Anda di halaman 1dari 6

Sistem Pemasyarakatan Indonesia

DOSEN PENGAMPU
Dr. Padmono Wibowo, S. Sos., M. Si.

DISUSUN OLEH:
Risky Ramadhan (4888)

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASYARAKATAN
2023
1.Teori Penyebab Terjadinya Kejahatan
Teori Klasik
Teori ini pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-19 di Inggris dan
kemudian menyebar ke Eropa dan Amerika. Teori ini didasarkan pada psikologi
hedonisme. Menurut psikologi hedonisme, setiap tindakan manusia didasarkan pada
pertimbangan kesenangan dan ketidaknyamanan. Setiap orang memiliki hak untuk
memilih tindakan yang baik atau buruk, mana yang akan memberikan kesenangan atau
tidak.
Menurut Beccaria, setiap pelanggaran hukum yang dilakukan seseorang telah
dipertimbangkan dengan seksama mengenai kesenangan dan ketidaknyamanan yang
akan didapatkan dari tindakan tersebut (That the act which I do is the act which I
think will give me most pleasure).
Selanjutnya, Beccaria menyatakan bahwa semua orang yang melanggar hukum
harus dikenai hukuman yang sama, tanpa memperhatikan usia, kesehatan mental, status
sosial, atau kondisi lainnya.
Hukuman yang diberikan harus begitu berat sehingga melebihi keuntungan yang didapat
dari pelanggaran hukum. Pendapat Beccaria ini berarti bahwa setiap hukuman, bahkan yang
paling berat sekalipun, dianggap sebagai kesenangan yang diterima untuk mengurangi
penyalahgunaan dan kekuasaan hukuman.
Konsep keadilan berdasarkan teori ini adalah hukuman yang pasti untuk tindakan yang
sama, tanpa memperhatikan karakter pelaku atau kemungkinan kejadian yang memaksa
tindakan tersebut.
Teori Neo Klasik
Teori ini sebenarnya merupakan revisi atau pembaharuan dari teori klasik untuk menghindari
penyimpangan dari konsepsi-konsepsi umum tentang sifat-sifat manusia yang berlaku pada waktu itu.
Pada dasarnya doktrin yang digunakan masih tetap sama yakni bahwa manusia merupakan makhluk
yang memiliki rasio yang berkehendak bebas dan karenanya bertanggung jawab atas tindakan-
tindakan dan dapat dikontrol karena rasa ketakutannya terhadap hukum.
Berdasarkan ciri khas tersebut, teori neo klasik menggambarkan ditinggalkannya kekuatan
yang supranatural atau kekuatan yang ajaib (gaib) sebagai prinsip untuk menjelaskan dan
membimbing terbentuknya pelaksanaan hukum pidana.
Dengan demikian, teori-teori neo klasik menunjukkan awal mula pendekatan yang bersifat
naturalistik terhadap perilaku atau tingkah laku manusia. Gambaran mengenai manusia sebagai
boneka yang dikuasai oleh kekuatan gaib digantikan dengan gambaran manusia sebagai makhluk
yang berkehendak sendiri yang bertindak atas dasar rasio dan intelegensia.
Oleh karena itu, manusia bertanggung jawab atas kelakuannya. Adapun ciri khas teori neo
klasik adalah sebagai berikut:
1.Adanya perlunakan atau perubahan pada doktrin kehendak bebas yang dalam hal ini kebebasan
kehendak untuk memilih dapat dipengaruhi oleh:
- Patologi, yaitu ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa, atau lain-lain keadaan yang
mencegah seseorang untuk memperlakukan kehendak bebasnya;
- Premiditasi, yaitu niat yang menjadi ukuran dari kebebasan kehendak, akan tetapi hal ini
hanya menyangkut terhadap hal-hal yang aneh karena Jika dibenarkan, maka pelaku tindak pidana
yang melakukan kejahatan untuk pertama kali seharusnya dianggap lebih bebas dalam menentukan
pilihan daripada pelaku yang melakukan kejahatan berulang (residivis) yang terkait dengan kebiasaan
mereka, sehingga mereka harus dihukum dengan lebih berat.
2.Perubahan dalam keadaan yang dapat mengubah tanggung jawab seseorang dapat berupa keadaan
fisik seperti cuaca atau mekanis, lingkungan sekitarnya, atau keadaan mental individu.
3.Doktrin tanggung jawab sempurna telah berubah menjadi tanggung jawab sebagian saja, yang
memungkinkan perubahan dalam hukuman. Beberapa alasan untuk mempertimbangkan seseorang
hanya bertanggung jawab sebagian saja termasuk kegilaan, ketidakmampuan, usia, dan faktor lain
yang dapat mempengaruhi niat dan pengetahuan seseorang saat melakukan kejahatan.
4.Ahli atau saksi dapat memberikan kesaksian dalam pengadilan untuk menentukan tingkat tanggung
jawab dan kemampuan terdakwa untuk memilih antara yang benar dan salah.

Teori Kartografi atau Geografi


berkembang di Perancis, Inggris, dan Jerman pada tahun 1830-1880 Masehi. Teori ini juga dikenal
sebagai ajaran ekologis, yang mempertimbangkan distribusi kejahatan dalam daerah tertentu, baik
secara geografis maupun sosial. Dalam teori ini, kejahatan adalah hasil dari kondisi sosial yang ada,
yang berarti bahwa kejahatan muncul karena faktor luar manusia.

Teori Sosialis
mulai berkembang pada tahun 1850 Masehi, dengan banyak pengaruh dari tulisan Marx dan Engels
yang menekankan pada determinasi ekonomi. Teori ini berpendapat bahwa kejahatan muncul karena
adanya ketidakseimbangan tekanan ekonomi dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk melawan
kejahatan, diperlukan peningkatan dalam bidang ekonomi dan Dengan kata lain, kesejahteraan,
harmoni, dan kesetaraan sosial dapat mengurangi tingkat kejahatan.

Teori Tipologis
Dalam bidang kriminologi, ada empat teori yang disebut teori tipologis atau biotypologis. Keempat
aliran ini memiliki kesamaan dalam pemikiran dan metode, karena mereka beranggapan bahwa ada
perbedaan antara orang jahat dan orang yang tidak jahat, seperti yang dijelaskan dalam beberapa teori
tipologis berikut ini:
- Teori Lombroso/ Mazhab Antropologis;
- Teori Tes Mental;
- Teori Psikiatri; dan
- Teori Sosiologi.
Teori Antropologis Lombroso
Mazhab ini berpendapat bahwa kejahatan merupakan bakat bawaan manusia (criminal is
born) yang dipelopori oleh Cesare Lombroso. Dalam proposisinya, Lombroso menyatakan bahwa ciri-
ciri fisik seseorang dapat membedakan penjahat dari manusia lainnya seperti tengkorak yang tidak
simetris, rahang bawah yang panjang, hidung pesek, rambut janggut yang jarang, dan tahan terhadap
rasa sakit.
Tanda-tanda fisik tersebut bukanlah penyebab kejahatan, namun merupakan tanda pengenal
kepribadian yang cenderung memiliki perilaku kriminal. Oleh karena itu, penjahat tidak dapat
terhindar dari melakukan kejahatan kecuali bila lingkungan dan kesempatan tidak memungkinkan.
Teori ini bertujuan untuk menentang teori aliran klasik yang menyangkut determinasi
melawan kebebasan kemauan dan teori Tarde tentang theory of imitation (Le lois de'l imitation).
Namun, teori ini kemudian dibantah oleh Goring yang melakukan penelitian perbandingan dan
menyimpulkan bahwa tidak ada tanda-tanda jasmaniah pada tubuh seseorang untuk disebut sebagai
tipe penjahat.
Teori Mental Tester
muncul setelah runtuhnya teori Lombroso dan menggunakan tes mental untuk membedakan
penjahat dan bukan penjahat. Menurut Goddard, setiap penjahat adalah orang yang memiliki
kelemahan otak karena tidak dapat menilai tindakannya. Oleh karena itu, teori ini memandang
kelemahan otak sebagai pembawaan bawaan dan penyebab seseorang melakukan kejahatan.
Teori Psikiatrik
Teori psikiatrik merupakan kelanjutan dari teori-teori Lombroso dengan fokus pada unsur
psikologis, epilepsi, dan moral insanity sebagai penyebab kejahatan. Berbeda dengan teori
sebelumnya yang melihat perubahan pada ciri-ciri morfologi, teori ini memberikan arti penting pada
kekacauan emosional yang terjadi dalam interaksi sosial. Menurut teori psikiatrik, kejahatan bukanlah
hasil pewarisan, melainkan karena organisasi tertentu dari kepribadian seseorang yang berkembang
terpisah dari pengaruh jahat namun masih bisa menghasilkan perilaku jahat dalam situasi sosial
tertentu.
Teori Sosiologis
Teori sosiologis adalah aliran yang sangat bervariasi dalam memberikan penyebab kejahatan,
dipengaruhi oleh teori kartografik dan sosialis. Teori ini menafsirkan kejahatan sebagai fungsi
lingkungan sosial, di mana proses terjadinya perilaku jahat tidak berbeda dengan tingkah laku lainnya,
termasuk perilaku yang baik. Menurut teori sosiologis, orang yang melakukan kejahatan disebabkan
karena meniru keadaan di sekitarnya. Oleh karena itu, pokok pangkal dari ajaran ini adalah bahwa
lingkungan sosial merupakan faktor utama dalam terjadinya kejahatan.
Teori Lingkungan
Teori ini juga dikenal sebagai aliran Perancis. Menurut teori ini, seseorang melakukan
tindakan kriminal karena dipengaruhi oleh faktor di sekitar atau lingkungannya seperti lingkungan
keluarga, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan penemuan teknologi.
Kehadiran barang-barang dari luar negeri seperti buku dan film dengan berbagai jenis iklan
juga mempengaruhi tingkat kejahatan. Tarde berpendapat bahwa orang menjadi jahat disebabkan oleh
pengaruh tiruan. Oleh karena itu, seseorang melakukan kejahatan karena meniru situasi sekitarnya.
Teori Biososiologis
Tokoh-tokoh dari aliran ini termasuk A. D. Prins, van Hamel, D. Simons, dan lain-lain. Aliran
ini merupakan kombinasi dari aliran antropologi dan sosiologi karena ajarannya didasarkan pada fakta
bahwa setiap kejahatan timbul karena faktor individu seperti keadaan psikologis dan fisik dari pelaku
dan juga karena faktor lingkungan.
Faktor individu dapat meliputi sifat individu yang diperoleh sebagai warisan dari orang tua,
kondisi fisik, jenis kelamin, usia, kecerdasan, temperamen, kesehatan, dan konsumsi alkohol.
Keadaan lingkungan seperti kondisi geografis dan iklim, kondisi ekonomi, tingkat peradaban, dan
keadaan politik suatu negara, misalnya meningkatnya kejahatan menjelang pemilihan umum, dapat
mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan.
Teori NKK
Teori ini adalah teori terbaru yang mencoba menjelaskan penyebab terjadinya kejahatan dalam
masyarakat. Teori ini sering digunakan oleh aparat kepolisian dalam menangani kejahatan di
masyarakat. Menurut teori ini, pemicu terjadinya suatu kejahatan adalah keberadaan unsur niat dan
kesempatan

2.PENGERTIAN DASAR HUKUM PERLAKUAN

THE MANDELA RULES


adalah sebuah regulasi internasional standar mengenai prinsip-prinsip dasar perlakuan terhadap
narapidana yang ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 17
Desember 2015.
Regulasi ini terdiri dari 122 pasal yang mengatur tentang prinsip dan hak-hak dasar perlakuan
yang harus diterapkan terhadap narapidana yang ditahan di penjara atau lembaga pemasyarakatan.
Majelis Umum mengesahkannya setelah proses revisi selama lima tahun dan dinamai untuk
mengenang mantan aktivis anti-apartheid dan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela.
THE TOKYO RULES
Atau juga dikenal dengan nama Standard Minimum Rules Jiff Noncustodial Measures, digunakan
untuk upaya pidana non-penahanan seperti pemberian kerja sosial guna melindungi masyarakat dan
korban. Aturan ini bertujuan untuk mempromosikan keterlibatan masyarakat yang lebih besar dalam
pengelolaan peradilan pidana, terutama dalam memperlakukan pelaku. Keterlibatan ini bertujuan
untuk mendorong pelaku agar merasa bertanggung jawab terhadap komunitas. Menurut aturan ini,
Pemerintah harus mencoba memastikan keseimbangan dan kesesuaian antara hak individu pelaku, hak
korban, memperhatikan keamanan serta keselamatan publik, dan mencegah tindak pidana.
THE BEIJING RULES
dikenal dengan nama lain Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice yang
merupakan peraturan-peraturan minimum standar PBB mengenai Administrasi Peradilan bagi anak.
Aturan ini mendorong penggunaan diversi sehingga anak terhindar dari penggunaan proses peradilan
formal dan diarahkan untuk memanfaatkan mekanisme berbasis masyarakat setempat. Peraturan ini
juga memuat langkah-langkah bagi pihak yang berwenang sebelum mengambil tindakan terhadap
anak berdasarkan kepentingan terbaik bagi anak. Selain itu, peraturan ini juga mencakup
pertimbangan yang hati-hati sebelum mengambil keputusan untuk membatasi kebebasan anak,
pelatihan khusus bagi seluruh staf yang menangani kasus anak, dan pertimbangan untuk melepaskan
anak dari penahanan.
The Riyadh Guidliness

Panduan Riyadh pada dasarnya menekankan bahwa anak yang melakukan


pelanggaran ringan tidak perlu dihadapi dengan kriminalisasi atau hukuman atas
tindakannya.
The havanna Rules
Pada prinsip dasarnya, aturan Havana mengingatkan bahwa anak yang melakukan
pelanggaran ringan tidak harus dijadikan sebagai kriminal atau dihukum atas perbuatannya.

THE IMPLEMENTATION OF STANDART MINIMUM RULES


Pelaksanaannya dilakukan dengan meratifikasi dalam bentuk undang-undang, yaitu Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, agar sesuai dengan kondisi di Indonesia. Dalam
pelaksanaannya, sudah sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku di Indonesia,
sehingga tujuan pembinaan dapat tercapai.

3.Syarat-Syarat Ilmu Pengetahuan

Ilmu Fisioterapi jika dikaitkan dengan beberapa syarat-syarat ilmu pengetahuan, Sebenarnya Ilmu
Fisioterapi sendiri termasuk dalam cabang Ilmu Kedeokteran dimana sudah pasti dapat dibuktikan
bahwa Ilmu Fisioterapi merupakan sebuah ilmu pengetahuan

 Logis atau Masuk Akal, Ilmu fisioterapi dikatakan sebuah ilmu karena sesuai dengan
kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya.

 Objektif, Ilmu fisioterapi dikatakan sebuah ilmu karena sesuai berdasarkan objek yang
dikaji dan didukung dari fakta empiris.

 Metodik, Ilmu fisioterapi dikatakan sebuah ilmu karena diperoleh dari cara tertentu dan
teratur yang dirancang, diamati dan terkontrol.

 Sistematik, Ilmu fisioterapi dikatakan sebuah ilmu karena disusun dalam satu sistem satu
dengan saling berkaitan dan menjelaskan sehingga satu kesatuan.

 Universal, Ilmu fisioterapi dikatakan sebuah ilmu karena berlaku untuk siapapun dan
dimanapun, dengan tata cara dan variable eksperimentasi yang lama untuk hasil yang
sama.

 Kumulatif dan tentatif, Ilmu fisioterapi dikatakan sebuah ilmu karena ilmu pengetahuan
selalu bertambah yang hadir sebagai ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan yang salah
harus diganti dengan yang benar disebut sifat tentatif.

Anda mungkin juga menyukai