Anda di halaman 1dari 27

ARBRITASE & ADR

Dudung Hidayat, S.H., M.H


TINJAUAN UMUM MENGENAI APS/ ADR
(Alternatif Penyelesaian Sengketa)

*Alternatif Penyelesaian Sengketa*


Musyawarah Mufakat
(Balai Permusyawarahan Warga)

Musyawarah mufakat di Indonesia telah ada sejak zaman nenek moyag, dimana saat
itu masyarakat cenderung menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan. Maka,
saat permasalahan tersebut tidk bisa diselesaikan membawa sengketa mereka ke desa.
 Dengan semangat “Musyawarah Untuk Mencapai Mufakat” yang telah mengakar
pada jiwa bangsa Indonesia.
APS  Indonesia  Potensi sangat besar  Dikembangkan & Digunakan  Praktisi
Hukum Indonesia
Lembaga penyelesaian sengketa/ beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni peenyelesaian di
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.
 Pasal 1 angka (10) UU No. 30 Tahun 1999)

Pengertian APS
APS  Tahun 1976 (Ketika Ketua MA Amerika Serikat
{AS} Warren Burger mempelopori Ide)  Konferensi Saint
Paul, Minnesto AS

Latar belakang: Karena berbagai faktor gerakan reformasi


awal tahun 1970 karena adanya keprihatinan yang serius
mengenai efek negatif yang semakin meningkat dari litigasi
di pengadilan yang berkepajangan.

Sejarah APS
• AS  Negara yang dianggap tempat awal
berkembangnya ADR  Berkembang ke berbagai negara
 Asia Tenggara  Indonesia
• Kongres AS  The Civil Justice Reform Act Of 1990 
mereduksi biaya & waktu pencari keadilan.

Sejarah APS
1. Menetapkan beberapa cara sistematis untuk sengketa perdata

2. Melakukan pengawasan yudisial secara dini

3. Membicarakan manajemen perkara serta temuan-temuan baru

4. Meningkatkan tukar-menukar informasi secara sukarela diantara para pihak


dan menciptakan Kerjasama menentukan tatacara lainnya

5. Meningkatkan itikad baik untuk sampai pada kesepakatan diantara


penasehat hukum

6. Meningkatkan usaha menyerahkan penyelesaian sengketa ke APS

6 Prinsip Pengembangan di
Pengadilan AS
1. Fast Track :Jalur Cepat  Untuk penyelesaian perkara yang dapat
dilakukan segera
2. Standard Track : Jalur biasa  untuk penyelesaian sengketa rutin
3. Complek Track : Jalur komplitatif  Utuk penyelesaian sengketa
yang kompleks karena sifat sengketanya, jumlah pihak dan sebab-
sebab lainnya
*Note : Jalur 1 & 2 melalui Arbritase
Jalur 3 melalui Pengadilan

Sistem “Case Tracking”


SEJARAH PENGATURAN APS
DALAM SISTEM HUKUM
INDONESIA
• Masa Kolonial Belanda  lembaga peradilan diberikan
kesempatan untuk mendamaikan para pihak yang
bersengketa.
 Pasal 130 HIR/ Pasal 154 Rbg {Hakim mengusahakan
perdamaian sebelum perkara diputuskan}
 Pasal 20 HIR/ 154 Rbg/ 31Rv {Penyelesaian melalui
jalur damai itu bagian dari proses penyelesaian sengketa
di pengadilan}
Perkembangan APS di Indonesia bukanlah hal baru. APS
sesuai dengan system social budaya tradisional masyarakat
Indonesia yang mengedepankan penyelesaian dengan
musyawarah dan mufakat.

APS bukan hal baru di


Indonesia
• UU No. 30/1999 (Arbritase & Alternatif penyelesaian
sengketa)
 PP No. 54/ 2000 (Lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa
lingkungan hidup diluar pengadilan)

 PERMA No. 2/ 2003 (Prosedur mediasi di pengadilan digantikan


oleh PERMA No.1/ 2008 {Prosedur mediasi di pengadilan})

 PERMA No.1/ 2016 (Perubahan atas PERMA No.1/ 2008)

Perkembangan pengaturan
 Akibat adanya perdagangan bebas jumlah transaksi bisnis
meningkat  Potensi sengketa meningkat kualitas & kuantitasnya 
Perlu penyelesaian yang segera
 Sengketa di bidang bisnis harus segera diselesaikan  Jika terlambat
berakibat pada pembangunan ekonomi yang tidak efisien.
 Perlu penyelesaian yang cepat, efektif, dan efisien yang sesuai dengan
laju kecepatan perekonomian dan perdagangan yang menganut
prinsip free market and free competition.

Penyebab Adanya APS di


Indonesia
APS
Pengadilan Negeri (Non-Litigasi)
• Umum pidana / perdata • Alternatif forum penyelesaian
sengketa di luar pengadilan yang
• PN bisa litigasi dan non dapat dipilih para pihak yang timbul
berdasarkan perjanjian.
litigasi
• Berkekuatan hukum tetap &
dilindungi UU.
• Dilakukan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli.
• Termasuk dalam penyelesaian
sengketa non-litigasi (arbritase)

Perbandingan Beracara
Bentuk-Bentuk
APS
Dalam Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbritase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa  Penyelesaian sengketa dilakukan dengan
cara konsultasi, negosiasi, mediasi, Konsiliasi/ penilaian ahli.
Tindakan yang bersifat personal antara satu pihak tertentu
yang disebut dengan Klien dan Pihak lain yang merupakan
Konsultan yang memberikan pendapatnya kepada klien
tersbut untuk memenuhi keperluan klien tersebut.

1. Konsultasi
Proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkan kepada
suatu komisi orang-orang yang bertugas menguraikan/
menjelaskan fakta-fakta (biasanya setelah mendengarkan
para pihak mengupayakan agar mereka mencapai suatu
kesepakatan) dan membuat usulan-usulan untuk suatu
penyelesaian tetapi, keputusan tersebut tidak mengikat.
*Konsiliaor memiliki kewenangan yang aktif.

2. Konsiliasi
• Dalam KBBI  Suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak
yang berselisih untuk mencapai persetujuan & menyelesaikan
perselisihan tersbut.
• Oppenheim  Suatu Proses penyelesaian sengketa dengan
menyerahkan kepada suatu komisi orang-orang yang bertugas
menguraikan fakta-fakta (setelah mendengar para pihak dan
mengupayakan agar mereka mencapai suatu kesepakatan), membuat
usulan-usulan suatau penyelesaian, namun keputusan tersebut tidak
mengikat.
Kesimpulan: Penyelesaian sengketa kepada sebuah komisi dan keputusan
yang dibuatoleh komisi tersebut tidak mengikat para pihak  Para Pihak
dapat menyetujui atau ,menolak isi keputusan tersebut.

Pengertian
Bentuk APS yang paling sederhana/ simple karena tidak
melibatkan orang ketiga/ pihak ketiga. Tapi saat para pihak
tidak menemukan jalan buntu/ dead lock, adanya
kemungkinan lebih kompleks, terutama bila para pihak
menganggap pihak lawannya sebagai musuh.

3. Negosiasi
• Proses komunikasi dimana kedua pihak, masing-masing
dengan tujuan dan sudut pandang mereka sendiri,
berusaha untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan
kedua belah pihak tersebut mengenai masalah yang sama
(George M. Hartman, 1997)
• Proses tawar-menawar dengan bernegosiasi untuk
mencapai kesepakatan Bersama antara satu pihak* dan
pihak lain. (KBBI)
*Pihak : Kelompok/ Organisasi

Pengertian
Pihak-pihak yang bersengketa sendiri yang akan
menyelesaikan sengketa tersebut. Pihak-pihak yang
bersengketa : Pihak yang paling tahu mengenai masalah
yang menjadi sengketa dan bagaimana cara penyelesaian
snegketa yang diinginkan. Dengan demikian, Pihak yang
bersengketa bisa mengontrol jalannya proses penyelesaian
sengketa ke arah penyelesaian sengketa yang diharapkan.

Kelebihan sengketa melalui


Negosiasi
• Menciptakan Pengertian yang lebih baik mengenai
pandangan pihak lawan
• Memungkinkan penyelesaian masalah secara Bersama-
sama (Joint Problem Solving)
• Mengupayakan solusi terbaik yang dapat dipercayai,
diterima dan dijalankan kedua belah pihak

Keuntungan
• Tidak dapat berjalan dengan baik tanpa kemauan dan itikad baik
para pihak untuk beenegosiasi dan melakukan konsesi
• Tidak akan efektif apabila tidak dilakukan oleh piha-pihak yang
mempunyai kewenagan untuk mengambil keputusan
• Sulit berjalan baik apabila para pihak berada dalam situasi data
atau posisi yang tidak seimbang/ berat sebelah

Kelemahan
1. Merencanakan
2. Bertindak dengan penuh integritas

3. Berpikir jernih walau dibawah tekanan


4. Menggunakan penilaian yang baik
5. Mendengarkan
6. Mempunyai empati
7. Komunikasi

Kemampuan seorang
Negosiator
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Diskusi
3. Tahap Klarifikasi Tujuan
4. Bernegosiasi Bertuju pada hasil yang memenangkan
5. Perjanjian
6. Melaksanakan Tindakan dari hasil perjanjian dari perjanjian
yang disepakati, Tindakan harus diambil uintuk
mengimplementasikan keputusan perjanjian.

Tahapan-tahapan
Suatu keterangan yang dimintakan oleh para pihak yang
sedang bersengketa kepada seorang ahli tertentu yang lebih
memahami tentang suatu materi sengketa yang terjadi.

4. Penilaian Ahli/ Pendapat


Ahli
1. The Binding Adjucative Procedure  Suatu Prosedur dalam
penyelesaian sengketa putusan hakim dalam suatu perkara
mengikat Para Pihak.
Bentuk Penyelesaian : Litigasi, Arbritase, Mediasi-arbritasi, dan
hakim Partikelir.
2. The Non-Binding Adjucative Procedure  Suatu Prosedur
dalam penyelesaian sengketa putusan hakim dalam suatu
perkara tidak mengikat Para Pihak (Para Pihak dapat
menyetujui/ menolak isi putusan tersebut.
Bentuk Penyelesaian : Konsiliasi, Mediasi, Min-Trial, Summary Jury
Trial, Neutral Expert Fact Finding, and Early Neutral Evaluation.

Dua Pola Penyelesaian Sengketa


“Semoga Hari Mu Menyenangkan!!!”

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai