Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmatNya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Hukum Islam dan Hukum Adat di Indonesia
“. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Hukum Islam

Makalah ini ditulis oleh penulis yang bersumber dari Buku dan Jurnal sebagai
refrensi. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa yang tealah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan dengan pengangkatan
judul makalah yang ada, Keterbatasan waktu dan kesempatan sehingga makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan yang tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan
maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah
yang lebih baik.

Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini. Amin.

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1
BAB I ..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang............................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
A. Pengertian Hukum Islam dan Hukum Adat ................................................................ 5
B. Asas, Tujuan, dan Ciri Ciri hukum islam dan hukum adat ......................................... 6
1. Asas, Tujuan, dan Ciri Ciri hukum islam ................................................................ 6
2. Asas, Tujuan, dan Ciri Ciri hukum adat.................................................................. 7
C. Sumber Sumber Hukum Islam dan Hukum Adat ....................................................... 8
1. Sumber Sumber Hukum Islam ................................................................................ 8
2. Sumber Sumber Hukum Adat ................................................................................. 8
D. Hubungan Hukum Islam dengan Hukum Adat di Indonesia ....................................... 9
E. Perbandingan Hukum Islam dan Hukum Adat di Indonesia ..................................... 10
F. Kedudukan Hukum Adat di Indonesia ...................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................ 14
PENUTUP ............................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat, dan pada
dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku masyarakat selalu di
monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Negara
Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk mayoritas beragama islam, secara
sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut mempengaruhi terbentuknya suatu aturan hukum
yang berlandaskan atas agama Islam.

Di era Modern ini terkadang kita lupa akan latar belakang lahirnya hukum yang kita
kenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara asia asia lainnya.
Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia. hukum adat memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu
sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu
persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.

Memang dalam kehidupan sehari hari tidak bisa terlepas dari peraturan adat yang
mungkin juga berkaitan dengan hukum islam. Kendati demikian tidak semua hukum adat itu
nida diterima kedalam hukum islam. Hanya saja kita perlu mencermati apakah hukum adat
itu bisa dimasukkan dan diterima ke dalam hukum islam atau tidak. Karena selama hukum
adat itu tidak bertentangan dengan al-quran dan as-sunnah maka hukum adat itu bisa diterima
kedalam hukum islam.

Hukum adat di Indonesia dimasa kini mulai mengalami banyak perubahan seiring
dengan perubahan zaman, meskipun begitu eksistensinya di Indonesia hingga saat ini masih
menjadi hal yang sangat penting yang sulit lepas dari kehidupan karena masyarakat
Indonesia sangat memegang kuat apa yang telah diwarisi oleh para leluhurnya.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum islam dan hukum adat?
2. Apa saja Asas, Tujuan, dan ciri ciri hukum islam dan hukum adat?
3. Apa sumber sumber hukum islam dan hukum adat?
4. Bagaimana hubungan hukum islam dengan hukum adat di Indonesia?
5. Bagaimana perbandingan hukum islam dan hukum adat di Indonesia?
6. Bagaimana kedudukan hukum adat di indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum islam dan hukum adat
2. Untuk memahami Asas, Tujuan, dan Ciri Ciri hukum islam dan hukum adat
3. Untuk mengetahui dan memahami sumber sumber hukum islam dan hukum
adat
4. Untuk memahami sejauh mana hubungan hukum islam dengan hukum adat di
Indonesia
5. Untuk mengetahui perbandingan hukum islam dan hukum adat di Indonesia
6. Untuk memahami kedudukan hukum adat di indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam dan Hukum Adat


Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam.
Dalam konsepsi hukum Islam , dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah SWT.
yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat termasuk
dirinya sendiri dan benda serta alam semesta,tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan.
Dalam sistem hukum Islam terdapat lima kaidah yang dipergunakan untuk mengukur
perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun di bidang mu’amalah. Kelima jenis kaidah
tersebut dinamakan al-ahkam al-khamsah atau penggolongan hukum yang lima yakni jaiz
atau mubah atau ibahah, sunnah, makruh, wajib, dan haram. Dalam pembahasan kerangka
dasar agama islam disebutkan bahwa komponen kedua agama Islam adalah syari’at yang
terdiri dari dua bagian yakni ibadah dan mu’amalah. Adapun ilmu yang membahas tentang
syari’at disebut dengan ilmu fikih.

Istilah Adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia berarti “kebiasaan”. Adat atau kebiasaan telah meresap ke dalam bahasa Indonesia
sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah mengenal istilah tersebut. Istilah
hukum adat dikemukakan pertama kali oleh Prof.Dr.Christian Snouck Hurgronye dalam
bukunya yang berjudul “De Accheers”(Orang-orang Aceh), yang kemudian diikuti oleh
Prof.Mr.Cornelis Van Vollen Hoven dalam bukunya yang berjudul “Het Adat Recht Van
Nederland Indie” Dengan adanya istilah ini, maka pemerintah kolonial Belanda pada akhir
tahun 1929 mulai menggunakan secara resmi dalam peraturan perundangan Belanda. Hukum
adat pada dasarnya merupakan sebagian dari adat istiadat masyarakat. Adat istiadat
mencakup konsep yang sangat luas. Hukum Adat adalah Hukum non Statuir yang berarti
Hukum Adat pada umumnya memang belum/ tidak tertulis. Oleh karena itu dilihat dari mata
seorang ahli hukum memperdalam pengetahuan hukum adatnya dengan pikiran juga dengan
perasaan pula. Jika dibuka dan dikaji lebih lanjut maka akan ditemukan peraturan-peraturan
dalam hukum adat yang mempunyai sanksi dimana ada kaidah yang tidak boleh dilanggar
dan apabila dilanggar maka akan dapat dituntut dan kemudian dihukum.

Definisi dari hukum adat sendiri adalah suatu hukum yang hidup karena dia
menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya sendiri, hukum

5
adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri Prof.
Mr. Kusumadi Pujosewoyo, hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku yang “adat”
dan sekaligus “hukum” pula.

Dari beberapa pendapat para ahli hukum mengenai pengertian Hukum Adat, dapat
disimpulkan bahwa Hukum Adat ialah Norma-norma yang bersumber pada perasaan
peradilan rakyat yang meliputi aturan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam kehidupan
sehari-hari, yang sebagian besar tidak tertulis, tetapi senantiasa ditaati dan dihormati oleh
rakyat, karena mempunyai sanksi atau akibat tertentu.

B. Asas, Tujuan, dan Ciri Ciri hukum islam dan hukum adat
1. Asas, Tujuan, dan Ciri Ciri hukum islam
Asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan
pendapat terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukumAsas hukum islam terdiri
dari
a. Asas asas umum terdiri dari asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas
kemanfaatan
b. Asas- asas dalam lapangan hukum pidana antara lain asas legalitas, asas larangan
memindahlam kesalahan pas orang lain, asas praduga tidak bersalah
c. Asas dalam lapangan hukum perdata antara lain: asas kebolehan atau mubah, asas
kemaslahatan hidup, asas kebebasan dan sukarelawan dan masih banyak asas yang
lainnya

Tujuan hukum Islam sebenarnya sudah nampak pada ayat-ayat yang ada dalam al-
Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. secara umum para ahli merumuskan tujuan
hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan jalan
segala sesuatu yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat yaitu yang tidak
berguna bagi hidup kehidupan. Disamping itu dari segi pelaku hukum yakni manusianya
sendiri, tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan
mempertahankan kehidupan itu. Adapun caranya dengan mengambil yang bermanfaat dan
mencegah atau menolak yang mudarat bagi kehidupan. Dengan demikian tujuan hakikat
hukum Islam adalah tercapainya keridaan Allah dalam kehidupan manusia di dunia dan di
akhirat kelak.

Ciri Ciri utama hukum islam yaitu merupakan bagian dan bersumber dari agama
islam, mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau akidah dan

6
kesusilaan atau akhlak islam, mempunyai dua istilah kunci yakni syariah dan fiqih, terdiri
dari dua bidang utama yakni ibadah dan muamalah dll.

2. Asas, Tujuan, dan Ciri Ciri hukum adat

Didalam hukum pidana ini terdapat beberapa Asas-asas yang memiliki


kompleksitas antara satu dengan yang lain, dalam makalah ini kami akan menybutkan
beberapa asas-asas Hukum Adat, yang diantaranya adalah Asas Hukum Peroranga, Asas
Hukum Kekeluargaan, Asas Hukum Perkawinan, Asas Hukum Adat Waris, Asas Hukum
Tanah, Asas Hukum Hutang Piutang, Asas Hukum Adat Delik

Beberapa Tujuan Hukum Adat, Yakni Sebagai Berikut: Sebagai Pedoman Dalam
Berperilaku, Fungsi Pengawasan, Menumbuhkan Hukum Nasional Membina Dan
Memulihkan Kepribadian Bangsa, Menolong Dalam Penerapan Peradilan, Menjadi Sumber
Untuk Pembentukan Hukum Positif Indonesia, Bisa Dipakai Menjadi Lapangan Hukum
Pedata

Ciri Ciri hukum adat diantaranya:

a. Bercorak religion magis (magisch-religieous) adalah pembulatan atau perpaduan kata


yang mengandung unsur beberapa sifat atau cara berfikir seperti prelogika, animisme,
pantangan, ilmu ghoib dan lain-lain.
b. Bercorak Komunal atau Kemasyarakatan Artinya bahwa kehidupan manusia selalu
dilihat dalam wujud kelompok, sebagai satu kesatuan yang utuh. Individu satu dengan
yang lainnya tidak dapat hidup sendiri, manusia adalah makluk sosial, manusia selalu
hidup bermasyarakatan, kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan
perseorangan
c. Bercorak contant mengandung pengertian bahwa dengan suatu perbuatan nyata, suatu
perbuatan simbolis atau suatu pengucapan, tindakan hukum yang dimaksud telah selesai
seketika itu juga, dengan serentak bersamaan waktunya takkala berbuat atau
mengucapkan yang diharuskan oleh adat.
d. Bercorak konkrit Artinya adanya tanda yang kelihatan yaitu tiap-tiap perbuatan atau
keinginan dalam setiap hubungan-hubungan hukum tertentu harus dinyatakan dengan
benda-benda yang berwujud. Tidak ada janji yang dibayar dengan janji, semuanya harus
disertai tindakan nyata, tidak ada saling mencurigai satu dengan yang lainnya.

7
C. Sumber Sumber Hukum Islam dan Hukum Adat
1. Sumber Sumber Hukum Islam
Sumber hukum islam ialah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan
aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat, yaitu peraturan yang apabila
dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Berikut adalah penjelasan
mengenai masing-masing sumber hukum Islam.
a. Al-Qur’an atau Al-Kitab
Al-qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama, semua ketetapan hukum harus
ditetapkan berdasarkan pada al-qur’an. Al-qur’an adalah firman Allah swt. yang memiliki
kemukjizatan, yang diturunkan kepada Nabi-Nya yang terakhir(Nabi Muhammad saw.),
melalui al-Amin(Malaikat Jibril) yang ditulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita
secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, dimulai dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Nas.
b. Al-Hadits atau As-Sunnah
Al-hadits yang sering juga disebut as-sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad saw. baik perkataan, perbuatan maupun pengakuannya. Al-
qur’an tidak menjelaskan secara rinci baik mengenai cara-cara melaksanakan maupun
syarat dari beberapa perintah yang dibebankannya kepada umat. Penjelasan yang lebih
rinci disampaikan oleh Rasulullah dalam haditsnya.
c. Al-Ijma’
Ijma’ menurut syara’(dalam pandangan jumhur) adalah kesepakatan seluruh
mujtahid kaum muslimin disesuaikan dengan masa setelah wafatnya Nabi saw. tentang
suatu hukum syara’ yang amali.
d. Qiyas
Menurut bahasa adalah mempersamakan sedangkan Menurut istilah Ulama Ushul,
qiyas adalah mempersamakan satu peristiwa hukum yang tidak ditentukan hukumnya
oleh nash, dengan peristiwa hukum yang ditentukan oleh nash bahwa ketentuan
hukumnya sama dengan hukum yang ditentukan nash.
2. Sumber Sumber Hukum Adat
Yang dimaksud dengan sumber hukum adat disini adalah sumber mengenal hukum
adat, atau sumber dari mana hukum adat kita ketahui, atau sumber dimana asas-asas
hukum adat menyatakan dirinya dalam masyarakat, sehingga dengan mudah dapat kita
ketahui. Sumber-sumber itu adalah :

8
a. Kebiasaan atau adat kebiasaan
Sumber ini merupakan bagian yang paling besar yang timbul dan tumbuh dalam
masyarakat yang berupa norma-norma aturan tingkah laku yang sudah ada sejak dahulu.
Adat kebiasaan ini meskipun tidak tertulis tetapi selalu dihormati dan ditaati oleh warga
masyarakat, sebagai aturan hidup manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.
Oleh karena itu tidak tertulis, maka adat kebiasaan ini hanya dapat dicari dalam kehidupan
masyarakat yang bersangkutan, atau dalam berbagai peribahasa, Pepatah, kata-kata
mutiara atau dalam perbuatan simbolik yang penuh dengan arti kiasan.
b. Keputusan para petugas hukum
Hukum adat juga dapat diketahui dari berbagai macam keputusan para petugas
hukum adat, seperti Kepala Adat, Kepala Suku, Hakim Adat, rapat Desa (rembug Desa)
dan sebagainya.
c. Hukum Islam
Norma hukum islam atau yang lebih dikenal dengan istilah Hukum FIQH, juga
merupakan sumber hukum adat, terutama mengenai ajaran hukum Islam yang sudah
meresap dalam kesadaran hukum masyarakat yang sebagian besar beragama Islam.
Misalnya mengenai perkawinan, warisan, wakaf dsb.
d. Piagam Raja-raja dan kitab Hukum Adat
Hukum Adat Indonesia sekarang ini ada juga yang bersumber pada hukum tertulis
dalam Piagam dan Pranatan Raja-raja dahulu seperti : Pranatan Bekel dari Kraton
Yogyakarta, Angger-angger Arubiru dari Surakarta, kitab hukum kertagama dari
Majapahit, kitab hukum Kutaramanawa dari Bali dsb.
e. Peraturan-peraturan Perkumpulan Adat
Beberapa perhimpunan yang dibentuk oleh masyarakat juga sering membuat
ketentuan-ketentuan yang mengikat para anggotanya, awig-awig untuk para anggota
perkumpulan pengairan/subak di Bali, Perkumpulan kematian, Perkumpulan arisan dsb.

D. Hubungan Hukum Islam dengan Hukum Adat di Indonesia

Hubungan hukum Adat dengan hukum Islam di Indonesia, dalam bahasa Aceh
dikatakan bahwa hukum Islam dengan hukum Adat tidak dapat diceraikan. Di Miangkabau
juga dikatakan bahwa hukum Adat dengan hukum Islam saling menopang, karena yang
disebut adat itu adalah bagaimana melaksanakan syara' (Agama).

9
Menurut Prof. Van Vollen Houven mengatakan "hukum adat harus dipertahankan sebagai
golongan bumiputra, sebab kalau hukum Adat didesak, maka hukum Islam yang akan
berlaku", dan menurut Bzn Ter Harr "anatara hukum Adat dengan hukum Islam tidak
mungkin bersatu karena titik tolaknya berbeda (complit)". Hukum Adat bertitik tolak dari
kenyataan hidup yang seseungguhnya dan hukum Islam dari kitab-kitab hukum saja.

Masalah hubungan hukum Adat dengan hukum Islam, dapat dilihat dari sudut al ahkam al
khamsah, yaitu lima kaidah hukum Islam yang mengatur tingkah laku manusia, yaitu:
1. Larangan (haram);
2. Fardh (kewajiban);
3. Makruh (celaan);
4. Sunah (anjuran);
5. Jaiz atau mubah.
Dalam kaidah terkahir yaitu mubah ini, hukum Adat dapat dimasukkan asal tidak
bertentangan dengan akidah hukum Islam. Menurut T.M Hasbi Ash-Shidiqie, dalam
bukunya Pengantar Hukum Islam mengatakan "Urf atau Adat itu sebagai salah satu alat atau
metode pembentukan hukum Islam". Pernyataan ini sejalan dengan patokan pembentukan
garis hukum: Al adatu muhaksamat, artinya adat dapat dijadikan hukum. Adat yang
dimaksud adalah kebiasaan dalam pergaulan hidup sehari-hari yang tercakup dalam istilah
muamalah bukan ibadah. Sedangkan menurut Sobhi Muhmassani agar dapat dijadikan
hukum harus memenuhi syarat syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Adat itu diterima oleh perasaan, akal sehat, dan diakui oleh masyarakat umum.
2. Sudah berulang kali terjadi dan telah berlaku umum dalam masyarakat.
3. Telah ada pada waktu transaksi dilangsungkan.
4. Tidak ada persetujuan lain anara dua belah pihak.
5. Tidak bertentangan dengan nas Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW atau tidak
bertentangan dengan syariat islam.

E. Perbandingan Hukum Islam dan Hukum Adat di Indonesia


1. Keadaannya
- Hukum adat merupakan hukum yang tertua yang ada di Indonesia.
- Hukum islam baru dikenal di Indonesia setelah agama Islam disebarkan di tanah
air kita (kira-kira abad 1 Hijrah atau abad 7 Masehi).
2. Bentuknya.

10
- Hukum adat ialah hukum yang tidak tertulis, dimana ia tumbuh, berkembang dan
hilangnya sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya masyarakat.
- Hukum islam seperti halnya hukum adat juga merupakan hukum yang tidak
tertulis, dalam arti tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan. Walaupun
hukum islam tidak diberi sanksi oleh penguasa, namun ia dipatuhi oleh
masyarakat karena kesadaran dan keyakinan mereka terutama keyakinan terhadap
para pemimpin atau ulama Islam bahwa Islam adalah hukum yang benar.
3. Tujuannya
- Hukum adat bertujuan untuk menyelenggarakan kehidupan masyarakat yang
aman, tenteram dan sejahtera.
- Hukum islam bertujuan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan
Tuhan. Ada yang berpendapat bahwa tujuan Hukum Islam ialah untuk memelihara
Agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda.
4. Sumber:
a. Sumber pengenal
Sumber pengenal hukum adat ialah keputusan penguasa adat. Menurut Prof.
M. Koesnoe yang menjadi sumber pengenal hukum adat ialah apa yang benar-
benar terlaksana dalam pergaulan hukum di dalam masyarakat yang bersangkutan.
Sumber pengenal hukum islam dalam pengertian hukum syariat ialah Al-
Qur’an dan kitab-kitab Hadist .
b. Sumber isi
Hukum adat bersumber pada kesadaran hukum yang hidup dalam masyarakat
adat.
Hukum islam bersumber kemauan Allah yang berupa wahyu yang kini
terdapat dalam Qur’an dan Sunnah.
c. Sumber pengikat
Yang dimaksud dengan sumber pengikat ialah sumber yang menjadi kekuatan
mengikat orang untuk melaksanakan atau tidak melanggar hukum tersebut.
Sumber pengikat hukum adat ialah rasa malu yang ditimbulkan oleh karena
berfungsinya sistem nilai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Sumber pengikat hukum islam ialah iman atau tingkat ketaqwaan seorang
muslim.

11
5. Strukturnya
- Struktur hukum adat ditentukan menurut teori-teori struktur menurut pandangan
ahli-ahli adat setempat.
- Struktur hukum islam terdiri dari Qur’an, As-Sunnah dan hasil ijtihad manusia yang
memenuhi syarat serta pelaksanaannya dalam konkreto masyarakat Islam baik yang
berupa keputusan-keputusan maupun berupa amalan-amalan.
6. Lingkup masalah
- Hukum Adat dan Hukum Barat pada dasarnya terdapat kesamaan ruang lingkupnya
dimana keduanya hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia serta
penguasa dalam masyarakat.
- Tetapi Hukum Islam tidak hanya mengatur hubungan antar manusia saja melainkan
hubungan antara manusia dengan Tuhan.
7. Pembidangan
- Hukum adat yang mengenal asas-asas kerukunan, kepatutan, keselarasan dalam
pergaulan hidup yang bersifat religio magis tidak mengenal pembidangan hukum
perdata dan hukum publik.
- Hukum Islam mengenal pembidangan yang terdiri dari Hukum Ibadah dan Hukum
Muammalah.
8. Norma atau Kaidah Hukum
- Hukum adat : kesusilaan, hukum, dan agama
- Hukum Islam dikenal 5 kaidah hukum atau al akham al khomsa.

F. Kedudukan Hukum Adat di Indonesia


Warganegara Indonesia asli masih berelaku hukum adat. Keadaan semacam ini
masih berlaku sampai sekarang, karena adanya Pasal II Aturan UUD 1945 yang
menegaskan bahwa : Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini. UUD 1945 memang tidak
mengatur sacara tegas bagaimana sikapnya terhadap ketentuan hukum adat yang masih
berlaku dalam masyarakat, namun pada dasarnya masih mengakui perlunya hukum dasar
yang tidak tertulis (lihat Penjelasan UUD 1945). Berbeda halnya dengan konstitusi RIS
dan UUD 1950 yang tegas-tegas mengakui berlakunya hukum adat, seperti tercantum
pada pasal 31 Konstitusi RIS (Pasal 32 UUDS) yang menegaskan bahwa : “Setiap orang
yang ada di daerah Negara hurus patuh pada undang-undang, termasuk aturan-aturan
hukum yang tak tertulis, dan kepada penguasa-penguasa yang sah dan yang bertindak

12
sah”. Bahkan dalam pasal 146 Konstitusi RIS/ps. 104 UUDS ditegaskan bahwa : “Segala
keputusan kehakiman (Pengadilan) harus berisi alas an-alasan dan dalam perkara
hukuman harus menyebut aturan-aturan undang-undang dan aturan-aturan hukum adat
yang dijadikan dasar hukum itu”.
Meskipun UUD 1945 tidak mengatur secara tegas tentang berlakunya hukum adat,
namun Tap.MPRS No. II/MPRS/1960 menegaskan bahwa: pembangunan hukum
nasional harus di arahkan kepada homoge nitet hukum dengan memperhatikan kenyataan-
kenyataan yang hidup di Indonesia, harus sesuai dengan Haluan Negara dan berlandaskan
hukum adat yang tidak menghambat perkembangan masyarakat yang adil dan makmur
Dalam GBHN 1993 [Tap. MPR No. II/MPR/1993], meskipun tidak secara tegas
menjamin berlakunya hukum adat, namun digariskan bahwa pembangunan hukum ini
dilaksanakan melalui pembaharuan hukum dengan tetap memperhatikan kemajemukan
tatanan hukum yang berlaku dalam masyarakat, terutama dalam lingkungan hukum adat
mereka. Sedang mengenai materi hukum yang digariskan oleh GBHN 1993 untuk ditaati
oleh masyarakat, tidak hanya materi hukum yang tertulius, melainkan juga materi hukum
yang tidak tertulis yang berlaku dalam penyelenggaraan segenap dimensi kehidupan
bermasyarakat.
Di samping kedudukan hukum adat sebagai hukum yang tak tertulis ini di sebutkan
pula dalam UU. No. 19 tahun 1964 tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman (LN.
1964 No. 107) yang telah diganti dengan UU. No. 14 tahun 1970 juga tentang pokok-
pokok kekuasaan kehakiman (LN. tahun 1970 No. 74) yang dalam pasal 23 ayat 1
menegaskan bahwa:” segala putusan pengadilan selain memuat alas an-alasan dan dasar-
dasar putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili”.
Dengan adanya ketentuan tersebut diatas yang harus di taati oleh semua hakim yang
mengadili perkara pada semua lingkungan pengadilan, maka hukum adat mempunyai
kedudukan yang kuat, karena hukum adat yang sebagian besar tidak tertulis itu tidak
hanya dapat dijadikan landasan untuk mengambil keputusan, melainkan juga dianggap
setaraf dengan hukum yang tertulis. Dengan menyebut istilah “atau sumber hukum yang
tidak tertulis” berarti hukum adat sendiri tanpa hukum tertulis sudah dapat menjadi
landasan untuk mengambil keputusan hakim.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam
Hukum Adat ialah Norma-norma yang bersumber pada perasaan peradilan rakyat yang
meliputi aturan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang
sebagian besar tidak tertulis, tetapi senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena
mempunyai sanksi atau akibat tertentu. Adat sering dipandang sebagai sebuah tradisi
sehingga terkesan sangat lokal, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan ajaran agama dan
lain-lainnya. Hal ini dapat dimaklumi karena “adat” adalah suatu aturan tanpa adanya sanksi
riil (hukuman) di masyarakat kecuali menyangkut soal dosa adat yang erat berkaitan dengan
soal-soal pantangan untuk dilakukan (tabu dan kualat). Terlebih lagi muncul istilah-istilah
adat budaya, adat istiadat, dll.

Hukum Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya,
norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem
dan memiliki sanksi riil yang sangat kuat, yang sebagian besar tidak tertulis, tetapi senantiasa
ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena mempunyai sanksi atau akibat tertentu. Oleh karena
itu hukum islam dan hukum adat saling berkaitan dengan adanya hukum islam maka akan
menuntun hukum adat yang bernilai positif sehingga masyarakat dapat menerima nya serta
adat itu tidak bertentangan terhadap syariat islam

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.Daud.2017.Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Islam di Indonesia.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Najih Mokhammad, Soimin. 2014. Pengantar Hukum Indonesia edisi revisi. Malang: Setara
Press

Bushar, Muhammad. 1981. Asas-Asas Hukum Adat (suatu pengantar). Jakarta: Pradnya
Paramitha.
H.A.M. Effendy. 1994. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Mahdi Offset.

Keebet von Benda-Beckmann. 2006. Pluraisme Hukum. Jakarta: Ford Fondation.

Mohd. Idris Ramulyo, Asas asas Hukum Islam, Sinar Grafika, Yogyakarta, 2004

Lukito, Ratno. 1998. Pergumulan Antara Hukum Islam Dan Adat Di Indonesia. Jakarta:
INIS.

Soekanto. 1981. Meninjau Hukum Adat Indonesoia. Jakarta: CV.Rajawali.

Soepomo. 1993. Hukum Adat. Jakarta: PT Pradnya Paramita.


Abdullah, Sulaiman.1995.Sumber Hukum Islam Permasalahan dan
Fleksibilitasnya.Jakarta:Sinar Grafika

Ali, M.Daud.1988.Islam untuk Disipln Ilmu Hukum, Sosial, dan Politik.Jakarta:Bulan


Bintang

Sudiyat, Imam. 1978. Asas-asas Hukum Adat, sebagai Bekal Pengantar.


Yogyakarta: Liberty.
Wignjodipoero, Soerojo. 1967. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta: CV. Haji
Masagung.

Warjiyati, Sri. 2006. Memahami Hukum Adat. Surabaya: IAIN Surabaya

http://noviaalvia.blogspot.com/2017/05/perbandingan-hukum-islam-dengan-hukum.html

15

Anda mungkin juga menyukai