Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

BAHASA INDONESIA HUKUM

KEGUNAAN MEMPELAJARI BAHASA KEILMUAN HUKUM

DOSEN : UTAMI YUSTIHASANA UNTORO. SH, MH

DISUSUN OLEH : EKA DEVIANA (2101220299)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS BUNG KARNO

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan, sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu
yang telah direncanakan.

Tugas ini guna melengkapi nilai dan materi yang telah di tentukan pada semester tiga ini.
Tugas ini merupakan Mata Kuliah Bahasa Indonesia Hukum tentang penyusunan Makalah
mengenai “KEGUNAAN MEMPELAJARI BAHASA KEILMUAN HUKUM”

Dalam penyusunan tugas ini, penulis banyak mendapat petunjuk serta pelajaran yang
bermanfaat bagi penulis. Tugas ini jauh dari kata sempurna, penulis mengharapkan kritik atau
saran dari pembaca guna untuk memperbaiki kekurangan kekurangan ini tugas ini.

Demikian Makalah disusun dengan harapan, mudah-mudahan guna dan manfaat bagi kita semua
khususnya insan pencipta dunia pendidikan dan penulis sangat berharap mudah-mudahan Tuhan
Yang Maha Esa selalu meridhai kita semua.

Jakarta, 09 Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................3
A. Latar Belakang ........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................4
C. Tujuan Makalah .......................................................................................................................4
D. Manfaat Makalah .....................................................................................................................4
BAB II KEBIASAAN ADAT ........................................................................................................3
A. Pengertian Hukum Adat ..........................................................................................................5
B. Sejarah Hukum Adat ...............................................................................................................6
BAB III HUKUM ADAT DAN PERUNDANGAN.....................................................................8
BAB VI HUBUNGAN HUKUM DAN HAK .............................................................................12
BAB VI HAK ABSOLUT DAN HAK RELATIF .....................................................................14
A. Hak Absolut ...........................................................................................................................15
B. Hak Relatif .............................................................................................................................16
BAB VI SUBYEK HUKUM DAN OBYEK HUKUM ..............................................................17
A. Subyek Hukum ......................................................................................................................17
B. Obyek Hukum........................................................................................................................18
BAB VII PERISTIWA HUKUM ................................................................................................21
A. Peristiwa Hukum ...................................................................................................................21
B. Macam-macam Peristiwa Hukum .........................................................................................21
BAB VIII PENUTUP ...................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................25

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia Hukum memiliki latar belakang yang panjang dan berkaitan
erat dengan sejarah perkembangan Bahasa Indonesia secara umum. Bahasa Indonesia
adalah bahasa yang digunakan dalam berinteraksi secara lisan maupun tulisan. Bahasa
Indonesia sendiri telah diresmikan serta dicantumkan ke dalam Konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Bahasa Indonesia terdiri atas simbol atau lambang dari
suatu hasil budaya Melayu.

Bahasa Indonesia merupakan induk dari bahasa hukum Indonesia. Ragam bahasa
Indonesia digunakan dalam bidang hukum yang sering disebut bahasa hukum Indonesia.
Menurut Mahadi, bahasa hukum Indonesia adalah bahasa Indonesia yang corak
penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum. Sejarah membuktikan bahwa bahasa
hukum Indonesia, terutama bahasa undang-undang, merupakan produk orang Belanda.
Bahasa hukum Indonesia berkembang melalui pembentukan ejaan resmi bahasa Melayu
di masa penjajahan kolonial Belanda, pembentukan badan penerbit buku bacaan bahasa
Melayu, dan perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia lewat peristiwa
Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia kurang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di
tengah perkembangan zaman, terutama dalam konteks teknologi dan globalisasi

Oleh karenanya kita sebagai generasi penerus dituntut untuk lebih memperhatikan
perkembangan bahasa hukum Indonesia yang lebih luas dan komprehensif.
Meningkatkan pemahaman aturan hukum: Bahasa Indonesia hukum memudahkan
mahasiswa untuk memahami aturan-aturan hukum.Bahasa hukum adalah bahasa aturan
dan peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan

3
B. Rumusan Masalah
Bahasa Keilmuan Hukum
 Kebiasaan Adat
 Hubungan Hukum dan Hak
 Hak Absolut dan Hak Relatif
 Subyek Hukum dan Obyek Hukum
 Peristiwa Hukum

C. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk menjelasakan
 Kebiasaan Adat
 Hukum Adat dan Perundangan
 Hak Absolut dan Hak Relatif
 Subyek Hukum dan Obyek Hukum
 Peristiwa Hukum

D. Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan pengertian Bahasa Keilmuan Hukum
yang dapat membuat masyarakat mengetahui lebih dalam lagi apa itu Bahasa Keilmuan
Hukum

4
BAB II
KEBIASAAN ADAT

A. Pengertian Hukum Adat

Secara garis besar, hukum adat adalah hukum kebiasaan yang artinya aturan dibuat dari
tingkah laku masyarakat yang tumbuh dan berkembang sehingga menjadi sebuah hukum yang
ditaati secara tidak tertulis.

Hukum adat diakui oleh negara sebagai hukum yang sah. Setelah Indonesia merdeka, dibuatlah
beberapa aturan yang dimuat dalam UUD 1945, salah satunya mengenai hukum adat. Seperti
salah satu dasar hukum berikut ini, yaitu pasal 18B ayat 2 UUD tahun 1945 “Negara mengakui
dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”. Sedangkan menurut para
pakar hukum, pengertian hukum adat adalah :

1. Menurut Prof. Mr. B. Terhaar Bzn


“Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-keputusan
dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat. Terhaar terkenal
dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu
sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa masyarakat
hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila penguasa menjatuhkan
putusan hukuman terhadap sipelanggar maka adat-istiadat itu sudah merupakan hukum
adat.”.

2. Menurut Prof. Mr. Cornelis van Vollen Hoven


Profesor luar negeri ini menyampaikan teorinya, bahwa: “Hukum adat adalah
keseluruhan aturan tingkah laku masyarakat yang berlaku dan mempunyai sanksi dan
belum dikodifikasikan.”

5
3. Menurut Dr. Sukanto, S.H
Ahli ini menyatakan bahwa “Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang pada
umumnya tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai
sanksi jadi mempunyai akibat hukum” Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa secara
umum hukum adat adalah hukum tidak terrtulis. Kendati demikian, masyarakat adat tetap
meyakini bahwa ada hukum yang mengikat pada lingkungannya sehingga harus ditaati
dan akan mendapatkan sanksi apabila dilanggar.

B. Sejarah Hukum Adat di Indonesia

Hukum adat di Indonesia sudah ada sejak zaman kuno. Hingga kini hukum adat
masih dianut di berbagai daerah di Indonesia. Kehadiran hukum adat bahkan diperkirakan
sudah ada sebelum bangsa asing masuk ke Indonesia. Berbagai bukti pun mendukung
temuan tersebut. Dalam buku Pengantar Hukum Indonesia oleh Rahman Syamsuddin,
keberadaan peraturan adat istiadat sudah ada sejak zaman kuno yakni zaman pra hindu. Para
ahli hukum adat berpendapat bahwa adat istiadat yang saat itu dijadikan pedoman adalah
adat-adat Melayu Polinesia.
Seiring berjalannya waktu, datanglah kultur dari berbagai agama, mulai Hindu, Islam
hingga Kristen yang membawa pengaruh kepada kultur asli tersebut hingga menguasai tata
kehidupan masyarakat Indonesia sebagai suatu hukum adat.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adat di Indonesia yang kini masih bertahan
merupakan akulturasi antara peraturan-peraturan adat istiadat zaman pra-Hindu dan
peraturan-peraturan hidup yang dibawa oleh kultur Hindu, kultur Islam dan kultur Kristen.
Setelah terjadi akulturasi itu, maka hukum adat atau hukum pribumi atau inladsrecht
menurut Van Vaollen Hoven terdiri dari yang tidak ditulis (jus non scriptum) seperti hukum
asli penduduk dan yang ditulis (jus scriptum) seperti ketentuan hukum agama.

6
Bukti Adanya Hukum Adat di Indonesia
Sebelum bangsa asing masuk ke Indonesia, hukum adat sudah ada dan berlaku di
masyarakat. Berikut beberapa bukti yang menguatkan:

Kitab Kitab Hukum Kuno di Lingkungan Kerajaan:


 Tahun 1000: pada zaman Hindu, Raja Dharmawangsa dari Jawa Timur dengan
kitabnya yang disebut Civacasana
 Tahun 1331-1364: Patih Majapahit Gajah Mada membuat kitab Gajah Mada
 Tahun 1413-1430: Patih Majapahit Kanaka membuat kitab Adigama
 Tahun 1350: di Bali ditemukan kitab hukum Kutaramanava

Kitab Kitab Hukum Kuno yang mengatur kehidupan masyarakat di berbagai daerah
Tapanuli: Ruhut Parsaoran di Habatohan (kehidupan sosial di tanah Batak), Patik Dohot
Uhum ni Halak Batak (undang-undang dan ketentuan-ketentuan Batak).
 Tapanuli: Ruhut Parsaoran di Habatohan (kehidupan sosial di tanah Batak), Patik
Dohot Uhum ni Halak Batak (undang-undang dan ketentuan-ketentuan Batak)
 Jambi: Undang-Undang Jambi
 Palembang: Undang-Undang Simbur Cahaya (undang-undang tentang tanah di
dataran tinggi daerah Palembang).
 Minangkabau: Undang-Undang nan dua puluh (undang-undang tentang hukum adat
delik di Minangkabau).
 Sulawesi Selatan: Amana Gapa (peraturan tentang pelayaran dan pengangkatan laut
bagi orang Wajo).
 Bali: Awig-awig (peraturan subak dan desa) dan Agama Desa (peraturan desa) yang
ditulis di dalam daun lontar

7
BAB III
HUKUM ADAT DAN PERUNDANGAN

Adat merujuk kepada sesuatu peraturan tertentu yang menjadi amalan sesebuah
masyarakat secara turun-temurun sehingga menjadi sebati dan dianggap sebagai hukum atau
undang-undang yang harus dipatuhi. Undang-undang merujuk kepada peraturan tertentu yang
mesti dipatuhi oleh setiap anggota dalam sesebuah masyarakat. Undang-undang berperanan
sebagai panduan tentang perkara yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam sesebuah
masyarakat serta bentuk hukuman yang bakal diterima jika sesuatu peraturan tidak dipatuhi.
Sebagaimana telah disinggung terdahulu, istilah hukum adat berasal dari kata bahasa
Arab, yaitu adah dan hukum (jamak ahkum), dimana adah bermakna kebiasaan dan huk’m
bermakna perintah atau suruhan. Penggabungan kedua kata tersebut melahirkan istilah hkum
adat yang bermakna sebagai aturan kebiasaan. Masyarakat Aceh menggunakan istilah hukum
adat sejak abad ke-17, dan istilah ini digunakan oleh Snouch Hurgronje dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Belanda menjadi adatrecht untuk membedakannya dengan hukum Belanda.
Didalam perkembangan selanjutnya, hukum adat tidak hanya mengandung nuansa tradisional
namun juga bernuansa modern. Hukum adat bernuansa tradisional misalnya terlihat dengan
tetap dipertahakannya hukum, adat batak, hukum adat Minangkabau, hukum adat Lampung dan
lain sebagainya. Hukum adat bernuansa modern terlihat pada hubungan hukum dilembaga-
lembaga pemerintahan dan swata. Pada umumnya bentuk hukum adat tidka tertulis dalam suatu
bentuk perundang-undangan, tidak dikodifikasi, tidak tersusun secara sistematis, dan tidak
terhimpun dalam suatu kitab perundangan. Bentuk hukum adat cenderung tidak teratur,
keputusan tanpa konsiderans, tidak sistematis dan tanpa penjelasan, dan kebanyakan tidak
tercatat. Keberadaan hukum adat san masyarakat hukum adat mulai terdesak oleh peraturan
hukum nasional. Hukum adat hanyalah hukum pelengkap bagi sistemhukum nasional di
Indonesia, Padahal sebenernya di dalam hukum adat itulah terdapat jati diri bangsa. Namun
terdapat pula beberapa perturan perundang-undangan di Indonesia yang mengajui dan
menghormati nilai nilai hukum adat di Indonesia. Peraturan-peraturan yang mengakomodir
hukum adat antara lain :

8
1. Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-undang kekuasaan Kehakiman telah beberapa kali mengalami perubahan.
Undang-undang kekuasaan kehakiman yang pertama adalah undang-undang
Nomor 19 tahun 1964. Dalam pasal 3 UU Nomor 19 tahun 1964 ditegaskan
bahwa hukum yang dipakai oelh kekuasaan kehakiman adalah hukum yang
berdasarkan pancasila, yaitu hukum yang sifat-sifatnya berakar kepada
kepribadian bangsa. Sementara pasl 17 ayat (2) menyatakan berlakunya hukum
tertulis dan tidak tertulis.

2. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Pengakuan masyarakat hukum adat secara eksplisit terdapat Undang-undang
Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam pasal 6 ayat (1) secara
jelas disebutka “Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan
kebutuhan dalam masyarakat, dan pemerintah” dan dalam pasal (2) disebutkan
“Identitas budaya masyarakat hukum adat termasuk hak atas tanah ulayat
dilindungi, selaras dengan perkembangan zaman”

3. Undang-Undang Nomor 24 tahu 2003 tentang Mahkamah Konstitusi


Undang-undang ini menjamin hak masyarakat hukum adat ntuk dapat memohon
pengujian undang-undang terhadap undang-undang dasar. Dalam pasal 51
dijelaskan pihak yang boleh memohonkan pengujian undang-undang salah
satunya adalah kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang. Dengan adanya aturan ini,
masyarakat hukum adat yang merasa hak-haknya terlanggar karena berlakunya
suatu undang-undang dapat mengadukannya kepada mahkamah konstitusi dan
dapat memohonkan pembatalan terhadap undang-undang yang melanggar hak-
hak masyarakat adat. Sudah seharusnya hukum memberikan perlindungan kepada
masyarakat hukum adat seperti yang terdapat dalam undang-undang HAM, bukan
malah menghilangkannya.

9
4. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelilaan Wilayah Pesisir dan
Pulau Kecil
Menurut Undang-undang ini masyarakat adalah masyarakat yang terdiri dari
masyarakat adat dan masyarakat lokal yang bermukim di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau kecil. Dan yang dimaksud Masyarakat Adat adalah kelompok
Masyarakat Pesisir yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis
tertentu karena adanya ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat
dengan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta adanya sistem nilai
yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum

5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


Undang-undang ini secara tegas dan jelas mengakui keberadaan masyarakat
hukum adat. Dalam pasal 2 (9) disebutkan “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia” Sebagai perwujudan dari pasal 2 ayat (9) diatas,
dalam pasal 203 ayat (3) disebutkan “Pemilihan kepala desa dalam kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
yang diakui keberadaanya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang
ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan pemerintah”. Pada
pasal 216 juga disebutkan “Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan
dalam Perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Sedangkan Perda
wajib mengakui dan menghormati hak, asal usul, dan adat istiada desa. Hasil dari
undang-undang ini adalah banyaknya perda yang mengatur mengenai masyarakat
hukum adatnya tersendiri untuk mengakui keberadaannya.

10
6. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua
Undang-undang ini mengakui keberadaan masyarakat hukum adat khususnya di
Papua. Provinsi Papua memang diberi otonomi tersendiri bahkan memiliki majelis
permusyawaratan yaitu MRP (Majelis Rakyat Papua). Berdasarkan pasal 1 huruf
G, yang dimaksg MRP adalah representasi kultural orang asli Papua, yang
dimiliki wewenang tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli Papua
dengan berlandasakan pada penghormatan terhadap adat dan budaya,
pemberdayaan perempuan, dan pemantapan kerukunan hidup beragama
sebagiamana diatur dalam undan-undang. Pembentukan MRP adalah dalam
rangka penyelenggaraan otonomi khusus di Provinsi Papua. MRP beranggotakan
orang-orang Papua yang terdiri atas wakil-wakil adat, wakil-wakil agama, wakil-
wakil perempuan yang jumlah nya masing-masing sepertiga dari total anggota
MRP.

11
BAB IV
HUBUNGAN HUKUM DAN HAK

Pengertian Hubungan Hukum


Hubungan hukum adalah kaitan antara individu atau kelompok dengan hukum. Ini mencakup
hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum dalam konteks kehidupan bermasyarakat.Dengan
kata lain, hubungan hukum adalah hak dan kewajiban hukum yang dimiliki oleh setiap warga
atau individu dalam masyarakat. Penting untuk diingat bahwa jika hak dan kewajiban ini tidak
dipenuhi, sanksi hukum dapat diterapkan.
Syarat Hubungan Hukum :
 Dasar Hukum - Harus didasarkan pada peraturan hukum yang mengatur hubungan
tersebut. Ini berarti bahwa aturan-aturan tertentu dalam hukum harus mengatur
bagaimana hubungan ini dibentuk, dijalankan, atau diselesaikan.
 Menimbulkan Hubungan Hukum - Hubungan ini harus menciptakan atau menimbulkan
kaitan hukum antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam kata lain, ada peristiwa atau
tindakan yang memicu atau menciptakan hubungan ini.

Hubungan hukum dan hak saling terkait dan memiliki pengaruh yang signifikan satu sama lain.
Berikut ini adalah beberapa poin yang menjelaskan hubungan antara hukum dan hak:
 Hubungan Hukum: Hubungan hukum adalah kaitan antara individu atau kelompok
dengan hukum. Ini mencakup hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum dalam konteks
kehidupan bermasyarakat. Hubungan hukum terdiri dari ikatan-ikatan antara individu
dengan individu, individu dengan masyarakat, dan seterusnya. Hubungan hukum
memiliki tiga unsur, yaitu adanya orang-orang yang hak atau kewajibannya saling
berhadapan, adanya objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban, serta adanya
hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya hubungan atas
objek yang bersangkutan.
 Hubungan Hak: Hak adalah kewenangan yang diberikan hukum kepada subjek hukum.
Hak sudah ada sebelum adanya hukum, namun hukum memberikan dorongan moral dan
mengikat dalam hubungannya dengan hak. Hak-hak ini dituangkan dalam berbagai

12
bentuk hukum nasional dan internasional. Contoh hak-hak yang diatur oleh hukum adalah
hak asasi manusia, hak anak, dan hak pekerja.
 Pengaruh Hukum terhadap Hak: Hukum memainkan peran penting dalam melindungi dan
menjamin pelaksanaan hak-hak individu. Dengan adanya hukum yang mengatur hak-hak
ini, pelaksanaannya menjadi lebih terjamin.Hukum juga menetapkan kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi dalam rangka melindungi hak-hak tersebut
 Pengaruh Hak terhadap Hukum: Hak-hak individu, terutama hak asasi manusia,
berkontribusi dalam pembentukan hukum. Hak-hak ini menjadi dasar dalam pembuatan
undang-undang dan peraturan yang melindungi dan menjamin hak-hak tersebut
 Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban: Hak dan kewajiban harus berjalan seimbang.
Tidak ada yang melebihi porsinya satu sama lain. Tidak ada orang yang hanya
melaksanakan kewajiban tanpa mendapatkan hak, begitu pula sebaliknya, tidak ada orang
yang mendapatkan hak tanpa melaksanakan kewajiban

Jenis Hubungan Hukum


 Hubungan Hukum yang Bersegi Satu
Dalam jenis ini, hanya ada satu pihak yang memiliki kewenangan untuk memberikan
sesuatu, melakukan tindakan, atau tidak melakukan tindakan tertentu. Pihak lainnya
hanya memiliki kewajiban. Contohnya adalah ketika seseorang memiliki kewajiban untuk
membayar hutang kepada pihak lain
 Hubungan Hukum Bersegi Dua
Jenis ini melibatkan dua pihak yang memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Kedua
belah pihak memiliki hak untuk meminta sesuatu dari pihak lainnya dan juga
berkewajiban memberikan sesuatu kepada pihak lain. Contoh yang umum adalah
hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja atau buruh.
 Hubungan Antara Satu Subyek Hukum dengan Semua Subyek Hukum Lainnya
Jenis hubungan ini umumnya terkait dengan hak milik. Seorang individu atau entitas
hukum memiliki hak atas suatu objek yang bersangkutan, seperti properti atau aset.

13
BAB V
HAK ABSOLUT DAN HAK RELATIF

Pengertian Hak Secara Umum hak adalah peluang yang diberikan kepada setiap individu untuk
bisa mendapatkan, melakukan, serta memiliki sesuatu yang diinginkan oleh individu tersebut.
Seorang individu yang mendapatkan hak memiliki potensi untuk menyadari bahwa mereka
memiliki kekuasaan serta kemampuan untuk mendapatkan, melakukan, serta memiliki sesuatu.
Selain itu, hak dapat membuat seorang individu menyadari batasan-batasan mereka dalam hal
yang boleh atau dapat mereka lakukan dan tidak mereka lakukan.

Pengertian Hak Menurut Pendapat Para Ahli:


1. Soerjono Soekanto
Soerjono Soekanto membagi hak menjadi dua bagian, yakni hak relatif atau yang bisa
diartikan dengan hak searah dan hak absolut atau yang bisa diartikan dengan hak yang
memiliki arah jamak. Hak relatif atau hak searah memiliki arti bahwa hak relatif adalah
bentuk hak yang terbentuk dari perjanjian atau bisa disebut dengan hukum perikatan. Hak
relatif dapat dicontohkan dengan kemampuan seseorang untuk menagih prestasi mereka atau
bahkan hak untuk melunasi prestasi mereka.

2. Prof. Dr. Notonegoro


Prof. Dr. Notonegoro menjelaskan pendapatnya mengenai pengertian dari hak bahwa hak
merupakan sebuah kuasa atau kemampuan seorang individu untuk dapat melakukan
beberapa kegiatan seperti menerima, melakukan, dan memiliki suatu hal yang sudah
semestinya diterima, dilakukan, dan dimiliki oleh individu tersebut. Hak yang sudah
ditetapkan kepada seorang individu, tidak bisa untuk disalurkan atau dipindahkan kepada
individu lainnya. Itulah yang menjadi alasan mengapa tiap individu menerima hak berbeda
sesuai dengan porsi mereka.

14
3. John Salmond
John Salmond membagi pengertian hak menjadi empat versi, yaitu hak dalam artian sempit,
hak dalam artian kemerdekaan, hak dalam artian kekuasaan, dan yang terakhir adalah hak
dalam artian imunitas atau kekebalan. Untuk hak dalam artian sempit memiliki pengertian
bahwa hak merupakan suatu istilah yang umumnya sudah diketahui sebagai pasangan dari
istilah kewajiban.

A. Hak Absolut
Hak absolut adalah hak yang bersifat mutlak atau telak tanpa pengecualian, Hak absolut
dapat berlaku di mana saja, asalkan tidak dipengaruhi oleh situasi dan keadaan tertentu. Contoh
hak absolut meliputi hak kepribadian (seperti hak hidup dan hak kebebasan), hak milik atas
objek immaterial (seperti hak merek dan hak cipta), serta hak kekeluargaan (seperti hak asuh
anak, suami-istri, dan hak asuh orang tua)
Sebagian besar hak asasi manusia dapat dibatasi untuk melindungi kepentingan publik
yang penting seperti keselamatan publik atau hak orang lain. Namun, ada beberapa hak yang
tidak pernah dapat dibatasi dalam kondisi dan alasan apa pun. Hak-hak ini disebut hak absolut.
Sifat absolut dari hak-hak ini berarti bahwa hak-hak tersebut tidak dapat dibatasi bahkan pada
saat perang atau keadaan darurat lainnya.
Hak absolut umumnya dianggap sebagai:
 Larangan penyiksaan
 Pelarangan perlakuan yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia
 Larangan perbudakan
 Larangan hukum pidana yang berlaku surut (tidak ada hukuman tanpa hukum)

15
B. Hak Relatif
Hak Relatif adalah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang tertentu atau
beberapa orang tertentu untuk menuntut agar seseorang atau pihak tertentu lainnya memenuhi
kewajiban yang telah disepakati sebelumnya. Hak relatif sebagian besar terdapat dalam hukum
perikatan (bagian hukum perdata) yang timbul berdasarkan persetujuan-persetujuan dari pihak-
pihak yang bersangkutan.contoh:dari persetujuan jual beli terdapat hak relatif seperti :
 Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan barang
kepada pembeli.
 Hak pembeli untuk menerima barang,dan kewajibannya untuk melakukan pembayaran
kepada penjual.

16
BAB VI
SUBYEK HUKUM DAN OBYEK HUKUM

A. Subyek Hukum

Beberapa pendapat para ahli tentang subyek hukum adalah sebagai berikut:

a. Menurut Prof. chainur Arrasjid,S.H (2008:120), Subyek hukum adalahsegala


sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapatmemiliki) hak dan
kewajiban.
b. Dr.Soedjono Dirdjosisworo,S.H. (2007:128), mengemukakan Subyek hukumatau subjeck
van een recbt yaitu “orang” yang mempunyai hak manusiapribadi atau badan
hukum yang berhak atau yang melakukan perbuatanhukum.

Berdasarkan uraian di atas dapat dimpulkan, bahwa subjek hukum adalah sesuatu
yang menurut hukum yang memiliki hak dan kewajiban yang memilikikewenangan untuk
bertindak dan melakukan perbuatan hukum.

Subjek hukum dapat di bedakan menjadi dua,yaitu

1. Manusia(naturlife persoon) menurut hukum adalah setiap orang yang mempunyai


kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan kewajiban.Pada dasarnya orang sebagai
subjek hukum di mulai sejak ia lahir dan berakhir setelah meninggaldunia.Namun, ada
pengecualian menurut pasal 1 ayat(2) KUHPerdata yang berbunyi”anak yang ada dalam
kandungan ibunya,di anggap telah lahir.setiap kali kepentingan sianak menghendakinya.”
bahwa bayi yang masih dalam kandungan ibunya di anggap telah lahir dan menjadi subjek
hukum. Apabila bayi tersebut lahir dalam keadaan meninggal dunia menurut hukum ia
tidak pernah adasehingga ia tidak di anggap subyek hukum. Ketentuan tersebut juga
menegaskan bahwa hak dan kewajiban anak baru lahir di anggap ada jika ia lahir hidup.
Apabila ia lahir mati maka haknya dianggap tidak ada.Misalkan kepentingan anak untuk
menjadi ahli waris dari orang tuanya walaupun ia masih berada dalam kandungania di

17
anggap lahir dan oleh karena itu harus di perhitungkan hak-haknya sebagai ahli
waris.Tetapi jika ia lahir dalam keadaan mati maka haknya di anggap tidak pernah ada.Di
samping ituberdasarkan undang-undang seseorang tidak di anggap telah meninggal dunia
jika hilang tidak diketahui keberadaannya dan tidak ada kepastian apakah ia masih hidup
dalam tenggang waktun setelah 5 tahun ia meninggalkan tempat kediamannya.
(pasal 467,468,dan 469 KUHPerdata)Ada beberapa golongan oleh hukum dinyatakan
“tidak cakap”atau”kurang cakap”untuk bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-
perbuatanhukum.Orang-orang yang demikian di sebut handelingsonbek waamatau di
wakili atau dibantu orang lain. Mereka-mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak
cakap untuk melakukan sendiri perbuatan-perbuatan hukum adalah sebagai berikut:
 Orang yang masih di bawah umur(sebelum mencapai usia 21 tahun/belum dewasa),
di bahas juga dalam pasal 30nKUHPerdata jo.stb.193` no. 54, pasal 7 undang-
undang perkawinan no. 1 tahun 1974, dll
 Orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk, dan pembolos yakni, mereka
yang ditaruh dibawah pengampuan.
 Perempuan dalam pernikahan (wanita kawin)

2. Badan Hukum-menurut Dr.Soedjono Dirdjosisworo,S.H. di dalam bukunya pengantar


ilmu hukum(2007:128) badan hukum adalah perkumpulan atau organisasi yang didirikan
dan dapat bertindak sebagai subyek hukum.-menurut prof. chainur Arrasjid,S.H di dalam
bukunya dasar-dasar ilmu hukum(2008:124)Badan hukum adalah setiap pendukung hak
yang tidak berjiwa(yang bukan manusia)yang dapat melakukan perbuatan hukum seperti
manusiaprof. chainur Arrasjid,S.H di dalam bukunya dasar-dasar ilmu hukum(2008:124)
Untuk menjalankan hak dan kewajibannya ,badan hukum bertindak dengan perantara
pengurusnya,walaupun pengurus dari bdan hukum itu selalu dapat berganti-ganti namun
badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban tetap ada.Misalnya dapat melakukan
persetujuan,memiliki harta kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan para
anggotanya(koperasi).hak dan kewajiban badan hokum itu sama sekali terpisah dari hak
dan kewajiban anggotanya.Badan hokum juga dapat berperan sebagai penggugat dan
dapat sebagai tergugat seperti halnya manusia.menurut prof. chainur Arrasjid,S.H di
dalam bukunya dasar-dasar ilmu hukum(2008:124) Di dalam masyarakat dapat kita

18
jumpai bermacam badan hukum yang secara garis besarnya dapat di golongkan kedalam
2 bentuk,yaitu badan hukum publik dan badan hukum perdata
 badan hukum publik,yaitu Negara,daerah swacantra, tingkat 1 dan 2 , kota madya,
kota praja, dan desa.
 badan hukum perdata(privat), yaitu perseroan terbatas dan PT yayasan. lembaga
dan koperasibadan hokum Indonesia (inlandsrechtpersoon) seperti: koperasi
Indonesia, perusahaan, Negara, wakaf dll. Perbedaan badan hukum dengan
manusia ialah,bahwa badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan dan tidak
dapat di hukum penjara kecuali hukum denda.

B. Obyek Hukum

Pengertian Objek Hukum

1. Menurut Dr.Soedjono Dirdjosisworo,S.H. di dalam bukunya pengantar ilmu


hukum(2007:122) Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek
hukum(manusia atau badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok suatu perhubungan
hukum karna sesautu itu dapat di kuasai di subjek hukum

2. Menurut Chainnur Arrasjid dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu


Hukum (2008:132) yang di maksud objek hukum adalah segala sesuatu yang berada dalam
pengaturan hukum dan dapat dimanfaatkan oleh subyek hukum(manusia dan badan
hukum),berdasarkan hak dan kewajiban objek hukum yang bersangkutan.Contohnya: A
meminjam buku kepada B. yang menjadi objek hukum dalam hubungan antara A dan B
ialah buku itu serta kekuasaan(Hak). A meminta kembali dari B.buku menjadi objek hukum
dari hak kepunyaan A.Menurut Chainnur Arrasjid dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Hukum
(2008:132-133) Perlu di tegaskan bahwa yang termasuk objek hukum adalah segala sesuatu
yang dapat di manfaatkan oleh subjek hukum secara yuridis(menurut/berdasarkan
hukum).Hal itu di sebabkan oleh manfaatnya yang harus di proleh dengan jalan
hukum(obyek hukum) dan tanpa perlu berdasarkan hukum,yakni segala sesuatu yang dapat
di peroleh secara bebas dari alam(benda non ekonomi),seperti angin,cahaya/matahari,air di
daerah-daerah pegunungan yang pemanfaatannya tidak di atur oleh hukum.Hal ini tidak
termasuk obyek hukum karna benda-benda itu dapat di peroleh tanpa memerlikan

19
pengorbanan sehingga membebaskan subyek hukum dari kewajiban-kewajiban hukum dan
pemanfaatannya.Menurut hukum perdata, benda adalah segala barang dan hak yang dapat di
miliki orang(pasal 499 KUHPerdata). Menurut pasl 503 KUHPerdata, beda dapat di bagi
sebagai berikut:
 Benda yang berwujud (Lichamelijhre zaken), yaitu segala sesuatu yang dapat di bagi
raba oleh panca indra, seperti : tanah, gedung, rumah, dll
 Benda yang tidak berwujud(onlichamelijke zaken), yaitu segala macam hak,
seperti:saham-saham atas kapal laut, hipotek, hak cipta, hak merek, dll

Selanjutnya menuut pasal 504 KUHPerdata benda juga di bagi sebagai berikut :

 Benda tak bergerak(onreorende zaken)


a. Benda tidak bergerak karena sifatnya sendiri yang menggolongkan kedalam
golongan itu, misalnya: bangunan, tanam- tanaman, pohon-pohon, dll
b. Benda tak bergerak karena tujuannya menggolongkannya ke dalam golongan
itu, misalnya: mesin penggiling padi yang di tempatkan di dalamgedung
perusahaan penggilingan beras, dll
c. Benda tidak bergerak karena undang-undang menggolongkannya ke dalam
golongan itu, misalnya: hak hipotek, hak bina usaha, dll
 Benda bergerak(rorende zaken)
a. benda bergerak karena sifatnya sendiri menggolongkannya ke dalam
golongan itu. Misalnya: mobil, meja, buku, dll
b. benda bergerak karena undang-undang menggolongkannya ke dalam
golongan itu. Misalnya: hak piutang dan hak gadai

20
BAB VII

PERISTIWA HUKUM

A. Pengertian Peristiwa Hukum

Menurut Chainnur Arrasjid dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Hukum (2008:132-


133)Peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
akibat hukum yang dapat menggerakkan peraturan-peraturan tertentu sehingga peraturan
yang tercantum di dalamnya dapat berlaku kongkrit.Misalnya suatu peraturan hukum
yang mengatur tentang warisan karna kematian,akan tetap merupakan rumusan kata-kata
yang abstrak sampai ada seseorang yang meninggal dunia dan menimbulkan masalah
kewarisan dalam hal ini dengan adanya kematian orang berarti telah terjadi suatu
peristiwa hukum karenakematian menimbulkan akibat yang di atur olehhukum dengan
demikian peraturan tentang kewarisan itu dapat di wujutkan dalam peristiwa
tersebut(peristiwa kematian)

Menurut Soedjono Dirdjosisworo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum (2007:134)


Demikian pula dengan perkawinan antara pria dan wanita akan membawa bersama dari
peristiwa hukum itu hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik untuk pihaklaki-laki yang
kemudian bernama suami dengan serangkai hak-hak dan kewajibannya. Demikian pula
dengan pihak wanita yang kemudian bernama istri dengan serangkaian hak dan
kewajibannya. Maka perkawinan ini hakikatnya adalahsuatu peristiwa hukum.

B. Dalam hukum dikenal 2 macam peristiwa hukum yaitu sebagai berikut:


1. Perbuatan subjek hukum(persoon)yaitu berupa perbuatan manusia atau badan
hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban
2. Peristiwa lain yang bukan perbuatan subjek hukum.Contohnya:kelahiran, dan
kematian

21
Perbuatan subjek hukum terbagi pula dalam dua macam, yaitu pebuatan hukum dan
perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum.

 Perbuatan hukum
Yang dikatakan sebagai perbuatan hukum adalah setiap perbuatan yang akibatnya di
atur oleh hukum dan akibat itu di kehendaki oleh yang melakukan perbuatan dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa unsur kehendak dari orang yang melakukan
perbuatan itu menjadi suatu unsur pokok dari perbuatan tersebut.jadi suatu perbuatan
yang akibatnya tidak di kehendaki oleh yang melakukannya bukanlah merupakan
suatu perbuatan hukum
Perbuatan hukum terbagi pula dalam 2 macam,yaitu
1. Perbuatan hukum dari segi satu (Eenzijdig)yaitu setiap perbuatan yang
akibathukumnya di timbulkan oleh kehendak dari satu subjek hukum atau
satu pihak yang melakukan perbuatan itu,misalnya:perbuatan hukum yang di
sebut dalam pasal 1875 KUHPerdata,yaitu perbuatan mengadakan surat
wasiat
2. Perbuatan hukum bersegi dua (tweezijdig) adalah setiap perbuatan yang
akibat hukumnya ditimbulkan oleh kehendak dari dua subjek hukum atau dari
dua pihak atau lebih.misalnya: suatu perjanjian (overeenkomst)
3. Perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum ada dua macam yaitu :
zaakwaarnemming dan onrechtmatigedaad. Zaakwaarnemming,yaitu
perbuatan memperhatikan kepentingan orana lain dengan tidak diminta oleh
orang ituuntuk memperhatikan kepentingannya dan Onrechtmatigedaad, yaitu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum.

 Perbuatan lain yang bukan perbuatan subjek hukum


Dalam hal ini perlu dikemukakan beberapa contoh tentang peristiwa lain yang bukan
merupakan perbuatan dari subjek hukum, yaitu kelahiran, kematian, dan lewat waktu
1. Kelahirankelahiran menimbulkan langsung hak anak untuk mendapatkan
pemeliharaan oleh orang tuanya (pasal 298 ayat (2) KUHPerdata)
2. Kematiankematian seseorang, akan meninbulkan terbukanya warisan.
Berdasarkan undang-undang, seluruh keluarga sedarah yang ditinggalkan

22
berhak menjadi ahli waris dari orang yang meninggal tersebut serta sekalian
ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala
barang, segala hak, dan segala piutang dari yang meninggal dunia. (pasal 830
dan 833 KUHPerdata)
3. Lewat Waktu ada dua macam, yaitu lewat waktu akuistif dan lewat waktu
ekstinsif.Berdasarkan lewat waktu akuistif seseorang dapat memperoleh suatu
hak sehabis masa tertentu dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
undang-undang telah dipenuhi.Sedangkan lewat waktu ekstinsif yaitu
seseorang dapat dibebaskan dari suatu tanggung jawab (haftung) sehabis masa
tertentu dan syarat- syarat yang telah ditentukan dalam undang-undang di
penuhi.

23
BAB VIII
PENUTUP

Kesimpulan
Memahami peranan bahasa hukum sebagai bagian penting dalam perumusan norma perundang
undangan akan memberi efisiensi dan efektifitas serta validitas dalam merumuskan norma-norma
hukum dalam upaya pencapaian tujuan dan fungsi-fungsi hukum, Sehingga untuk mewujudkan
hal tersebut, syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah memahami bahasa hukum dengan baik
bagi ilmuan hukum Indonesia, dengan pemahaman bahasa Indonesia dengan baik sebagai media
bahasa hukum, seraya memperkaya diri dengan pemahaman terutama bahasa-bahasa lokal di
Nusantara, dan bahasa asing yang telah diserap sebagai bahasa hukum Indonesia.

Saran
Perlunya pengambil kebijakan dalamperumusan norma perundang-undangan bahasa hukum
harus di pahami dengan baik, sehingga rumusan perumusan norma perundangan-undangan yang
dihasilkan, menjadi suatu norma perundangan-undangan yang mudah dipahami dan tidak
menimbulkan tafsir dengan alasan kekaburan makna dalam norma perundang-undangan tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kansil. 1989. Pengantar Ilmu hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : BalaiPustaka.Kelsen,

Hans. 2006. Teori Hukum Murni (Dasar-Dasar Ilmu HukumNormatif).Bandung :


Penerbit Nusa Media Dan Penerbit Nuansa.Mertokusumo

Sudikno. 2005. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta :Liberty Yogyakarta.Duswara

M, Dudu. 2003. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung : PT. Refika Aditama

https://www.hukumonline.com/klinik/a/adakah-kesamaan-antara-hak-kebendaan-dengan-hak-
perorangan-lt5ab6c63951dac/

https://fahum.umsu.ac.id/hubungan-hukum-pengertiansyarat-dan-jenisnya/

Chainur.2008.Dasar-dasar Ilmu Hukum.Jakarta.Sinar Grafika

25

Anda mungkin juga menyukai