MATAKULIAH
ARBITRASE SYARIAH
Dosen Pengampu :
Wiwin Andini,.SH.,MH
OLEH:
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan
tentang Kultur Hukum Dan Alternative Dispute Resolution.Adapun tujuan dan
maksud dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai salah satu pemenuhan tugas Mata
Kuliah Arbitrase syariah Dengan harapan bahwa makalah ini dapat membantu serta
memberikan tambahan pengetahuan kepada pembacanya.
M.Farhan Arbi
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Frans Hendra Winata, Hukum Penyelesaian Sengketa, (Jakarta Sinar Grafika, 2012),
hlm. 25
1
5. Bagaimana Peluang dan Tantangan Alternative Penyelesaian Sengketa di
Indonesia
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Kultur Hukum Alternative Penyelesaian Sengketa dalam
Tradisi Islam
2. Mengetahui Kultur Hukum Alternative Penyelesaian Sengketa dalam
Tradisi Barat
3. Mengetahui Kultur Hukum Alternative Penyelesaian Sengketa dalam
Tradisi Hukum Indonesia
4. Mengetahui Pengaturan Alternative Penyelesaian Sengketa di Indonesia
5. Mengetahui Peluang dan Tantangan Alternative Penyelesaian Sengketa di
Indonesia
BAB II
2
PEMBAHASAN
2
E. van Donzel, B. Lewis, dkk (ed), Encyclopedia of Islam, (Leiden: E.J. Brill, 1990), Jil.
IV, hlm. 141
3
Ibnu Hajar, Nataij Afkar fi takhriiji ahaaditsil adzkar, (Daar: Ibnu Katsir. 2008), hlm.23.
3
Islah disini bergantung pada kesadaran posisi masing-masing keduabelah pihak
dan sikap kooperatif selama masa pendamaian hingga tercapai tujuan. 4
Bila ditinjau dari asas tujuan dan manfaatnya, maka
keberhasilankeberhasilan Islah pada masa Rasululloh dipengruhi oleh beberapa
faktor: Menurut DR. Wahbah Az-Zuhaili :
1. komitmen dari keduabelah pihak yang berkonflik terhadap peraturan
yang ditetapkan selama masa perundingan berlangsung.
2. niat baik keduabelah pihak untuk menyelesaikan konflik yang tengah
terjadi.
3. negosiasi dimulai dengan menyampaikan pendapat, alasan yang kuat dan
bukti sebagai pendukung argumentasi.
4. bagi pihak Islam, perhatian terhadap kepentingan Islam harus lebih
diutamakan
5. memperhatikan aspek fleksibilitas dalam penyampaian pendapat,
mempersempit ruang perbedaan, menerima hasil kesepakatan dan
keputusan terhadap konflik yang berlangsung.
Maka dapat dipahami bahwa keberhasilan sebuah penyelesaian alternatif
bergantung pada kesadaran penuh masing-masing pihak yang bersengketa
untuk menyelesaikan masalah dengan tetap mematuhi aturan yang berlaku
selama proses sedang berlangsung. Disamping itu pemilihan tool and human
resource (mediator/ hakam) yang tepat, sangat berpengaruh terhadap cepat dan
adilnya hasil yang tercapai dalam proses penyelesaian.
B. Kultur Hukum Alternative Penyelesaian Sengketa dalam Tradisi Barat
Dalam tradisi hukum Barat, terdapat berbagai alternatif penyelesaian
sengketa yang memiliki ciri khas atau karakteristik yang berbeda. Beberapa
bentuk alternatif penyelesaian sengketa yang umum dijumpai meliputi
arbitrase, mediasi, dan konsiliasi. Arbitrase adalah proses penyelesaian
sengketa di luar pengadilan yang melibatkan pihak-pihak yang berselisih dan
diatur oleh undang-undang arbitrase. Mediasi, di sisi lain, melibatkan pihak
4
Abu Muhammad Mahmud Ibn Ahmad al-Aynayni, al-Bidãyah fi Syarh al-hidãyah,
(Beirut: Dar alFikr,2008), hlm. 3
4
ketiga yang netral untuk membantu pihak-pihak yang berselisih mencapai
kesepakatan. Sedangkan konsiliasi merupakan proses di mana pihak-pihak
yang berselisih meminta bantuan pihak ketiga untuk memberikan saran atau
pendapat terkait penyelesaian sengketa mereka.
Dalam konteks hukum Barat, alternatif penyelesaian sengketa ini
dikembangkan sebagai respons terhadap ketidakpuasan masyarakat terhadap
sistem pengadilan konvensional. Hal ini disebabkan oleh persoalan waktu yang
sangat lama, biaya yang mahal, serta keraguan akan kemampuan sistem
pengadilan dalam menyelesaikan sengketa secara memuaskan. Oleh karena itu,
alternatif penyelesaian sengketa dikembangkan sebagai cara yang lebih
memiliki akses keadilan bagi masyarakat .
Dalam konteks penyelesaian sengketa di luar pengadilan, khususnya
dalam tradisi hukum Barat, penggunaan alternatif penyelesaian sengketa
seperti arbitrase, mediasi, dan konsiliasi telah menjadi bagian yang penting.
Proses-proses ini memberikan pilihan yang lebih fleksibel dan terjangkau bagi
pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa untuk menyelesaikan perselisihan
mereka tanpa harus melalui proses litigasi di pengadilan .
Dengan demikian, dalam tradisi hukum Barat, alternatif penyelesaian
sengketa telah menjadi bagian integral dari sistem hukum untuk memberikan
akses keadilan yang lebih efisien dan efektif bagi masyarakat5
C. Kultur Hukum Alternative Penyelesaian Sengketa dalam Tradisi Hukum
Indonesia
Dalam tradisi hukum Indonesia, terdapat berbagai alternatif penyelesaian
sengketa yang telah diatur dalam undang-undang. Salah satu bentuk alternatif
penyelesaian sengketa yang umum di Indonesia adalah arbitrase. Arbitrase
6
diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Selain itu, terdapat juga bentuk-bentuk
alternatif penyelesaian sengketa lainnya seperti mediasi dan konsiliasi.
5
Gunawan Wijaja,Alternatif Penyelesaian Sengketa, Cet. 2.(Jakarta: Raja Grafindo.
2002).Hlm.99.
6
Munir Fuady,Arbitrase Nasional, Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis.( Bandung:
Citra Aditya Bakti,2000).hlm.12.
5
Alternatif penyelesaian sengketa ini diatur dalam undang-undang sebagai
respons terhadap kebutuhan akan penyelesaian sengketa yang efisien dan
efektif di luar pengadilan konvensional. Proses-proses ini memberikan pilihan
yang lebih fleksibel dan terjangkau bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
sengketa untuk menyelesaikan perselisihan mereka tanpa harus melalui proses
litigasi di pengadilan.
Dengan demikian, dalam konteks hukum Indonesia, alternatif
penyelesaian sengketa, termasuk arbitrase, mediasi, dan konsiliasi, telah
menjadi bagian integral dari sistem hukum untuk memberikan akses keadilan
yang lebih efisien dan efektif bagi masyarakat.
D. Pengaturan Alternative Penyelesaian Sengketa di Indonesia
Di Indonesia, terdapat beberapa regulasi yang mengatur alternative
dispute resolution (ADR) atau alternatif penyelesaian sengketa. Beberapa di
antaranya adalah:
1. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase7: Undang-undang
ini mengatur proses arbitrase di Indonesia, termasuk pengakuan dan
pelaksanaan putusan arbitrase internasional dan nasional.
2. Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Sengketa
melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI): Undang-undang ini
mengatur tentang proses arbitrase di BANI, yang merupakan lembaga
arbitrase yang terkenal di Indonesia.
3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris: Undang-
undang ini memberikan wewenang kepada notaris untuk melakukan
mediasi dalam penyelesaian sengketa, meskipun notaris tidak memiliki
kewenangan untuk memberikan putusan.
4. Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan: Peraturan ini mengatur tentang
proses mediasi di pengadilan, yang merupakan salah satu bentuk ADR di
Indonesia.
7
Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa
6
5. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Sengketa
Ekonomi melalui Badan Penyelesaian Sengketa Ekonomi: Peraturan ini
mengatur proses penyelesaian sengketa ekonomi di Indonesia, termasuk
melalui mediasi dan arbitrase.
6. Peraturan BPK RI No. 1 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Administrasi: Peraturan ini mengatur tentang penyelesaian
sengketa administrasi di Indonesia, yang dapat dilakukan melalui mediasi
dan arbitrase.
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
No. 1 Tahun 2019 tentang Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa di
Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi: Peraturan ini mengatur
tentang mediasi dalam penyelesaian sengketa di bidang perdagangan
berjangka komoditi di Indonesia.
Regulasi-regulasi tersebut menunjukkan upaya pemerintah Indonesia
untuk memberikan alternatif penyelesaian sengketa yang efektif, efisien, dan
adil bagi masyarakat dan pelaku bisnis di Indonesia.
E. Peluang dan Tantangan Alternative Penyelesaian Sengketa di Indonesia
Peluang dan tantangan alternative dispute resolution (ADR)8 atau
alternatif penyelesaian sengketa di Indonesia dapat dirangkum sebagai berikut:
Peluang:
8
Suyud Margono,. Adr, Alternative Dispute Resolution Dan Arbitrase: Proses
Pelembagaan Dan Aspek Hukum. (Jakarta: Ghalia Indonesia,2000).hlm.8
7
mereka, sehingga dapat meningkatkan kepuasan mereka terhadap hasil
akhir.
3. Mendorong Perdamaian: ADR dapat membantu mempertahankan atau
memulihkan hubungan antara para pihak yang bersengketa, yang dapat
menjadi penting dalam konteks sengketa antara pihak-pihak yang
memiliki hubungan berkelanjutan, seperti dalam bisnis atau keluarga.
4. Memperluas Akses Keadilan: ADR dapat memperluas akses masyarakat
terhadap sistem peradilan, terutama bagi mereka yang memiliki
keterbatasan finansial atau geografis.
Tantangan:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alternative Dispute Resolution (ADR) atau alternatif penyelesaian
sengketa menawarkan berbagai metode yang efektif dalam menyelesaikan
perselisihan di luar pengadilan konvensional. Di Indonesia, ADR telah diatur
dalam berbagai undang-undang dan peraturan, menunjukkan komitmen
8
pemerintah untuk memberikan alternatif yang efisien dan adil bagi masyarakat.
Metode ADR, seperti negosiasi, mediasi, dan arbitrase, memberikan peluang
untuk meningkatkan efisiensi, kepuasan, dan perdamaian antara para pihak
yang bersengketa. Namun, masih ada tantangan dalam penerimaan masyarakat,
ketersediaan infrastruktur, konsistensi hukum, dan pemanfaatan teknologi
dalam ADR.
Untuk memperkuat ADR di Indonesia, diperlukan upaya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat, mengembangkan infrastruktur dan
sumber daya manusia yang berkualitas, memperbaiki konsistensi dan kepastian
hukum, serta meningkatkan pemanfaatan teknologi. Dengan demikian, ADR
dapat menjadi pilihan yang lebih menarik dan efektif dalam menyelesaikan
sengketa, memberikan akses yang lebih luas terhadap keadilan, dan
mendukung pembangunan hukum yang berkelanjutan di Indonesia.
B. Saran
Saran untuk meningkatkan efektivitas Alternative Dispute Resolution
(ADR) di Indonesi yaitu Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Melakukan
kampanye penyuluhan secara luas kepada masyarakat mengenai manfaat dan
proses ADR agar masyarakat lebih aware dan memilih ADR sebagai alternatif
penyelesaian sengketa dan Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Mediator dan
Arbitrator: Melakukan pelatihan dan sertifikasi secara berkala kepada para
mediator dan arbitrator untuk meningkatkan kualitas pelayanan ADR.
DAFTAR PUSTAKA
Donzel, E. van B. Lewis, dkk (ed), Encyclopedia of Islam, (Leiden: E.J. Brill,
1990)
Hajar Ibnu, Nataij Afkar fi takhriiji ahaaditsil adzkar, (Daar: Ibnu Katsir. 2008)
9
Hendra Winata Frans, Hukum Penyelesaian Sengketa, (Jakarta Sinar Grafika,
2012)
10