Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM ADAT
HUKUM ADAT DALAM PERKEMBANGAN
Dosen Pengampu : Abdul Rokhim Al-Wafi, S.H., M.H

Disusun oleh :
MULYATI NIM : 2202030030
CICIH MINTARSIH NIM : 2202030017
TATANG HERMAWAN NIM : 2202030021
ASEP YANTO H NIM : 2202030014
ENTIS TISNA SANJAYA NIM : 2202030025

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT NAHDATUL ULAMA
CIAMIS 2023

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan puja marilah kita sanjungkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas
limpahan nikmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada dosen pembimbing Bapak Abdul Rokhim Al -
Wafi, S.H,.MH yang telah membimbing kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
sesuai waktu yang telah di tentukan. Terimakasih juga kepada teman-teman yang turut
andil dalam terselesainya makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada khudwah kahasanah kita
yakni Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’atnya sampai
kepada kita semua selaku umatnya yang tunduk patuh dan ta’at kepada ajarannya sampai
akhir zaman. Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan
pemahaman mengenai hukum adat dalam perkembangan dengan harapan agar para
mahasiswa bisa lebih memperdalam pengetahuan tentang hukum adat dalam
perkembangan ini. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Adat.
Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya
dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Atas kritik dan sarannya saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Ciamis, 17 Juni 2023


Penyusun,

i
DAFTAR ISI

3
Halaman Judul ................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1


2. Rumusan Masalah …………………………………………………… 1
3. Manfaat Penulisan …………………………………………………... 2
4. Metode Penulisan ……………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………… 3

A. Pengakuan dan Perlindungan Hukum …………………………...... 3


B. Penegakan Hukum Adat ………………..………………………… 6
C. Peran Lembaga Adat ……………………………………………… 7
D. Pendidikan dan Pemahaman ……………………………………… 9

BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 11

A. Simpulan .. ………………………………………………………… 11
B. Saran ………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 13

ii

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dan sub-sub suku bangsa yang hidup dan tinggal di daerah - daerah
tertentu di Indonesia. Masing-masing suku bangsa memiliki adat istiadat, bahasa, agama
dan sebagainya yang berbeda satu sama lain. Masing-masing suku bangsa dan sub-sub
suku bangsa ini memiliki kekhasan yang merupakan kenyataan yang unik, yang
menggambarkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Indonesia
memiliki banyak aneka kebudayaan yang beragam baik berbentuk materi maupun
immaterial yang menunjukkan arti penting bagi masyarakat, serta memiliki makna luas,
baik dari segi penafsiran maupun perwujudan budaya lokal yang berlainan. Adat adalah
salah satu perwujudan lokal yang menunjukkan arti penting dari suatu daerah dengan
daerah lain, ekspresi adat tidak sama dan bervariasi dari setiap komunitas.
Keanekaragaman adat tersebut merupakan simbol-simbol perbedaan budaya sebagai ciri
khas setiap masyarakat.
Mengenai persoalan hukum adat Indonesia, ini memang sangat prinsipil karena
adat merupakan salah satu cermin bagi bangsa, adat merupkan identitas bagi bangsa,.
dan identitas bagi tiap daerah. Indonesia merupakan negara yang menganut pluralitas di
bidang hukum, dimana diakui keberadaan hukum barat, hukum agama dan hukum adat.
Dalam prakteknya (deskriptif) sebagian masyarakat masih menggunakan hukum adat
untuk mengelola ketertiban di lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengakuan dan perlindungan hukum: Bagaimana hukum adat diakui dan dilindungi
oleh sistem hukum nasional? Apakah ada upaya untuk mengintegrasikan prinsip-
prinsip hukum adat ke dalam sistem hukum nasional?
2. Penegakan hukum adat: Bagaimana menjaga penegakan hukum adat dalam
masyarakat yang mengalami perubahan sosial dan budaya? Bagaimana mencegah
penyalahgunaan atau pengabaian terhadap prinsip-prinsip hukum adat?

5
3. Peran lembaga adat: Bagaimana memperkuat peran lembaga adat dalam penerapan
hukum adat dan menjaga keberlanjutan tradisi dan nilai-nilai budaya?
4. Pendidikan dan pemahaman: Bagaimana meningkatkan pemahaman dan kesadaran
tentang hukum adat di antara masyarakat, pembuat kebijakan, dan praktisi hukum?
Apa upaya yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan pengetahuan tentang
hukum adat dalam kurikulum pendidikan?
C. Manfaat Penulisan
Penulisan ini di harapakan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoritis penulisan ini bermanfaat sebagai bahan pemikiran yang dapat di jadikan
sebagai sumber referensi atau evaluasi mengenai Hukum Adat dalam Perkembangan.
2. Secara praktis penilitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dan pengembangan ilmu
pengetahuan bagi peniliti di bidang hukum. Khususnya mahasiswa seperti kita yang baru
belajar tentang Hukum Adat.
D. Metode Penulisan
Penelitian ini merupakan penelitian yang normative yaitu penelitian terhadap
azas-azas hukum yang terkait dengan pengakuan dan perlindungan hukum bagi
masyarakat hukum adat dalam perpektif Negara Hukum. Metode pendekatan yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (the statute
approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu memanfaatkan
pandangan dan pemikiran para ahli yang berkenaan dengan masyarakat hukum
adat. Pengumpulan data dengan pengumpulan bahan hukum yaitu dengan studi
dokumen yakni melakukan pengkajian terhadap data kepustakaan (data sekunder)
yang relevan dengan obyek penelitian yang meliputi bahan hukum pimer, sekunder
dan tersier baik terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku referensi
maupun kamus-kamus hukum. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengakuan dan perlindungan hukum


Sesungguhnya pengakuan Negara terhadap keberadaan Masyarakat Hukum Adat
sudah banyak diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan nasional bahkan
dalam Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam Pasal 18 B
ayat (2) bahwa “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang” juga ditegaskan pada
Pasal 28 I ayat (3) bahwa “ Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban”.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria Pada Pasal
3 Undang-Undang No 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria
menentukan bahwa pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa dengan itu
dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih
ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan
Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
Dalam Pasal 6 ayat (1) menegaskan bahwa “ Dalam rangka penegakan hak asasi
manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus
diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat dan pemerintah”.
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Penjelasan Pasal 67
ayat (1) menyatakan bahwa sebagai masyarakat hukum adat, diakui
keberadaannya jika menurut kenyataannya memenuhi unsure-unsur sebagai
berikut :
a. Masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban (rechsgemeenschap)

7
b. Ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya.
c. Ada wilayah hukum adat yang jelas.
d. Ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat yang masih
ditaati.
e. Masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi Pasal 51
ayat (1) menyebutkan bahwa salah satu kategori pemohon adalah “ kesatuan
masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam
Undang-Undang”.
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan Dalam Pasal 9
ayat (2) menyatakan bahwa “ Dalam hal tanah yang diperlukan merupakan
tanah hak ulayat masyarakat hukum adat yang menurut kenyataannya masih ada”.
7. Undang-Undang 31 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
Tentang Perikanan Dalam Pasal 6 menyatakan bahwa pengelolaan perikanan
untuk kepentingan penangkapan dan pembudidayaan ikan harus
mempertimbangkan hukum adat dan kearifan lokal serta memperhatikan peran
serta masyarakat.
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 2
ayat (9) menegaskan bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai peraturan perundang-undangan dalam berbagai sektor secara implisit
mengakui keberadaan masyarakat hukum adat. Bahwa pengakuan saja oleh pemerintah
tidaklah cukup untuk bisa melindungi keberadaan masyarakat hukum adat di
Indonesia.
Bahwa UUD RI Tahun 1945 telah dengan tegas memberikan amanat bahwa
keberadaan masyarakat hukum adat dan kearifan lokalnya akan diatur dalam undang-

8
undang. Hal ini mengamanatkan adanya peraturan pelaksana hingga tingkat paling
bawah seperti halnya peraturan daerah (Perda) menjadi sangat urgent untuk disusun
sehingga masyarakat hukum adat yang berada di daerah memiliki payung hukum dan
pemerintah daerahlah yang lebih tahu tentang masyarakat dan kearifan lokal yang
dimiliki di wilayahnya.
Menurut Bahder Johan Nasution, bahwa dalam konsep Negara Hukum
(Rechstaat) sebagaimana yang termuat dalam Konstitusi yaitu UUD RI Tahun1945 pada
Pasal 1 ayat (3) menegaskan bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum
yang memiliki syarat-syarat utamanya yaitu :
1. Asas Legalitas yaitu setiap tindakan pemerintah harus didasarkan atas dasar
peraturan perundang-undangan;
2. Pembagian kekuasaan, syarat ini mengandung makna bahwa kekuasaan
Negara tidak boleh hanya tertumpu pada satu tangan;
3. Hak-hak dasar, hak dasar merupakan sasaran perlindungan hukum bagi rakyat,
dan sekaligus membatasi kekuasaan pembentuk undang-undang;
4. Tersedia saluran melalui pengadilan yang bebas untuk menguji keabsahan tindak
pemerintah.
Pengakuan dan perlindungan hukum adat oleh sistem hukum nasional dapat
bervariasi di setiap negara, tergantung pada konteks sejarah, budaya, dan kebijakan
hukum yang berlaku. Di beberapa negara, ada upaya untuk mengintegrasikan prinsip-
prinsip hukum adat ke dalam sistem hukum nasional. Berikut adalah beberapa contoh dan
pendekatan yang umum dilakukan:
1. Pengakuan konstitusional: Beberapa negara telah mengakui hukum adat secara
khusus dalam konstitusi nasional mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan
menyebutkan hak-hak masyarakat adat, perlindungan terhadap warisan budaya,
atau pengakuan terhadap sistem hukum adat sebagai bagian dari keragaman
hukum negara.
2. Undang-Undang Khusus: Beberapa negara memiliki undang-undang khusus yang
secara khusus mengatur hukum adat dan memberikan pengakuan dan
perlindungan tertentu. Undang-undang semacam ini dapat memberikan kerangka

9
kerja untuk pengakuan hak-hak tanah, pengaturan pengelolaan sumber daya alam,
dan perlindungan identitas budaya masyarakat adat.
3. Pengadilan dan Sistem Hukum: Pengakuan hukum adat juga dapat terjadi melalui
keputusan pengadilan dan praktik interpretasi hukum oleh sistem peradilan.
Pengadilan dapat mengakui dan menerapkan prinsip-prinsip hukum adat dalam
kasus-kasus yang melibatkan masyarakat adat.
4. Konsultasi dan Partisipasi: Upaya untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip hukum
adat dalam sistem hukum nasional sering melibatkan konsultasi dan partisipasi
aktif masyarakat adat. Ini berarti melibatkan mereka dalam proses pembuatan
kebijakan hukum, perumusan undang-undang, atau proses pengambilan
keputusan yang berdampak pada masyarakat adat.
5. Kerangka Internasional: Sejumlah kerangka internasional seperti Deklarasi PBB
tentang Hak-Hak Masyarakat Adat memberikan panduan tentang pengakuan dan
perlindungan hak-hak masyarakat adat. Beberapa negara menggunakan kerangka
kerja ini sebagai dasar untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip hukum adat ke
dalam sistem hukum nasional mereka.
B. Penegakan hukum adat
Menjaga penegakan hukum adat dalam masyarakat yang mengalami perubahan
sosial dan budaya serta mencegah penyalahgunaan atau pengabaian terhadap prinsip-
prinsip hukum adat adalah tantangan penting dalam mempertahankan integritas
hukum adat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi
masalah tersebut.
Pendidikan dan Kesadaran: Membangun kesadaran masyarakat tentang
pentingnya hukum adat dan prinsip-prinsipnya melalui pendidikan adalah langkah
awal yang penting. Dalam masyarakat yang mengalami perubahan sosial dan budaya,
mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai dan tradisi yang terkandung dalam
hukum adat dapat membantu mempertahankan pengetahuan dan pemahaman tentang
hukum adat.

10
1. Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat Adat: Melibatkan masyarakat adat secara
aktif dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi mereka adalah
penting. Ini melibatkan konsultasi yang mendalam dengan masyarakat adat,
mendengarkan aspirasi dan pandangan mereka, serta memungkinkan mereka
berpartisipasi dalam proses perumusan kebijakan terkait hukum adat.
2. Penegakan Hukum Adat: Memastikan bahwa ada mekanisme yang efektif untuk
menegakkan hukum adat merupakan langkah penting dalam mencegah
penyalahgunaan atau pengabaian terhadap prinsip-prinsip hukum adat. Hal ini
dapat melibatkan pengembangan lembaga atau struktur hukum adat yang dapat
menangani pelanggaran terhadap hukum adat dan memberikan sanksi yang sesuai.
3. Harmonisasi Hukum: Dalam kasus di mana hukum adat dan hukum nasional
bertentangan, upaya harmonisasi dapat dilakukan. Ini melibatkan dialog dan
negosiasi antara masyarakat adat dan pemerintah untuk menemukan solusi yang
menghormati prinsip-prinsip hukum adat sambil mempertimbangkan kepentingan
yang lebih luas.
4. Perlindungan Hukum Nasional dan Internasional: Mendapatkan pengakuan dan
perlindungan hukum nasional dan internasional untuk hukum adat adalah langkah
penting. Ini dapat dilakukan melalui undang-undang khusus yang mengakui hak-
hak masyarakat adat, serta melalui kerangka kerja internasional yang mendorong
pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat.
5. Keterlibatan Pihak Eksternal: Melibatkan pihak eksternal, seperti organisasi
masyarakat sipil, lembaga hak asasi manusia, atau ahli hukum, dapat membantu
memonitor penegakan hukum adat dan mencegah penyalahgunaan atau
pengabaian terhadap prinsip-prinsip hukum adat. Mereka dapat memberikan
bantuan teknis, mendukung pelatihan, dan memperjuangkan perlindungan hak-
hak masyarakat adat.
C. Peran lembaga adat
Memperkuat peran lembaga adat dalam penerapan hukum adat dan menjaga
keberlanjutan tradisi dan nilai-nilai budaya merupakan langkah penting dalam

11
mempertahankan integritas hukum adat. Berikut adalah beberapa cara untuk mencapai
tujuan tersebut.
Pengakuan dan Legitimasi Lembaga Adat: Lembaga adat harus diakui secara
resmi oleh sistem hukum nasional atau lembaga-lembaga pemerintah terkait.
Pengakuan ini memberikan legitimasi kepada lembaga adat dan memberikan dasar
hukum bagi mereka untuk menjalankan fungsi-fungsi mereka dalam penerapan hukum
adat.
1. Pemberdayaan Lembaga Adat: Lembaga adat perlu diberdayakan untuk
menjalankan tugas mereka secara efektif. Hal ini dapat dilakukan melalui
penyediaan sumber daya manusia, keuangan, dan infrastruktur yang memadai
untuk mendukung aktivitas lembaga adat. Pemberdayaan juga dapat melibatkan
pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi anggota lembaga adat agar mereka
dapat mengelola dan menegakkan hukum adat dengan baik.
2. Penegakan Hukum Adat: Lembaga adat harus memiliki peran yang kuat dalam
penegakan hukum adat di masyarakat. Ini mencakup proses pengambilan
keputusan, pengaturan sengketa, dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran
hukum adat. Lembaga adat dapat bekerja sama dengan sistem peradilan nasional
untuk memastikan penegakan hukum adat yang adil dan efektif.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Pendidikan dan pelatihan tentang hukum adat, tradisi,
dan nilai-nilai budaya kepada anggota lembaga adat dan generasi muda sangat
penting. Ini membantu menjaga keberlanjutan tradisi dan nilai-nilai budaya, serta
memastikan pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip hukum adat. Pelatihan
juga dapat mencakup keterampilan manajemen, kepemimpinan, dan negosiasi
untuk memperkuat kapasitas lembaga adat.
4. Peran dalam Pengambilan Keputusan dan Pembangunan: Lembaga adat harus
secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
kebijakan pembangunan, pengelolaan sumber daya alam, dan hal-hal yang
mempengaruhi masyarakat adat. Partisipasi lembaga adat dalam tahap
perencanaan, implementasi, dan pemantauan kebijakan dapat memastikan bahwa
kepentingan dan perspektif masyarakat adat diakomodasi.

12
5. Perlindungan Hak Kepemilikan Tanah dan Sumber Daya Alam: Lembaga adat
dapat berperan penting dalam melindungi hak kepemilikan tanah dan sumber daya
alam masyarakat adat. Mereka dapat mengatur penggunaan, pengelolaan, dan
kepemilikan tanah dan sumber daya alam berdasarkan prinsip-prinsip hukum adat.
Ini membantu menjaga keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

D. Pemahaman dan Pendidikan

Meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang hukum adat di antara


masyarakat, pembuat kebijakan, dan praktisi hukum membutuhkan upaya kolaboratif
dari berbagai pihak. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mencapai hal tersebut:
Kampanye Pendidikan dan Kesadaran: Melakukan kampanye yang luas untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang hukum adat di antara masyarakat
umum, pembuat kebijakan, dan praktisi hukum. Kampanye ini dapat melibatkan
penyuluhan, seminar, lokakarya, dan acara publik lainnya untuk menyampaikan
informasi tentang hukum adat, nilai-nilai budaya yang terkait, serta peran dan
pentingannya dalam masyarakat.
1. Pelibatan Komunitas Adat: Melibatkan komunitas adat secara aktif dalam upaya
meningkatkan pemahaman tentang hukum adat. Komunitas adat dapat berbagi
pengetahuan dan pengalaman mereka dengan masyarakat umum, pembuat
kebijakan, dan praktisi hukum. Dengan demikian, mereka dapat menjadi
narasumber yang berharga dalam menyampaikan informasi tentang hukum adat.
2. Pelatihan dan Kursus: Mengadakan pelatihan dan kursus tentang hukum adat bagi
pembuat kebijakan, praktisi hukum, dan calon hakim. Ini dapat membantu mereka
memahami prinsip-prinsip hukum adat, konsep-konsep yang terkait, serta cara
menerapkannya secara tepat dalam konteks hukum nasional.
3. Penelitian dan Publikasi: Mendorong penelitian dan publikasi tentang hukum adat
untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran. Penelitian ini dapat meliputi
studi kasus, analisis perbandingan, dan penelitian hukum lainnya yang berkaitan
dengan hukum adat. Hasil penelitian dapat dipublikasikan dalam bentuk artikel,

13
buku, atau jurnal ilmiah untuk disebarkan kepada masyarakat akademik dan
praktisi hukum.
4. Integrasi dalam Kurikulum Pendidikan: Mengintegrasikan pengetahuan tentang
hukum adat dalam kurikulum pendidikan formal dan non-formal. Ini dapat
dilakukan dengan menyertakan topik tentang hukum adat dalam mata pelajaran
seperti sejarah, sosiologi, antropologi, dan ilmu hukum. Pembelajaran tentang
hukum adat juga dapat diintegrasikan dalam program pelatihan guru dan
pendidikan profesional lainnya.
5. Kolaborasi dengan Institusi Pendidikan dan Hukum: Membangun kerjasama
dengan institusi pendidikan dan hukum, seperti universitas, perguruan tinggi, dan
lembaga pelatihan hukum, untuk mengembangkan program dan kursus yang
khusus mempelajari hukum adat. Kolaborasi ini dapat melibatkan pertukaran
pengetahuan, pengembangan kurikulum, dan penelitian bersama untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang hukum adat.
Dengan upaya kolaboratif ini, diharapkan pemahaman tentang hukum adat
dapat meningkat secara signifikan.

14
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Kolaborasi dan Keterlibatan: Penting untuk melibatkan masyarakat adat, lembaga
pendidikan, lembaga hukum, dan pihak-pihak terkait lainnya dalam usaha
pengakuan dan perlindungan hukum terhadap hukum adat. Kolaborasi ini akan
memperkuat upaya melindungi dan mempertahankan hukum adat serta nilai-nilai
budaya masyarakat adat. Dengan pengakuan dan perlindungan hukum yang
memadai, hukum adat dapat terus bertahan dan berkontribusi dalam memelihara
identitas budaya, memperkuat keadilan, dan menjaga keberlanjutan tradisi
masyarakat adat.
2. Pentingnya Penegakan Hukum Adat: Penegakan hukum adat merupakan langkah
penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat
adat. Hukum adat memainkan peran kunci dalam mengatur kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik masyarakat adat, serta melindungi hak-hak mereka.
3. Peran Lembaga Adat: Lembaga adat memiliki peran sentral dalam penegakan
hukum adat. Mereka bertindak sebagai pengatur, penegak, dan pemutus sengketa
dalam masyarakat adat. Penting untuk memperkuat peran lembaga adat dan
memberikan dukungan yang memadai kepada mereka agar dapat menjalankan
tugas mereka secara efektif.
4. Kolaborasi dengan Lembaga Pendidikan dan Hukum: Kolaborasi antara lembaga
pendidikan, lembaga hukum, dan komunitas adat harus diperkuat untuk
memperkuat pemahaman tentang hukum adat. Kerjasama ini dapat meliputi
pertukaran pengetahuan, pengembangan kurikulum, penelitian bersama, dan
pelatihan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik tentang
hukum adat.
Dengan pemahaman yang kuat tentang hukum adat melalui pendidikan yang tepat,
masyarakat, pembuat kebijakan, dan praktisi hukum akan mampu menghormati,
melindungi, dan mengintegrasikan prinsip-prinsip hukum adat dalam sistem hukum
nasional. Hal ini akan memastikan keberlanjutan tradisi.

15
B. SARAN
Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang
berkaitan dengan Hukum adat agar lebih memahami perkembangan adat masa kini.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahder Johan Nasution, 2011. Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Mandar
Maju, Bandung .
2. Husein Alting, 2010. Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak
Masyarakat Hukum Adat atas Tanah, Yogyakarta.
3. H. Abdul Manan, 2009. Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta
4. Soetandyo Wignjosoebroto, 2005. Pokok-Pokok Pikiran Tentang “Empat Syarat
Pengakuan Aksistensi Masyarakat Adat” Inventarisasi Dan Perlindungan Hak
Masyarakat Hukum Adat, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia, Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia,
Jakarta.
5. Satjipto Raharjo, 2005. Hukum Adat Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Inventarisasi Dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat, Komisi
Hak Asasi Manusia, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Departemen
Dalam Negeri Republik Indonesia, Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai