MAKALAH
Oleh
KELOMPOK II
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagai Syarat yang Diperlukan untukMendapatkan Nilai Pada
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.Makalah ini disusun
berdasarkan penelusuran kepustakaan dalam rangka Tugas program study magister ilmu
hukum mata kuliah “Kebijakan hukum Pidana”. Makalah ini merupakan dasar dari
pemahaman ruang lingkup budaya adat nyongkolan yang akan digunakan untuk kegiatan
Mataram 22 April2018
Ttd
Kelompok II
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyongkolan adalah sebuah prosesi dan atraksi adat yang merupakan bagian
dari penyempurnaan upacara perkawinan menurut suku adat sasak yang dirangkaikan
dengan upacara “Sorong Serah Aji Krama”.Sorong Serah Aji Krama merupakan
masyarakat adat sasak.Sorong serah tersebut dilaksanakan dalam sebuah sidang krama
setelah semua kegiatan yang merupakan bagian dari proses awal pernikahan telah
lingkungan yang lebih luas dan mempererat hubungan silaturrahim antara dua
nyongkolan adalah sebuah tampilan berbagai macam atraksi yang dipamerkan untuk
iring-iringanpengantin yang dilakukan di jalan raya dengan gendang beleq atau musik
siang/petang, di sepanjang jalan raya, acara nyongkolan akan selalu ada ditemukan, dan
senantiasa menjadi tontonan yang menyenangkan. Namun di balik itu, tidak jarang
1
http://slideplayer.info/slide/2692537/ (di akses pada tanggal 21 April 2018)
2
http://turmuzitur.blogspot.co.id/2012/09/budaya-nyongkolan-dan-kemacetan-jalan.html diakses
pada tanggal 22 April 2018.
4
mengikuti acara nyongkolan tersebut dan ditambah lagi dengan jumlah kendaraan yang
Dari uraian tersebut diatas, Kami dari kelompok 2 tertarik untuk mengangkat
revitalisasi tersebut, tentu memerlukan berbagai langkah penting, berupa pemikiran dan
pembahasan dari berbagai sudut pandang untuk memperkuat basis penataan kebijakan
B. Perumusan masalah
diangkat adalah:
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
3
Titip, I Made,DR, Teologi dan Simbul-Simbul, Paramita Surabaya, 2003, hal.63.
5
untuk kepentingan prosesi dan atraksi budaya nyongkolan yang tidak memenuhi
syarat.
2. Manfaat
a. Manfaat Akademis
Penulisan makalah ini sebagai Tugas Kelompok II pada mata kuliah “Kebijakan
Hukum Pidana” Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Mataram.
b. Secara Teoritis
untuk kepentingan prosesi dan atraksi budaya nyongkolan yang tidak memenuhi
syarat.
c. Secara Praktis
D. Metodologi
Dari sudut sifatnya, karya tulis ini disusun dalam jenis penelitian induktif, yaitu
diangkat.Dari sudut keadaan senyatanya dan juga penerapan hukumnya, karya tulis ini
dalam karya ini akan mengkaji tentang bagaimana penerapan system hukum dalam
meengatur dan penataan kearifan budaya lokal yang dalam hal ini adalah prosesi dan
atraksi budaya nyongkolan yang dilksanakan di Jalan Raya (fasilitas umum). Metode
penafsiran yang diterapkan dalam karya tulis ini adalah penafsiran teologis dan
dan tujuuan dari suatu peraturan yang hendak diterapkan.Penafsiran futuristis yaitu
mengacu pada sebuah cita-cita hukum yang diinginkan guna terciptanya kearifan
yang sistematis mengenai permasalahan yang akan jelaskan.4Dalam tulisan ini teori
kelihatan. Arti perlindungan adalah segala upaya yang dilakukan untuk melindungi
subyek tertentu, juga dapat diartikan sebagai tempat berlindung dari segala sesuatu
yang mengancam.5
4
Lalu Husni, “Hukum Penempatan Dan Perlindungan TKI,” Program Pasca Sarjana Universitas
Brawijaya, Malang, 2010, hlm 42
5
Marwan, “Pengantar Ilmu Hukum,” Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, Hlm. 74
6
Sajipto Raharjo, “lmu Hukum,” Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 23
7
adalah:7
adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia
suatu tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang disebut sarana perlindungan
hukum. Menurut Talcot Parson bahwa8 “Untuk mencapai tujuan itu sangat
sesamanya, kemudian berintegrasi pula dengan komunitasnya dan lebih luas lagi
berintegrasi dengan suku, bangsa yang lebih luas baik dalam negara atau di luar
7
Dwi Mulyati, “Pelaksanaan Pejanjian Pemisahan Harta Dalam Perkawinan Warga Negara Indonesia
Dengan Warga Negara Asing,” (Jurnal IUS [Kajian Hukum Dan Keadilan] Vol V | Nomor 2 | Agustus 2017),
2017.hlm. 268.
8
Harry Katuuk, “Progresivitas Hukum Terhadap Sibernetika Talcott Parsons Dan Bredemeier,”
(Makalah Program Pascasarjana S2 Ilmu Hukum Universitas 45 Makassar, 2011), 2011, hlm. 3.
8
2. Hukum Adat
berikut:9
bertujuan tata yang adil dalam tingkah laku dan perbuatan di dalam masyarakat
R. Soepomo, Hukum Adat adalah hukum yang tidak tertulis yang meliputi
peraturan hidup yang tidak ditetapkan oleh pihak yang berwajib, tetapi ditaati
hukum.
positif dimana di satu pihak mempunyai sanksi sedangkan di pihak lain tidak
dikodifikasi.
umumnya belum atau tidak tertulis yaitu kompleks norma-norma yang bersumber
pada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang meliputi peraturan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa ditaati dan dihormati karena
merupakan sebuah aturan yang tidak tertulis dan tidak dikodifikasikan, namun
tetap ditaati dalam masyarakat karena mempunyai suatu sanksi tertentu bila tidak
ditaati.
9
http://wisnu.blog.uns.ac.id/2009/07/28/kedudukan-hukum-adat-dalam-hukum-nasional/
9
3. Teori Keadilan
menjadi dua, yaitu keadilan umum dan keadilan khusus.10Keadilan umum atau
khusus bukan dikuasai oleh motif sosial, melainkan merupakan ukuran perbuatan
Kebebasan tersebut diharuskan setara untuk setiap manusia, karena warga suatu
memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk membuat posisi dan jabatan yang
diuntungkan.
10
Notohamidjojo, “Demi Keadilan Dan Kemanusiaan,” Penerbit BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993,
hlm. 84
11
Fitriani Noviyanti, “Asuransi Objek Jaminan Dalam Perjanjian Kredit (Studi Pada Pt. Bank Danamon
Mataram),”(Jurnal Kompulasi Hukum [PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNRAM] Vol I | Nomor 1 |
Agustus 2015), 2015. hlm. 3.
12
Ibid.,
10
dalam pergaulan antar manusia, kedamaian itu akan tercapai dengan menciptakan
seringkalibertentangan.14
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi
individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang
bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau
13
Soerjono Soekanto, “Pokok-Pokok Sosiologi Hukum,” Penerbit PT. Raja Wali Pers, Jakarta, 1998,
hlm. 60
14
Fitriani Noviyanti., op., cit. hlm. 4
11
BAB II
PEMBAHASAN
acara dalam prosesi perkawinan pada suku sasak di Lombok.Kegiatan ini berupa arak-
arakan kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita, dengan
diiringi keluarga dan kerabat mempelai pria, memakai baju adat, serta rombongan
music atau kelompok penabuh rebana, atau disertai Gendang beleq pada kalangan
rombongan mulai berjalan dari jarak 1-0,5 km dari rumah mempelai wanita.15
dan biasanya nyongkolan dilaksanakan atau dilakukan di jalan raya, nyongkolan selain
dipandang sebagai sebuah tradisi, juga merupakan pertaruhan gengsi dan pencitraan diri
diantara sesama warga masyarakat.Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan
15
https://id.wikipedia.org/wiki/Nyongkolan diakses pada tanggal 22 April 2018.
16
Ibid,
12
akan selalu ada ditemukan, dan senantiasa menjadi tontonan yang menyenangkan.
Namun di balik itu, tidak jarang mengundang banyak kekecewaan dari para pengguna
jalan, karena mengalami kemacetan yang di akibatkan oleh banyaknya penonton dan
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan melalui hukum yang
dapat diumumkan oleh otoritas pemerintah sebagai regulasi dalam tindakan dan
perilaku masyarakat yang mengadakan acara nyonkolan yang tidak sesuai dangan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(“UU LLAJ”) dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.
10 Tahun 2012 tentang Pengaturan Lalu Lintas Dalam Keadaan Tertentu dan
Penggunaan Jalan Selain Untuk Kegiatan Lalu Lintas17. Yang dimana dalam
peraturan tersebut “Penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas adalah
17
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fe3f8042e887/pengaturan-lalu-lintas-bagi-pengguna-
jalan-yang-diprioritaskan diakses pada tanggal 22 April 2018
13
kegiatan yang menggunakan ruas jalan sebagian atau seluruhnya di luar fungsi
Sasak, dan memasang tendauntuk acara hajatan kematian serta kegiatan lainnya
ada jalan alternatif20, dan pengalihan arus lalu lintas ke jalan alternatif tersebut
tersebut mengakibatkan penutupan jalan, harus ada izin penggunaan jalan yang
jalan.23
kegiatan di luar fungsinya dapat dilakukan pada jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten/kota, dan jalan desa untuk kepentingan umum yang bersifat
18
Pasal 1 angka 9 Perkapolri 10/2012 tentang Pengaturan Lalu Lintas Dalam Keadaan Tertentu Dan
Penggunaan Jalan Selain Untuk Kegiatan Lalu Lintas.
19
Pasal 16 ayat (2) Perkapolri 10/2012., Ibid.
20
Pasal 128 ayat (1) UU LLAJ dan Pasal 15 ayat (3) Perkapolri 10/2012
21
Pasal 128 ayat (2) UU LLAJ dan Pasal 15 ayat (4) Perkapolri 10/2012
22
Pasal 128 ayat (3) UU LLAJ dan Pasal 17 ayat (1) Perkapolri 10/2012
23
Pasal 129 ayat (2) Perkapolri 10/2012., Ibid.
14
Dalam Keadaan Tertentu Dan Penggunaan Jalan Selain Untuk Kegiatan Lalu
Lintas pada pasal 17 ayat (2) menerangkan cara memperoleh izin dalam
Lombok yang dapat mengganggu arus lalu lintas, serta tradisi ini juga sangat
Nyongkolan yang di lakukan saat ini tidak seperti nyongkolan pada tradisi jaman
dulu.
24
Pasal 17 ayat (3) Perkapolri 10/2012., Ibid
15
ketika hal itu bersinggungan dengan kepentingan publik terutama berlalu lintas
maka perlu pengaturan dari pihak pemerintah daerah.Hal itu penting dilakukan
tersebut membuat kerugian bagi pengguna jalan yang memiliki kepentingan yang
sangat mendesak, banyak kasus orang yang tertinggal pesawat akibat kemacetan
dari acara nyongkolan, bahkan ada seorang pengendara sepeda motor yang yang
mengeluh karena saat itu sedang membonceng seorang wanita tua yang sedang
sakit dan akan dibawa kedokter namun tetap saja tidak bisa lewat karena arak-
praktiknya terkadang tidak tertib waktu, yang sebebarnya telah memiliki awik-
awik dalam penerapannya, namum saat ini justru tidak sesuai dan jauh dari
standarbudaya aslinya, dengan kata lain sudah tidak sesuai lagi dari aturan adat
yang semestinya.
telah diatur ialah dimulai selesai Shalat Dzuhur sampai rarak Kembang Waru
(setengah lima sore), tidak boleh Nyongkolan itu lewat dari jam lima. Tapi
sekarang ada juga yang walaupun sudah lewat jam lima masih tetap jalan, Adzan
masih jalan, tetabuhannya juga tetap jalan. Kemudian start Nyongkolan itu 500
meter dari rumah pengantin perempuan maksimal 1000 meter26 bahkan ada yang
lebih jaraknya dari ketentuan yang sudah ditetapkan tersebut yang menyebabkan
kemacetan yang semakin parah, ditambah lagi dengan jumlah kendaraan yang
25
https://kimlombokbaratkab.wordpress.com/2015/09/07/tradisi-nyongkolan-perlu-pengaturan/
diakses pada tanggal 22 April 2018.
26
hasil wawancara mamiq anggawa sebagaigtrf pemerhati budaya sasak
https://kicknews.today/2017/02/06/budayawan-sasak-tegas-minta-polisi-stop-nyongkolan-tak-tau-adat/
diakses pada tanggal 22 April 2018.
16
Dalam waktu tertentu jumlahnya bisa mencapai dua sampai tiga iring-iringan, dan
meter. Ditambah ruas jalan yang lebarnya tidak seberapa, membuat kemacetan
Malahan isu yang paling santer beredar, kalau akan diberlakukan fatwa haram
27
http://turmuzitur.blogspot.co.id/2012/09/budaya-nyongkolan-dan-kemacetan-jalan.html diakses
pada tanggal 22 April 2018.
17
peserta; peta lokasi kegiatan serta Jalan alternatif yang akan digunakan; dan surat
rekomendasi.
tidak terpenuhi sehingga tidak adanya pengamanan serta pengaturan Lalu Lintas oleh
jalan.
jalan untuk kepentingan prosesi dan atraksi budaya nyongkolan yang tidak memenuhi
Jika merujuk pada Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan: bahwa setiap orang
berhak menuntut ganti rugi atas suatu Perbuatan Melawan Hukum yang merugikannya.
“Setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karena itu menimbulkan kerugian pada
Untuk dapat menuntut ganti rugi, maka syarat yang perlu dipenuhi adalah:
undang. Pengertian itu merupakan pengertian klasik yang telah lama ditinggalkan,
merugikan. Saat ini istilah Melawan Hukum telah diartikan secara luas, yaitu tidak
Contoh pelanggaran yang pernah terjadi yakni, melanggar Pasal 134 Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang isinya
ialah : Salah satu Pengguna Jalan yang memiliki / memperoleh Hak Utama ialah
kemacetan yang akan menghalangi mobil ambulans yang tengah membawa pasien
yang kritis. Yang dalam pasal selanjutnya yakni pasal 136 ayat (2) butir “e” dan “f”
bahwa setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dalam hal ini
Di dalam UU No. 22 /2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta
Perkapolri No.10 / 2012 tentang pengaturan lalu lintas dalam keadaan tertentu dan
penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas tidak terdapat ketentuan sanksi
yang jelas terhadap penguna jalanan untuk kepentingan pribadi. Yang terdapat pada
pasal 129 ayat (1) UU No. 22 /2009 hanyalah : ”Pengguna Jalan di luar fungsi Jalan
bertanggung jawab atas semua akibat yang ditimbulkan”. Yang dalam arti bahwa
penguna jalanan untuk kepentingan pribadi yang tidak memenuhi syarat dapat di
28
Pasal 134 No. 22 / 2009 tentang LLAJ. Ibid
29
Pasal 136 UU No. 22 / 2009 tentang LLAJ. Ibid
19
tuntut apabila terdapat kerugian materiel maupun immateriel oleh pengguna jalan
lainnya.
Oleh karena pelaksanaan budaya nyongkolan yang saat ini menuai banyak
kritikan dari masyarakat khususnya pengguna jalan yang merasa di rugikan baik
masyarakat etnis dan suku bangsa yang ada di daerah sesuai dengan tradisi yang telah
belum sepenuhnya sesuai dengan harapan karena masih rentannya soliditas budaya
dan pranata sosial yang ada dalam masyarakat sehingga potensi konflik belum
sepenuhnya dapat diatasi, terlebih lagi jika hal tersebut berkaitan dengan kepentingan
umum. Seperti pada Tradisi bejango atau disebut juga nyongkolan khususnya di
Lombok, kerap menuai pro kontra di masyarakat. Pasalnya cukup banyak keluhan
digelar, tidak sedikit yang telah menyimpang dari nilai-nilai kesusilaan dan nilai
nyongkolan di mulai meminum minuman keras yang pada akhirnya berujung pada
preventif, oleh pemerintah daerah dengan mempertemukan berbagai pihak dan semua
kalangan, mulai dari tokoh agama, adat, masyarakat dan aparat keamanan untuk
20
ini secara bijaksana tanpa harus menimbulkan gesekan sosial diantara masyarakat.
daerah.
sebagai media promosi pariwisata dan kebudayaan local lainnya kepada setiap
wisatawan asing yang berkunjung ke NTB khususnya Lombok, karena kalau ini
mampu dikelola/dimanfaatkan secara baik, dengan pesona keindahan alam yang ada
sekarang ini, bukan tidak mungkin dua atau empat tahun kedepan NTB menjadi salah
satu daerah favorit tujuan wisata bagi para wisatawan mancanegara sebagaimana
daerah lainnya, seperti Denpasar Bali. Dimana iklim investasi dan pertumbuhan
ekonomi dipastikan akan tumbuh pesat, yang muaranya bisa dl pastikan akan semakin
Oleh karena itu tidak salah jika pemerintah daerah memerlukan regulasi terkait
pelaksanaan prosesi adat nyongkolan guna menertibkan dan menata ulang prosesi
nyongkolan tersebut agar tidak lagi menggangku ketertiban umum dan merugikan
pihak lain.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam hal penggunaan jalan dapat dilakukan dengan meminta izin penggunaan jalan
kepada Polri dengan mengajukan surat Permohonan yang dapat diajukan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum waktu pelaksanaan dengan melengkapi Syarat-
syarat sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 17 ayat (3) Perkapolri 10/2012. Dan
cirikhas dan simbol adat istiadat yang berlaku, dengan tetap mngikuti dan mentaati
2. Bahwa pengunaan jalan untuk kepentingan pribadi (seperti nyongkolan) yang tidak
memenuhi syarat dapat dituntut ganti kerugian oleh pengguna jalan lainya, apabila
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono Soekanto, “Pokok-Pokok Sosiologi Hukum,” Penerbit PT. Raja Wali Pers,
Jakarta, 1998.
Fitriani Noviyanti, “Asuransi Objek Jaminan Dalam Perjanjian Kredit (Studi Pada Pt.
Bank Danamon Mataram),”(Jurnal Kompulasi Hukum [PROGRAM
STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNRAM] Vol I | Nomor 1 | Agustus
2015), 2015.
Sajipto Raharjo, “lmu Hukum,” Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
http://turmuzitur.blogspot.co.id/2012/09/budaya-nyongkolan-dan-kemacetan-
jalan.html diakses pada tanggal 22 April 2018.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fe3f8042e887/pengaturan-lalu-lintas-
bagi-pengguna-jalan-yang-diprioritaskan diakses pada tanggal 22 April
2018
https://kimlombokbaratkab.wordpress.com/2015/09/07/tradisi-nyongkolan-perlu-
pengaturan/ diakses pada tanggal 22 April 2018.
https://kicknews.today/2017/02/06/budayawan-sasak-tegas-minta-polisi-stop-
nyongkolan-tak-tau-adat/ diakses pada tanggal 22 April 2018.
http://turmuzitur.blogspot.co.id/2012/09/budaya-nyongkolan-dan-kemacetan-
jalan.html diakses pada tanggal 22 April 2018.