bermula dari suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain
atau konflik yang terjadi antara individu- individu atau kelompok-kelompok yang
mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang
menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain1. Konflik atau sengketa
yang bersifat faktual maupun perselisihan-perselisihan yang ada pada persepsi mereka
saja2.
antara para pihak dalam perjanjian karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh
salah satu pihak dalam perjanjian tersebut. Sedangkan menurut Takdir Rahmadi,
sengketa adalah situasi dan kondisi dimana orang-orang saling mengalami perselisihan
ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain yang diawali oleh perasaan tidak puas
yang bersifat subyektif dan tertutup. Kejadian ini dapat dialami oleh perorangan maupun
kelompok. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan apabila terjadi konflik
kepentingan. Proses sengketa terjadi karena tidak adanya titik temu antara pihak-
pihak yang bersengketa. Secara potensial, dua pihak yang mempunyai pendirian atau
yang menjadi tujuan utama, para Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau
lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak
milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya. Dari kedua pendapat di
atas maka dapat dikatakan bahwa sengketa adalah perilaku pertentangan antara dua
orang atau lebih yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat
5
Ali. Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan
Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2003),
hal 14.
6
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
a. Pelanggaran kode etik penyelenggara pemilihan, yaitu pelanggaran terhadap etika
penyelenggara pemilihan.
pemilihan.
e. Sengketa tata usaha negara pemilu adalah sengketa yang timbul dalam bidang
tata usaha negara Pemilihan antara calon gubernur, calon bupati, dan calon
walikota dengan KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota sebagai akibat
hasil pemilihan.7
Sengketa yang timbul antara para pihak harus diselesaikan agar tidak
7
Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
Menjadi Undang-Undang
menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan dan agar memberikan keadilan dan
kepastian hukum bagi para pihak. Secara garis besar bentuk penyelesaian sengketa
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu jalur litigasi maupun jalur non-litigasi.
Berikut ini beberapa teori tentang sebab-sebab timbulnya sengketa, antara lain :
rivalisasi kelompok dalam masyarakat. Para penganut teori ini memberikan solusi-
bahwa agar sebuah konflik dapat diselesaikan, maka pelaku harus mampu
melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan dan bukan pada posisi yang sudah
tetap.
c) Teori Identitas
Teori ini menjelaskan bahwa konflik terjadi karena sekelompok orang merasa
budaya yang berbeda. Untuk itu, diperlukan dialog antara orang-orang yang
e) Teori Transformasi
Teori ini menjelaskan bahwa konflik dapat terjadi karena adanya masalah-
Penganut teori ini berpendapat bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan melalui
beberapa upaya seperti perubahan struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan
ketidaksetaraan, peningkatan hubungan, dan sikap jangka panjang para pihak yang
masing-masing.
Pada intinya, teori ini mengungkapkan bahwa konflik dapat terjadi karena
kebutuhan atau kepentingan manusia tidak dapat terpenuhi/ terhalangi atau merasa
8
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, (Rajawali Pers,
Jakarta, 2011), hal.8 - 10.