ABSTRAK
Setiap anak yang lahir pasti dalam keadaan suci, maka dari itu pengaruh
dari orang tua dan lingkungan yang akan menjadi salah satu faktor utama
dalam hal membentuk karakter anak itu nantinya.Berbagai jenis kejahatan
seperti sindikat penjualan narkoba, penjualan VCD porno, pencopet hingga
penganiayaan bahkan pembunuhan yang dulunya didengar hanya dilakukan
oleh orang dewasa saat ini sudah tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa
saja akan tetapi juga telah banyak dilakukan oleh anak - anak yang
seharusnya duduk dibangku sekolah untuk mengenyam pendidikan demi masa
depan yang cerah nantinya, sekarang malah menjadi pelaku (offender) dalam
berbagai macam tindak kriminal.
“Perasaan tidak enak misalnya meskipun operasi itu melukai tubuh atau
mendorong terjun sekali sehingga basah. menyebabkan perasaan sakit pada tubuh
rasa sakit misalnya mencubit, memukul pasien tersebut.
dan merampas. Luka misalnya mengiris, b. Jenis-jenis Delik Penganiayaan.
memotong, merusak dengan pisau dan Delik penganiayaan atau dikenal
merusak dengan kesehatan misalnya Mishandelling, dapat dijumpai dalam Buku
orang sedang tidur dan berkeringat II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dibukakan kamarnya sehingga (KUHP) Bab XX, yang diatur mulai dari
menyebabkan ia masuk angin, kesemua Pasal 351 sampai dengan 358 Kitab
ini harus dilakukan dengan sengaja dan Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
tidak ada maksud yang patut atau Menurut Adam Chazawi jenis-jenis
melewati batas yang diizinkan”4. penganiayaan Sesuai dengan yang ada
Selanjutnya Andi Hamzah5 dalam Buku KitabUndang-Undang Hukum
menyatakan bahwa : Pidana (KUHP) Yakni sebagai berikut:
“Dengan sengaja merusak kesehatan 1. Penganiayaan Biasa
orang”. Kalau demikian, maka Jenis penganiayaan biasa diatur
penganiayaan itu tidak mesti berarti dalam Pasal 351 Kitab Undang-Undang
melukai orang. Membuat orang tidak Hukum Pidana (KUHP), dimana
bisa bicara, membuat orang lumpuh berbunyi sebagai berikut :
termasuk dalam pengertian ini. a) Penganiayaan dihukum dengan
Penganiayaan bisa berupa pemukulan, hukuman penjara selama-lamanya
penjebakan, pengirisan, membiarkan dua tahun delapan bulan atau pidana
anak kelaparan, memberikan zat, luka, denda paling banyak empat ribu lima
dan cacat”. ratus rupiah (Rp 4.500).
Jadi kesimpulannya ialah bahwa b) Jika perbuatan mengakibatkan luka
untuk menyebut seseorang itu telah berat, sitersalah dihukum penjara
melakukan penganiayaan terhadap orang paling lama lima tahun.
lain, maka orang tersebut harus mempunyai c) Jika perbuatan itu menjadikan mati
kesengajaan (opzetelijk) untuk : orangnya, dia dihukum penjara
1) Menimbulkan rasa sakit pada orang lain; selama-lamanya tujuh tahun.
2) Menimbulkan luka pada tubuh orang d) Dengan penganiayaan disamakan
lain atau; merusak kesehatan orang dengan
3) Merugikan kesehatan orang lain; sengaja.
Dengan kata lain, untuk menyebut e) Percobaan untuk melakukan
seseorang telah melakukan penganiayaan, kejahatan ini tidak dapat dihukum.
maka orang itu harus mempunyai 2. Penganiayaan Ringan
kesengajaan yang ditunjukkan pada Penganiayaan ringan diatur dalam
perbuatan untuk menimbulkan rasa sakit Pasal 352KUHPidana, R.Soesilo yang
pada orang lain atau untuk menimbulkan berbunyi sebagai berikut:
luka pada tubuh orang lain ataupun untuk 1. Selain dari pada apa yang tersebut
merugikan kesehatan orang lain. kalau dalam Pasal 353 dan 356, maka
tidak ada maksud demikian. Misalnya penganiayaan yang tidak menjadikan
seorang dokter ahli bedah memotong sakit atau halangan untuk melakukan
lengan pasien, maka tidaklah dapat jabatan atau pekerjaan sebagai
dikatakan sebagai “penganiayaan” penganiayaan ringan, dihukum
penjara selama-lamanya tiga bulan
atau denda sebanyak-banyak Rp
4
R.Soesilo, KitabUndang-Undang Hukum 4.500 (empat ribu lima ratus rupiah).
Pidana (KUHP), Politea, Bogor 1995, hlm.245. Hukuman ini boleh ditambah dengan
5
Andi hamzah,Hukum Acara Pidana Indonesia,
CV.sapta Artha, jakarta, 2005,hlm,69. sepertiganya, bila kejahatan itu
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014
dilakukan terhadap orang yang tentang pengertian anak dan ruang lingkupnya
bekerja padanya, atau yang ada sebagai pelaku tindak pidana yang diatur
dibawah perintahnya. berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.3
2. Percobaan untuk melakukan Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
kejahatan ini tidak dapat dihukum6. Ada 2 kategori perilaku anak yang
3. Penganiayaan yang direncanakan lebih membuat ia berhadapan dengan hukum, yaitu:
dahulu 1. status offender adalah perilaku kenakalan
Penganiayaan yang direncanakan anak yang apabila dilakukan oleh orang
lebih dahulu diatur dalam Pasal dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan,
353KUHPidana. Adapun bunyi Pasal seperti tidak menurut, membolos sekolah,
353 pidana sebagai berikut : atau kabur dari rumah.
1) Penganiayaan yang dilakukan dengan 2. juvenile delinquency adalah perilaku
direncanakan terlebih dahulu kenakalan anak yang apabila dilakukan
dihukum penjara selama-lamanya oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau
empat tahun. pelanggaran hukum.
2) Jika perbuatan itu menjadikan luka Dalam Undang-Undang Pengadilan
berat, sitersalah dihukum penjara Anak No.3 Tahun 1997, yang dimaksud
selama-lamanya tujuh tahun. dengan anak sebagai tindak pidana adalah
3) Jika peperbuatan itu menjadikan “orang yang dalam perkara anak nakal telah
kematian orangnya ia dihukum mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum
penjara selama-lamanya sembilan mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan
tahun. pernah kawin”.Sedangkan anak nakal adalah :
4. Penganiayaan yang disengaja untuk a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau
melukai Berat7. b. Anak yang melakukan peraturan
Penganiayaan yang disengaja perundang-undangan maupun menurut
untuk melukai berat diatur peraturan hukum lain yang hidup dan
dalamPasal354 KUHPidana : berlaku dalam masyarakat yang
1. Barang siapa dengan sengaja melukai bersangkutan.
berat orang lain, dihukum karena c. Undang-Undang No.4 Tahun 1979 Tentang
menganiaya berat, dengan hukuman Kesejahteraan Anak.
penjara selama-lamanya delapan d. Peraturan-Peraturan Perserikatan Bangsa-
tahun. Bangsa Bagi Perlindungan Anak yang
2. Jika perbuatan itu menjadikan kehilangan kebebasaanya, Res.No.45/113
kematian orangnya, sitersalah Tahun 1990.
dihukum penjara selama-lamanya D. Ketentuan Khusus Hukum Acara
sepuluh tahun8. Peradilan Anak Menurut UU No. 3
C. Pengertian Anak Sebagai Pelaku Tindak Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.
Pidana dalam Undang-Undang RI No. 3 Anak merupakan bagian dari generasi
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. muda penerus cita-cita bangsa yang patut
Secara umum ada berbagai konsep dan diberikan pembinaan dan perlindungan dalam
batasan berbeda mengenai pengertian anak. raka menjamin pertumbuhan dan
Masing-masing konsep tersebut bergantung perkembangan fisik, mental dan social secara
pada konteks apa anak tersebut menjadi objek utuh. Untuk itu diperlukan berbagai dukungan
pembahasan. Dan konteks pembahasan yang untuk menjamin perlindungan anak, baik yang
akan diuraikan pada pembahasan ini adalah menyangkut kelembagaan maupun perangkat
hukum hingga mendorong diterbitkannya
6
R. Soesilo. Op.cit. hlm, 245. ketentuan khusus mengenai penyelenggaraan
7
Chazawi, Adami. Kejahatan Terhadap Tubuh pengadilan khusus bagi anak-anak yang
dan Nyawa. Jakarta, 2000, hlm. 7. tersangkut kasus pidana.Secara umum proses
8
R. Sugandhi. KUHP Dengan Penjelasannya.
Usaha Nasional, Surabaya, 1991. Hlm 246 berbicara bagi anak yang diatur dalam UU
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014
Pengadilan Anak tidak jauh berbeda dengan pendidikan, dan kehidupan sosial
proses berbicara biasa yang diterangkan dalam anak; dan
KUHAP, hanya saja pihak-pihak yang terkait 2) Kesimpulan atau pendapat dari
didalamnya telah di didik dan diberi pembimbing kemasyarakatan.
pengetahuan khusus agar dapat menerapkan Contoh laporan pembimbing
cara yang berbeda dengan menangani kriminal kemasyarakatan biasanya disusun
biasa. Segala unsur system peradilan pidana dengan memuat hal-hal sebagai berikut:
yang terkait didalam penanganan kasus-kasus a. Identitas: klien, orang tua dan
kenakalan anak dikenal dengan istilah Juvenile susunan keluarga dalam satu rumah;
justice sistem. Unsur-unsur tersebut. b. Masalah;
1. Polisi, sebagai institusi formal ketika anak c. Riwayat hidup klien;
nakal pertama kali bersentuhan dengan d. Tanggapan klien terhadap masalah
sistem pengadilan, yang juga akan yang dialaminya;
menetukan apakah anak akan dibebaskan e. Keadaan keluarga;
atau diproses kepengadilan anak. f. Keadaan lingkungan masyarakat;
2. Jaksa dan lembaga pembebasan bersyarat, g. Tanggapan pihak keluarga,
yang juga akan dibebasakan atau diproses masyarakat dan pemerintah setempat;
ke pengadilan anak. h. Kesimpulan dan saran9.
3. Pengadilan anak, yakni tahapan ketika anak 2. Sidang Dibuka Dan Dinyatakan Tertutup
ditetapkan dalam pilihan-pilihan, mulai dari Untuk Umum.
dibebaskan sampai dimasukkan dalam Hakim anak yang bertugas,
institusi penghukuman. mengetokkan palu sebanyak 3 (tiga) kali
4. Petugas pembimbing kemasyarakatan. dengan menyatakan “Sidang Dibuka Dan
5. Instutusi penghukuman. Dinyatakan Tertutup Untuk Umum” hal ini
E. Proses Persidangan Terhadap Tindak merupakan suatu rangkaian yang wajib
Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan dilakukan dan memang ditentukan dalam
Oleh Anak. Pasal 153 ayat (3) KUHAP dan Pasal 57 ayat
Secara umum proses pemeriksaan sidang (1) Undang-Undang pengadilan Anak
pengadilan anak mengikuti proses acara yang sehingga pelanggaran terhadap ketentuan ini
diatur dalam KUHAP kecuali hal-hal tertentu berakibat putusan menjadi batal demi hukum.
yang diatur secara khusus dalam Undang- Persidangan yang tertutup untuk umum
Undang Pengadilan Anak. Proses pemeriksaan digambarkan dengan tertutupnya semua pintu
sidang pengadilan anak adalah sebagai ruangan sidang.Setelah pernyataan tersebut
berikut: diucapkan, hakim memanggil masuk terdakwa
1. Laporan pembimbing kemasyarakatan. beserta orangtuanya, wali, atau orang tua asuh,
Hal yang berbeda dari pengadilan anak penasehat hukum dan pembimbing
adalah adanya laporan pembimbing kemasyarakatan (pasal 57 Undang-Undang
kemasyarakatan sebelum sidang dibuka Perlindungan Anak).
mengenai hasil penelitian kemasyarakatan 3. Pemeriksaan Identitas Terdakwa.
mengenai anak yang bersangkutan. Hal ini Setelah hakim memanggil masuk
diatur dalam Pasal 56 Undang-Undang terdakwa beserta orang tua, wali atau orang
Pengadilan Anak: tua asuh, penasehat hakim dan pembimbing
a. Sebelum sidang dibuka, hakim kemasyarakatan, selanjutnya mereka duduk
memerintahkan agar pembimbing pada tempat yang disediakan di ruang sidang
kemasyarakatan menyampaikan hasil kecuali terdakwa untuk sementara duduk di
penelitian kemasyarakatan mengenai kursi pemeriksaan guna memberikan
anak yang bersangkutan.
b. Laporan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) berisi: 9
Supramono, Gatot. Hukum Acara Peradilan
1) Data individu anak, keluarga, Anak. Jambatan, Jakarta, 2005, hlm, 68.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses persidangan terhadap tindak pidana
penganiayaan yang dilakukan oleh anak
pada perkara No. 164/Pid.B/2008/PN. Palu
secara umum sudah sesuai dengan undang-
undang perlindungan anak. Diantaranya
telah terpenuhi hak untuk diperiksa dalam
suasana kekeluargaan, hak untuk
didampingi oleh pembimbing
kemasyarakatan. Namun hak untuk
didampingi oleh penasihat hukum tidak
dapat terpenuhi karena orang tua anak telah
membuat pernyataan untuk tidak bersedia
didampingi oleh penasehat hukum karena
mampu menghadapi sendiri.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam
pemeriksaan perkara tindak pidana
penganiayaan yang dilakukan oleh anak,
pada umumnya adalah:
pertama, kurangnya sumber daya para
aparat penegak hukum mengenai masalah
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Chazawi, Adami. Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Rajawali Pers, Jakarta, 2000.
Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia. CV. Sapta Artha, Jakarta, 2005.
Harahap M. Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Sinar Grafika,
Ed. 2. Cet, 4, Jakarta, 2002.
Muladi dan Arif Nawawi Barda. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Alumni Bandung,
2005.
Sholehuddin, M., Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana.: Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2004
Sugandhi, R., KUHP Dengan Penjelasannya. Usaha Nasional, Surabaya, 1991.
Supramono, Gatot. Hukum Acara Peradilan Anak. Jambatan: Jakarta, 2005.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014
BIODATA