Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi di mana ada pihak yang merasa
dirugikan oleh pihak lain. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan apabila terjadi
conflict of interest.
Pihak yang merasa dirugikan akan menyampaikan ketidak puasannya kepada pihak
kedua, apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, selesailah
konflik tersebut, sebaliknya jika reaksi pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat
atau memiliki nilai-nilai yang berbeda, akan terjadilah apa yang dinamakan sengketa.
Jika didalam masyarakat terjadi sengketa yang tidak dapat diselesaikan dengan jalan
musyawarah, maka pihak yang dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan melalui
lembaga pengadilan.
 Pihak ini disebut penggugat. Gugatan diajukan ke pengadilan yang berwenang
menyelesaikan sengketa tersebut. Di dalam perkara perdata di kenal adanya adagium “
justice delayed is jutice denied” yang artinya keadilan tidak dapat disangkal dan ditunda.
Tetapi didalam praktinya proses perkara dipengadilan justru berjalan lambat daan
memakan waktu yang bertahun-tahun, sehingga terjadi pemborosan waktu (waste of
time) dan pemeriksaan bersifat formal (formalistic) dan teknis.
Adanya hak para pihak untuk tidak hadir seringkali di manfaatkan untuk
mengulur - ulur waktu. Dalam proses yang demikian akan berakibat pada mahalnya biaya
yang harus di keluarkan sehingga tercapainya peradilan yang sederhana,cepat dan
berbiaya ringan sangat sulit di capai. Hal lain yang terjadi di dalam proses litigasi adalah
putusan menang kalah (win lose), dimana perasaan menang kalah tidak akan memberikan
kedamaian sa;ah satu pihak dan justru dapat menimbulkan dendam dan konflik baru.
Pada sisi lain keterbatasan jumlah hakim dan menumpuknya perkara perdata di
pengadilan juga memberikan dampak pada lambatnya proses perkara perdata di
pengadilan, dalam rangka mewujudkan proses sederhana, cepat dan murah. Pasal 130
HIR dan pasal 154 memungkinkan upaya perdamaian dapat dilakukan dalam
penyelesaian sengketa perdata. Dalam rangka mewujudkan proses sederhana, cepat dan
murah.
Hukum acara yang berlaku selama ini baik pasal 130 HIR ataupun Pasal 154
RBG, mendorong para pihak yang bersengketa untuk menempuh proses mediasi
sebagimana yang tercantum dalam pasal 130 HIR tentang pelaksanaan perdamaian
dimuka siding disebutkan bahwa:
 Jika pada hari yang telah ditentukan kedua belah oihak dating menghadap, maka
pengadilan negeri dengan perantaraan ketuanya berusaha pencapai perdamaian
antara kedua belah pihak
 Untuk mentaati isi persetujuan yang telah dicapai itu, akta mana mempunyai
kekuatan yang sama dan dilaksanakan dengan cara yang sama sebagai suatu
keputusan biasa
 Tahap keputusan sedemikian tidak dapat diminatkan banding
 Jika dalam usaha untuk mencapai perdamaian tersebut diperlukan bantuan seorang
juru bahasa maka di ikuti ketentuan-ketentuan dalam pasal berikut.
Mediasi dapat diintensifkan dengan cara menggabungkan proses mediasi kedalam
prosedur berperkara di Pengadilan Negeri, dengan memperhatikan wewenang Mahkamah
Agung dalam mengatur acara peradilan yang belum cukup diatur oleh peraturan
perundang-undangan, maka demi kepastian, ketertiban, dan kelancaran dalam proses
mendamaikan para pihak, kedua aturan tersebut menjadi landasan. Untuk
mengintegrasikan mediasi kedalam proses beracara di  pengadilan sehingga dapat
menjadi salah satu instrumen yang cukup efektif dalam mengatasi masalah penumpukan
perkara di pengadilan dan memaksimalkan fungsi lembaga non-peradilan untuk
menyelesaikan sengketa di samping proses acara pengadilan yang besifat ajudikatif
(memutus).

Peraturan Mahkamah Agung No 1 tahun 2008 Tentang Mediasi, mewajibkan agar


semua perkara yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib untuk diselesaikan
melalui  perdamaian dengan bantuan mediator yang diatur dalam pasal 2, ayat (3) dan (4)
yang berbunyi yaitu:
Tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan peraturan ini merupakan
pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 Rbg yang
mengakibatkan putusan batal demi hukum.Hakim dalam pertimbangan putusan perkara
wajib menyebutkan bahwa perkara yang bersangkutan telah diupayakan perdamaian
melalui mediasi dengan menyebutkan nama mediator untuk perkara yang bersangkutan.

Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 juga mengatur tentang prosedur
mediasi di pengadilan.Paling lama sehari setelah sidang pertama para pihak harus
memilih mediator yang dimiliki oleh Pengadilan ataupun yang tidak tercantum dalam
daftar Pengadilan.Apabila tidak tercapai kesepakatan mengenai mediator tersebut maka
wajib menunjuk mediator dari daftar yang disediakan oleh Pengadilan saja. Apabila hal
tersebut tidak juga berhasil, dalam  jangka satu hari kerja berdasarkan penetapan, Ketua
majelis berwenang menunjuk seorang mediator. Apabila mediasi berhasil, kesepakatan
lengkap dengan klausula pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai
disampaikan dalam sidang. Majelis Hakim kemudian akan mengkukuhkan kesepakatan
itu sebagai akta perdamaian. Tetapi apabila gagal adalah tugas mediator untuk
melaporkannya secara tertulis kepadaMajelis Hakim. Konsekuensi kegagalan tersebut
memaksa Majelis Hakim melanjutkan proses perkara.

Mediasi sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa selama ini belum
diketahui dan dikenal oleh masyarakat dan juga belum di laksanakan dengan sungguh-
sungguh .Tidak semua Pengadilan menerapkan atau menggunakan medasi. Dengan
adanya ketentuan dalam  pasal 130 ayat (1) HIR atau pasal 154 ayat (1) RBg tersebut,
maka dalam hal ini hakim mempunyai peranan yang penting untuk mengusahakan
penyelesaian secara damai untuk  perkara perdata yang diperiksanya. Dalam kaitannya ini
hakim haruslah dapat memberikan suatu  pengertian bahwa penyelesaian perkara dengan
cara perdamaian merupakan suatu cara  penyelesaian yang lebih baik dan bijaksana
daripada diselesaikan dengan cara putusan  pengadilan, baik di pandang dari segi hukum
masyarakat maupun dipandang dari segi waktu,  biaya dan tenaga yang digunakan .
B. RUMUSAN MASALAH

 Apa pengertian dari mediasi?


 Apa pentingnya mediasi dalam penyelesaian konflik perdata?
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian dari Mediasi Mediasi secara etimologi berasal dari bahasa latin,
mediare yang berarti berada ditengah. Makna ini menunjukan pada peran yang
ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa antara oara pihak. Berada ditengah juga bermakna mediator
harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia
harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama
sehingga menumbuhkan kepercayaan dari para pihak yang bersengketa. Selanjutnyaa
para ahli memberikan pendapatnya mengenai pengertian mediasi dibawah ini:
 Pengertian Mediasi menurut Laurence Bolle, Mediasi adalah proses pengambilan
keputusan di mana pihak dibantu oleh mediator, dalam hal ini upaya mediator
untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan dan untuk membantu para
pihak mencapai hasil yang mereka inginkan bersama.
 Menurut J. Folberg dan A. Taylor, Pengertian Mediasi adalah proses dimana para
peserta,  bersama-sama dengan bantuan dari orang yang netral, sistematis
mengisolasi sengketa
 Garry Goopaster mengemukakan pengertian mediasi, Mediasi ialah suatu proses
negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang tidak memihak (imparsial)
bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk membantu mereka
memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan
 Pengertian Mediasi menurut Christopher W. Moore, Mediasi adalah intervensi
dalam negosiasi atau konflik dari pihak ketiga yang dapat diterima yang terbatas
atau tidak ada keputusan otoritatif membuat kekuasaan, tetapi membantu pihak-
pihak yang terlibat dalam sukarela mencapai penyelesaian yang saling diterima
dalam sengketa.
Pengertian Mediasi yang diungkapkan oleh Laurence Belle di atas menekankan
bahwa mediasi adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan para pihak yang
dibantu oleh  pihak ketiga sebagai mediator. Pernyataan Belle menunjukkan bahwa
kewenangan pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan para pihak dan
mediator hanyalah membantu para pihak di dalam proses pengambilan keputusan
nantinya.
Kehadiran mediator merupakan faktor yang sangat penting karena mediator dapat
membantu dan mengupayakan proses pengambilan keputusan menjadi lebih baik
sehingga menghasilkan keputusan akhir yang dapat diterima oleh mereka yang bertikai.
Pengertian Mediasi yang diungkapkan oleh Folberg dan Taylor di atas lebih menekankan
konsep mediasi pada upaya yang dilakukan mediator dalam menjalankan kegiatan
mediasi. Kedua ahli ini menyatakan bahwa penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi
dilakukan secara  bersama-sama oleh pihak yang bersengketa dan dibantu oleh pihak
yang netral yaitu mediator.
Mediator dapat mengembangkan dan menawarkan pilihan penyelesaian sengketa
dan para pihak dapat pula mempertimbangkan tawaran mediator sebagai suatu alternatif
menuju kesepakatan dalam penyelesaian sengketa.Alternatif dalam penyelesaian suatu
sengketa yang ditawarkan mediator diharapkan mampu mengakomodasikan kepentingan
para pihak yang bersengketa.Mediasi dapat membawa para pihak yang menang atau
pihak yang kalah.
Pengertian Mediasi yang diungkapkan Goospaster di atas menggambarkan sebagai
proses kegiatan mediasi, kedudukan para pihak dan juga peran pihak ketiga, serta tujuan
dilakukannya suatu mediasi. Goospaster jelas menekankan, bahwa mediasi adalah proses
negosiasi, dimana  pihak ketiga melakukan dialog dengan pihak bersengketa dan
mencoba mencari kemungkinan penyelesaian sengketa tersebut. Keberadaan pihak ketiga
ditujukan untuk membantu pihak  bersengketa mencari jalan dalam pemecahan masalah
yang dihadapi, sehingga pada akhirnya akan menuju pada perjanjian atau kesepakatan
yang memuaskan kedua belah pihak.
Dalam mediasi, penyelesaian perselisihan atau sengketa lebih banyak muncul dari
keinginan dan inisiatif dari para pihak, sehingga mediator yang berperan membantu
mereka mencapai kesepakatan.Dalam membantu pihak yang bersengketa, maka mediator
bersifat imparsial (tidak memihak). Kedudukan mediator seperti ini sangat penting karena
akan menumbuhkan suatu kepercayaan yang memudahkan mediator melakukan kegiatan
mediasi. Kedudukan mediator yang tidak netral menyebabkankan sulitnya penyelesaian
sengketa dalam mediasi dan dapat membawa kegagalan.
Pengertian Mediasi yang diungkapkan oleh Moore di atas menjelaskan hubungan
antara mediasi dengan negosiasi, berupa mediasi sebagai bentuk intervensi terhadap
negosiasi yang dilakukan oleh pihak ketiga. Mediator memiliki kewenangan terbatas
dalam pengambilan keputusan dan ia hanya membantu para pihak dalam mencapai
kesepakatan bagi penyelesaian sengketa. Oleh karena itu, keberadaan mediator harus
diterima oleh kedua belah pihak yang  bersifat netral dan imparsial. Dalam Collins
English Dictionary and Thesaurus mengemukakan pengertian mediasi, Mediasi
merupakan kegiatan yang menjembatani antara dua pihak yang bersengketa guna
menghasilkan kesepakatan.
Kegiatan ini dilakukan oleh mediator sebagai pihak yang ikut membantu mencari
berbagai alternatif penyelesaian sengketa. Posisi mediator dalam mediasi adalah
mendorong para pihak untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan yang dapat mengakhiri
perselisihan dan persengketaan. Mediator tidak memiliki kewenangan untuk memaksa
para pihak menerima tawaran penyelesaian sengketa darinya. Para pihaklah yang
menentukan kesepakatan apa yang mereka inginkan, posisi mediator hanya membantu
mencari alternatif dan mendorong mereka secara bersama-sama ikut menyelesaikan
sengketa.
Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2003 mengemukakan pengertian
mediasi dan  pengertian mediator:
 Pengertian Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para
pihak dengan bantuan oleh mediator.  
 Pengertian Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang
berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa.
Pengertian mediasi dalam peraturan Mahkamah Agung tidak jauh beda dengan
esensi mediasi yang dikemukakan oleh para ahli di atas. Namun, pengertian mediasi
menurut Mahkamah Agung ini menekankan pada satu aspek penting yang mana mediator
proaktif mencari berbagai kemungkian penyelesaian sengketa.Mediator harus mampu
menemukan alternatif penyelesaian sengketa. Mediator tidak hanya terikat dan terfokus
pada apa yang dimiliki oleh para pihak dalam penyelesaian sengketa diantara mereka.
Dalam hal ini mediator harus mampu menawarkan solusi atau jalan lain, ketika para
pihak tidak lagi memiliki alternatif  penyelesaian sengketa mereka. Di sinilah terlihat
peran penting mediator sebagai pihak ketiga yang netral dalam membantu penyelesaian
sengketa.Oleh karena itu, mediator harusnya memiliki sejumlah skil yang dapat
memfasilitasi dan membantu para pihak dalam penyelesaian sengketa mereka.
Pentingnya Mediasi dalam penyelesaian konflik perdata Mengingat betapa
pentingnya jaminan kepastian hukum atas tanah, yang mana kepastian hukum (recht
kadister) tersebut dibuktikan dengan adanya sertifikat pemilikan tanah.Patut dicermati
bahwa kekuatan jaminan hukum sebuah sertfikat yang diberikan oleh negara kepada
warganya tersebut batasan dan tolak ukurnya sampai dimana?,Perbandingan dapat
dilakukan terhadap masing-masing unsur ataupun secara komulatif terhadap semuanya.
Dengan metode perbandingan hukum dapat dilakukan peneletian terhadap  berbagai sub-
sistem hukum yang berlaku di suatu masyarakat tertentu, atau secara lintas sektoral
terhadap sistem-sistem hukum pelbagai masyarakat yang berbeda-beda. Mengingat
sumber utama kajian penulisan ini adalah mediasi khususnya yang terkait dengan
relevansi penyelesaian konflik pertanahan, maka diperlukan pula penyorotan masalah dan
usaha pemecahannya, yang dilakukan dengan upaya-upaya yang banyak didasarkan
pada pengukuran yang memecahkan obyek penelitian ke dalam unsur-unsur tertentu,
untuk kemudian ditarik suatu generalisasi yang seluas mungkin ruang lingkupnya.
Mediasi dalam Sistem Hukum Acara Perdata Perana mediasi di negara Amerika
Serikat sangat membantu dan dipilih sebagai lembaga  penyelesaian sengketa atau
konflik, serta menunjukan bahwa sebagaian besar pihak yang  berperkara (pihak
prinsipilnya/ legal standy of judicio) atau melalui kuasa hukumnya (advokat) dalam
menyelesaikan masalahnya lebih memilih melalui penyelesaian damai atau mediasi, lalu
sejauh mana peran lembaga mediasi didalam sistem hukum acara perdata di inonesia?
Terlepas dimediasi sebagai sarana penyelesaian konflik dalam ranah hukum perdata,
dewasa ini dalam rangka pembaharuan hukum telah banyak Negara-negara maju yang
memanfaatkan peran lembaga mediasi sebagai upaya penyelesaian pidana, yang dikenal
dengan mediasi penal mediation.
Dengan demikian mengingat Negara Indonesia yang juha merupakan Negara yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 sesudah seharusnya dapat menjadi prototype
dunia dalam menciptakan perdamaian dalam setiap konflik yang terjadi di masyarakat
dan negara.

 Aturan Hukum
 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Pasal 1 ayat 10 “alternative penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengekta atau beda pendapatan melalui prosedurnya yang di sepakati para pihak,
yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsuktasi, negosiasi,mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli”
Dengan banyaknya opsi penyelesaian sengketa tersebut para pihak dapat memilih
melkukan upaya apa yang akan menyelesaian permasalahan yang dialaminya
dengan syarat kedua pihak menyetujuinya.
 Pasal 2 PRP No. 51 Tahun 1960 menyatakan bahwa “Dilarang memakai tanah
tanpa ijin yang berhak atas kuasanya yang sah”,
Berdasarkan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa Hj. Asiyah telah melakukan
pelanggaran karena telah mengaku bahwa tanah tersebut miliknya akan tetapi Hj.
Sundari telah menunjukkan bukti bahwasanya tanah tersebut miliknya
berdasarkan sertifikat yang dimilikinya.
 Pasa l1366 KUHPerdata menyatakan bahwa: setiap orang yang
bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau
kurang hati-hati. Pasal tersebut mengarahkan pada bentuk tanggung jawab pihak
yang atas perbuatan kelalaian yang dilakukannya.
 Pasal 1367 KUHPerdata menyatakan bahwa seorang tidak saja
bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-
orang yang menajadi tanggungannya, atau disebabkan oleh orang-orang yang
berada dibawah pengawasannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mediasi secara etimologi berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti berada di
tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator
dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para
pihak.Mediasi dapat dilakukan didalam atau diluar pengadilan baik itu pidana maupun
perdata. Salah satu sebutannya ialah ADR (Alternative Dispute Resolution) atau
alternative penyelesaian sengketa. Mediasi memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu.

B. Saran
Jika ada Kritik dan Saran yang membangun dari Pembaca, kami sangat harapkan
guna membuat makalah ini menjadi lebih baik dan lebih dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian atas informasi yang ada pada makalah ini. Dan semoga makalah ini
dapat mencapai harapan yang diinginkan dari berbagai pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Arda.2016.
https://adrkadiluwih.blogspot.com/2016/12/makalah-pih-medias.html. diakses pada 09
Oktober 2019. 09.26 Anonym.2019
 Mediasi
https://id.wikipedia.org/wiki/Mediasi diakses pada 09 Oktober 2019. 09..27
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai  pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Ende, 02 November 2022

Penulis

Anda mungkin juga menyukai