Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Mediasi
1. Pengertian mediasi
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Mediasi
berasal dari bahasa Inggris yang berarti menyelesaikan sengketa dengan
menengahi. Mediasi merupakan proses negosiasi pemecahan masalah, dimana
pihak luar yang tidak memihak (impartial) bekerjasama dengan pihak yang
bersengketa untuk mencari kesepakatan bersama. Mediator tidak berwenang untuk
memutus sengketa, tetapi hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dikuasakan kepadanya. Terdapat beberapa pengertian
mediasi dalam berbagai versi sebagai berikut:
a. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘mediasi’ diberi arti sebagai
proses pengikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu
perselisihan.
b. Christopher W. Moore mengemukakan bahwa mediasi adalah intervensi
terhadap suatu sengketa atau negosiasi oleh pihak ketiga yang dapat
diterima, tidak berpihak dan netral yang tidak mempunyai kewenangan
untuk mengambil keputusan dalam membantu para pihak yang berselisih
dalam upaya mencapai kesepakatan secara sukarela dalam penyelesaian
permasalahan yang disengketakan.
c. Menurut Syahrizal Abbas penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan lebih
menekankan pada keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak
bersengketa untuk menyelesaikan perselisihannya. Penjelasan ini sangat
penting guna untuk membedakan dengan bentuk-bentuk alternative
penyelesaian sengketa lainnya.
d. Dalam Peraturan Bank Indonesia/ PBI No. 8/5/PB/2006 dikatakan sebagai
proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu
para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk
kesepakatan sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan
yang disengketakan.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
mediasi adalah upaya menyelesaikan sengketa para pihak dengan kesepakatan
bersama melalui mediator yang bersikap netral dan tidak membuat keputusan atau
kesimpulan bagi para pihak tetapi menunjang fasilitator untuk terlaksananya
dialog antar pihak dengan suasana keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat
untuk mencapai mufakat.

2. Prinsip-Prinsip Mediasi
Dari berbagai pengertian dan kajian-kajian literatur tentang mediasi dapat
disimpulkan beberapa prinsip dari lembaga mediasi :
a. Mediasi Bersifat Sukarela Pada prinsipnya inisiatif pilihan penyelesaian
sengketa melalui mediasi tunduk pada kesepakatan para pihak. Hal ini
dapat dilihat dari sifat kekuatan mengikat dari kesepakatan hasil mediasi
didasarkan pada kekuatan kesepakatan berdasarkan pasal 1338 KUH
Perdata. Dengan demikian, pada prinsipnya pilihan mediasi tunduk pada
kehendak atau pilihan bebas para pihak yang bersengketa. Mediasi tidak
bisa dilaksanakan apabila salah satu pihak saja yang menginginkannya.
Pengertian sukarela dalam proses mediasi juga ditujukan pada kesepakatan
penyelesaian. Meskipun para pihak telah memilih mediasi sebagai cara
penyelesaian sengketa mereka, namun tidak ada kewajiban bagi mereka
untuk menghasilkan kesepakatan dalam proses mediasi tersebut.
b. Lingkup Sengketa Pada Prinsipnya Bersifat Keperdataan Jika dilihat dari
berbagai peraturan setingkat Undang-Undang yang mengatur tentang
mediasi di Indonesia dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya sengketa-
sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi adalah sengketa
keperdataan.
c. Proses Sederhana Para pihak dapat menentukan cara-cara yang lebih
sederhana dibandingkan dengan proses beracara formal di Pengadilan. Jika
penyelesaian sengketa melalui litigasi dapat selesai bertahun-tahun, jika
kasus terus naik banding, kasasi, sedangkan pilihan penyelesaian sengketa
melalui mediasi lebih singkat, karena tidak terdapat banding atau bentuk
lainnya. Putusan bersifat final and binding yang artinya putusan tersebut
bersifat inkracht atau mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
d. Proses Mediasi Tetap Menjaga Kerahasiaan Sengketa Para Pihak Mediasi
dilaksanakan secara tertutup sehingga tidak setiap orang dapat menghadiri
sessi-sessi perundingan mediasi. Hal ini berbeda dengan badan peradilan
dimana sidang umumnya dibuka untuk umum. Sifat kerahasiaan dari
proses mediasi merupakan daya tarik tersendiri, karena para pihak yang
bersengketa pada dasarnya tidak suka jika persoalan yang mereka hadapi
dipublikasikan kepada umum.
e. Mediator Bersifat Menengahi Dalam sebuah proses mediasi, mediator
menjalankan peran untuk menengahi para pihak yang bersengketa. Peran
ini diwujudkan melalui tugas mediator yang secara aktif membantu para
pihak dalam memberikan pemahaman yang benar tentang sengketa yang
mereka hadapi dan memberikan alternatif solusi yang terbaik bagi
penyelesaian sengketa tersebut.

3. Tujuan mediasi
Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang
dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa dengan tujuan:
a. Menghasilkan suatu rencana kesepakatan kedepan yang dapat diterima dan
dijalankan oleh para pihak yang bersengketa
b. Mempersiapkan para pihak yang bersengketa untuk menerima konsekuensi
dari keputusan-keputusan yang mereka buat.
c. Mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif lainnya dari suatu konflik
dengan cara membantu para pihak yang bersengketa untuk mencapai
penyelesaian secara konsensus.

4. Kelebihan mediasi
Pertama, penyelengaraan proses mediasi tidak diatur secara rinci dalam
peraturan perundang-undangan sehingga para pihak memiliki keluwesan dan tidak
terperangkap dalam bentuk-bentuk formalisme, seperti halnya dalam proses
litigasi. Para pihak dapat dengan segera membahas masalah-masalah substansial,
dan tidak terperangkap dalam membahas atau memperdebatkan hal-hal teknis
hukum. Kedua, pada umumnya mediasi diselenggarakan secara tertutup atau
rahasia, hanya para pihak dan mediator yang menghadiri proses mediasi. Ketiga,
dalam proses mediasi, pihak prinsipal dapat secara langsung berperan serta dalam
melakukan perundingan dan tawar menawar untuk mencari penyelesaian masalah
tanpa harus diwakili oleh kuasa hukum masing-masing, karena prosedur mediasi
amat luwes dan para pihak yang tidak memiliki latar belakang pendidikan hukum
atau advokat dapat berperan serta dalam proses mediasi. Keempat, para pihak
melalui mediasi dapat membahas berbagai aspek atau sisi dari perselisihan
mereka, tidak hanya aspek hukum, tetapi juga aspek-aspek lainnya. Dalam proses
mediasi, aspek pembuktian dapat saja dikesampingkan demi kepentingan lain,
misalnya demi terpeliharanya hubungan baik. Kelima, sesuai dengan sifatnya
yang konsensual atau mufakat dan kolaboratif, mediasi dapat menghasilkan
penyelesaian menang-menang bagi para pihak (win-win solution).

5. Kelemahan mediasi
Pertama, mediasi hanya dapat diselenggarakan secara efektif jika para pihak
memiliki kemauan atau keinginan untuk menyelesaiakan sengketa secara
konsensus. Kedua, pihak yang tidak beriktikad baik dapat memanfaatkan proses
mediasi sebagai taktik untuk mengulur-ulur waktu penyelesaian sengketa,
misalnya dengan tidak mematuhi jadwal sesi-sesi mediasi atau berunding sekadar
untuk memperoleh informasi tentang kelemahan lawan. Ketiga, beberapa kasus
mungkin tidak dapat di mediasi, terutama kasus-kasus yang berkaitan dengan
ideologis dan nilai-nilai dasar yang tidak menyediakan ruang bagi para pihak
untuk melakukan kompromikompromi. Keempat, mediasi dipandang tidak tepat
digunakan jika masalah pokok dalam sebuah sengketa adalah soal penentuan hak
(rights) karena sengketa soal hak haruslah diputus oleh hakim, sedangkan mediasi
lebih tepat untuk menyelesaikan sengketa terkait dengan kepentingan. Kelima,
secara normatif mediasi hanya dapat ditempuh atau digunakan dalam lapangan
hukum privat tidak dalam lapangan hukum pidana.

B. Penggunaan Internet
1. Pengertian internet
Internet (Inter-Network) adalah sebutan untuk sekumpulan jaringan komputer
yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersial, organisasi,
maupun perorangan. Internet menyediakan akses untuk layanan telekomnunikasi
dan sumber daya informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh
dunia. Adapun Layanan internet yang tersedia saat ini seperti komunikasi
langsung (email, chat), diskusi (Usenet News, email, milis), sumber daya
informasi yang terdistribusi (World Wide Web, Gopher), remote login dan lalu
lintas file (Telnet, FTP), dan aneka layanan lainnya. Jaringan yang membentuk
internet bekerja berdasarkan suatu set protokol standar yang digunakan untuk
menghubungkan jaringan komputer dan mengalamati lalu lintas dalam jaringan.
Protokol ini mengatur format data yang diijinkan, penanganan kesalahan (error
handling), lalu lintas pesan, dan standar komunikasi lainnya. Protokol standar
pada internet dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet
Protocol). Protokol ini memiliki kemampuan untuk bekerja diatas segala jenis
komputer, tanpa terpengaruh oleh perbedaan perangkat keras maupun sistem
operasi yang digunakan. Sebuah sistem komputer yang terhubung secara
langsung ke jaringan memiliki nama domain dan alamat IP (Internet Protocol)
dalam bentuk numerik dengan format tertentu sebagai pengenal. Internet juga
memiliki gateway ke jaringan dan layanan yang berbasis protokol lainnya.

C. Manajemen Waktu
1. Pengertian Manajemen Waktu
a. Pengertian Manajemen
Dalam bahasa Inggris, management beasal dari kata to manage
yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.
Menurut Mary Parker Follet, sebagaimana dikutip oleh Erni,
manajemen diartikan sebagai seni dalam menyelesaikan sesuatu
melalui orang lain. Erni juga mengutip pendapat dari Nickels, McHugh
and McHugh. Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-
orang serta sumber daya organisasi lainnya. Manajemen juga
merupakan sebuah pengambilan keputusan. Manajer harus menentukan
tujuan yang akan dicapai, menentukan pihak, waktu, dan cara
melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
b. Pengertian Waktu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, waktu adalah seluruh
rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau
berlangsung. Soeharso, sebagaimana dikutip oleh Sofyani,
mengemukakan bahwa waktu manusia sehari-hari dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu: waktu bekerja, waktu memelihara
diri dan waktu luang.
c. Pengertian Manajemen Waktu
Sebagaimana dikutip oleh Bahrur, Edwin mendefinisikan
manajemen waktu sebagai suatu ilmu dan seni yang mengatur
pemanfaatan waktu secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu melalui unsurunsur yang ada didalamnya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Lakein, ia mengatakan bahwa manajemen
waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan produktivitas waktu. Waktu merupakan salah satu sumber
daya yang harus dikelola secara efektif dan efisien untuk menunjang
aktivitas.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu
adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
terhadap waktu agar penggunaan waktu menjadi efisien dan efektif.

2. Aspek-aspek Manajemen Waktu


Menurut Atkinson, aspek-aspek dalam manejemen waktu mencakup hal-hal
berikut :
a. Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan dapat membantu individu untuk memfokuskan
perhatian terhadap pekerjaan yang akan dijalankan, fokus terhadap tujuan dan
sasaran yang hendak dicapai serta mampu merencanakan suatu pekerjaan
dalam batasan waktu yang disediakan.
b. Menyusun Prioritas
Menyusun prioritas perlu dilakukan mengingat waktu yang tersedia
terbatas dan tidak semua pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang sama.
Urutan prioritas dibuat berdasarkan peringkat, yaitu dari prioritas terendah
hingga pada prioritas tertinggi. Urutan prioritas ini dibuat dengan
mempertimbangkan hal mana yang dirasa penting, mendesak, maupun vital
yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
c. Menyusun Jadwal
Aspek lainnya dalam manajemen waktu adalah membuat susunan
jadwal. Jadwal merupakan daftar kegiatan yang akan dilaksanakan beserta
urutan waktu dalam periode tertentu. Fungsi pembuatan jadwal adalah
menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kelupaan, dan mengurangi
ketergesaan.
d. Bersikap Asertif
Sikap asertif dapat diartikan sebagai sikap tegas untuk berkata "Tidak"
atau menolak suatu permintaan atau tugas dari orang lain dengan cara positif
tanpa harus merasa bersalah dan menjadi agresif.
e. Bersikap Tegas
Merupakan strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran
hak dan memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektivitas
penggunaan waktu.
f. Menghindari Penundaan Penundaan
Penangguhan suatu hal hingga terlambat dikerjakan. Penundaan dalam
pelaksanaan tugas dapat menyebabkan ketidakberhasilan dalam
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, kemudian merusak jadwal kegiatan
yang telah disusun secara apik serta mengganggu tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan.
g. Meminimalkan Waktu yang Terbuang Pemborosan
Waktu mencakup segala kegiatan yang menyita waktu dan kurang
memberikan manfaat yang maksimal. Hal tersebut sering menjadi penghalang
bagi individu untuk mencapai keberhasilannya karena sering membuat
individu menunda melakukan kegiatan yang penting.
h. Kontrol terhadap Waktu
Berhubungan dengan perasaan dapat mengatur waktu dan
pengkontrolan terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi penggunaan waktu.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu


Therese Hoff Macan dkk menjelaskan bahwa manajemen waktu setiap
individu berbeda-beda dengan individu lain. Hal tersebut dikarenakan adanya
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu., yaitu sebagai berikut:
a. Usia Penelitian Hoff Macan dkk. yang menunjukkan bahwa semakin
tinggi usia seseorang, maka semakin baik pula kemampuan manajemen
waktunya.
b. Jenis Kelamin Hoff Macan dkk juga berpendapat bahwa apabila wanita
mempunyai waktu luang, maka wanita lebih suka mengisi waktu luang
tersebut dengan melakukan pekerjaan yang ringan daripada bersantai-
santai. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh
waktunya cenderung digunakan untuk diisi dengan berbagai macam
aktivitas.

4. Pentingnya Manajemen Waktu


Sebagaimana dikutip oleh Vina, Orr dan Tracy mengatakan bahwa efek-efek
dari manajemen waktu terbagi menjadi 10 macam, yaitu:
a. Dapat meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin.
b. Dapat meningkatkan kualitas kehidupan diluar jam kerja.
c. Dapat meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu.
d. Dapat meningkatnya kepuasan kerja pada individu.
e. Dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan.
f. Dapat mengurangi jumlah krisis yang dihadapi individu.
g. Menurunnya tingkat stress pada individu.
h. Dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan diperolehnya prestasi
kerja yang baik.
i. Dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja.
Vina juga mengutip pendapat dari Forsyth. Ia mengemukakan bahwa dampak
dari penggunaan manajemen waktu, antara lain : a. Memiliki prioritas yang jelas
dalam bekerja; b. Dapat mengurangi keterlambatan dan kasalahan dalam bekerja;
c. Dapat tepat waktu dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dapat
meningkatkan kepuasan kerja; d. Memiliki kemampuan untuk tetap
berkonsentrasi terhadap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas
kerja yang baik; e. Dapat melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang
berhubungan dengan waktu sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih
efisien.
D. Kebahagian Guru
1. Pengertian Kebahagiaan
Secara umum kebahagiaan adalah pengalaman internal tentang pikiran positif
yang dapat diperoleh melalui berbagai cara dalam kehidupan sehari-hari (Lu &
Shih, 1997). Kebahagiaan merupakan pengertian umum yang menampakkan
adanya kenikmatan atau kepuasan dalam lingkup kesejahteraan, keamanan, atau
terwujudnya semua keinginan. Kebahagiaan merupakan tujuan utama kehidupan
manusia. Kebahagiaan adalah rasa puas, tenang, ketentraman batin, atau tentrem
ing manah, tidak adanya ketegangan. Kebahagiaan tidak hanya suatu afeksi atau
kondisi yang menyenangkan, namun suatu keadaan yang meningkatkan taraf
hidup, sehat secara fisik, tercapainya potensi seseorang. Suatu afeksi bahagia
adalah tanda keberhasilan seseorang secara nyata dalam hidupnya (Indriana, 2012).
Menurut Seligman (2011), authentic happiness dianalisis menjadi tiga elemen
yaitu emosi positif, keterlibatan, dan makna. Emosi positif meliputi apa yang
dirasakan seseorang terkait rasa senang, rasa hangat, rasa nyaman, penghargaan,
dan sejenisnya. Keterlibatan berupa aliran perasaan yang berperan langsung seperti
menyatu dengan musik, waktu terasa berhenti, bahkan hilangnya kesadaran diri
selama kegiatan berlangsung. Elemen makna yaitu sebagai jalur akhir untuk
mengejar kebahagiaan, penemuan makna dalam hidup menentukan tingkat
kebahagiaan. Seligman (2005) mengatakan bahwa kebahagiaan yang asli (authentic
happiness) terbagi menjadi tiga aspek yaitu aspek perasaan senang dan puas, aspek
wujud dari kekuatan dan kebaikan, serta aspek makna dan tujuan. Aspek
kebahagiaan menurut Diener dan Scollon (2003) yaitu aspek emosional dan
kognitif. Menurut Indriana (2012), aspek kebahagiaan yaitu:
a. Adanya rasa senang dalam melakukan aktivitas sehari-hari
b. Menganggap hidupnya penuh makna dengan adanya penerimaan secara tulus
terhadap kondisi kehidupannya
c. Merasa mencapai hasil yang optimal dalam meraih cita-cita atau tujuan hidup;
d. Memiliki penilaian diri yang positif
e. Bersikap optimis dan selalu bahagia.
Kebahagiaan merupakan wujud kesempurnaan, sehingga banyak orang
yang berusaha mewujudkannya. Kebahagiaan merupakan hal yang penting dan ada
dalam diri setiap orang, tidak terkecuali mahasiswa. Manusia termasuk dalam usia
remaja dalam tahap akhir dan menginjak usia dewasa. Dapat dikatakan bahwa
mahasiswa adalah remaja yang sedang menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi
dengan penuh tantangan dan kesukaran, masa yang menuntut remaja untuk
menentukan sikap dan pilihan, dan masa yang menuntut kemampuan untuk
menyesuaikan diri (Mira, 2011).

Anda mungkin juga menyukai