Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

FILSAFAT HUKUM

TENTANG
ALIRAN-ALIRAN (MAZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu pada Program Pascasarjana
Universitas Kristen Indonesia Makassar

Oleh:

APRIANUS LOLLONG BA’KA’

NIM 81611011210035

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Pasolang Pasapan, SH., MH.

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan dan berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Filsafat Hukum tentang Aliran-aliran (Mazhab) dalam Filsafat
Hukum ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Filsafat
Hukum. Makalah ini menjelaskan lebih mendalam mengenai Aliran-aliran (Mazhab) dalam
Filsafat Hukum sehingga lebih mudah untuk dipahami.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku
panduan yang berkaitan dengan Filsafat Hukum, serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan Filsafat Hukum.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Aliran-aliran (Mazhab) dalam
Filsafat Hukum. Akhir kata, mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dan semoga makalah ilmiah tentang Aliran-aliran (Mazhab) dalam Filsafat
Hukum ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca.

Makale, 28 Februari 2022

Aprianus Lollong Ba’ka’

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar belakang ............................................................................................................ 1


B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan P e n u l i s a n ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum................................................................... 3


B. Aliran-aliran atau Mazhab dalam Pemikiran Filsafat Hukum........................................ 7
4
6
6
7
10
10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 23

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 23
B. Saran................................................................................................................................ 23
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum sebagai sebuah produk dialektika evolusioner masyarakat


niscaya harus terus berkembang dalam lingkungan zaman dan waktu,
hukum yang dulu dianggap sebagai suatu keniscayaan, lambat laun mulai
ditinggalkan dan digantikan perannya oleh hukum yang lebih relavan bagi
zaman dan waktu tertentu. Namun, kajian yang sangat menarik dalam
ranah perkembangan ilmu hukum adalah; dalam perkembangan ikmu
hukum dari masa ke masa tidak terjadi suatu loncatan revolusioner
sebagaimana yang terjadi dalam ilmu eksak, hukum sebagai ilmu
berkembang secara kumulatif dan evolusi dimana perkembangan ilmu
hukum tidak dapat di prediksi secara matematis, namun harus dengan
pendekatan filosofis yang juga menyangkut akan keyakinan (faith) suatu
individu/masyarakat terhadap hukum tersebut. Dalam tulisan sederhana ini
penulis akan mencoba mendeskripsikan evolusi dari paradigma hukum
yang marak berkembang dan dipakai sebagai acuan/patokan bagi
masyarakat dunia dalam berhukum.
Dimulai dari paradigm hukum yang bersumber dari kodrat manusia
sebagai makhluk ciptaan-Nya (the nature of law), hukum sebagaimana
yang ditafsirkan sebagai kaidah resmi Negara (positivism/doctrinal),
kajian hukum yang memakai metode penalaran hukum yang
menggabungkan ilmu hukum dengan anasir-anasir kekuasaan dan pranata
sosiologis masyarakat (socio legal/non-doctrinal) dan sampai kepada teori
hukum yang lahir pada periode post-modern dengan gerakan kritik
ediologis dan semangat deskontruksi hukum yang membawa angin
perubahan bagi pilar-pilar hukum didunia (critical legal studies).
Pemikiran hukum ini berkembang dalam bentuk berbagai mazhab
yang mempunyai ciri dan saling berdialektika dalam memecahkan
problem hukum yang dihadapi pada waktu dan tempat yang berbeda,
dalam uraian selanjutnya akan diuraikan berbagai mazhab atau aliran yang
berkembang dalam filsafat hukum.

-1-
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas Penulis dapat menyimpulkan, dalam makalah ini
Penulis akan mengangkat dua rumusan masalah yang akan dibahas yaitu
meliputi :
1. Bagaimana Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum?
2. Apa saja Mazhab atau Aliran-Aliran dalam Pemikiran Filsafat Hukum?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui bagaimana pengertian dan kedudukan filsafat hukum;
2. Mengetahui macam-macam mazhab atau aliran-aliran dalam pemikiran
filsafat hukum.

-2-
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum

Filsafat hukum mengkaji segala hal yang berkaitan dengan hukum


secara universal, radikal dan sistematis. Antara lain akan dicari jawaban :
apakah arti hukum, apakah hakikat hukum, dari mana asal hukum,
bagaimana metodelogi hukum dalam mencapai kebenaran hukum, apakah
tujuan hukum, bagaimana nilai-nilai yang berlaku dalam hukum,
bagaimana kedudukan manusia dalam hukum dan apakah norma-norma
yang belaku bagi pelaku hukum.1 A. Ahrens pernah membicarakan, bahwa
filsafat hukum adalah ilmu yang mengambil sumber dan menjabarkan asas
tertinggi dan/ atau cipta hukum dari manusia dan kemanusian, untuk
selanjutnya dikembangkan diterapkan pada kehidupan manusia, sedangkan
menurut kodratnya factor manusia dan kemanusian adalah bersifat
universal dan terbuka. Sedangkan nilai luhur kemanusian sudah tertuang
dengan jelas dalam sila ke dua dasar Negara kita yang sekaligus sebagai
cita hukum kita, maka sangatlah relevan apabila kita mempertimbangkan
beberapa pokok pikiran berbagai aliran filsafat hukum dalam relasi dan
relevansinya dengan pembangunan/pembinaan hukum Indonesia, apalagi
bila hal ini dikaitkan hubungannya dengan bahwa hakikat hukum adalah
suatu organisme yang hidup, dimana vitalitas dan eksistensinya lebih
lanjut bergantung pada gerak usaha pembaharuan dan penyempurnaan.2
Ada pendapat yang mengatakan bahwa karena filsafat hukum
merupakan bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti
filsafat hukum hanya mempelajari hukum secara khusus. Sehingga, hal-hal
non hukum menjadi tidak relevan dalam pengkajian filsafat hukum.
Penarikan kesimpulan seperti ini sebetulnya tidak begitu tepat. Filsafat

1
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, SUHUDSentrautama, hlm. 47
2
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran Menuju
Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, Jakarta, Rajawali Pres, 2014, hlm.9

-3-
hukum sebagai suatu filsafat yang khusus mempelajari hukum hanyalah
suatu pembatasan akademik dan intelektual saja dalam usaha studi dan
bukan menunjukan hakikat dan filsafat hukum itu sendiri.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah
cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari
hakikat hukum. Dengan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang
mempelajari hukum secara filosofis. Jadi objek filsafat hukum adalah
hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau
dasarnya, yang disebut hakikat.3
Hakikat hukum dapat dijelaskan dengan cara memberikan suatu
definisi tentang hukum. Sampai saat ini menurut Apeldom, sebagaimana
dikutip dari Imanuel khant, para ahli hukum masih mencari tentang apa
definisi hukum. Definisi (batasan) tentang hukum yang dikemukakan para
ahli hukum sangat beragam, tergantung dari sudut mana mereka
melihatnya.4
Jadi pengertian dan pokok bahasan filsafat hukum adalah filsafat tentang
hukum. Yaitu kajian yang mendalam, dan sungguh-sungguh secara
sitematis dan metodis tentang hakikat hukum sampai kedasar atau akarnya.
Masalah-masalah dasar yang menjadi perhatian para filosof masa dahulu
terbatas pada masalah tujuan hukum (terutama masalah keadilan),
hubungan hukum alam dan hukum positif, hubungan Negara dan hukum.
Dengan demikian yang membedakan filsafat hukum dengan filsafat
lain, terletak dalam objeknya, filsafat hukum hanya mengkaji masalah-
masalah hukum. Filsafat hukum ialah filsafat yang mengkhususkan objek
kajiannya tentang hukum. Filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat.
Karena yang menjadi objek filsafat hukum adalah masalah hukum,
maka persoalan filsafat hukum dapat dirinci sebagai berikut:5
1. Apakah hukum itu? Atau apakah hakikat hukum?
2. Apakah atau dari manakah asal hukum?
3. Apakah atau bagaimana tujuan hukum?

3
Ibid,hlm.10
4
Ibid,hlm.11
5
Suparman Usman, op.cit. hlm.50

-4-
4. Apakah atau bagaimana kedudukan manusia dalam hukum?
5. Apakah norma-norma yang berlaku bagi pemelihara (pengembala)
hukum?.

Berkaitan dengan (sub bagian ke 5) Norma adalah pedoman


manusia dalam bertingkah laku. Dengan demikian, norma hukum hanyalah
salah satu saja dari sekian banyak pedoman tingkah laku itu. Diluar norma
hukum terdapat norma-norma lainnya. Purbacaraka dan soekanto
menyebutkan ada empat norma, yaitu : (1) kepercyaan; (2) kesusilaan, (3)
sopan santun; dan (4) hukum. Tiga norma yang disebutkan dimuka dalam
kenyataannya belum dapat memberikan perlindungan yang memuaskan,
sehingga diperlukan norma keempat, yaitu norma hukum.6

Menurut Aristoteles, kedudukan filsafat hukum dapat dilihat pada :

 Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi


filsafat.
 Filsafat teoretis. Dalam cabang ini mencakup tiga macam ilmu,
yaitu :
1. Fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata
ini.
2. Matematika yang mempesoalkan benda-benda alam dalam
kuantitasnya.
3. Metafisika yang mempersoalkan tentang hakikat segala
sesuatu ilmu metafisika.
 Filsafat praktis. Dalam cabang ini tercakup tiga macam ilmu,
yakni:
1. Etika yang mengatur kesusialaan dan kebahagian dalam
hidup perseorangan.
2. Ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran
dalam keluarga.7

6
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pusaka Utama, 2008, hlm.13
7
Sukarno Aburaera, dan Muhadar, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Jakarta, Kencana Prenata
Media Grroup, 2013, hlm.45

-5-
3. Politik yang mengatur kesusilaan dan kemkmuran dalam
Negara.
 Filsafat Poetika
Filsafat poetika biasa disebut dengan filsafat estetika. Filsafat
ini meliputi kesenian dan sebagainya.

Uraian filsafat Aristoteles, menunjukan bahwa filsafat hukum hadir


sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap ketidak mampuan ilmu hukum
dalam membentuk dan menegakkan kaidah dan putusan hukum sebagai
suatu sistem yang logis dan koseptual. Oleh kerena itu, filsafat hukum
merupakan alternative yang dipandang tepat untuk memperoleh solusi
yang tepat terhadap permasalahan hukum.8

Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang


zaman, menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam
hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum,
dan9 terutama apabila dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari
jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan dalam kehidupannya, akan
melahirkan berbagai aliran/mazhab dalam filsafat hukum. Secara urut
aliran-aliran/mazab hukum tersebut menunjukan sebuah dealegtika.

Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan


manusia juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau beberapa
konsep/perspektif hukum, sehingga memunculkan beragam pemikiran,
karena memang berbeda sudut pandangnya.

Sekurang-kurangnya ada tiga konsep mengenai hukum, yaitu:

1. Hukum sebagai ide, cita-cita, nilai moral keadilan. Meteri studi


mengenai hal ini termasuk dalam filsafat hukum.
2. Hukum sebagai norma kaidah, peraturan, undang-undang yang
berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari
suatu kekuasaan Negara tertentu sebagai produk dari suatu

8
Ibid, hlm.46
9
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, op.cit, hlm.14

-6-
kekusaan Negara tertentu yang berdaulat. Materi studi demikian ini
termasuk dalam pengetahuan hukum positif (studi normatif).
3. Hukum sebagai institusi social yang riil dan fungsional dalam
sistem kehidupan bermasyarakat yang terbentuk dari pola-pola
tingkah laku yang melembaga.

Apabila kita cemati para pemikir-pemikir filsafat hukum tersebut


sebenarnya berkisar dan berputar pada tiga nilai dasar hukum yang
diuraikan oleh Gustav Radbruch yaitu keadilan, kegunaan, dan
kemanfaatan hukum. Masyarakat tidak hanya butuh pertura-peraturan
yang menjamin kepastian hukum dalam hubungan mereka satu sama
lain,10 tetapi butuh juga keadilan disamping hukum dituntut pula melayani
kepentingan-kepentingannya (memberika kemanfaatan).11

B. Aliran-Aliran atau Mazhab dalam Pemikiran Filsafat Hukum

Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat


hukum, dikenal beberapa aliran atau mazhab tentang hukum, antara lain:
(1) Alaliran hukum alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran
utilitarianisme, (4) Aliran sejarah, (5) Aliran Sociological jurisprudence,
(6) Aliran realism hukum, (7) Aliran antropologis dan (8) Aliran hukum
Islam.

1. Aliran Hukum Alam


Aliran ini disebut juga dengan aliran hukum kodrat atau Natural
Law Theory , menurut aliran ini hukum dipandang sebagai suatu
keharusan alamiah (nomos), baik semesta alam, maupun hidup
manusia. Hukum itu berlaku universal dan bersifat abadi. Pemikiran
hukum alam dikembangakan oleh beberapa pakar yang ada pada
zaman Yunani dan Romawi.
Diantara aliran hukum alam ada aliran Stoa yang diwakili oleh
Zeno (320-250 SM), yang mempunyai ajaran sebagai berikut :

10
Ibid, hlm.15
11
Ibid, hlm.16

-7-
1. Alam ini diperintah oleh pikiran yang rasional.
2. Kerasionalan alam dicerminkan oleh seluruh manusia yang
dengan kekuatan penalarannya memungkinkan menciptakan
suatu natural life yang didasarkan pada reasonable living
3. Hukum alam dapat di identikan dengan moralitas tertinggi.
4. Basis hukum adalah aturan Tuhan dan keadaan manusiawi.12
5. Penalaran manusia dimaksudkan agar ia dapat membedakan
yang benar dari yang salah dan hukum didasarkan pada konsep-
konsep manusia tentang hak dan kewajiban.

Hukum alam dibedakan dalam dua golongan :

1. Aliran hukum alam irasional


2. Aliran hukum alam rasional

Menurut aliaran hukum alam irasional bahwa hukum itu berlaku


universal dan bersifat abadi dengan mengesampingkan aspek ratio
manusia. Tokoh aliran ini antara lain Thomas Aquinas.

Menurut aliran hukum alam rasional bahwa hukum itu berlaku


universal dan bersifat abadi dengan menekankan terhadap ratio
manusia. Tokoh aliran ini antara lain Hugo Degrot.

Teori hukum alam (hukum kodrat melingkupi pendekatan


terhadap hukum yang melihat bahwa keberadaan hukum yang ada
adalah perwujudan atau merupakan fenomena tatanan hukum yang
lebih tinggi yang seharusnya ditaati. Dengan demikian pendekatan dari
teori hukum kodrat ada yang berpijak dari pandangan teologis dan
sekuler.

1. Pandangan teologis (berdasarkan ke-Tuhan-an)


Teori hukum kodrat yang dipenuhi oleh pandangan atau yang
ada, diciptakan dan diatur oleh yang maha kuasa yaitu tuhan
yang juga telah meletakan prinsip-prinsip abadi untuk
mengatuur perjalanannya alam semesta. Kitab suci menjadi
12
Suparman Usman, op.cit, hlm. 105

-8-
sumber dari pandangan semacam ini. Semua hukum yang
diciptakan oleh manusia karena itu harus sesuai13 dengan
hukum Tuhan seperti yang digariskan dalam kitab suci
(mengesampingkan aspek ratio manusia).
2. Pandangan sekuler (berdasarkan ratio)
Pandangan ini didasari keyakinan bahwa manusia (kemampuan
akal budinya) dan dunianya (masyarakat) menjadi sumber bagi
tatanan moral yang ada. Tatanan moral yang ada menjadi
manifestasi tatanan moral dalam diri dan masyarakat manusia.
Keutamaan moral tidak ada dalam sabda Tuhan yang tertulis
dalam kitab suci tetapi dalam hati kehidupan sehari-hari
manusia. Hukum itu berlaku secara universal dan bersifat abadi
dengan menekankan pada aspek ratio manusia. Aliran hukum
alam yang rational disebut pula aliran hukum alam yang
modern.

Ada yang mengatakan bahwa hukum alam pada dasarnya


bukanlah sesuatu aturan jenis hukum, melainkan merupakan kumpulan
ide atau gagasan yang keluar dari pendapat para ahli hukum, kemudian
diberikan sebuah label yang bernama hukum alam. Menurut
pandangan Satjipto Rrahardjo, bahwa istilah hukum alam ini
didatangkan dalam berbagai arti oleh berbagai kalangan dan pada masa
yang berbeda-beda pula. Dengan demikian hakikat hukum alam
merupakan hukum yang berlaku universal dan abadi. Sebab menurut
Friedmann, sejarah hukum alam adalah sejarah umat manusia dalam
usahanya untuk menemukan apa yang disebut absolut justice (keadilan
yang mutlak) disamping kegagalan manusia dalam mencari keadilan.
Pengertian hukum alam berubah-ubah sesuai dengan perubahan pola
piker masyarakat dan keadaan politik dijaman itu.14
Penulis tidak mungkin membahas secara khusus keseluruhan
pendapat para tokoh dan pakar hukum dalam makalah ini, olehnya itu

13
Ibid, hlm. 106
14
Ibid, hlm. 107

-9-
penulis akan mengelompokkan tokoh dan pakar itu menurut
zamannya, dan bagi pembaca yang ingin mendalami persoalan hukum
alam ini secara khusus, dapat mencarinya pada literatur-literatur lain
yang membahasnya secara lebih terinci:15
a. Tokoh-tokoh hukum alam Yunani, antara lain: Socrates, Plato,
Aristoteles.
b. Tokoh-tokoh hukum alam Romawi, antara lain: Cicero, Gaius.
c. Tokoh-tokoh hukum alam abad pertengahan, antara lain:
Augustine, Isidore, Thomas Aquinas, William of Occam.
d. Tokoh-tokoh hukum alam diabad keenam belas hingga kedelapaan
belas antara lain :Jhon Locke, Montesquieu, Rousseau.
e. Tokoh-tokoh Idealisme Transendental, antara lain: Kant, Hegel.
f. Tokoh-tokoh kebangkitan kembali hukum alam, antara lain adalah:
Kholer, Stammler, Leon Duguit, Geny, Dabin, Le Fur, Rommen,
Maritain, Renard, Gustaw, Radhbuch, Del Vecchio, Fuller,
Recasens Sinches.

2. Aliran Hukum Positif (Positivisme)


Istilah Positivisme berasal dari kata “ponere” yang berati
meletakan, kemudian menjadi bentuk pasif “pusitus-a-um” yang
berate diletakan. Dengan demikian, positivism menujukan pada sebuah
sikap atau pemikiran yang meletakan pandangan dan pendekatannya
pada sesuatu. Umumnya positivism bersifat empiris.16
Positivime hukum (aliran hukum positif) memandang perlu
memisahkan secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang
berlaku dan hukum, antara das sein dan das sollen). Dalam kacamata
positivism tiada hukum lain kecuali pemerintah penguasa (law is
command of the lawgivers). Bahkan, bagian dari aliran hukum positif

15
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, op.cit, hlm.101
16
Suparman Usman, op.cit, hlm. 108

-10-
yang dikenal dengan nama legisme, berpendapat17 lebih tegas, bahwa
hukum itu identik dengan undang-undang.18
Positivisme hukum melihat bahwa yang terutama dalam
melihat hukum adalah fakta bahwa hukum diciptakan dan
diberlakukan oleh orang-orang tertentu didalam masyarakat yang
mempunyai kewenangan untuk membuat hukum. Sumber dan validitas
atas norma hukum bersumber pada kewenangan tersebut.
Menurut aliran ini, hukum adalah norma-norma yang
diciptakan atau bersumber dari kewenangan yang formal atau19
informal dari lembaga yang berwenang untuk itu atau lembaga
pemerintahan yang tertinggi dalam sebuah komunitas.
Aliran ini berpandangan hukum identik dengan undang-
undang, yaitu aturan yang beralaku. Satu-satunya sumber hukum
adalah undang-undang. Menurut aliran ini hukum itu merupakan
perintah penguasa dan kehendak dari Negara. Sumber pemikirannya
adalah logika, yaitu suatu cara berpikir manusia yang didasarkan pada
teori-teori kemungkinan (kearah kebenaran).20
Dalam aliran hukum positif ini penulis akan memberikan
definisi dari beberapa tokoh yang menganut aliran positif ini, salah
satu diantaranya yaitu :
1. Aliran Hukum Positif Analitis: John Austin (1790-1859)
Hukum adalah perintah dari penguasa Negara. Hakikat hukum
sendiri, menurut Austin, terletak pada unsur “perintah” itu. Hukum
dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan tertutup.
Dalam bukunya The Province of Jurisprudence obliges a person or
person… “A law is a commandans are said to proceed from
superiors, and to bind or oblige inferiors.”
Austin pertama-tama membedakan hukum dalam dua jenis : (1)
hukum dari Tuhan untuk manusia (the divine laws), dan (2) hukum
yang dibuat oleh manusia. Mengenai hukum yang dibuat oleh

17
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, op.cit, hlm.113
18
Ibid, hlm.114
19
Suparman Usman, loc.cit, hlm. 108
20
Ibid, hlm.109

-11-
manusia ini dapat dibedakan lagi dalam: (1) hukum yang
sebenarnya, dan (2) hukum yang tidak sebenarnya. Hukum dalam
arti yang sebenarnya ini (disebut juga hukum positif) meliputi
hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh
manusia secara individu untuk melaksanakan hak-hak yang
diberikan kepadanya. Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum
yang tidak sebenarnya adalah hukum yang tidak dibuat oleh
penguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum,
seperti ketentuan dari suatu organisasi olahraga. Hukum yang
sebenarnya memiliki empat unsur, yaitu: (1) perintah
(commandan), (2) sanksi (sanction), (3) kewajiban (duty), dan (4)
kedaulatan (sovereighnty).21

2. Menurut L. A Hart, ada lima pengertian dari hukum positif, yaitu:


1. Bahwa undang-undang adalah perintah-perintah manusia.
2. Bahwa tidak perlu ada hubungan antara hukum dengan moral
atau hukum yang ada dan yang seharusnya ada.
3. Bahwa analisis (atau studi tentang arti) dari konsepsi tentang
hukum: (a) layak dilanjutkan, dan (b) harus dibedakan dari
penelitian historis mengenai sebab atau asal usul undang-
undang dari penelitian sosiologis mengenai hubungan22 hukum
dengan gejala sosial lainnya dan kritik atau penghargaan
hukum mengenai arti moral, tuntutan social, serta fungsi-
fungsinya.
4. Bahwa sistem hukum adalah suatu sistem logis tertutup yang
menghasilkan putusan hukum yang tepat dengan cara-cara
yang logis dari peraturan hukum yang telah ada lebih dahulu
tanpa mengingat tuntutan sosial, kebijaksanaan norma-norma
moral.
5. Bahwa penilaian-penilaian moral tidak dapat diberikan atau
dipertahankan, seperti halnya dengan pertanyaan tentang fakta,

21
Darji Darmodiharjo, op.cit, hlm.114
22
Suparman Usman, loc.cit, hlm.109

-12-
dengan alasan yang rasional, petunjuk, atau bukti
(noncognitivisme dalam etika).

3. Aliran Hukum Murni: Hans Kelsen. Inti ajaran Hans Kelsen


menurut Friedmann (1881-1973) adalah:
1. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan, adalah
untuk mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi
kesatuan;
2. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang
berlaku, bukan mengenai hukum yang seharusnya;
3. Hukum adalah ilmu pengetahuan normative, bukan alam;
4. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma hukum
menata, mengubah isi dengan cara yang khusus;
5. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata,
mengubah isi dengan cara yang khusus;
6. Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari
hukum positif ialah hubungan apa yang mungkin dengan
hukum yang nyata.

Aliran ini dibedakan menjadi:

1. Analitical Jurisprudence;
2. Reine Rechtheer (ajaran hukum murni).23

Analitical Jurisprudence adalah dalam filsafat hukum yang


beranggapan bahwa hukum itu merupakan perintah penguasa semata-
mata. Tokohnya antara lain John Austin.

Aliran Ajaran Hukum Murni adalah aliran yang beranggapan


bahwa hukum itu harus dibersihkan dari seluruh unsur-unsur non
yuridis (maksudnya dibersihkan dari unsur-unsur etis atau moral,
sosiologis, ekonomis dan politis).24

23
Ibid, hlm.110
24
Ibid, hlm.111

-13-
3. Aliran Utilitarianisme
Utilitarianisme atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap ciri-
ciri metafisis dan abstrak dari filsafat hukum dan politik pada abad ke-
18. Aliran ini adalah aliran yang meletakan kemanfaatan disini sebagai
tujuan hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagian
(happiness). Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum,
bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada
manusia atau tidak. Jadi menurut penulis demikian juga dengan
perundang-undangan, baik buruknya ditentukan juga oleh ukuran
tersebut. Oleh karena itu undang-undang yang banyak memberikan
kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat akan dinilai sebagai
undang-undang yang baik.
Jadi tujuan dalam aliran ini yaitu untuk memberikan
kemanfaatan dan kebahagian yang sebanyak-banyaknya kepada
masyarakat. Adapun tokoh-tokoh dalam aliran ini antara lain Jeremy
Bantham (1748-1783), John Stuart Mill (1806-1873) dan Rudolf von
Jhering.
Menurut Bantham keberadaan Negara dan hukum semata-mata
sebagai alat untuk mencapai manfaat yang hakiki, yaitu kebahagiaan
mayoritas masyarakat.
Lebih jauh menurut Jeremy Bantham bahwa esensi hukum ini sebagai
berikut :
1. Tujuan hukum dan wujud keadilan menurut Jeremy Bantham
adalah mewujudkan the greatest happiness of the greatest number
(kebahagian yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya nya
orang).
2. Tujuan perundang-undangan menurut Jeremy Bantham adalah
untuk menghasilkan kebahagian bagi masyarakat. Untuk itu
perundang-undangan harus berusaha untuk mencapai empat tujuan
yaitu :
a. To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup);
b. To provide abundance (untuk memberikan makanan yang
berlimpah);

-14-
c. To provide security (untuk memberikan perlindungan);
d. To attain equality (untuk mencapai persamaan).

Sedangkan John Stuart Mill mengemukakan bahwa “Actions


are right in proportion as they thend to promote man’s happiness, and
wrong as they tend to promote the reverse of happiness” (tindakan itu
hendaknya ditunjukan terhadap pencapaian kebahagian dan adalah
keliru jika ia menghasilkan sesuatu yang merupakan kabalikan dan
kebahagian).

Aliran ini merupakan aliran yang ingin melihat keterkaitan


antara hukum dan masyrakat. Aliran ini muncul sebagai reaksi tidak
langsung dari Aliran Hukum Alam dan Aliran Hukum Positif. Menurut
aliran ini hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang
bersama-sama masyarakat. Aliran ini menolak hukum itu dibuat oleh
penguasa atau pemerintah. Aliran ini lahir karena dua pengaruh, yaitu
pengaruh dari pemikiran Monstequieu dalam bukunya: L’esprit de
Lois,25 yang mengemukakan tentang adanya hubungan antara jiwa
suatu bangsa dengan hukumnya dan pengaruh adanya paham
rasionalisme yang timbul di abad ke-19.

Tokoh aliran ini antara lain Frederich von Savigny. Menurut


Savigny “Das Rech wird nicht gemach, est ist und wird mitdem Volke”
(Hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat). Hukum itu pencerminan dari jiwa rakyat dan pada
akhirnya ia mati jika bangsa itu kehilangan kebangsaannya. Jadi
penganut historisme menolak pandangan bahwa hukum itu dibuat.
Bagi mereka, hukum itu tidak dibuat melainkan ditemukan dalam
masyarakat. Mereka menghargai dan mengagungkan masa lampau.
Terdapat hubungan organis antara hukum dengan jiwa rakyat. Hukum
yang benar-benar hidup hanyalah hukum kebiasaan. Ciri khas mereka
adalah ketidak percayaan pada pembuat undang-undang, ketidak
percayaan pada kodifikasi.

25
Ibid, hlm.112

-15-
Lebih lanjut Savigny mengatakan : “Di dunia ini terdapat
berbagai bangsa yang pada tiap-tiap bangsa tersebut mempunyai suatu
volgeist (jiwa rakyat). Jiwa ini berbeda-beda, baik menurut waktu
maupun menurut tempat. Pencerminan dari adanya jiwa yang berbeda
ini tampak pada kebudayaan dari bangsa tadi yang berbeda-beda.
Ekspresi itu tampak pula pada hukum yang sudah tentu berbeda pula
pada setiap waktu dan tempat. Oleh karena itu, tidak masuk akal jika
terdapat hukum yang belaku universal pada semua waktu. Hukum
sangat bergantung atau bersumber pada jiwa rakyat dan yang menjadi
isi dari hukum itu ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa
ke masa (sejarah).26

4. Aliran Sociological Jurisprudence


Aliran ini termasuk kepada aliran sosiologis yang memandang
hukum sebagai kenyantaan sosial. Kalau aliran positivis melihat “law
in books”, maka aliran sosiologis memandang “law in action”.
Aliran Sociological Jurisprudence antara lain dipelopori oleh Roescoe
Pound. Inti pemikiran aliran ini adalah bahwa hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
Artinya hukum itu harus merupakan percerminan nilai-nilai yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Roescoe Pound membedakan antara sisologi hukum (sociology
of law) dengan sociological jurisprudence. Sosiologi hukum adalah
cabang dari sosiologi yang mempelajari pengaruh-pengaruh
masyarakat apada hukum. Sedangkan sociological jurisprudence
adalah cabang ilmu hukum, yaitu aliran dalam filsafat hukum yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat.
Sociological jurisprudence mempunyai cara pedekatan yang bermula
dari hukum kemasyrakat, sedangkan sosiologi hukum sebaliknya, yaitu
pendekatan dari masyarakat ke hukum.
Sumber pemikiran aliran ini adalah logika dan pengalaman.

26
Ibid, hlm.113

-16-
Aliran ini mempunyai ajaran mengenai pentingnya living law (hukum
yang hidup dalam masyarakat). Menurut aliran ini hanya hukum yang
mampu mengahaadapi ujian akal dapat hidup terus. Yang menjadi
unsur kekal dalam hukum itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan akal
yang berdiri diatas pengalaman. Pengalaman dikembangkan oleh akal
dan akal diuji oleh pengalaman. Hukum adalah pengalaman yang
diatur dan dikembangkan oleh akal, yang diumumkan dengan wibawa
oleh badan-badan yang membuat undang-undang atau mengesahkan27
undang-undang dalam masyarakat dan dibantu oleh kekuasaan dalam
masyarakat itu.
Syarat-syarat suatu hukum agar menjadi living law adalah :
1. Dianut dan dilaksanakannya hukum tersebut, didasarkan kepada
kesadaran hukum masyarakat (tidak ada unsur paksaan);
2. Hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang tumbuh dan berlaku
dalam masyarakat;
3. Penggunaan hukum itu tidak ada clausul pelanggaran.

Berkaitan dengan uraian sociological jurisprudence dan living


law ada beberapa pandangan Roescoe Pound tentang hukum sebagai
berikut :

1. Tugas hukum adalah memajukan kepentingan umum;


2. Hukum berfungsi sebagai alat;
a. Social engineering
b. Social control

3. Hukum harus mengharmoniskan kepentingan umum dan


kepentingan individual, melalui cita-cita keadilan yang hidup dalam
hati rakyat.

4. Untuk mewujudkan tugas dan fungsi hukum itu, ide keadilan


didukung oleh paksaan dari Negara.

5. Sumber-sumber hukum menurut Roescoe Pound adalah:

27
Ibid, hlm.114

-17-
a. Kebiasaan
b. Relige
c. Ide-ide moral dan ide-ide filosofis
d. Putusan pengadilan (“adjudication”)
e. Diskusi ilmiah
f. Undang-undang
6. Tugas dari ilmu hukum yang sosioligis (sociological jurisprudence)
yang merupakan suatu sumber penting dari ide-ide, adalah untuk
membantu menjamin bahwa fakta-fakta28 sosial direkam dan
dianalisi didalam formulasi, interprestasi dan penerapan hukum.
Untuk itu dibutuhkan antara lain:
a. Suatu studi tentang efek-efek sosial dari persepsi-persepsi
hukum, doktrin-doktrin hukum dan pranata-pranata hukum.
b. Suatu penyelidikan sosiologis sebagai suatu tahap persiapan
bagi pembuatan undang-undang.
c. Studi tentang metode untuk membuat persepsi-persepsi hukum
efektif dalam penerapannya
d. Suatu studi yang mendalam bagi proses peradilan.
e. Suatu studi sosiologis tentang sejarah hukum.
f. Penghargaan terhadap pentingnya keadilan dan penalaran
putusan-putusan kasus-kasus perseorangan
g. Mengakui bahwa tujuan studi hukum adalah untuk mencapai
tujuan-tujuan hukum29

5. Aliran Realis (Realisme)


Realisme secara etimologis berasal dari bahasa latin “res”
yang artinya benda atau sesuatu. Secara umum realisme dapat diartikan
sebagai upaya melihat segala sesuatu sebagaimana adanya tanpa
idealisasi, spekulasi atau idolisasi. Ia berupaya untuk menerima fakta-
fakta apa adanya, betapapun tidak menyenangkan.

28
Ibid, hlm.115
29
Ibid, hlm.116

-18-
Pandangan aliran realism dalam kontek hukum, melihat bahwa
hukum itu dipandang dan diterima sebagaimana apa adanya, tanpa
identitasi dan spekulasi atas hukum yang bekerja dan berlaku.
Aliran realism hukum merupakan satu sub aliran (pecahan) dari aliran
positivisme hukum yang dipelopori antara lain oleh John Chipman.
Roescoe Pound melalui pendapatnya bahwa aliran hukum itu
merupakan a tool of social engineering dapat digolongkan kepada
aliran ini.
Aliran realisme hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Realisme bukanlah suatu aliran/mazhab. Realisme adalah suatu
gerakan dalam cara berpikir dan cara bekerja tentang hukum.
2. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah-
ubah dan sebagai alat untuk mencapai tujuan maupun hasilnya. Hal
ini berarti bahwa keadaan sosial lebih cepat mengalami perubahan
dari pada hukum.
3. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara
sollen dan sein untuk keperluan suatu penyilidikan agar
penyelidikan itu mempunyai tujuan maka hendaknya30 diperhatikan
adanya nilai-nilai dan observasi terhadap nilai-nilai itu haruslah
seumum mungkin dan tidak boleh dipengaruhi oleh kehendak
observer da tujuan kesusilaan.
4. Realisme tidak mendasarkan pada konsep hukum tradisonal karena
realisme bermaksud melakukan apa yang dilakukan sebenarnya
oleh pengadilan dan orang-orangnya. Untuk itu dirumuskan definisi
dalam peraturan yang merupakan ramalan umum tentang apa yang
akan dikerjakan oleh pengadilan. Berdasarkan keyakinan ini,
realisme menciptakan penggolongan perkara dan keadaan hukum
yang lebih kecil jumlahnyan dan jumlah pengglongan yang ada
pada masa lampau.
5. Gerakan realisme menekankan pada perkembangan setiap bagian
hukum haruslah diperhatikan dengan seksama mengenai akibatnya.

30
Ibid,hlm. 117

-19-
Menurut Karl Llwellyn, salah satu seorang tokoh aliran ini,
bahwa hukum harus diterima sebagai suatu yang terus menerus
berubah, hukum bukan suatu yang statis. Tujuan hukum harus
senantiasa dikaitkan dengan tujuan masyarakat dimana hukum itu
berada. Masyarakat selalu berproses yang terus menerus berubah
secara kesinambungan. Oleh karena itu perubahan hukumpun
merupakan sesuatu yang esensial dan diperlukan penekanan pada
evaluasi hukum terhadap dampaknya pada masyarakat.

Dalam pandangan lain menurut Oliver Wendell Holmes, salah


satu tokoh aliran ini, hukum adalah apa yang akan diputus oleh
pengadilan. Jadi menurut Holmes hukum adalah perilaku actual para
hakim (patterns of behavior) yang ditentukan oleh tiga factor :

1. Kaidah-kaidah hukum yang konkretkan oleh hakim dengan metode


interpretasi dan kontruksi;
2. Moral hidup pribadi hakim
3. Kepentingan sosial.31

Dalam kajian aliran realisme ada dua pandangan, yaitu


pandangan pakar-pakar realisme Amerika Serikat dan yang kedua
pakar- pakar realisme Skandinadiva. Tokoh-tokoh realisme Amerika
Serikat adalah :

1. Oliver Wendell Holmes (1841-1935)


2. Jerome Frank (1889-1957)
3. Benjamin N. Cardoso (1870-1938)
4. Karl Nickerson Llwllyn (1893-1962)

Tokoh-tokoh aliran realisme Skandinvia antara lain: Lundstedt,


Hagerstrom, Ilivecrona, dan Ross.

31
Ibid, hlm.118

-20-
6. Aliran Antropologis
Antropologi merupakan kajian atau ilmu yang terpisah dari
hukum. Secara harfiah, antropologi berarti “the study of man” (studi
tentang manusia), muncul sekitar abad ke-19.
Menurut pandangan antropologi, tempat hukum didalam kultur
masyarakat. Pengertian kultur sangat luas mencangkup suatu
pandangan masyarakat tentang kebutuhannya untuk “survinal”.
Hukum juga merupakan aturan yang mengatur produksi dan distribusi
kekayaan dan metode untuk melindungi masyarakat terhadap
kekacauan internal dan musuh dari luar.
Beberapa ajaran yang beraliran antropologi dikemukakan
antara lain oleh Molinowski, Hoebel, Gluckman, Bohannan, dan
Pospisil.
Menurut Prof. T.O. Ihromi, objek kajian antropologi tentang hukum
ini, adalah:32
1. Hukum barat;
2. Hukum dalam masyarkat yang belum kompleks;
3. Hukum tidak tertulis;
4. Hukum rakyat/local

Menurut Hoebel ada tiga unsur esensial hukum yang mungkin


digunakan sebagai kriteria untuk mengidentifikasi yang mana yang
termasuk fenomena-fenomena hukum. Ketiga unsur esensial itu
adalah:

1. Keteraturan hidup (regularity);


2. Otoritas pejabat (official authority);
3. Sanksi

Secara yuridis, sanksi ini merupakan aplikasi paksaan secara


fisik yang dilaksanakan secara resmi (officially) maupun “quasi
officially”, atas nama masyarakat secara umum terhadap legitimasinya.

32
Ibid,hlm.119

-21-
Pandangan Paul Bohannan terhadap hukum terkenal dengan “a
double legitimacy”. Ia bepandangan bahwa seluruh kaidah hukum
berasal dari kaidah-kaidah non hukum lain yang sudah ada
sebelumnya. Tidak ada kaidah hukum yang langsung lahir sebagai
kaidah hukum. Keseluruhannya melalui proses pelegitimasi-an
kembali (double legitimacy.

Asas timbal balik merupakan dasar kebiasaan, dan berbeda


dengan hukum yang berdasarkan kepada pelegetimasian kembali. Bagi
Bohannan, sanksi adalah seperangkat aturan yang mengatur bagaimana
pranata-pranata hukum mencampuri suatu masalah agar dalam
memelihara suatu sistem sosial sehingga memnungkinkan warga
masyarakat hidup dalam sistem itu secara tenang serta dengan cara-
cara yang dapat diperhitungkan.

7. Aliran Hukum Islam


Dalam pandangan Islam, bahwa hukum Islam bersumber dari
ajaran Islam (al-Qur’an dan sunnah). Karena itu menurut pandangan
Islam Law is religion. Dalam kajian hukum islam dikenal “Islamic
Law” untuk penyebutan syariah Islam dan “Islamic Jurisprudence”.

-22-
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau
etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain,
filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.
Jadi objek filsafat hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji
secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut
hakikat.
Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang
zaman, menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas
dalam hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam
dunia hukum, dan terutama apabila dihubungkan dengan naluri
manusia untuk mencari jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan
dalam kehidupannya, akan melahirkan berbagai aliran/mazhab dalam
filsafat hukum. Secara urut aliran-aliran/mazab hukum tersebut
menunjukan sebuah dealegtika.
Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan
manusia juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau
beberapa konsep/perspektif hukum, sehingga memunculkan beragam
pemikiran, karena memang berbeda sudut pandangnya.
2. Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat
hukum, dikenal beberapa aliran atau mazhab tentang hukum, antara
lain: (1) Alaliran hukum alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran
utilitarianisme, (4) Aliran sejarah, (5) Aliran Sociological
jurisprudence, (6) Aliran realism hukum, (7) Aliran antropologis dan
(8) Aliran hukum Islam.

B. Saran
Dalam makalah yang dibuat oleh penulis ini membahas tentang
aliran-aliran dalam filsafat hukum merupakan inti dari mata kuliah filsafat
hukum yang penulis pelajari. Dengan mengetahui pokok-pokok aliran-

-23-
aliran tersebut, sekaligus juga dapat diamati berbagai corak pemikiran
tentang hukum. Dengan demikian, sadarlah kita betapa kompleksnya
hukum itu dengan berbagai sudut padangnya.
Hukum dapat diartikan macam-macam, demikian juga tujuan
hukum. Setiap aliran berangkat dariargumentasinya sendiri. Akhir-nya,
pemahaman terhadap aliran-aliran tersebut akan membuat wawasan kita
makin kaya dan terbuka dalam memandang hukum dan masalah-
masalahnya. Dan penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi yang
membacanya.

-24-
DAFTAR PUSTAKA

Aburaera, Sukarno dan Muhadar. Filsafat Hukum Teori dan Praktik.


Jakrta: Kencana Pranata Media Group.2013
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.2008
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul Halim. Filsafat, Teori, dan Ilmu
Hukum Pemikian Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2014
Usaman, Suparman. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Serang:
SUHUDSentrautama.2010

-25-

Anda mungkin juga menyukai