Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian Psikologi Kriminil


Suatu ilmu pengetahuan mengenai psikis atau kejiwaan dan segolongan pelaku tindak
pidana perorangan atau kelompok langsung atau tidak langsung akibatnya

Sigmund Freud
Psikologi kriminal dengan menggunakan teori psikoanalisa menghubungkan antara
delinquent (kejahatan) dan perilaku kriminal dengan suatu conscience (hati Nurani)
yang baik dia begitu menguasai sehingga menimbulkan perasaan bersalah atau ía
begitu lemah sehingga tidak dapat mengontrol dorongan-dorongan Individu

b. W.A. Bonger
Sehubungan dengan psikologi kriminal, memiliki definisi yang meliputi dalam arti
sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit meliputi pelajaran jiwa Si penjahat
secara perorangan. Dalam arti luas, meliputi arti sempit serta jiwa penjahat
Penggolongan, terlibatnya seseorang atau golongan baik langsung maupun tidak
langsung serta akibat-akibatnya.

2. Pengertian kejahatan menurut para sarjana


David M. Gordon mendefinisikan kejahatan merupakan usaha pelanggar untuk hidup
dalam suatu situasi Ekonomi tidak menentu yang terbentuk dalam tatanan Sosial
tertentu.

2) Paul Mudigdo Moeliono mendefinisikan kejahatan adalah perbuatan manusia yang


merupakan pelanggaran norma, yang dirasakan merugikan, menjengkelkan, sehingga
tidak boleh dibiarkan berkembang dalam masyarakat dengan menuangkannya dalam
norma hukum pidana yang disertai ancaman-ancaman hukuman.

3. Pengertian peristiwa pidana unsur


Menurut post peristiwa pidana adalah kelakuan manusia yang oleh undang-undang
diberikan hukuman unsur-unsurnya yaitu adanya kelakuan manusia yang
menunjukkan ada hubungan erat antara peristiwa perbuatan, kelakuan tersebut oleh
peraturan perundang-undangan dilarang dan diancam dengan hukuman
Menurut kompe peristiwa pidana adalah apabila terpenuhinya unsur
-perbuatan bertentangan atau melawan hukum
-karena adanya kesalahan
-dapat dipidana atau dihukum

4. Sebab-sebab kejahatan aliran mazhab


Mazhab Italia atau Mazhab Antropologi Pelopor mazhab ini adalah Cesare Lombroso
di mana ia Mengemukakan para penjahat dipandang dari segi antropologi Memiliki
tanda-tanda tertentu secara fisiknya. Menurutnya, Kejahatan adalah bakat manusia
sejak lahir. Sehingga, Lombroso Mengatakan, “Criminal is born, not made.”
Lombroso mengungkapkan pula mengenai hipotesa Atavisme, penjahat ialah suatu
gejala atavitis yakni bahwa penjahat Memiliki keturunan sifat dari nenek moyangnya.
Ferri juga merupakan tokoh mahzab ini, ia berpendapat Kejahatan adalah hasil dari
suatu kejahatan fisik, individu, dan Sosial. Menurutnya, suatu keadaan sosial
memberikan bentuk Kepada kejahatan, akan tetapi ini berasal dari bakatnya yang
Biologis, anti-sosial (psikis dan organis)

2) Mazhab Prancis atau Mazhab Lingkungan


A Lacassagne merupakan tokoh dari mahzab ini. Dalam Ajarannya keadaan sosial
sekeliling merupakan pembenihan Timbulnya kejahatan. Gabriel Tarde merupakan
tokoh lain dari Mahzab ini, ia menyatakan kejahatan adalah suatu gejala sosiologis
Yang dikuasai oleh peniruannya

3) Mazhab Bio-Sosiologis
Mazhab ini adalah pengembangan dari ajaran Ferri yang Menyatakan setiap kejahatan
ialah hasil dari suatu unsur-unsur yang Terdapat di dalam individu, masyarakat, pula
keadaan fisik

4) Mazhab Spiritualis
De Baets merupakan tokoh dalam mahzab ini. Di dalam ajarannya Kejahatan
berkembang karena diakibatkan oleh pengasingan diri Terhadap Tuhan

5. Extraordinary crime
Extraordinary crime atau kejahatan luar biasa merupakan suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan hak asasi manusia, dan menjadi
yurisdiksi peradilan pidana internasional. Serta dapat dijatuhkannya hukuman mati
terhadap pelaku kejahatan tersebut. Contoh terorisme, narkotika dan korupsi,
6. Teori pemidanaan absolut relatif gabungan
. Teori Absolut/Teori pembalasan (Vergeldings Theorien). Menurut teori ini pidana
dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan kejahatan atau tindak pidana.
Teori ini diperkenalkan oleh Kent dan Hegel. Teori Absolut didasarkan pada
pemikiran bahwa pidana tidak bertujuan untuk praktis, seperti memperbaiki penjahat
tetapi pidana merupakan tuntutan mutlak, bukan hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan
tetapi menjadi keharusan, dengan kata lain hakikat pidana adalah pembalasan
(revegen).
Teori Relatif atau Tujuan (Doel Theorien)
Teori relatif atau teori tujuan, berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat
untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Teori ini berbeda dengan
teori absolut, dasar pemikiran agar suatu kejahatan dapat dijatuhi hukuman artinya
penjatuhan pidana mempunyai tujuan tertentu, misalnya memperbaiki sikap mental
atau membuat pelaku tidak berbahaya lagi, dibutuhkan proses pembinaan sikap
mental.
Teori Gabungan/modern (Vereningings Theorien)
Teori gabungan atau teori modern memandang bahwa tujuan pemidanaan bersifat
plural, karena menggabungkan antara prinsip-prinsip relatif (tujuan) dan absolut
(pembalasan) sebagai satu kesatuan. Teori ini bercorak ganda, dimana pemidanaan
mengandung karakter pembalasan sejauh pemidanaan dilihat sebagai suatu kritik
moral dalam menjawab tindakan yang salah.
7. penghapusan dan pengecualian hukuman
Alasan pembenar adalah alasan yang meniadakan sifat melawan hukum suatu
perbuatan. Jenis-jenis alasan pembenar adalah:

a. Daya paksa (Pasal 48 KUHP);


b. Pembelaan terpaksa (Pasal 49 Ayat (1) KUHP);
c. Sebab menjalankan perintah undang-undang (Pasal 50 KUHP); dan
d. Sebab menjalankan perintah jabatan yang sah (Pasal 51 Ayat (1) KUHP)

Sedangkan alasan pemaaf adalah alasan yang meniadakan unsur kesalahan dalam diri
pelaku. Pada umumnya, pakar hukum mengkategorikan suatu hal sebagai alasan
pemaaf, yaitu:

a. Ketidakmampuan bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP);


b. Daya paksa (Pasal 48 KUHP)
c. Pembelaaan terpaksa yang melampaui batas (Pasal 49 Ayat (2) KUHP); dan
d. Menjalankan perintah jabatan tanpa wewenang (Pasal 51 Ayat (2) KUHP)
8. Pemberatan pengurangan hukuman
Pemberatan hukuman
1. Pasal 52 karna jabatan ditambah sepertiga
2. Pasal 52a menggunakan bendera kebangsaan
3. Pasal 63 sampai 66 perbarengan tindak pidana atau konkursus
4. Pasal 55 turut serta melakukan
5. Pasal 486 sampai 488 pengulangan/residivis
Pengurangan hukuman
1. Pasal 53 percobaan dikurangi sepertiga
2. Pasal 57 pembantuan

Anda mungkin juga menyukai