase Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal (Arbitration as
Investment Dispute Settlement Mechanism)” Ibid , 84.
17
Gideon Hendrik Sulat, “ Tata Cara Pemeriksaan Sengketa Arbitrase Menurut Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999”, Lex Crimen, 5, (Sep,2016), 59.

9
mereka telah memuat klausul arbitrase dalam perjanjian bisnisnya, tetap saja mereka
mengajukan perkara ke pengadilan. Anehnya, meskipun telah ada klausul arbitrase di
dalam perjanjian, cukup banyak pengadilan negeri yang menerima gugatan perkara
tersebut padahal dalam pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwasannya “Pengadilan Negeri
wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang
telah ditetapkan melalui arbitrase. 18

2) Ketergantungan mutlak pada arbiter

Putusan arbitrase selalu tergantung pada kemampuan teknis arbiter untuk


memberikan putusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa keadilan para pihak.
Meskipun arbiter memiliki kwahlian teknis yang tinggi, bukanlah hal yang mudah bagi
majelis arbitrase untuk memuaskan dan memenuhi kehendak para pihak yang
bersengketa.19

3) Tidak ada presedence Putusan terdahulu

Tidak adanya legal precedence atau keterikatan terhadap putusan-putusan arbitrase


sebelumnya. Artinya, putusan-putusan arbitrase atas suatu sengketa terbuang tanpa
manfaat, meskipun di dalamnya mengandung argumentasi-argumentasi berbobot dari
para arbiter terkenal di bidangnya. Hilangnya precedence dapat menimbulkan putusan
yang berlawanan pada masalah yang sama.20

4) Masalah putusan arbitrase asing

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional memiliki hambatan


sehubungan dengan pengakuan dan pelaksanaan putusannya. Kesulitan itu menjadi
masalah yang sangat penting karena biasanya di negara pihak yang kalah terdapat harta
yang harus di eksekusi. Oleh karena itu, berhasil tidaknya penyelesaian sengketa
berkaian erat dengan dapat tidaknya putusan arbitrase tersebut dilaksanakan di negara
dari pihak yang dikalahkan.21

18
R.M Gatot Soebroto P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2006),
14.
19
R.M Gatot Soebroto P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi,,Ibid, 15.
20
R.M Gatot Soebroto P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi,,Ibid, 15.
21
R.M Gatot Soebroto P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi,,Ibid, 15.

10
C. Perbandingan Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase

Penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi seperti dibahas sebelumnya terdiri
dari beberapa bentuk penyelesai diantaranya adalah negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan
arbitrase yang di sebutkan pada Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa pada Pasal 1 poin 10. Proses penyelesaian non litigasi
pun memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Negosiasi sebagai bentuk penyelesaian sengketa yang tidak melibatkan pihak


ketiga memiliki keuntungan yakni kesepakatan bersifat privat, kesepakatan bersifat win-
win solution, bebas dari suasana emosional, pembuktian berdasarkan para pihak, memiliki
peluang yang sangat luas bagi para pihak untuk menentukan pilihan-pilihannya, tidak
tergantung norma hukum tertulis, semua pihak memperoleh kesempatan untuk
menjelaskan berbagai persoalan dalam proses negosiasi. Sedangkan kekurangan dari
negosiasi adalah bersifat informal dan tidak terstruktr, hubungan para pihak dalam
penyelesaian sengketa yang bersaing, pembuktian hanya melalui presentasi saja sehingga
pembuktian kurang kuat, kesepakatannya yang terkadang kurang menguntungkan,
dimungkinkan adanya penundaan, sulit berjalan apabila para pihak tidak seimbang. 22

Mediasi memiliki kelebihan yakni lebih sederhana daripada penyelesaian perdata,


akses yang luas bagi para pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan, Lebih
sederhana daripada penyelesaian melalui proses hukum acara perdata, efisien, waktu
singkat, rahasia, menjaga hubungan baik para pihak, hasil mediasi merupakan kesepakatan,
berkekuatan hukum tetap, akses yang luas bagi para pihak yang bersengketa untuk
memperoleh rasa keadilan.23, mampu menghilangkan konflik, dapat mengubah hasil,
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi langsung, memfokuskan pada kepentingan
para pihak Sedangkan kekurangan mediasi adalah kurang kemampuan untuk memaksa
partisipasi para pihak, tidak mengikat, kurang terbuka, tidak ada kewenangan eksekusi,

22
Afrik Yunari, “Alternative Dispute Resolution (Adr) Sebagai Penyelesaian Sengketa Non Litigasi”,
Inovatif, 2, 1, (Pebruari 2016), 140.
23
https://www.pn-kabanjahe.go.id/2015-06-22-15-03-59/materi-mediasi.html #:~:text= Kelebihan %20
Mediasi%3A,Efisien&text=Berkekuatan%20hukum%20tetap,bersengketa%20untuk%20memperoleh%20rasa%20k
eadilan, diakses pada tanggal 14 April 2021.

11
tidak ada jaminan due process, sukar dieksekusi, hasil menjadi tidak penting, tidak ada
aplikasi/ perkembangan.

Konsiliasi memiliki kelebihan yakni konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa


di luar pengadilan secara kooperatif, konsiliator bertugas membantu para pihak yang
bersengketa untuk mencari penyelesaian, konsiliator bersifat aktif dan mempunyai
kewenangan mengusulkan pendapat dan merancang syarat-syarat kesepakatan di antara
para pihak, konsiliator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama
perundingan sehingga para pihak bebas menentukan pilihan tanpa paksaan konsiliator.
,tujuan konsiliasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yang bersengketa.Sedangkan kekurangannya adalah bahwa putusan
dari lembaga konsiliasi ini tidak mengikat, sehingga sangat tergantung sepenuhnya pada
para pihak yang bersengketa.24

Arbitrase memiliki keuntungan yakni Kecepatan dalam Proses, Pemeriksaan ahli


di bidangnya, Sifat konfidensialitas. Sedangkan kekurangannya adalah Hanya untuk para
pihak bona fide, Ketergantungan mutlak pada arbiter, tidak ada presedence putusan
terdahulu, masalah putusan arbitrase asing.25

24
Sastiono Kesek, “Studi Komparasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Mediasi Dan
Konsiliasi”, 140.
25
R.M Gatot Soebroto P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi,,Ibid, 15.

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Penyelesaian non litigasi adalah proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau
menggunakan pihak lain tanpa menunjuk pengadilan sebagai lembaga untuk
menyelesaikan sengketa tersebut. Menurut pasal 1 butir 10 Undang-Undang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan bahwasannya alternatif penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,negosiasi, mediasi, konsiliasi
atau penilaian para ahli.

2. Hendle dalam bukunya “Negotiating Skill” mengatakan “negosiasi yang baik adalah
usaha 2 (dua) orang (para pihak) untuk mencapai penyelesaian yang dapat diterima
bersama, tidak menghasilkan pemenang dan pecundang”. Inti dari negosiasi adalah
tawar-menawar antara para pihak. Negosiasi terjadai apabila orang lain memiliki apa
yang kita inginkan dan kita bersedia menukarnya dengan apa yang diinginkan mereka.
Pengertian konsiliasi secara umum adalah salah satu cara penyelesaian sengketa dengan
melibatkan pihak ketiga yaitu konsiliator yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan intervensi dengan bersifat aktif dalam menyusun serta merumuskan langkah-
langkah penyelesaian.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Nevey Varida. “Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Luar Pengadilan”, Jurnal
RechtsVinding, 1 (Agustus, 2012).

Hendrik, Sulat Gideon. “ Tata Cara Pemeriksaan Sengketa Arbitrase Menurut Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999”, Lex Crimen, 5, (Sep,2016).

Herniati dan Sri Iin Hartini, Sengketa Bisnis dan Proses Penyelesaiannya Melalui Jalur Non
Litigasi,Surabaya:Media Sahabat Cendekia, 2019.

I Nyoman Darmadha, Teknik Negosiasi Perselisihan Hubungan Industrial.

Kasim, Helmi. “Arbitrase Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal


(Arbitration as Investment Dispute Settlement Mechanism)” Jurnal RechtsVinding, 7
(April, 2018).

Kesek, Sastiono. “Studi Komparasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui


Mediasi Dan Konsiliasi”, (Fakultas Hukum Universitas Tujuh Belas Agustus 2015

Korah, Revy S. M. “Mediasi Merupakan Salah Satu Alternatif Penyelesaian Masalah Dalam
Sengketa Perdagangan Internasional”, Jurnal, 2013.

Musman, Asti. Sukses Negoisasi dengan Siapa Saja Kapan Saja dan Dimana Saja,
,Yogyakarta:Anak Hebat Indonesia, 2020.

Nopiandri, Kikin Peran Lembaga Arbitrase Dalam penyelesaian sengketa bisnis Internasional:
Tinjauan dari perspektif teori sistem hukum, jurnal Legal Reasoning, 1,(Desember 2018),

Putra, Krishna Darari Hamonangan. “Penyelesaian Sengketa Kontrak dalam Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah”, Jurist-Diction: 2,(Juli 2019).

Soemartono, R.M Gatot Soebroto P. Arbitrase dan Mediasi, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,
2006).

Soemartono R.M. Gatot P., “Arbitrase Mediasi Dan Negosiasi”, Modul Pembelajaran.

Subakti, Agung.”Tinjauan Yuridis Terhadap Konsep Negosiasi Sebagai Alternatif Penyelesaian


Sengketa Dalam Sengketa Bisnis Di Indonesia Yang Berlandaskan Nilai
Pancasila”,Publikasi Ilmiah.

Yunari, Afrik. “Alternative Dispute Resolution (Adr) Sebagai Penyelesaian Sengketa Non
Litigasi”, Inovatif, 2, 1, (Pebruari 2016), 140.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Diakses pada tanggal 14 April 2021.

14
http://e-journal.uajy.ac.id/9695/2/2MIH01803, Skripsi, diakses pada tanggal 04 April 2021.

https://www.pn-kabanjahe.go.id/2015-06-22-15-03-59/materi-mediasi.html #:~:text= Kelebihan


%20mediasi%3A,Efisien&text=Berkekuatan%20hukum%20tetap,bersengketa%20untuk%2
0memperoleh%20rasa%20keadilan, diakses pada tanggal 14 April 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai