(strafrechts theorien)
2. Teori-teori hukum pidana (strafrechts theorien)
• Secara umum tindak pidana dalam KUHP di bagi atas dua, yaitu
kejahatan (misdrijven) dari Pasal 104 – 488 KUHP, dan
pelanggaran (overtredingen) dari Pasal 489 – 569 KUHP.
• Pembedaan atas kejahatan dan pelanggaran ini oleh pembuat
undang-undang di Belanda bermaksud agar baik kejahatan
maupun pelanggaran dapat dihukum berdasarkan ketentuan
undang-undang maupun hukum pidana (KUHP).
• Hal ini berarti bahwa kejahatan dan pelanggaran merupakan
perbuatan pidana yang pantas dihukum karena kedua-duanya
menimbulkan akibat yang merugikan orang lain, (tanpa melihat
seberapa besarnya kerugian dimaksud jika diukur dari nilai
materialnya).
• Tentang pembedaan kejahatan dan pelanggaran dapat dilihat
pengaturannya dalam MvT (Memorie van Toelichting) yang ada
dalam Rancangan KUHP Belanda, sbb: ”ada perbuatan-perbuatan
yang oleh hukum, ada yang oleh undang-undang dinyatakan
sebagai suatu tindak pidana. Ada kalanya diadakan ancaman
pidana terhadap suatu perbuatan, yang sudah merupakan
pelanggaran (onrecht) sebelum pembentuk undang-undang
menetapkannya, dan yang kita anggap tidak baik
(onrechtvaarding), meskipun pembuat undang-undang tidak
mengaturnya. Dalam hal ini ada kejahatan yang diatur dan tidak
diatur dalam undang-undang, atau hanya disebut sebagai
pelanggaran oleh undang-undang padahal sesungguhnya sudah
merupakan kejahatan. Oleh karena itu diputuskan oleh pembuat
rancangan KUHP Belanda agar kedua-duanya merupakan tindak
pidana yang diancam dengan hukum pidana”.
• Menurut Wirjono Prodjodikoro, pembedaan atas kejahatan dan
pelanggaran, tidak ada perbedaan yang secara kualitatif tetapi
terbatas pada perbedaan secara kuantitatif, yaitu pada
kejahatan pada umumnya diancam dengan hukuman lebih
berat dari pada pelanggaran, hal ini terjadi jika dilihat dari sifat
lebih berat daripada kejahatan.
• Wirjono Prodjodikoro menegaskan bahwa prinsip yang termuat
dalam KUHP hanya berlaku bagi kejahatan dan tidak bagi
pelanggaran (berlaku secara berlainan), misalnya:
1) Perbuatan percobaan (poging) (Pasal 53 KUHP), dan membantu
(medeplichtigheid) (pasal 55 KUHP) untuk pelanggaran, pada
umumnya tidak merupakan tindak pidana.
2) Tenggang waktu untuk daluarsa (verjaring) bagi kejahatan adalah
lebih panjang daripada bagi pelanggaran.
3) Kemungkinan keharusan adanya pengaduan (klacht) untuk
penuntutan di muka hakim, hanya ada terhadap beberapa
kejahatan, tidak ada terhadap pelanggaran.
4) Peraturan tentang gabungan tidak pidana (samenloop) adalah
berlainan bagi kejahatan dan pelanggaran, (Wirjono Prodjodikoro, 2003: 35).