DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
FAKULTAS HUKUM
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmatNya penulis
dapat menyelesaikan paper ini. Penulisan paper ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah sejarah hukum
dan mengangkat judul sejarah perkembangan hukum Indonesia pada masa klasik
Paper ini ditulis oleh penulis yang bersumber dari Jurnal sebagai refrensi. Tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa yang tealah
Penulis berharap, dengan membaca paper ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua. Paper ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan dengan
pengangkatan judul paper yang ada, Keterbatasan waktu dan kesempatan sehingga
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang tentunya masih perlu
perbaikan dan penyempurnaan maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
Demikian paper ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
Amin
Penyusun,
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Unifikasi Hukum............................................................................. 5
Masa Modern................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah hukum adalah suatu bagian yang sangat penting dimana sejarah
kesamaan dengan ilmu alam yakni bahwa semua adalah empiris artinya, bertumpu
Perkembangan hukum yang ada di Indonesia tidak terlepas dari sejarah yang
telah berjalan cukup lama. Jika melihat dalam sejarah panjang tersebut, Hukum
yang ada di Indonesia tersebut berasal dari Negara Belanda, yang dulu pernah
negara Belanda. Karena Indonesia adalah bekas jajahan Balanda, jadi sistem Eropa
sistemik berarti hukum yang berlaku di Indonesia. Secara sistemik berarti hukum
dilihat sebagai suatu kesatuan, yang unsur-unsur, sub-sub sistem atau elemen-
memperkuat atau memperlemah antara satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan.
Melihat dari sistem hukum yang saat ini berlaku di Indonesia, tampak adanya
perpaduan antara satu sistem hukum dengan sistem yang lainnya. Indonesia tidak
hanya menggunakan sistem hukum Eropa Kontinental, akan tetapi juga telah
1
Perkembangan hukum Indonesia merupakan pengharapan menciptakan
hukum yang menjiwai bangsa. Sebagai Negara yang sedang berkembang, maka
System hukum Indonesia masih terus mengalami perubahan mencari suatu system
hukum yang tepat untuk diterapkan. hal itulah yang menjadi dasar penulisan paper
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka muncul masalah yang akan dibahas dalam
paper ini sebagai batasan dalam pembahasan, adapun rumusan masalah, yaitu:
Unifikasi Hukum
masa modern
C. TUJUAN
unifikasi hukum
masa modern
2
BAB II
PEMBAHASAN
Burgelijck Wetboek atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan KUH
orang keturunan belanda (termasuk didalamnya orang Eropa dan Jepang), namun
KUH Perdata (BW) yang dibuat pada awal abad 18 dan diberlakukan di
Indonesia pada abad 19 ternyata ada beberapa yang sudah ketinggalan jaman atau
dengan kata lain sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dalam masyarakat.
menciptakan hukum perdata nasional atau kalau memang belum mampu mencipta
konkordansi dalam kenyataannya terdapat beberapa hal yang tidak sesuai nilai-nilai
hukum perdata nasional yang mampu diterima oleh semua kalangan masyarakat,
lamanya.
melupakan sejarah, artinya asas-asas yang sudah sesuai tidak perlu dibuang,
undang-undang tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan banyak lainnya yang
mengatur masalah perdata maka peran dari KUH Perdata (BW) makin bisa
3
dikurangi yang pada akhirnya akan hanya menjadi naskah akademik bukan lagi
hukum modern adalah rasionalitas dan uniformitas, yang kemudian menjadi ciri
Kelemahan pemikiran hukum seperti ini sulitnya mencari keadilan yang bersifat
komunitas hukum umumnya meyakini bahwa kasus tersebut adalah benar, ternyata
gagal baik karena dianggap bukti tidak lengkap atau tidak sesuai prosedur. Untuk
(holistik-ekologi), yang tidak hanya melihat hukum secara atomisasi, tetapi secara
atau suatu sistem hukum yang mampu mengantisipasi serta mengatasi berbagai
permasalahan yang mungkin akan timbul. Indonesia sebagai salah satu negara di
dunia ini tidak terlepas dari pengaruh arus globalisasi. Sebagai akibat globalisasi,
juga menimbulkan dampak di bidang hukum. Karena itu salah satu dimensi mutlak
mencerminkan rasa keadilan masyarakat Indonesia dan sesuai cita hukum dan cita-
cita moral dalam nilai-nilai Pancasila dan UUD NKRI tahun 1945.
Melalui konsep Three Pillars Sistem Hukum Modern yang integratif tersebut
merupakan konsep hukum yang tepat untuk sistem hukum modern Indonesia saat
4
ini untuk mengintegrasikan keanekaragaman budaya, adat istiadat, dan agama yang
diberdayakan secara berimbang dan integratif dalam satu sistem hukum nasional
yang diharapkan dapat membangun hukum modern Indonesia di masa yang akan
datang. Apalagi konsep tersebut akan sangat strategis jika di gunakan dalam
menghadapi era globalisasi dewasa ini untuk memfilter masuknya nilai-nilai asing
banyak aturan-aturan hukum yang plural dan masih majemuk. Selain itu sistem
peradilan pun masih bersifat plural dan masih terdapat diskriminasi. Seiiring
berjalannya waktu, pada tahun 1950, telah dilakukan unifikasi terhadap peradilan
dan pada tahun 1964, Pengadilan Swapraja tidak diberlakukan kembali dan
masih sangat sulit diterapkan karena sifat pluralistik masyarakat dan hukum yang
ada. selain itu, transformasi terhadap masyarakat baik struktur maupun kultur yang
di fasilitasi oleh hukum juga perlu dilakukan untuk mengubah cara pandang dan
nasional yang modern dengan mengacu Cita Hukum Pancasila, yang mampu
memberikan kerangka dan aturan-aturan hukum yang efisien dan responsif bagi
penyelengaraan kehidupan masa kini dan masa depan. Politik hukum dalam bentuk
5
hukum sangat sulit terwujud karena respon masyarakat terhadap penyatuan hukum
secara nasional terutama hukum yang ternyata konflik terhadap hukum kebiasaan
menjadi hal yang tidak mudah untuk dicarikan solusi karena peradaban bangsa
karena itu, para pembentuk kebijakan harus berfikir lebih sistematis dan realistis
mempu bersikap fleksible dan tidak memaksakan pemberlakuan aturan tersebut jika
Pemikiran Modern
pemikiran tertentu sesuai dengan kondisi pemikiran manusia pada waktu itu. Dari
definisi dan teori-teori tentang keadilan, dapat diketahui bahwa konsep keadilan
terdapat dua hal yang bersifat universal dari konsep keadilan yaitu tujuan dan
karakter atau ciri-ciri keadilan. Tujuan adalah hal yang akan dicapai dalam
hubungan hukum baik antara sesama warga, maupun antara warga dengan negara
atau hubungan antar negara. Sedang ciri-ciri atau karakter yang melekat pada
keadilan adalah: adil, bersifat hukum, sah menurut hukum, tidak memihak, sama
hak, layak, wajar secara moral dan benar secara moral. Konsep-konsep keadilan
bersumber dari alam pikiran barat pada zaman klasik dan zaman modern yang
jamannya.
Keadilan dapat diartikan sebagai kebaikan, kebajikan dan kebenaran, yaitu suatu
kewajiban moral yang mengikat antara anggota masyarakat yang satu dengan
lainnya. Keadilan sebagai nilai yaitu menjadi tujuan yang disepakati bersama oleh
6
Makna lain dari keadilan adalah sebagai hasil atau suatu keputusan yang diperoleh
dari penerapan atau pelaksanaan hukum. Keadilan juga diartikan sebagai unsur
ideal, yaitu sebagai suatu cita atau suatu ide yang terdapat dalam semua hukum.
Ketika masa Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1942, akibat kalah
maka sistem hukum yang ditinggalkan di Indonesia masih merupakan hukum yang
Pada masa penguasaan Jepang, tata hukum Hindia Belanda masih tetap berlaku
yang lebih berat terhadap pelanggaran di bidang hukum pidana. Tatanan hukum
pada masa Interregnum ini dapat dikualifikasi termasuk tipe Tatanan Hukum
represif, seba semua keputusan dan pertimbangannya hanya terarah pada satu
sebuah negara baru yaitu Indonesia. Dan dengan itu tatanan hukum kolonial
Belanda terhapus dengan sendirinya, dan diatasnya terbentuk tatanan hukum baru.
Tatanan hukum baru tersebut tidak segera terwujud perangkat kaidah hukum
positif yang tertulis, melainkan masih merupakan tatanan hukum tidak tertulis yang
belum memperlihatkan bentuk yang jelas dan, oleh karena itu, memerlukan
pemositivan lebih lanjut. Pada dasarnya, tata hukum Indonesia yang ada dan
berlaku pada saat itu adalah kaidah dan pranata Hukum Adat setempat serta
Hukum Agama sejauh sudah diresapi ke dalam Hukum Adat. Pada tanggal 18
7
Agustus 1945 ditetapkan dan diberlakukan Undang-undang Dasar 1945, dan
dengan itu menjadi jelas sosok kepositivitasan tatanan hukum negara Indonesia.
Pada masa tahun 1950 terjadi perubahan penting dalam bidang penyelenggaraan
hukum pada masa itu adalah penyederhanaan dan unifikasi badan pengadilan ke
peradilan yang mencerminkan semangat persatuan nasional. Pada masa itu, mulai
merebak ke permukaan pertentangan antara tiga jajaran penegak hukum yang juga
ikut membawa dampak negative pada perkembangan tatanan hukum dan mutu
unifikasi hukum. Sehubungan dengan ini, berkenaan dengan politik hukum yang
ditempuh, di kalangan para yuris Indonesia pada masa itu terdapat perbedaan
pendapat yang hingga derajat tertentu. Di bawah pengaruh Mazhab Sejarah dan
relativisme budaya, menghendaki agar bagi rakyat Indonesia tetap berlaku Hukum
bertujuan baik ini dalam dirinya sendiri mengandung dampak merugikan bangsa
8
Pasal 1 ayat (1) Semua peradilan di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Manipol/ Usdek yang menuju
masyarakat Sosialis Indonesia. Tidak ada tempat bagi peradilan swapraja yang
bersifat feodalistis, atau peradilan Adat yang dilakukan bukan alat perlengkapan
Ketentuan ini juga membuka jalan untuk adanya campur tangan dari Presiden
Undang-Undang dasar 1945, yakni tatanan hukum yang mandiri namun responsif
hingga tahun 1993 adalah periode formatif tatanan politik Negara Republik
kehidupan suatu bangsa yang baru menghadirkan diri sebagai bangsa yang
merdeka yang berkeinginan untuk mengatur diri sendiri secara mandiri, yang asas-
9
asas pokoknya dan kerangka umum struktur dasarnya dicantumkan dalam UUD
1945.
hukum, meskipun dengan kualitas yang tidak sesuai dengan harapan. Karena itu,
hukum yang memperlihatkan ciri-ciri yang represif hingga tahun 1993 itu
10
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan dari
Bahwa Hukum di Indonesia tidak terlepas dari konteks sejarah. Hukum yang di
Indonesia menggunakan sistem hukum Belanda karena pada saat itu Indonesia
adalah negara jajahan kolonial Belanda dan karena pada saat yang bersamaan
sistem hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon. Selain itu Indonesia juga
menjalankan sistem hukum yang sesuai dengan pemikiran para filsuf dengan aliran/
mashab Positivisme.
Penataan sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu adalah dengan
mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbaharui
legislasi.
perhatian terhadap suatu orientasi yang cenderung untuk menopang sebuah tatanan
ekspresi simbolis dan idiom-idiom hukum yang entitasnya menuju hukum adat
aliran hukum Pemerintah Kolonial yaitu hukum harus tertulis. Setelah reformasi
11
terjadi perubahan pemikiran hukum khususnya dalam praktek peradilan. Dalam
praktek peradilan tidak semata-mata mendasarkan pada hukum tertulis, tetapi lebih
Usaha Negara.
Oleh karena itu, para pembentuk kebijakan harus berfikir lebih sistematis dan
realistis ketika akan memberlakukan unifikasi terhadap aturan yang hanya bersifat
mempu bersikap fleksible dan tidak memaksakan pemberlakuan aturan tersebut jika
12
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Akib. Oktober 2009. Suatu Pemikiran Hukum Modern. Jurnal Hukum Pro
Nasaruddin Umar. Mei 2014. Konsep Hukum Modern. Jurnal Walisongo: Volume 22
No.1
Erie Hariyanto. Juni 2009. Burgelijk Wetboek. Jurnal Al-Ihsam: Volume 1V No.1
Anak Agung Putu Wiwik ugiantari, SH. MH. September 2015. Perkembangan Hukum
Volume V No.2
Bander Johan Nasution. Mei - Agustus 2014. Kajian Filosofis Tentang Konsep Keadilan
Dari Pemikiran Klasik sampai Pemikiran Modern. Jurnal Yustisia: Volume 3 No.2
Martitah. Juli 2013. Reforma Paradigma Hukum Di Indonesia Dalam Perspektif Sejarah.
13