Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

NAMA : KHAFIFA INDAH PARAWANGSA

NPM : 2174201039

KELAS : IVB HUKUM

DOSEN PENGAMPUH: Dr. SINUNG MUFTI HANGABEI,S.H.,M.H

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan saya membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Hukum. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran kepada orang yang membaca makalah ini. Agar saya dapat
memperbaiki kesalahan – kesalahan pada makalah – makalah berikutnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan yang sudah terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Saya berharap agar makalah ini dapat memberikan ilmu yang
bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.

Bengkulu,6 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ...................................................................................................... 4


b. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
c. Tujuan .................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Filsafat ................................................................................................ 6


b. Perkembangan Filsafat Hukum Di Indonesia .................................................... 7
c. Peranan Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia ............ 8

BAB III KESIMPULAN................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang

Berfilsafat adalah berpikir radikal, radix artinya akar, sehingga berpikir radikal artinya sampai ke
akar suatu masalah, mendalam sampai ke akar-akarnya, bahkan melewati batas-batas fisik yang
ada, memasuki medan pengembaraan diluar sesuatu yang fisik (Asy'arie, 2002: 3). Berfilsafat
adalah berpikir dalam tahap makna, ia mencari hakikat makna dari sesuatu. Berpikir dalam tahap
makna artinya menemukan makna terdalam dari sesuatu, yang berada dalam kandungan sesuatu
itu. Dalam filsafat, seseorang mencari dan menemukan jawaban dan bukan hanya dengan
memperlihatkan penampakan (appearance) semata, melainkan menelusurinya jauh dibalik
penampakan itu dengan maksud menentukan sesuatu yang disebut nilai dari sebuah realitas.

Filsafat memiliki objek bahasan yang sangat luas, meliputi semua hal yang dapat dijangkau oleh
pikiran manusia, dan berusaha memaknai dunia dalam hal makna (Anshori, 2005: 3). Ilmu
hukum memiliki ruang lingkup yang terbatas, karena hanya mempelajari tentang norma atau
aturan (hukum). Banyak persoalan-persoalan berkenaan dengan hukum membangkitkan
pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut yang memerlukan jawaban mendasar. Pada kenyataannya
banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar itu tidak dapat dijawab lagi oleh ilmu hukum.
Persoalan-persoalan mendasar yang tidak dijawab oleh ilmu hukum menjadi objek bahasan ilmu
filsafat. Filsafat mempunyai objek berupa segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh pikiran
manusia (Anshori, 2005: 4).

Konsep hukum mungkin dapat dikatakan mempunyai pengertian yang ambigu, dwiarti, sehingga
dapat menimbulkan kekeliruan pengertian, baik secara intelektual maupun secara moral. Dapat
dikatakan ada dua macam hukum, yaitu hukum yang deskriptif dan hukum yang preskriptif.
Hukum yang deskriptif - decriptive laws - adalah hukum yang menunjukkan sesuatu itu dapat
terjadi, misalnya hukum gravitasi, hukum Archimedes atau hukum yang berhubungan dengan
ilmu-ilmu kealaman.

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum
2. Bagaimana perkembangan filsafat hukum di Indonesia dari masa ke masa?

4
3. Bagaimana peranan filsafat hukum dalam pembentukan hukum di Indonesia?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat hukum.
2. Untuk mengetahui perkembangan filsafat hukum di Indonesia dari masa ke masa.
3. Untuk mengetahui fungsi filsafat hukum dalam pembentukan hukum di Indonesia.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Filsafat

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat
tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan kata lain, filsafat hukum
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi obyek filsafat hukum adalah hukum,
dan obyek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut
hakikat. Lili Rasyidi menyebutkan pertanyaan yang menjadi masalah filsafat hukum, antara lain:

1. Hubungan hukum dan kekuasaan.


2. Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya.
3. Apa sebab Negara berhak menghukum seseorang.
4. Apa sebab orang menaati hukum.
5. Masalah pertanggung jawaban.
6. Masalah hak milik.
7. Masalah kontrak.

Filsafat memiliki objek bahasan yang sangat luas, meliputi semua hal yang dapat dijangkau oleh
pikiran manusia, dan berusaha memaknai dunia dalam hal makna (Anshori, 2005: 3). Ilmu
hukum memiliki ruang lingkup yang terbatas, karena hanya mempelajari tentang norma atau
aturan (hukum). Banyak persoalan-persoalan berkenaan dengan hukum membangkitkan
pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut yang memerlukan jawaban mendasar. Pada kenyataannya
banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar itu tidak dapat dijawab lagi oleh ilmu hukum.
Persoalan-persoalan mendasar yang tidak dijawab oleh ilmu hukum menjadi objek bahasan ilmu
filsafat. Filsafat mempunyai objek berupa segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh pikiran
manusia (Anshori, 2005: 4).

Konsep hukum mungkin dapat dikatakan mempunyai pengertian yang ambigu, dwiarti, sehingga
dapat menimbulkan kekeliruan pengertian, baik secara intelektual maupun secara moral. Dapat
dikatakan ada dua macam hukum, yaitu hukum yang deskriptif dan hukum yang preskriptif.
Hukum yang deskriptif decriptive laws adalah hukum yang menunjukkan sesuatu itu dapat

6
terjadi, misalnya hukum gravitasi, hukum Archimedes atau hukum yang berhubungan dengan
ilmu-ilmu kealaman. Di samping itu, dapat pula terpikirkan oleh kitaMasalah peranan hukum
sebagai sarana pembaharuan masyarakat.

b. Perkembangan Filsafat Hukum Di Indonesia

Filsafat hukum di Indonesia selalu berkembang mengikuti perkembangan pola fikir masyarakat
dan pendapat-pendapat baru para ahli di Indonesia. Filsafat hukum di Indonesia berkembang
dengan seiringnya pola perilaku masyarakat yang berubah-ubah setiap waktunya, sehingga
membuat suatu kebutuhuan atas hukum untuk membuat peraturan dasar yang akan mengatur
ketertiban dan kenyamanan masyarakat sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang ada. Indonesia
memiliki Pancasila sebagai dasar filosofis yang menjadi pedoman hidup berbangsa. Pancasila
dapat dikatakan sebagai dasar filsafat hukum sebab memenuhi kualifikasi untuk dapat disebut
sebagai sistem filsafat hukum yang mencakup beberapa hal yakni adanya nilai kesatuan,
keteraturan dan ketergantungan antara sila-sila, adanya tujuan bersama antara Pancasila dengan
UUD 1945, dan lain sebagainya. Pembentukan hukum ataupun peraturan perundang-undangan di
Indonesia haruslah berdasarkan ataupun harus sesuai dengan Pancasila sebagai dasar negara.
Filsafat hukum berperan sebagai arah pembentukan hukum di Indonesia dan juga sebagai hal
yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Dalam Perkembangan filsafat hukum di Indonesia, filsafat
hukum berpengaruh dalam mengubah aspek pembentukan hukum dan undang-undang di
Indonesia UU no 12 tahun 2011 tentang hierarki peraturan Perundang-undangan dijelaskan
beberapa hal segala peraturan tertulis yang berlakudi Indonesia.

Segala hukum yang dibentuk di Indonesia pada dasarnya mengacu kepada filsafat hukum yang
mana filsafat hukum itu sendiri juga berdasarkan kepada Pancasila sebagai ideologi dari
Indonesia, dan menjadi penentu berlakunya tata tertib hukum di Indonesia. Filsafat hukum
sendiri mempengaruhi pola perkembangan hukum yang ada di Indonesia yang berdasarkan
kepada pola perilaku masyarakat guna mencapai suatu kualitas hukum yang adil untuk seluruh
rakyat Indonesia. Pada perkembangannya di masa sekarang, filsafat hukum sendiri merupakan
mata kuliah wajib di dalam fakultas hukum yang dimaksudkan untuk mengisi pemikiran dari
mahasiswa yang hendak melangkah ke ranah hukum yang lebih tinggi agar nantinya pada saat
dihadapkan pada suatu masalah yang akan menggoyang iman hukumnya, mahasiswa dapat

7
menerapkan pola fikir dan pendirian yang didapatkan dari mata kuliah filsafat hukum tersebut,
dan tidak luput juga peran filsafat hukum yang mengasah mahasiswa untuk lebih menjadi
seorang pribadi yang tak tergoyahkan kepada masalah yang kerap datang seperti jual beli hukum
yang belakangan sering terjadi di Indonesia. Di dalam kehidupan bermasyarakat sendiri,
terutama pada masa sekarang filsafat hukum sendiri mengarahkan masyarakat untuk lebih
mandiri dan paham akan dasar dari suatu peraturan itu dibuat, agar tujuan bersama dalam
mewujudkan keadilan yang mutlak itu dapat dicapai yang akan berguna untuk generasi-generasi
selanjutnya dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.
c. Peranan Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia.

Dalam upaya pembaruan hukum tersebut, penataan kembali susunan hirarkis peraturan
perundang-undangan kiranya memang sudah sangat tepat, Di samping itu, era Orde Baru yang
semula berusaha memurnikan kembali falsafah Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 dengan
menata kembali sumber tertib hukum dan tata-urut peraturan perundang-undangan, dalam
prakteknya selama 32 tahun belum berhasil membangun susunan perundang-undangan yang
dapat dijadikan acuan bagi upaya memantapkan sistem perundang-undangan di masa depan.
Lebih-lebih dalam prakteknya, masih banyak produk peraturan yang tumpang tindih dan tidak
mengikuti sistem yang baku, Sebagai contoh, produk hukum yang dikeluarkan Bank Indonesia
yang dimaksud untuk memberikan aturan terhadap dunia perbankan menggunakan istilah Surat
Edaran yang tidak dikenal dalamsistem peraturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa
kementerian mengeluarkan peraturan di bidangnya dengan menggunakan sebutan Keputusan
Menteri, dan beberapa lainnya menggunakan istilah Peraturan Menteri.

Keputusan Presiden yang bersifat mengatur dengan Keputusan Presiden yang bersifat penetapan
administratif biasa tidak dibedakan, kecuali dalam kode nomernya saja, sehingga tidak jelas
kedudukan masing-masing sebagai salah satu bentuk peraturan perundang-undangan yang
bersifat mengatur. Sementara itu, setelah lebih dari 50 tahun Indonesia merdeka, sangat
dirasakan adanya kebutuhan untuk mengadakan perubahan terhadap pasal-pasal dalam UUD
1945 yang banyak pihak menilai ada pasal yang tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman.
Ditambah lagi dengan munculnya kebutuhan untuk mewadahi perkembangan otonomi daerah di
masa depan yang dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya dinamika hukum adat di desa-
desa yang cenderung diabaikan atau malah sebaliknya dikesampingkan dalam setiap upaya

8
pembangunan hukum selama lebihdari 50 tahun terakhir. Di dalam Pasal 2 Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2004 telah disebutkan bahwa Pancasila adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum negara Indonesia, hal ini dirasa sesuai mengingat falsafah Pancasila adalah
merupakan ruh perjuangan dari para pejuang bangsa, yang merupakan alat pemersatu, dari yang
sebelumnya terkotak-kotak oleh daerah, ras, suku, agama, golongan, dan lain sebagainya,
mengingat masyarakat Indonesia sangat heterogen, maka dengan kembali pada Pancasila, cita-
cita luhur para pejuang untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur sejahtera
dimungkinkan dapat tercapai. Dilihat dari materinya Pancasila digali dari pandangan hidup
bangsa Indonesia yang merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

Dasar negara Pancasila terbuat dari materi atau bahan dalam negeri yang merupakan asli murni
dan menjadi kebanggaan bangsa, tidak merupakan produk impor dari luar negeri, meskipun
mungkin saja mendapat pengaruh dari luar negeri. Pancasila merupakan Grundnorm atau sumber
dari segala sumber hukum di Indonesia, rumusan Pancasila ini dijumpai dalam Alinea keempat
Pembukaan UUD 1945, maka dapat dikatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah filsafat
hukum Indonesia, maka Batang Tubuh berikut dengan Penjelasan UUD 1945 adalah teori
hukumnya, dikatakan demikian karena dalam Batang Tubuh UUD 1945 itu akan ditemukan
landasan hukumpositif Indonesia. Teori Hukum tersebut meletakkan dasar-dasar filsafati hukum
positif Indonesia.

Filsafat hukum Indonesia, di mulai dari pemaham kembali (re interpretasi) terhadap pembukaan
UUD 1945. Negara yang menganut paham negara teokrasi menganggap sumber dari sumber
hukum adahal ajaran-ajaran Tuhan yang berwujud wahyu, yang terhimpun dalam kitab-kitab suci
atau yang serupa denga itu, kemudian untuk negara yang menganut paham negara kekuasaan
(rechstaat) yang dianggap sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah kekuasaan, lain
halnya dengan negara yang menganut paham kedaulatan rakyat, yang dianggap sebagai sumber
dari segala sumber hukum adalak kedaulatan rakyat, dan Indonesia menganut pahamkedaulatan
rakyat dari Pancasila, akan tetapi berbeda dengan konsep kedaulatan rakyat oleh Hobbes (yang
mengarah pada ke absolutisme) dan John Locke (yang mengarah pada demokrasi parlementer).

Rumusan Pancasila yang dijumpai dalam Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 adalah sumber
dari segala sumber hukum di Indonesia yang merupakan produk filsafat hukum negara
Indonesia, Pancasila ini muncul diilhami dari banyaknya suku, ras, kemudian latar belakang,

9
serta perbedaan ideologi dalam masyarakat yang majemuk, untuk itu muncullah filsafat hukum
untuk menyatukan masyarakat Indonesia dalam satu bangsa, satu kesatuan, satu bahasa, dan
prinsip kekeluargaan, walau tindak lanjut hukum-hukum yang tercipta sering terjadi hibrida
(percampuran), terutama dari hukum Islam, hukum adat, dan hukum barat (civil law / khususnya
negara Belanda), hukum Islam (baca Al-Qur’an) sering dijadikan dasar filsafat hukum sebagai
rujukan mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah umat muslim, contoh konkrit dari
hukum Islam yang masuk dalamkonstitusi Indonesia melalui produk filsafat hukum adalah
Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, apalagi didalamnya terdapat pasal
tentang bolehnya poligami bagi laki-laki yaitu dalam Pasal 3 ayat 1, Pasal 4 ayat 1,2, dan Pasal 5
ayat 1 dan 2, walau banyak pihak yang protes pada pasal kebolehan poligami tersebut, namun di
sisi lain tidak sedikit pula yang mempertahankan pasal serta isi dari Undang-undang Perkawinan
tersebut.

DPR adalah lembaga yang berjuang mengesahkan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan, yang diundangkan pada tanggal 2 Januari tahun 1974, dan sampai sekarang masih
berlaku tanpa adanya perubahan, ini bukti nyata dari perkembangan filsafat hukum yang muncul
dari kebutuhan masyarakat perihal penuangan hukum secara konstitusi kenegaraan, yang
mayoritas masyarakat Indonesia adalah agama Islam, yang menganggap ayat-ayat bahkam dalam
kitab suci Al-Qur’an adalah mutlak untuk diikuti dalam hukum. Hukum adat juga sedikit banyak
masuk dalam konstitusi negara Indonesia, contoh adanya Undang-undang Agraria, kemudian
munculnya Undang-undang Otonomi daerah, yang pada intinya memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia yang sangat heterogen. Maka dengan filsafat hukum yang dikembangkan
melalui ide dasar Pancasila akan dapat mengakomodir berbagai kepentingan, berbagai suku,
serta menyatukan perbedaan ideologi dalam masyarakat yang sangat beraneka ragam, dengan
demikian masyarakat Indonesia akan tetap dalamkoridor satu nusa, satu bangsa, satu kesatuan,
satu bahasa, yang menjunjung nilai-nilai luhur Pancasila.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat
tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan kata lain, filsafat hukum
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi obyek filsafat hukum adalah hukum,
dan obyek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut
hakikat.

Konsep hukum mungkin dapat dikatakan mempunyai pengertian yang ambigu, dwiarti, sehingga
dapat menimbulkan kekeliruan pengertian, baik secara intelektual maupun secara moral. Dapat
dikatakan ada dua macam hukum, yaitu hukum yang deskriptif dan hukum yang preskriptif.
Hukum yang deskriptif decriptive laws adalah hukum yang menunjukkan sesuatu itu dapat
terjadi, misalnya hukum gravitasi, hukum Archimedes atau hukum yang berhubungan dengan
ilmu-ilmu kealaman. Di samping itu, dapat pula terpikirkan oleh kita masalah peranan hukum
sebagai sarana pembaharuan masyarakat.

Filsafat hukum di Indonesia berkembang dengan seiringnya pola perilaku masyarakat yang
berubah-ubah setiap waktunya, sehingga membuat suatu kebutuhan atas hukum untuk membuat
peraturan dasar yang akan mengatur ketertiban dan kenyamanan masyarakat sesuai dengan
kaidah-kaidah hukum yang ada. Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar filosofis yang
menjadi pedoman hidup berbangsa. Pancasila dapat dikatakan sebagai dasar filsafat hukum sebab
memenuhi kualifikasi untuk dapat disebut sebagai sistem filsafat hukum yang mencakup
beberapa hal yakni adanya nilai kesatuan, keteraturan dan ketergantungan antara sila-sila, adanya
tujuan bersama antara Pancasila dengan UUD 1945, dan lain sebagainya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Resmini, W. (2013). Peranan Filsafat Hukum dalam Pembentukan Hukum di Indoensia. Ganec
Swara, 7(1).

Khambali, M. (2014). Fungsi Filsafat Hukum dalam Pembentukan Hukum di


Indonesia. Supremasi Hukum: Jurnal Kajian Ilmu Hukum, 3(1).

Agung, M. (2023). Perkembangan Filsafat Hukum di Indonesia.

Darmodiharjo, D. (1995). Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum
Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.

Anshori, A. G. (2018). Filsafat hukum. Ugm Press.

12

Anda mungkin juga menyukai