Anda di halaman 1dari 19

KONFLIK SOSIAL DAN CONTOH YANG TERJADI DI BIDANG

PERTANIAN

OLEH :
PRODI : AGROTEKNOLOGI
KELAS : SOSIOLOGI C
ANGGOTA :

1. UTAMI PINAYUNGAN (2018009107)


2. SITI LAILATUL MUNAWAROH
(2018009001)
3. TEGUH DWI P. (2018009031)
4. RIO INDRIAN (2018009024)
5. YACOB AFRIANTA (2018009040)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya tidak bisa lepas dari campur tangan manusia lainnya. Karena
manusia memiliki nafsu dan akal pikiran yang beragam tiap individunya,
maka tidak jarang terjadi benturan kepentingan dan perselisihan baik
antarindividu, individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan
kelompok.
Usaha untuk mengantisipasi terbenturnya kepentingan manusia satu
dengan manusia yang lain, maka hadir peraturan yang disebut norma. Namun
norma juga tidak sepenuhnya menyelesaikan persoalan mengenai benturan-
benturan kepentingan manusia yang sangat beragam dan sangat kompleks.
Norma agama yang dinilai sebagai norma fitrah tiap manusia juga tidak
membuat manusia sepenuhnya menjadi manusia yang toleran dan menghargai
hak orang lain karena sanksi dari norma agama sendiri tidak bersifat langsung.
Norma hokum yang memiliki sanksi yang sangat tegas dan jelas pun tidak
juga mampu mengatasi permasalahan tersebut. Bahkan akhir-akhir ini
kepercayaan masyarakat terhadap apparat penegak hokum mulai luntur karena
banyaknya indikasi-indikasi mengenai hokum yang tajam ke bawah dan
tumpul ke atas.
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari mengenai hubungan timbal
balik yang saling mempengaruhi dan ada aksi reaksi, memiliki teori-teori
mengenai konflik yang timbul dalam proses interaksi sosial.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konflik?
2. Mengapa konflik dapat terjadi?
3. Bagaimana cara menyelesaikan konflik?
4. Bagaimana contoh konflik yang terjadi dalam bidang pertanian?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari konflik.
2. Untuk mengetahui sebab-sebab dari konflik.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian konflik.
4. Untuk mengetahui contoh konflik yang terjadi di dunia pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi konflik
Konflik (configure), yang berarti saling memukul, yang dimaksud
dengan konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak
dengan pihak lain di dalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap
saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik
merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai
keadaan akibat dari bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secaraberterusan.
Menurut Berstein (1965), konflik merupakan suatu
pertentangan/perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai
potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi
manusia.
Dari dua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik
berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang
saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam kondisi yang lebih
buruk, konflik dilakukan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup
dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap penghilangan eksistensi
orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
B. Teori-teori mengenai penyebab konflik
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai penyebab konflik
dapat muncul pada proses interaksi social, antara lain :
1. Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus
terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang
berbeda dalam suatu masyarakat.
2. Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang
tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak
yang mengalamai konflik.
3. Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh
kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi
atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi
sering merupakan inti pembicaraan.
4. Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang
terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan
di masa lalu yang tidak diselesaikan.
5. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam
cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
6. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah
sosial, budaya dan ekonomi.

C. Cara mengatasi konflik


1. Koersi (coersion)
Yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan
paksaan. Paksaan merupakan suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan
menggunakan paksaan fisik maupun psikologis. Dalam pelaksanaan
akomodasi ini salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah.
2. Kompromi (compromise)
Yaitu suatu bentuk akomodasi yang dilakukan dimana pihak-pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian dari
perselisihan.
3. Arbitrasi (arbitration)
Yaitu konflik yang dihentikan dengan cara mendatangkan pihak
ketiga untuk memutuskan dan kedua belah pihak yang bertikai harus
mentaati keputusan tersebut karena bersifat mengikat.
4. Mediasi (mediation)
Yaitu penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga yang
bersifat netral dan tidak hanya berfungsi sebagai penasihat. Keputusan
dari pihak ketiga ini tidak mengikat.
5. Toleransi (tolerantion)
Yaitu suatu bentuk akomodasi dimana ada sikap saling menghargai
dan menghormati pendirian masing-masing pihak yang berkonflik. Bentuk
akomodasi ini disebut juga tolerant-participation. Bentuk ini merupakan
suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang-kadang
toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.
6. Konversi (convertion)
Yaitu penyelesaian konflik apabila salah satu pihak bersedia
mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
7. Konsiliasi (consiliation)
Yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
8. Adjudukasi (adjudication)
Yaitu suatu penyelesaian konflik melalui pengadilan.
9. Stalemate
Yaitu suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan
memiliki kekuatan seimbang, namun terhenti pada suatu titik tertentu
dalam melakukan pertentangannya karena kedua belah pihak sudah tidak
mungkin lagi untuk maju atau mundur.
10. Gencatan senjata
Yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu guna
melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya
untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur korban tewas,
berunding, dan sebagainya.
11. Segregasi (segregation)
Yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar
diantara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi
ketegangan.
12. Dispasement
Yaitu usaha untuk mengakhiri konflik dengan mengalihkan
perhatian pada objek masing-masing.

D. Contoh konflik yang terjadi di lingkup pertanian

Ratusan Petani Tolak Kriminalisasi dan


Tuntut Penyelesaian Konflik
SAPARIAH SATURI
3 MAR 2014

Ratusan petani aksi protes menolak kriminalisasi yang kerap dialami


mereka kala berhadapan dengan perusahaan dan pemerintah. Satu contoh,
penetapan tersangka 12 petani kemenyan, Desa Pandumaan-Sipituhuta,
Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara (Sumut).
Mereka melawan PT Toba Pulp Lestari (TPL) yang membabat Hutan
Kemenyan, dan protes pemerintah yang memberi izin, tetapi malah menjadi
tersangka.
Sekitar 500 an orang ini terdiri dari ibu-ibu dan pemuda, berunjukrasa
ke Kantor Gubernur Sumut Jalan Diponegoro Medan, Senin (3/3/14). Mereka
mendesak Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho, menepati janji
menyelesaikan konflik agraria di provinsi ini. Termasuk menekan kepolisian
agar membebaskan murni petani dan kelompok masyarakat yang berjuang
mempertahankan hutan.
Johan Merdeka, juru bicara petani mengatasnamakan dari Komite Tani
Menggugat Sumut, kepada Mongabay mengatakan, ada sejumlah kejanggalan
terkait penangkapan masyarakat adat dan petani ini.
Contoh nyata, 12 warga Desa Pandumaan-Sipituhuta, sempat
ditangkap dan masuk penjara meski dilepas. Namun, sudah satu tahun, status
mereka, masih tersangka perusakan dan pembakaran kendaraan milik pekerja
TPL.”Kuat dugaan, itu sengaja, untuk membungkam mereka yang berjuang
mempertahankan hutan adat agar tidak rusak dan dihancurkan TPL. Ini bukan
saja dialami di Pandumaan-Sipituhuta, di daerah lain juga banyak, ” katanya.
Selama ini, petani ditangkap, dikriminalisasi selama berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun, tanpa ada keadilan. Padahal, yang mereka lakukan,
menjaga hutan adat dan lahan peninggalan leluhur tidak rusak.
Catatan Komite Tani Menggugat, setidaknya ada 850 ribu hektar lebih
lahan yang didata, rusak parah dan menjadi lahan konflik dengan petani.
Sayangnya, pemerintah di balik pengusaha, seolah membiarkan konflik terus
terjadi. Perusahaan yang mendapatkan izin perambahan hutan, dan
perkebunan, bebas merebut lahan, merusak hutan demi kepentingan pribadi
dan kelompok. Sedangkan petani yang melawan perusakan hutan dan lahan,
malah ditangkap.
“Akal-akalan pemerintah menggunakan tangan penegak hukum, untuk
membungkam petani dan masyarakat adat yang melawan.”
Johan menyebutkan, tahun 2013, Presiden SBY, menyatakan, konflik
agraria harus dicegah karena bisa memicu konflik sosial. “Ini seharusnya
dilaksanakan pemerintah derah dan penegak hukum. Bukan malah berpihak
kepada pemodal.”
Tak hanya TPL, PT Bridgestone, telah merebut lahan dan hutan adat
seluas 273,91 hektar, yang selama turun temurun dikelola masyarakat adat. Ini
terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Di Kabupaten Simalungun,
ada sekitar 3.000 hektar dirampas perusahaan pembuat ban mobil ini.
Konflik lahan seluas 20 hektar, antara warga Desa Bulu Duri,
Kecamatan Sipispis, dengan PTPN III yang hak guna usaha (HGU) sudah
habis, dan petani mencoba mengembalikan lahan menjadi hijau– selama ini
menjadi perkebunan sawit.
Masih dengan PTPN III, masyarakat adat di Desa Meria Padang,
Kecamatan Tebing Tinggi, mencoba mengembalikan lahan eks PTPN III
seluas 115 hektar menjadi hutan buatan, juga mengalami kriminalisasi. Begitu
juga warga Desa Paya Bagas, yang mempertahankan tanah adat seluas 82
hektar, lagi-lagi menjadi korban.
Konflik agraria lain juga terjadi dengan kelompok tani Bandar Rejo
Bersatu, di Desa Naga Kesiangan, Kecamatan Tebing Tinggi, melawan PTPN
IV Pabatu. Di Desa Penggaian, Kecamatan Tebing Syahbandar, PT Nusa
Pusaka Kencana mencoba mengambil dan merusak hutan seluas 286 hektar.
Kelompok petani dan masyarakat adat dianiaya, diusir, dan rumah dibakar.
Di Desa Panyamabar, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang
Bedagai, PT PD Paya Pinang, merebut dan merusak lahan dan hutan adat
seluas 151 hektar. Konflik dan bentrokan dengan masyarakat adat hingga saat
ini masih terjadi.
PT PP London Sumatera (Lonsum), juga melakukan hal sama, dengan
merebut dan merusak lahan petani di Desa Pergulaan, Kecamatan Sei
Rempah, Serdang Bedagai. Disini ada 165 hektar lahan rusak menjadi
perkebunan sawit. Di Desa Cina Kasih, Kecamatan Sei Rempah, lahan seluas
953 hektar lahan hutan adat dirusak dan direbut PT Soelong Laoet.
Di Desa Dolok Sagala, Kecamatan Dolok Masihul, laha adat seluas
994 hektar berkonflik dengan PT Socpindo. Bentrokan dan penganiayaan
melibatkan aparat penegak hukum terjadi disini.
“Jadi di Kabupaten Serdang Bedagai, ada 13 konflik agraria dan
perusakan hutan melibatkan oknum aparat kepolisian yang membekingi
perusahaan.”
Menurut dia, konflik terjadi, karena pemerintah tidak tegas dan
terkesan menutup mata. Kementerian Kehutanan juga terlibat, karena
membiarkan perusahaan terus menebangi dan menghancurkan hutan yang
sudah dijaga selama berabad-abad.
Hingga Senin petang, aksi unjukrasa petani ini terus berlangsung.
Bahkan mereka memblokir pintu keluar dan masuk rumah dinas Gubernur
Sumut. Tampak aparat kepolisian menjaga ketat. Arus lalul intas dialihkan
mengantisipasi kemacetan dari aksi ini.
(https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2014/03/03/ratusan-
petani-tolak-kriminalisasi-dan-tuntut-penyelesaian-konflik/amp/)

Dari contoh konflik yang terjadi antara petani dan Lembaga tersebut
dapat diketahui bahwa permasalahan-permasalahan di lapangan sangat
kompleks. Penyebab dari konflik di atas adalah kebutuhan dasar manusia
fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Dimana para
petani memiliki kepentingan adat sehingga mempertahankan hutan adat yang
akan dibabat oleh PT Toba Pulp Lestari (TPL). Sedangkan TPL sendiri
tentunya memiliki kepentingan industrial sehingga mereka berani untuk
melakukan pembabatan hutan kemenyan yang merupakan hutan adat warga
Desa Padumaan.
Tidak hanya itu, konflik lain timbul akibat masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah
sosial, budaya dan ekonomi. Dalam berita itu disebutkan bahwa Komite Tani,
ada 850.000 hektare lebih lahan yang didata, rusak parah dan menjadi lahan
konflik dengan petani. Sayangnya pemerintah dibalik pengusaha, seolah
membiarkan konflik terus terjadi. Perusahaan yang mendapatkan izin
perambahan hutan dan perkebunan bebas merebut lahan, merusak hutan, demi
kepentingan probadi dan kelompok. Sedangkan petani yang melawan
perusakan hutan malah ditangkap.

BAB III
KESIMPULAN

konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-


kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam kondisi yang
lebih buruk, konflik dilakukan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan
eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap penghilangan eksistensi orang atau
kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
Toeri penyebab konflik antara lain teori hubungan sosial, teori negosiasi
prinsip, teori kebutuhan manusia, teori identitas, teori kesalahpahaman antarbudaya,
dan teori transformasi konflik.
Cara-cara untuk mengatasi konflik adalah koersi, kompormi, arbitrasi,
mediasi, toleransi, konversi, konsiliasi, adjudukasi, stalemate, segregasi, dan
dipasement.
Contoh konflik yang terjadi di bidang pertanian yang terjadi pada Maret 2014
terjadi di Sumatera Utara dimana petani merasa dikriminalisiasi karena mencegah
oknum perusahaan yang akan merusak hutan yang telah dirawat para petani selama
berabad-abad. Selain itu petani juga menilai pemerintah tidak mampu menyelesaikan
persengketaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono.2009.BSE Sosiologi 2 : SMA/MA kelas XI. Jakarta:Pusat Perbukuan.
http://sosiologi-sman-1-cibeber-cikotok.co.id (diakses pada 11 April 2019 pukul
17.18)
https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2014/03/03/ratusan-petani-
tolak-kriminalisasi-dan-tuntut-penyelesaian-konflik/amp/ (diakses pada 10 April 2019
pukul 19.59)
LAMPIRAN

KUISIONER SOSIOLOGI PERTANIAN

PRODI : AGROTEKNOLOGI

KELAS : SOSIOLOGI A

KELOMPOK :1

ANGGOTA :

1. UTAMI PINAYUNGAN (2018009107)


2. SITI LAILATUL MUNAWAROH (2018009001)
3. TEGUH DWI P. (2018009031)
4. RIO INDRIAN (2018009024)

A. PROFIL PETANI
1. Nama : Nanto
2. Usia : 58 Tahun
3. Alamat Rumah : Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul
4. Pekerjaan :
a. Utama : Buruh Bangunan
b. Sampingan : Petani
5. Jumlah anak : 2
6. Lama Bertani : 15 Tahun
7. Kelompok tani : Sidokumpul
B. KARAKTERISTIK USAHA
1. Luas lahan yang digarap :
a. Milik sendiri : 0,5 hektare
b. Sewa : -
2. Komoditas tanam : Padi
C. PERTANYAAN :
1. Mengapa memilih bekerja sebagai petani?
Ya tidak milih. Buat sampingan saja. Lumayan untuk menghemat karena sudah
tidak beli beras.
2. Apakah petani merupakan profesi yang dijalani oleh sebagian besar orang di
daerah tempat tinggal petani? Bila tidak, maka pekerjaan apa yang paling
banyak dilakukan?
Sebagian saja. Karena banyak yang tanahnya sudah dijual. Biasanya bekerja
sebagai buruh sama seprti saya.
3. Apa saja kegiatan rutin/kebudayaan yang dilakukan kelompok tani?

Paling sebulan sekali mengadakan pertemuan rutin kelompok tani.

4. Konflik apa yang pernah atau sering terjadi dalam kelompok tani? Bagaimana
cara mengatasinya?
Biasanya rutin ada bantuan benih dan pupuk, tapi sudah lama sudah tidak
turun. Mungkin ketua kelompok taninya yang kurang aktif atau gimana saya
juga kurang paham. Jadi ya sekarang mau tidak mau harus beli sendiri.

5. Bagaimana pengaruh kelompok tani yang diikuti terhadap kegiatan Bertani?


Kalau ada kelompok tani kan menanamnya bisa bareng. Kalau tidak ada
biasanya ada yang sudah panen, sedangkan sampingnya baru menanam, jadi
hamanya yang sudah panen tidak lari ke sawah yang padinya masih hijau. Tapi
sayangnya kalau menanam bareng-bareng itu susah dapat tenaga untuk
menanam dan metik padi. Dulu juga ada pengepul padi kalau sudah panen.
Orangnya itu bekerjasama dengan kelompok tani.

6. Bagaimana minat generasi muda di wilayah petani untuk bekerja sebagai


petani?
Tidak ada. sama sekali tidak ada yang berminat sebagai petani. Anak saya saja
saya ajak menyemprot padi kadang mau kadang tidak. Alasan panas, kotor,
dan macam-macam. Kalau nanam padi harus nyewa orang buat menanam.
Nyewa orang pun harus antri dan sekarang biayanya sudah mahal. Kalua
sawahnya lebar, ya bisa pakai mesin. Makanya kalau tidak ada generasinya,
entah bakal jadi apa sawahnya.

7. Bagaimana menjaga kerukunan antar anggota?


Kalua ada masalah, ya musyawarah, dicarikan jalan keluar. Ya gitu-gitu aja.

8. Biasanya berapa upah menanam padi?


Kalau upah menanam padi pakai system borongan. 1000 m2 sekarang 200.000
rupiah. Belum lagi tambah uang makan. Itu pun pemilik sawah harus bikin
galengan sendiri.

9. Apakah disini masih menggunakan ani-ani untuk panen?


Tidak. Kalau dulu pakai. Tapi sudah ditinggalkan. Setelah meninggalkan ani-
ani itu padinya dipotong bagian pangkalnya, terus dipukul-pukul ke papan biar
bijinya rontok. Kalau sekarang sudah lebih modern, tidak pakai papan, tapi
pakai mesin seperti penggilingan itu. Jadi tabungnya yang ada paku-pakunya
sudah diputar pakai mesin.

10. Berapa lama waktu dari pascapanen ke penanaman padi lagi?


Biasanya 2 minggu atau 3 minggu baru buat benih dulu, lalu paling dekat 1
bulan baru ditanam. Setelah 3 minggu baru dipupuk.

11. Apa pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman?


Urea sama organik. Karena kalau hanya pakai urea hasilnya kurang baik.
Kadang ditambah NPK juga. Tapi kalau dari awal menanam niatnya untuk
dijual biasanya hanya pakai urea.
KUISIONER SOSIOLOGI PERTANIAN

PRODI : AGROTEKNOLOGI

KELAS : SOSIOLOGI A

KELOMPOK : 1

ANGGOTA :

1. UTAMI PINAYUNGAN (2018009107)


2. SITI LAILATUL MUNAWAROH (2018009001)
3. TEGUH DWI P. (2018009031)
4. RIO INDRIAN (2018009024)

D. PROFIL PETANI
8. Nama : Sadikin
9. Usia : 58 Tahun
10. Alamat Rumah : Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul.
11. Pekerjaan :
c. Utama : Serabutan
d. Sampingan : Petani
12. Jumlah anak : 12
13. Lama Bertani : 10 Tahun
14. Kelompok tani : Sidokumpul
E. KARAKTERISTIK USAHA
3. Luas lahan yang digarap :
c. Milik sendiri : 4000 m2
d. Sewa : -
4. Komoditas tanam : Padi
F. PERTANYAAN :
1. Mengapa memilih bekerja sebagai petani?
Karena keturunan saja. Melanjutkan dari orang tua. Sebenarnya tidak mau jadi
petani. Tidak ada apa apanya. Tapi sayang kalau sawah luas gini tidak digarap.
Hanya sampingan saja. Petani itu kalau dipikirkan penghasilannya Cuma
mepet. Mau bagaimana lagi? Bajak sawah bayar, menanam bayar, dan panen
pun juga bayar. Kecuali kalau sekalian jadi petani besar.

2. Apakah petani merupakan profesi yang dijalani oleh sebagian besar orang di
daerah tempat tinggal petani? Bila tidak, maka pekerjaan apa yang paling
banyak dilakukan?
Kalau yang punya sawah ya Bertani, kalau tidak ya disewakan. Yang lain
pekerjaannya macam-macam. Ada yang buruh, jualan, dan yang lainnya.

3. Apa saja kegiatan rutin/kebudayaan yang dilakukan kelompok tani?


Membersihkan saluran irigasi, kalau rusak ya dibangun. Tapi yang membiayai
dari pemerintah.

4. Konflik apa yang pernah atau sering terjadi dalam kelompok tani? Bagaimana
cara mengatasinya?
Masalahnya paling kalau dikasih bibit itu tumbuhnya kurang baik. Ya biasa
lah, kadang tidak sesuai yang diinginkan. Ya diterima saja.

5. Bagaimana pengaruh kelompok tani yang diikuti terhadap kegiatan Bertani?


Pupuknya lebih murah, sama biasanya dapat bibit itu. Irigasi yang dari
bendungan Kali Code juga jadi lancar.

6. Bagaimana minat generasi muda di wilayah petani untuk bekerja sebagai


petani?
Tidak ada generasinya. Saya saja ini mungkin generasi terakhir. Anak-anak
paling kalau sudah panen itu baru mau bantu-bantu. Kalau mau nanam tidak
ada yang bantu. Karena ini airnya gatal sekali, sawahnya dipakai untuk cari
makan bebek.

7. Bagaimana menjaga kerukunan antar anggota?


Setiap bulan diadakan rapat rutin. Apakah ada keluhan atau masalah atau
tidak, gitu saja.

8. Jenis padi apa yang ditanam?


Ini jenis Bagendit. Kalau yang sebelah selatan itu IR64. Kalau Bagendit itu
lebih tidak disukai burung daripada IR64 dan mudah ditanam. Warnanya juga
lebih hijau. Jadi lihatnya senang.

9. Berapa lama proses pembibitan?


Paling baik 25 hari. Kalau yang saya tanam ini sudah lebih dari 30 hari. Besok
anaknya sedikit kalau sudah tua gini.

10. Apa jenis pupuk yang digunakan?


Ada organic, ada urea, ada phonska. Kalau hanya urea saja tanahnya jadi keras,
jadi susah dicangkul.

Anda mungkin juga menyukai