Anda di halaman 1dari 106

BAHAN KULIAH

HUKUM Penitensier

OLEH :
Dr. Hj. NASHRIANA, SH.M.Hum
HAMONANGAN A.,SH.,MH
NEISA ANG RUM ADISTI.,SH.,MH
ISMA NURILLAH.,SH.,MH
Pendahuluan
peristilahan dan pengertian

Istilah : Penitentiaire Recht

Van Bemmelen
-> Hukum yg berkenaan dengan tujuan, daya kerja, dan
Organisasi lembaga-lembaga pemidanaan
Beliau telah mengaitkan lembaga pemidanaan itu dg tujuan yg
Ingin dicapai org dg pemidanaan itu, dg daya kerja yg dimiliki
Oleh lembaga2 pemidanaan tsb, dan dg organisasi yg diperlukan agar
Pid yg dijatuhkan oleh hakim dpt mencapai tujuannya sec efektif
Dan efisien
E. Utrecht
-> H Pen adl sedala prtr positif mengenai sistim hukuman (strafstelsel)
Dan sistim tindakan (maatregelstelsel)
H Pen sbg bag dr HP Positif yi bag yg menentukan strafshoort,
Strafmaat, dan strafmodus

Djoko Prakoso
-> adl bag dr hukum yg mengatur atau memberi aturan ttg stelsel
Sanksi. Sanksi dlm HP meliputri pidana (straf) dan tindakan
(maatregel)
H.Pen meliputi prtr ttg : pemberian pid (strafteemeting) dan
Eksekusi sanksi HP

Pemberian pid memuat :


strafshoort, Strafmaat, dan strafmodus
2 makna
Pemberian pid (strafteemeting)  Soedarto

d.a. Umum
Pemberian pid (poena) oleh pembentuk UU dlm hal penetapan
Stelsel sanksi hukum pidana
(Pemberian in Abstracto)

d.a. Khusus/konkrit
Menyangkut berbagai badan atau jawatan yg mendukung
Dan melaksanakan stelsel sanksi HP tsb
(pemberian in Concreto)
Tolib Setiady

sebagian dari Hukum pidana positif,


yaitu yang menentukan jenis sanksi atas pelanggaran,
beratnya sanksi itu, lamanya sanksi itu
dirasakan oleh pelanggar dan
cara serta tempat sanksi itu dilaksanakan.
Sanksi itu berupa hukuman maupun tindakan
yang merupakan suatu sistem
P.A.F. Lamintang

Batasan H Pen mendasarkan pd Pasal 45 KUHP

“menyerahkan terdakwa kpd…” 


kebijaksanaan

“menempatkan dlm pengawasan pem”


tindakan

“memidana…”
Bukan kebijaksanaan dan tindakan
Ruang lingkup H.Pen.

Pidana Tindakan
(Strafstelsel) (Maatregelstelsel)
Apa perbedaan pidana
dan tindakan
Sec tradisional
(Soedarto)

Tindakan adl unt


Pidana adl pembalasan/
Perlindungan masy
Pengimbalan thd kesa-
Dan unt perawatan
salahan pembuat
si pembuat
Apa perbedaan pidana
dan tindakan

Ide Dasar

. Mengapa ada pemidanaan? . Unt apa diadakan pemida-


. Menekankan unsur pembalasan naan itu?
. Tujuan--- memberi penderitaan . Pembinaan/perawatan
Istimewa (bijzonder leed) . Tujuan--- bersifat mendidik
. Mrp bentuk pencelaan thd per . Tidak ada unsur pencelaan
Buatan si pelaku . Dasar filsafat : determi-
. Dasar filsafat : indeterminisme nisme
Lembaga-Lembaga
Lembaga pemidanaan
H.Pen.
• Pasal 10 huruf a dan b KUHP
• Lembaga pidana tutupan (UU 20 th 1946)
• Lembaga pidana bersyarat
• Lembaga pemberatan pidana penjara/kurungan krn
samenloop, residive, ambtelijkdelicten
Lanjutan
Lembaga Pidana
• Sanksi pidana Pokok terhadap anak yang berkonflik dengan hukum
berdasarkan Pasal 71 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, yakni : a. pidana peringatan; b. pidana dengan syarat: 1)
pembinaan di luar lembaga; 2) pelayanan masyarakat; atau 3)
pengawasan.; c. pelatihan kerja; d. pembinaan dalam lembaga; dan e.
penjara
• Sanksi pidana Tambahan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum
berdasarkan Pasal 71 UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, yakni : a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari
tindak pidana; atau b. pemenuhan kewajiban adat
• Sanksi pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti berdasarkan Pasal
18 huruf b Undang Undang 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Lembaga-Lembaga
Lembaga Penindakan
H.Pen.
• Lembaga penutupan sunyi (P. 47 UU 12 th 1995)
• Lembaga penempatan di dalam lembaga kerja negara
• Lembaga berdasarkan Tindakan Pasal 24 UU No. 3 th
1997
• Lembaga pembebasan bersyarat
• Lembaga ijin bagi terpidana unt hidup sec bebas di luar
LAPAS
Lanjutan
Lembaga Tindakan

• Tindakan bagi anak yang berkonflik dengan hukum berdasarkan


Pasal 82 UU No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, yakni : a. pengembalian kepada orang tua/Wali; b.
penyerahan kepada seseorang; c. perawatan di rumah sakit
jiwa; d. perawatan di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial (LPKS); e. kewajiban mengikuti pendidikan
formal dan/atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau
badan swasta; f. pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau
g. perbaikan akibat tindak pidana.
Lanjutan
• Lembaga Tindakan tata Tertib (UU Drt No. 7 th 1955)
• Lembaga Tindakan Teguran Tertulis; Paksaan
Pemerintah; Pembekuan Ijin Lingkungan; Pencabutan
Ijin Lingkungan (Pasal 76 UU 32 th 2009 tentang
PPLH)
• Pasal 49 huruf a dan c UU No 5 th 1999 tentang
Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Lanjutan
Lembaga Tindakan

• Pasal 71 ayat (2) huruf d UU No. 40 Tahun 2014


tentang Perasuransian, bila dipandang dari sudut
subtansi merupakan sanksi tindakan yakni sanksi
Pencabutan ijin usaha;
• Sanksi Administrasi dalam Pasal 92, Pasal 95 dan Pasal
96 UU No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, bila
dipandang dari sudut subtansi merupakan sanksi
tindakan yakni : Pembekuan ijin dan Pencabutan ijin
SANKSI PIDANA DALAM
RANCANGAN KUHP
• PASAL 66
• PIDANA PENJARA
• PIDANA TUTUPAN
• PIDANA PENGAWASAN
• PIDANA DENDA
• PIDANA KERJA SOSIAL

• PIDANA POKOK KHUSUS YANG BERSIFAT ALTERNATIF


• PIDANA MATI

• PIDANA TAMBAHAN
Tinjauan Umum Tentang
Pemidanaan
Pada Dasarnya,
Ada 3 tuj dr pemidanaan :

Memperbaiki pribadi Membuat jera

Membuat penjahat tdk mampu


mlkk kejhtn lagi
Tinjauan Umum Tentang
Pemidanaan
Prof. Simons :
Meyakini bahwa hingga akhir abad ke-18,
Praktik pemidanaan itu berada di bawah pengaruh
Paham pembalasan dan paham membuat jera

Prof. Van hammel :


Hingga akhir abad ke-19, praktik pemidanaan msh
Dipengaruhi oleh dua pemikiran di atas
Teori-Teori Sebagai Dasar
Pemidanaan

Teori Pembalasan/Absolut Teori Tujuan/Relatif


(Vergeldings Theorien) (Doeltheorien)

Teori Gabungan
(Verenigings Theorien)
Teori Pembalasan/Absolut
(Vergeldings
• Muncul pada Theorien)
akhir abad ke-18
• Dianut oleh Immanuel Kant, Hegel, Stahl, Leo
Polak
• Menyatakan bahwa dasar pemidanaan adl krn trj
kejht, shg kejht itu sendirilah yg mengandung
unsur-unsur unt dijatuhkan pidana.
• Tuj pemidanaan : membalas siapa yg mlkk kjht
• Disebut teori absolut krn pid mrp tuntutan mutlak
Menurut Kant :
• Dasar pembenaran pemidanaan dsbt kategorichen
imperative : menghendaki agar setiap perb melawan
hkm hrs dibalas
• Keharusan tsb bersifat mutlak hingga
pengecualian/pembatasan hrs dikesampingkan
• Ttg berat ringannya pidana didasarkan asas
keseimbangan (talio beginsel) : pid mati diberikan
mutlak kpd pembunuh
Menurut Hegel :
• Pid merp keharuan logis, sbg konsekuensi dr
kjht
• Kjht mrp pengingkaran thd ketertiban hkm sbg
perwujudan cita susila, mk pid mrp negation der
negation (peniadaan/pengingkaran thd
pengingkaran)
• Dlm penjatuhan pid, pribadi pelaku dihormati
• Menghendaki dialektishe vergelding
(pembalasan bersifat dialektis) : adanya
keseimbangan antara kjht dg pidana
(menyangkut nilai bukan sejenis)
Menurut Herbart :
• Pembalasan dipandang sbg bersifat aetetis
• Kjht yg tdk dibalas mrp ketidakadilan
• Dlm penjatuhan pid, selain pembalasan ada bijkomende motief
(motif lain dr pid) yi pencapaian tuj unt kepentingan masy
Menurut Stahl

• Asas pembalasan adl kehendak dr Tuhan, krn neg mrp


pengaturan yg nyata dr Tuhan, yg krn kjht membuat asas
dasarnya tercemar
• Krn itu negg berkwj unt menindak pelaku atau membuat
pelaku menderita
• Penderitaan bbukan tuj tp sarana agar pelaku merasakan akibat
perb-nya
Menurut Leo Polak

• Mendasarkan teorinya pd etika yi etika Spinoza : tdk


seorangpun boleh mdp keuntungan krn suatu perb jht yg
dilakukannya ( ne malis expediat esse malos)
• Pid hrs memenuhi 3 syarat : perb tsb bertentangan ddg etika;
pid hanya sbg reaksi dan tdk sbg prevensi; berat pid hrs
seimbang dg beratnya delik
Teori tujuan/relatif
• Berdasarkan pendirian bhw tertib hkm perlu
diperhatikan, akibatnya tuj pid adl unt prevensi
• Terdiri dr 2 konsep : pencegahan sec umum; pencegahan
sec khusus
• Pencgh sec umum bersifat murni yg bertuj unt menakut-
nakuti semua org yg pelaksanaan pid dipertontonkan
• Krn itu ada adagium : nemo prudens punit, quia peccatum, sed
net peccetur (supaya khalayak ramai betul2 takut,, maka perlu
di muka umum)
• Keberatan yg paling keras di jaman Aufklarung terutama oleh
Beccaria : atas dasar penggunaan penderitaan lain unt maksud
prevensii uumum
• Krn itu ada teori dr Von Feuerbach yg menyatakan :
pencegahan tdk usah dg siksaan, ttp cukup dg memberi prtr
yyg sedemikian rupa, shg org batal niat jht-nya. Teori yg dsbt :
Teori Paksaan Psikologis : ancaman pid bekerja sbg ancaman
psikologis
• Shg muncul ungkapan : nullum delictum, nulla poena sine
praevia lege poenali
Pencegahan sec khusus
• Dianut van Hamel dan von List : pid bertuj mencegah niat
buruk pelaku unt mengulangi kjht
• Van Hamel, tuj pemdnan:memuat unsur menakutkan; hrs
mempunyai unsur memperbaiki terpidana; membinasakan
penjahat yg tdk dpt diperbaiki; dan tuj yg utama adl
mempertaankan tata tertib hkm
Teori Gabungan
Ada 3 penitikberatan

• Penitik-beratan pd pembalasan (Pompe) : org tdk dpt menutup


mata pd pembls, pid akan diiterapkan jika menguntungkan
pemenuhan kaedah2
• Penitik-beratan pd pertahanan tata tertib masy. Pembalasan
bukan tuj ttp sifat dari pidana
• Toeri gab yang mmemandang sama pembls dan pertahanan tata
tertib
Dalam RKUHP

• Mencegah dilakukannya TP dg menegakkan norma hkm demi


pengayoman masy
• Mengadakan koreksi thd terpidana dan dg demikian
menjadikannya org yg baik dan berguna, serta mampu utk
hidup bermasy
• Menyelesaikan konflik yg ditimbulkan oleh TP, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dlm masy
• Membebaskan rasa bersalah pd si terpidana

pemidanaan dlm RKHUP penjabaran teori


gab sec luas : usaha prevensi; koreksi; kedamaian
dlm masy dan pembebasan rasa bersalah
ALIRAN DALAM
PEMBERIAN PIDANA
NASHRIANA, SH.M.Hum.
Madzab social defence

Madzab modern

Madzab neo klasik

Madzab klasik
Ciri Madzab Klasik
Berprinsip equal justice dan bersifat dogmatis
Menghendaki HP tertulis sec sistimatik dan
menjamin kepastian hkm
definite sentence
Menganut indeterminisme (free will)
Didsrkan Daad strafrecht – hk pid perbuatan
Mengutamakan kepentingan individu
Ciri Madzab Neo
Klasik
Penitikberatan pd pengimbalan/ pembalasan thd kesalahan
pelaku
Indefinite sentence
Berciri pokok : asas legalitas; asas kulpabilitas; daad –
dader strafrecht
Ciri Madzab
Modern
Dipengaruhi oleh ilmu2 kemasyarakatan : Sosiologi,
Antropologi, Kriminologi
Determinisme
Pertanggjwb pelaku bersifat public protection and criminal
rehabilitation
Pusat perhatian lebih mengutamakan criminal intention
daripada criminal act
Social defence policy

Pelopor : F.Grammatica & Marc Ancel

Tujuan : The Prevention of Crime and the treatment


of offenders
Ada 2 konsepsi

Konsepsi radikal :
- the fight againts punishment (F. Gramatica)
(menolak konsepsi TP, Penjahat, Pidana)

Konsepsi moderat (Marc Ancel)


. Tetap mempertahankan sistim HP. Tapi tdk digunakan
dg tekhnis yuridis yg lepas dr kenyataan sosial
. Kjht adl a human and social problem yg tdk dpt
Dipaksakan dimasukkan dlm perundangan
. Kebijakan pidana bertolak pd konsepsi pertanggung-
Jawaban yg bersifat pribadi
Krn ada kelemahan masing2

Muladi

disebut

Model yg realistik : Model Keseimbangan


Kepentingan :

Memperhatikan pelbagai ke-


Pentingan yg hrs dilindungi Model yg bertumpu
(negara, umum, individu, Pd konsep daad-
Pelaku, korban kjht) Dader strafrecht
Rancangan KUHP
• Kesalahan pembuat
• Motif dan tujuan dilakukannya TP
• Cara mlkk TP
• Sikap batin si pembuat
• Riwayat hidup dan keadaan sos-ek si pembuat
• Sikap dan tindk si pembuat setelah mlkk TP
• Pengaruh pid thd masa dpn si pelaku
• Pand masy thd TP yg dilakukan
• Pengaruh TP thd korban dan klg korban
• Apk TP dilkk dg berencana
HAL-HAL YG
MEMPENGARUHI
PEMIDANAAN
YG MEMBERATKAN

YG MERINGANKAN
YG MEMBERATKAN
• KEDUDUKAN SBG PEJABAT
• Pengulangan TP
• Perbarengan (Samenloop)
KEDUDUKAN SBG PEJABAT
(Ps 52 KUHP)
2 bentuk

Memakai kekuasaan,
Melanggar kwb khusus
Kesempatan, atau daya
Dari jbt-nya
Upaya dari jbt-nya
Pengulangan TP
Sec normatif diatur dlm :

Pasal 486 KUHP


Pasal 487 KUHP
Pasal 488 KUHP
Perbarengan (Samenloop)
• Bersikap tindak yg memenuhi perumusan
beberapa prtr pid sekaligus
• Berkali-kali bersikap tindak yg mrpk TP
berdiri sendiri dan antara peristiwa itu blm
ada puts pgdl
KUHP MENGENAL 4 STELSEL

Absorptie S

Zuivere Cumulatie S

Verschrepte Absorptie S

Gematigde Cumulatie S
Pemberatan Dlm RKUHP

Pegawai negeri yg melanggar kewajiban


atau menyalahgunakan kewenangan
Dg menyalahgunakan bendera kebangsaan,
lagu kebangsaan, atau lambang negara
Menyalahgunakan keahlian atau profesinya
Org dewasa mlkk TP bersama anak di
bawah 18 th
TP dilkk dg bersekutu, dg kekerasan atau cara
yg kejam, atau berencana
Dilkk pd waktu huru hara atau bencana alam
Pd waktu neg dlm keadaan bahaya
Krn pengulangan, dlm waktu lima tahun
YG
MERINGANKAN
Percobaan (poging)
Pembantuan (Medeplichtige)
Belum ckp umur (minderjarig)
Pembantuan Bertumpu Psl 56
KUHP
UNSUR-UNSUR PERCOBAAN TP

• Dengan sengaja membantu mlkk TP


• Dengan sengaja memberi kesempatan, daya upaya, atau
keterangan u mlkk TP
Pembantuan (Ps. 56 KUHP)

Dgn sengaja membantu mlkk kjht


Yg dg sengaja memberi kesempatan , daya upaya, atau
keterangan untuk mlkk kejahatan
Rancangan KUHP
• Mencoba mlkk
• Membantu terjadinya TP
• Stlh mlkk TP dg rela menyerahkan diri
• Seorang wanita hamil
• Stlh mlkk TP dg sukarela memberi ganti kerugian atau
memperbaiki kerusakan
• Mlkk krn goncangan jiwa yg hebat
Belum cukup umur
• Dalam KUHP tertuang dalam Psl 45
• Dalam UU 3 th 1997 (Ps. 1 ayat 1) yi antara 8 – 18 th dan
belum pernah kawin
• Sanksi hukuman berupa sanksi Pidana (Pokok dan Tambahan)
atau Sanksi Tindakan
Percbn Bertumpu Psl 53 KUHP
UNSUR-UNSUR PERCOBAAN TP

• HRS ADA NIAT, YI DG SENGAJA MLKK


• HRS ADA PERMULAAN PELAKSANAAN, YI ORG HRS
SDH MULAI MLKK PERBT PELAKSANAAN KJHT
ITU
• PELAKSANAAN TDK SELESAI BKN KRN KEHENDAK
SENDIRI
Pidana, Tindak Pidana dan
Pertanggungjawaban Pidana
Belum cukup umur (Minderjarig)
UU No. 3 th 1997
Ps 22, 23, 24, 25, 26

• Ada sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan


• Tidak mengenal Pidana Mati
• Pid Penjara, Kurungan, Denda diancamkan ½ dr ancaman
pokok (Usia 12-18 th)
• Sanksi Tindakan diberikan pada usia 8-menjelang 12 th
Pengertian Pidana

• Prof Van Hamel : Suatu penderitaan yg bersifat


khusus, yang dijatuhkan oleh kekuasaan yg
berwenang….”
• Simons : Suatu penderitaan yg oleh UU Pidana tlh
dikaitkan deg suatu norma…
• Algra Janssen : alat yg dipergunakan penguasa
(hakim) unt memperingatkan mrk yg mlkk
perbuatan yg tdk dibenarkan…
Pemidanaan adl :
(Soedarto)

Penghukuman berasal dr kata dasar “hukum”


sehingga dpt diartikan sbg “menetapkan hk” atau
“memutuskan ttg hukumnya”
Jenis-jenis Pidana (Ps 10
KUHP)
• Pidana Pokok : Mati. Penjara, Kurungan, Denda, Tutupan
• Pidana Tambahan : Perampasan barang tertentu, pencabutan
hak tertentu, pengumuman putusan hakim
Istilah Tindak Pidana
• Perbuatan Pidana (Roeslan Saleh dan Moelyatno)
• Peristiwa Pidana (Tresna dan Utrech)
• Tindak Pidana (Utrech)
• Pelanggaran Pidana (MH Tirtamidjaya)
Pengertian/Batasan

• Simons : Handeling, Wederrechtelijk, diancam dg


pidana, dilakukan oleh org yg dpt bertangjawab,
ada kesalahan
• Van Hamel = Simons, ditambah : perbuatan patut
dipidana
• Vos : suatu peristiwa yg dinyatakan dpt dipidana
oleh UU
PIDANA
• Secara historis, bersifat sederhana---kesederhanaan seperti itu
dengan sendirinya membawa keuntungan-keuntungan (MvT)
• Perumusannya : alternatif dan tunggal (KUHP)---alternatif
kumulatif dan kumulatif (di luar KUHP)
unsri.press@yahoo.co
unsri.press@yahoo.com
Pertanggungjawaban Pidana

• Unsur : mlkk perbuatan, mampu bertg jawab,


sengaja atau alpa, tidak ada alasan pemaaf
• Kemampuan bertanggungjawab ada syarat :
menginsafi makna perbuatan dan menginsyafi
perbuatan tsb tidak patut dlm masy
SANKSI PIDANA DALAM
KUHP
• PASAL 66
• PIDANA PENJARA
• PIDANA TUTUPAN
• PIDANA PENGAWASAN
• PIDANA DENDA
• PIDANA KERJA SOSIAL

• PIDANA POKOK KHUSUS YANG BERSIFAT ALTERNATIF


• PIDANA MATI

• PIDANA TAMBAHAN
PIDANA MATI

Tidak konkordan, karena :

• Keadaan khusus Hindia Belanda ketika itu sebagai


archipelago yang komunikasinya sukar;
• Alat-alat keamanan negara yang kurang;
• Penduduknya heterogen, sehingga mudah bentrok.(Roeslan
Saleh)
Eksekusi (lanjutan):
(Pasal Pasal 2 sampai Pasal 16 UU
No. 2 PnPs tahun 1964 )
• dalam jangka waktu tiga kali dua puluh empat jam sebelum saat pidana
mati itu dilaksanakan, Jaksa Tinggi atau Jaksa yang bersangkutan
harus memberitahukan kepada terpidana tentang akan dilaksanakannya
pidana mati tersebut. Apabila terpidana berkeinginan untuk
mengemukakan sesuatu, maka keterangan atau pesannya itu diterima
oleh Jaksa Tingga atau Jaksa tersebut;
• apabila terpidana seorang wanita hamil, maka pelaksanaannya harus
ditunda hingga anak yang dikandungnya itu telah lahir;
• tempat pelaksanaan pidana mati ditentukan oleh Menteri Kehakiman,
yakni di daerah hukum Pengadilan Tingkat Pertama yang telah
memutuskan pidana mati yang bersangkutan;
lanjutan
• Ada bersikap pro, seperti :Mr. Drs. H.J. van
Schravendijk, Lemaire Jonkers dll
• Ada bersikap kontra, seperti :Beccaria , Van Bemmelen
• J.E. Sahetapy , krn jarang sekali pidana mati dijatuhkan
dalam kasus kriminal yang menyangkut Pasal 340 W.v.S.
Kalaupun ada pidana mati yang dijatuhkan – hanya
dalam enam kasus – maka dengan perkecualian
Pengadilan Tinggi di Semarang, tampak ada sikap abolisi
de facto; ancaman pidana mati dalam Pasal 340 W.v.S.
secara historis tidak bersumber pada Pancasila;
disamping diragukan manfaatnya terhadap usaha pengu-
rangan pembunuhan berencana lebih-lebih yang berlatar-
belakang shame culture dan mores di Indonesia.
• Kepala Polisi dari daerah yang bersangkutan bertanggungjawab mengenai
pelaksanaan pidana mati tersebut setelah mendengar nasehat dari Jaksa Tinggi
atau Jaksa yang telah melakukan penuntutan pidana mati pada pengadilan
tingkat pertama;
• Pelaksanaan pidana mati itu dilakukan oleh regu penembak polisi di bawah
pimpinan dari seorang perwira polisi;
• Kepala Polisi dari daerah yang bersangkutan (atau perwira yang ditunjuk)
harus menghadiri pelaksanaan pidana mati itu, sedang pembela dari terpidana
atas permintaannya sendiri atau atas permintaan dari terpidana dapat
menghadirinya;
• Pelaksanaan pidana mati itu tidak boleh dilakukan di muka umum;
• Penguburan jenazah terpidana diserahkan kepada keluarga atau kepada
sahabat-sahabat terpidana, dan harus dicegah pelaksanaan penguburan yang
bersifat demonstratif kecuali demi kepentingan umum maka Jaksa Tinggi
atau Jaksa yang bersangkutan dapat menentukan lain;
• Setelah pelaksanaan pidana mati itu selesai dikerjakan, maka Jaksa Tinggi
atau Jaksa yang bersangkutan harus membuat berita acara mengenai
pelaksanaan pidana mati tersebut, dimana isi dari berita acara tersebut
kemudian harus dicantumkan dalam Surat Keputusan dari Pengadilan yang
bersangkutan;
Pidana seumur Hidup

• pidana penjara seumur hidup berkaitan dengan


fungsi Subsidiar
• MULDER menyatakan bahwa “pidana
perampasan kemerdekaan mengandung suatu
ciri khas, yaitu bahwa ia adalah sementara.
Terpidana akhirnya tetap diantara kita”.
Bertolak dari pemikiran demikian, maka secara
teoritis-filsafati sebenarnya tidak ada tempat
untuk pidana penjara seumur hidup.
Pidana Penjara
( Gevangenisstraf
• Definisi dr pelbagai sarjana, pd pokoknya
menyatakan bahwa pidana penjara adl sanksi
pembatasan kebebasan dengan pengurangan
hak
• Hak tsb menyangkut :Hak untuk dipilih dan
memilih; Hak untuk memangku jabatan publik;
Hak untuk bekerja pada perusahaan; Hak untuk
mendapatkan perijinan-perjinan tertentu : ijin
usaha, ijin praktek ; Hak untuk
mengadakan asuransi hidup; Hak untuk tetap
dalam ikatan perkawinan ; Dan hak-hak sipil
lainnya”
Dari Dampak yg ditimbulkan

• terampasnya juga kehidupan seksual yang normal


dari seseorang, sehingga sering terjadi hubungan
homoseksual dan masturbasi di kalangan terpidana
• memberikan cap jahat (stigma)
• Kritik yang cukup menarik dilihat dari sudut
politik kriminal ialah adanya pernyataan bahwa
orang tidak akan menjadi lebih baik tetapi justru
menjadi lebih jahat setelah menjalani pidana
penjara, terutama apabila pidana penjara ini
dikenakan kepada anak-anak dan remaja.
Kritik thd penjara

Dari efektivitasnya :

• Menurut R.M. Jackson, menyatakan bahwa pidana penjara adalah jenis


pidana yang relatif “kurang efektif”. Ungkapannya didasarkan pada hasil
penelitian studi perbandingan efektivitas pidana, yang didapatkan angka
perbandingan rata-rata pengulangan/penghukuman kembali (Reconviction
Rate) bagi pelaku yang pertama kali melakukan tindak pidana (First
Offender) berbanding terbalik dengan usia pelaku.
• Kecenderungan untuk melakukan pengulangan (Reconviction Rate) yang
tertinggi terlihat pada anak-anak, yaitu mencapai angka 50%. Untuk yang
pernah dipidana, angka tertinggi terlihat pada mereka yang berumur 21
tahun ke bawah, yang mencapai 70%. Reconviction Rate tersebut lebih
tinggi lagi setelah orang tersebut dijatuhi pidana penjara dibanding dengan
yang bukan penjara.
Sistim Kepenjaraan :
• Sistem Pennsylvania, yang disebut juga “sistem sel”,
yaitu sebagai sistem pengasingan narapidana secara
terpisah satu sama lain dalam sel.
• Sistem Auburn, yang juga memakai sistem sel, tetapi
hanya malam hari saja si terpidana berada dalam selnya
 Sistem Irlandia, sistem ini bersifat progresif, artinya :
mula-mula pidana dijalani secara keras, kemudian
setelah dididik dan berkelakuan baik, makin diperingan.
• Sistem Elmira,
• Sistem Borstal, sistem yang sama dengan sistem
Elmira, tetapi hakim masih menentukan lamanya pidana
• Sistem Osborne, sistem ini memberikan self-
government dari dan untuk narapidana
Pidana Kurungan (Hechtenis)
Tujuan : (Vos)

• Pertama, ialah sebagai custodia honesta untuk tindak


pidana yang tidak menyangkut kejahatan kesusilaan,
yaitu tindak pidana culpa dan beberapa tindak pidana
dolus, seperti perkehalian satu lawan satu (Pasal 182
KUHP) dan pailit sederhana (Pasal 396 KUHP).
• kedua sebagai custodia simplex, suatu perampasan
kemerdekaan untuk pelanggaran
PIDANA DENDA (Geldboete)
• Historis : Pidana denda adalah bentuk pidana tertua,
lebih lama dari pidana penjara. Pidana ini telah dikenal
pada masa primitif, termasuk pada masa kerajaan
Majapahit
• Dalam KUHP, pembentuk undang-undang tidak
menentukan maksimum umum besarnya denda yang
harus dibayar, yang ada adalah minimum umum
• berdasarkan UU no. 1 tahun 1961 sebutannya menjadi
UU no. 18 Prp 1960, maka ancaman denda yang
tertuang dalam KUHP maupun ketentuan pidana lainnya
yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945,
harus dibaca dalam mata uang rupiah dan
dilipatgandakan menjadi limabelas kali.
• Hal ini dapat dilihat pada Pasal 80 RUU KUHP tahun 2013, yaitu:
• (1) Pidana denda merupakan pidana berupa sejumlah uang yang wajib dibayar oleh terpidana
berdasarkan putusan pengadilan.
• (2) Jika tidak ditentukan minimum khusus maka pidana denda paling sedikit Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah).

• 3) Pidana denda paling banyak ditetapkan berdasarkan kategori, yaitu:


• a. kategori I Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah);
• b. kategori II Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah);
• c. kategori III Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah);
• d. kategori IV Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah);
• e. kategori V Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah); dan
• f. kategori VI Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
• (5) Pidana denda paling banyak untuk korporasi yang melakukan
tindak pidana yang diancam dengan:
• a. pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun sampai dengan 15
(lima belas) tahun adalah pidana denda Kategori V;
• b. pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara
paling lama 20 (dua puluh) tahun adalah pidana denda Kategori
VI.
• (6) Pidana denda paling sedikit untuk korporasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) adalah pidana denda Kategori IV.
• (7) Dalam hal terjadi perubahan nilai uang, ketentuan besarnya
pidana denda ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
PIDANA TUTUPAN

• Pidana Tutupan disediakan bagi para politisi


yang melakukan kejahatan yang disebabkan
oleh ideologi yang dianutnya
• Andi Hamzah, pencantuman pidana Tutupan
di dalam Pasal 10 KUHP di bawah pidana
Denda tidaklah tepat, karena menurut Pasal 69
KUHP yang menyatakan bahwa beratnya
pidana pokok yang tidak sejenis ditentukan
oleh urut-urutan dalam Pasal 10 KUHP
tersebut.
PIDANA TAMBAHAN
(Bijkomende Straffen)
• Jenisnya : (1). Pencabutan hak-hak tertentu; (2).
Perampasan barang-barang tertentu; dan (3).
Pengumuman Keputusan hakim.
• Pidana tambahan tidak dapat dijatuhkan secara
tersendiri, melainkan ia selalu harus dijatuhkan
bersama-sama dengan pidana pokok. Dalam sistem
pemidanaan di Indonesia, penjatuhan pidana
tambahan itu sifatnya adalah fakultatif,
PIDANA BERSYARAT

• Secara historis : Pada tahun 1915 dalam Strafwetboek


belanda dimasukkan satu sistem penghukuman yang
merupakan kombinasi dari sistem yang berlaku di
Ingris/ Amerika serikat dan Perancis/Belgia
• Pada tahun 1915, Strafwetboek van Strafrecht untuk
Indonesia telah dibuat, tetapi WvS untuk Indonesia
masih belum memuat voorwaardelijke veroordeling
(VV). Baru 12 tahun kemudian (tahun 1927) VV yang
telah dikenal di Belanda dimasukkan ke dalam WvS
untuk Indonesia
• Dikarenakan : menurut Stb 1926 no. 252 jo. 486
menurut SCHEPPER (bapak VV di Indonesia) karena
pada waktu VV dimasukkan dalam WvS keadaan di
Indonesia berbeda sekali dengan yang ada di Belanda.
Pengaturan dlm KUHP
(P. 14a KUHP)
• Dalam putusan yang menjatuhkan pidana penjara, asal
lamanya tidak lebih dari satu tahun. Jadi dalam hal ini pidana
bersyarat dapat dijatuhkan dalam hubungan dengan pidana
penjara, dengan syarat hakim tidak ingin menjatuhkan pidana
lebih dari satu tahun. Yang menentukan bukanlah pidana yang
diancamkan atas tindak pidana yang dilakukan, tetapi pidana
yang akan dijatuhkan ada si terdakwa.
• Pidana bersyarat dapat dijatuhkan sehubungan dengan pidana
kurungan, dengan ketentuan tidak termasuk pidana kurungan
penggabti denda. Mengenai pidana kurungan ini tidak ada
pembatasan, sebab maksimum pidana kurungan adalah satu
tahun.
• Dalam hal menyangkut pidana denda, maka pidana bersyarat
dapat dijatuhkan dengan batasan bahwa hakim harus yakin
bahwa pembayaran denda betul-betul akan dirasakan berat
oleh terdakwa.
KEUNTUNGAN-
KEUNTUNGAN PENERAPAN
P. BERSYARAT
• Bagi Terpidana : memberikan kesempatan kepada
si terpidana untuk memperbaiki dirinya dalam
masyarakat
• melanjutkan kebiasaan-kebiasaan hidupnya sehari-
hari sebagai manusia, yang sesuai dengan nilai-
nilai yang ada dalam masyarakat.
• mencegah terjadinya stigma yang diakibatkan oleh
pidana bersyarat
TUJUAN PB
1.Meningkatkan kebebasan individu, mempertahankan tertib
hukum serta memberikan perlindungan kpd masyarakat
secara efektif thd pelanggaran hukum lebih lanjut
2.Meningkatkan persepsi masyarakat ke dlm falsafah
rehabilitasi dg cara memelihara kesenambungan hubungan
antara napi dan masyarakat
3. Menghindarkan dan melemahkan akibat akibat negatif dari
pidana perampasan kemerdekaan yg seringkali
menghambat ush pemasyarakatan kembali napi ke
masyarakat
Lanjutan tujuan…
4. Mengurangi biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat untuk membiayai sistem koreksi yang
berdaya guna
5.Dapat membati kerugian dari penerapan pidan
pencabutan kemerdekaan khususnya thd mereka yg dlm
kehidupannya tergantung kpd pelaku tp
6.Dapat memenuhi tujuan pemidanaan yang bersifat
integratif dalam fungsinya sbg sarana pencegahan(umum
dan khusus), perlindungan masyarakat, memelihara
solidaritas masyarkat dan pengimbalan.
HAMBATAN - HAMBATAN
PELAKSANAAN
• Sistem pengawasan dan pembinaan;
• Perundang-undangan;
• Teknis dan administrasi;
• Sarana dan prasarana;
• Proses penjatuhan pidana.
Ukuran hakim menentukan pidana
bersyarat
• Bentuk tp apakah meresahkan masyarakat
• Catatan kejahatan
• Apakah pelaku memerlukan pembinaan atau tidak
• Terdakwa masih sangat muda 12-15 tahun
• Tp tidak mengakibatkan kerugian
• Tp tidak disengaja (Culpa)
• Terdakwa membayar ganti rugi
• Kepribadian terdakwapidana penjara lebih merugikan bagi terdakwa
• Tp dalam keluarga
• Terdakwa sudah sangat tua
• Terdakwa adalah pelajar atau mahasiswa
• Terdakwa tergolong berjasa pada masyarakat
Berakhirnya pidana bersyarat

• Otomatis setelah jangka waktu habis. Dengan surat


keterangan
• Pengadilan yang berwenang menghentikan setiap
saat apabila terpidana bersyarat melakukan
penyesuaian dan dianggap tidak perlu ada
pengawasan lagi
Pembatalan pidana bersyarat

• Pellanggaran terhadap syarat umum dan khusus

Terhadap pembatalan dapat juga diajukan keberatan


bila tidak memuaskan
Hak Narapidana
• Narapidana berhak:
• a. menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau
• kepercayaannya;
• b. mendapatkan perawatan, baik jasmani maupun
• rohani;
• c. mendapatkan pendidikan, pengajaran, dan kegiatan
• rekreasional serta kesempatan mengembangkan
• potensi;
• d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan
• yang layak sesuai dengan kebutuhan gizi;
• e. mendapatkan layanan informasi;
• f. mendapatkan penyuluhan hukum dan bantuan
• hukum;
• g. menyampaikan pengaduan dan/atau keluhan;
• h. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran
• media massa yang tidak dilarang;
• i. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan
• dilindungi dari tindakan penyiksaan, eksploitasi,
• pembiaran, kekerasan, dan segala tindakan yang
• membahayakan fisik dan mental;
• j. mendapatkan jaminan keselamatan kerja, upah, atau
• premi hasil bekerja;
• k. mendapatkan pelayanan sosial; dan
• l. menerima atau menolak kunjungan dari keluarga,
• advokat, pendamping, dan masyarakat.
Hak Narapidana
• Selain hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,
• Narapidana yang telah memenuhi persyaratan tertentu
• tanpa terkecuali juga berhak atas:
• a. remisi;
• b. asimilasi;
• c. cuti mengunjungi atau dikunjungi keluarga;
• d. cuti bersyarat;
• e. cuti menjelang bebas;
• f. pembebasan bersyarat; dan
• g. hak lain sesuai deng
PERBEDAAN PIDANA PENGAWASAN
DAN PIDANA BERSYARAT
DARI PERSPEKTIF

PENJATUHAN PIDANA
LAMANYA PENJATUHAN
PEJABAT PENGAWAS
JENIS/KATEGORI SANKSI
PELEPASAN BERSYARAT (VOORWAARDELIJKE
INVRIJHEID STELLING)

• pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana di luar Lembaga


Pemasyarakatan yang dilaksanakan berdasarkan Pasal 15 dan Pasal 16 Kitab Undang
undang Hukum Pidana serta Pasal 14, 22, dan Pasa1 29 Undang-undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
PASAL 15: JIKA TERPIDANA TELAH MENJALANI DUAPERTIGA DARI
LAMANYA PIDANA PENJARA YANG DIJATUHKAN KEPADANYA,YANG
SEKURANG-KURANGNYA HARUS SEMBILAN BULAN....
• PASAL 15 (2) ADANYA MASA PERCOBAAN.
• PASAL 15(3) LAMA PERCOBAAN SAMA DENGAN SISA WAKTU DITAMBAH
SATU TAHUN
15 : SYARAT UMUM DAN SYARAT KHUSUS.SYARAT UMUM TIDAK BOLEH
MELAKUKAN TP LAGI .SYARAT KHSUS :BERKELAKUAN BAIK .
ADA PENGAWASAN KHSUS
Syarat yang ditetapkan dalam surat kepala bagian
pendidikan dan reklasering N.J.H 7.4/319 (diuabah
dalam SE Dirjen Pemasyarakatan No.
D.P.2.1/9/18 )
• Salinan put hakim
• Ket asli dari Hakim ttg tidak mempunyai perkara
lagi
• Ket asli dari jaksa
• Asli keterangan mengenai kemampuan narapidana
• Ket asli tentang kesanggupan menerimanya
• Dsb.... Sampai 13
tujuan

• Menggantikan pembinaan narapidana yang bersifat


institutional menjadi pembinaan di masyarakat

• Pelaksana pelepasan bersyarat


• BISPA ( Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan
dan pengentasan Anak2), after care
Pelepasan bersyarat

• Diatur di PP No 32 tahun 1999 dan Peraturan


Menteri Hukum dan Ham no. M.01.Pk.04.10
tahun2007
• Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor 3 Tahun 2018
tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi,
Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga,
Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan
Cuti Bersyarat
asimilasi

• Membaurkan Proses Pembinaan Narapidana


dalam kehidupan masyarakat (1/2 pidana)
• Cuti menjelang bebas : proses pembinaan
narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan
setelah menajlani 2/3 masa pidana sekurang-
kurangnya 9 bulan
• Cuti bersyarat:pembinaan diluar pdana setelah
2/3 masa hukuman min 6 bulan bagi napi yang
dihukum 1 tahun
Remisi (pemotongan hukuman
• Narapidana menjalani hukuman 6 bulan sampai stahun :remisi 1
bulan
• Narapidana menjalani stahun lebih :remisi 3 bulan
• Dst...
• Remisi diberikan pada hari kemerdekaan IndonesiaUmum
• Masa jalan (tahun) pemotongan remisi
• Jika napi telah menjalani perayaan rohani.
• Jika napi telah berjasa dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.
• Akan diberi tambahan sebesar 1/3 dari remisi umu
• (2) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
kepada Narapidana dan Anak Pidana yang telah memenuhi syarat:
• a. berkelakuan baik; dan
• b. telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.
• (3) Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dibuktikan dengan:
• a. tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6
(enam) bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian Remisi;
dan
• b. telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh
LAPAS dengan predikat baik.”
• Selain syarat-syarat yang terdapat pada Pasal 34 PP 99/2012, persyaratan lain juga terdapat
dalam Pasal 34A ayat (1) PP 99/2012 yang berbunyi:

• “Pemberian Remisi bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap
keamanan negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional
terorganisasi lainnya, selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 juga harus memenuhi persyaratan:
• a. bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara
tindak pidana yang dilakukannya;
• b. telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan
untuk Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi; dan
• c. telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh LAPAS dan/atau
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, serta menyatakan ikrar:
• 1) kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia secara tertulis bagi Narapidana
Warga Negara Indonesia, atau
• 2) tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara tertulis bagi
Narapidana Warga Negara Asing, yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme.”
SANKSI PIDANA BAGI ANAK
NAKAL
• sanksi Pidana (Pasal 23); dan sanksi Tindakan
(Pasal 24) Undang-Undang Pengadilan Anak (UU
No. 3 Tahun 1997)
• Pidana penjara, kurunga, denda : yang dapat
dijatuhkan kepada anak sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling
lama ½ dari maksimum ancaman pidana penjara
bagi orang dewasa;
• ancamannya pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup, maka hakim harus membacanya
maksimal 10 tahun
PERBEDAAN PIDANA PENGAWASAN DAN
PIDANA BERSYARAT
PP PB

• DIJATUHKAN PD PID • PD PENJARA (ASAL TDK


MELEBIHI 1 TH); PD
PEMASYARAKATAN KURUNGAN (BUKAN KURNG
PENGGANTI DENDA);
PIDANA DENDA, ASAL
DENDA TSB DPT DIRASAKAN
BERAT BG SI PELAKU

• MAKS 3 THN (UNT PSL. 492,


504, 506, 536 kuhp); MAKS 2
THN UNT PLGR LAIN

• MAKSIMAL 3 THN
• PEJABAT PEMBINA • PENGAWASAN
DEPKEH DAN DPT UMUM : JAKSA;
MEMINTA BANTUAN PENGAWASAN
PEMDA, LEMBAGA KHUSUS : LEMBAGA
SOSIAL, ATAU BDN HKM,
ORANG LAIN PEMIMPIN RUMAH
PENAMPUNG,
PEJABAT LAIN
• PIDANA POKOK YG • MRPK CARA
BERDIRI SENDIRI PENERAPAN
PIDANA
PERBEDAAN PIDANA DENDA DAN
PIDANA PEMBAYARAN GANTI
KERUGIAN
DENDA PEMBAYARAN GANTI KERUGIAN

DIKEMBALIKAN KPD DIKEMBALIKAN


NEGARA KEPADA PENGGUGAT

JUMLAHNYA
DISESUAIKAN DENGAN
JUMLAHNYA TIDAK
KERUGIAN
DISESUAIKAN DGN
KERUGIAN
TINDAKAN
PEMBEBASAN/PELEPASAN BERSYARAT
(VOORWAARDELIJKE INVRIJHEIDSTELLING)

• Pasal 15 ayat 1 KUHP ditentukan bahwa pemberian


Pelepasan bersyarat harus memenuhi syarat adalah
orang-orang yang oleh hakim telah dijatuhi pidana
penjara, yang dua pertiga masa pidana penjara telah
dijalankan dan paling sedikit selama sembilan bulan
• Siapa yang mengadakan pelepasan bersyarat, tertuang
dalam Pasal 16 ayat 1 KUHP yaitu Mentri
Kehakiman, atas usul atau setelah mendengar
keterangan dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan
TINDAKAN-TINDAKAN TATA
TERTIB (UU 7 Drt. TAHUN
1955
• tindakan tata tertib itu pada umumnya tidak
dijatuhkan tersendiri;
• tindakan tata tertib itu bukan merupakan suatu
hukuman yang bermaksud untuk menakuti-nakuti,
melainkan dimaksud untuk mencabut keuntungan
yang diperoleh orang tanpa hak, dan dimaksud untuk
sedapat mungkin dapat memperbaiki perekonomian;
• tindakan tata tertib seperti yang disebutkan dalam
Pasal 8 UU no. 7 Drt. Tahun 1955 itu merupakan
tindakan-tindakan tata tertib tambahan yang sifatnya
sangat penting, yakni sebagai tambahan dari tindakan
tata tertib seperti yang dimaksud dalam pasal 6 ayat 3
UU yang sama.
TINDAKAN-TINDAKAN BAGI
ANAK NAKAL
• : a. pengembalian kepada orang tua/Wali;
• b. penyerahan kepada seseorang;
• c. perawatan di rumah sakit jiwa;
• d. perawatan di LPKS;
• e. kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau
pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan
swasta;
• f. pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau
• g. perbaikan akibat tindak pidana

Anda mungkin juga menyukai