Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN KONFLIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

SURAH YUNUS AYAT 19

DISUSUSUN OLEH :

Kelompok 11 :

Abdurrahman Abid (19302031237)

DOSEN PENGAMPU :

HIDAYAT, M. Pd.I

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia
yang mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin,
strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik,
serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang
selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat
dihindarkan dan selalu akan terjadi.1 Lembaga sebagai bagian dari proses perkembangan
manusia juga tidak terlepas dari berbagai macam konflik. Banyak yang beranggapan bahwa
konflik itu selalu menimbulkan dampak negatif, padahal dalam kondisi tertentu konflik
justru sangat diperlukan untuk kepentingan perubahan dan pengembangan keperibadian
seseorang. Konflik dapat terjadi antara individu-individu, antara kelompok-kelompok dan
antara organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada
pandangan yang sama sekali bertentangan tanpa ada kompromi,
Manusia dan konflik adalah dua hal yang tak terpisahkan. Sejak dulu permulaan
konflik sudah ada, terjadi, dan akan terus mengakar dalam kehidupan manusia. Di dalam
Alquran secara historis terdapat banyak kisah konflik, bahkan sejak awal penciptaan
manusia itu sendiri, seperti dalam kasus dialog yang terjadi antara Allah swt., Malaikat, dan
Iblis. Terjadinya dialog tersebut manakala dipahami secara tekstual, ialah diakibatkan dari
adanya persaingan antara Malaikat, Iblis, dan kompetitor baru (Manusia: Adam).
Selanjutnya, adalah Qabil lambang individu atau masyarakat perusak, pelaku teror. Dialah
manusia yang melakukan pembunuhan pertama kali.1 Selanjutnya ialah konflik-konflik para
Nabi dengan para penduduk setempat, kisah Nabi Nuh, Nabi Luth, Nabi Ibrahim, Nabi Isa,
hingga Nabi Muhammad saw. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik, diantaranya; keragaman suku (Qabīlah), persaingan dalam mendapatkan materi
(Ghanīmah), perbedaan keyakinan (Akidah).2 Adapun pendapat lain, bahwasannya faktor
penyebab terjadinya konflik, ialah; politik, sosial dan ekonomi
Bersamaan dengan kasus konflik intraumat Islam tersebut, peristiwa ketegangan juga
terjadi antara muslim dan non-muslim, utamanya umat kristen. Perusakan dan pembakaran
sejumlah gereja terjadi di Temanggung, Jawa Tengah. Alasan perusakan itu berangkat dari
masalah ketidakpuasan sekelompok umat Islam terhadap hukuman yang diberikan kepada
tokoh Kristen yang telah melakukan penistaan terhadap ajaran agama Islam. Ekses dan efek
domino dari ketidakpuasan itu menyulut tindakan pembakaran sejumlah gereja di
Temanggung. Dua peristiwa itu menunjukan bahwa ketegangan intra beragama dan

2
antarumat beragama senantiasa menghiasi perjalanan bangsa ini. Sudah banyak konflik
terjadi dalam satu dasa warsa terakhir. Korban tewas dalam konflik sudah berbilang.
Rumahrumah peribadatan hancur, sebagian hangus dibakar, sebagian luluh lantah
dirobohkan, dan sebagian lainnnya rusak oleh amuk massa yang terbakar api kemarahan
bersentimen keagamaan. Berita-berita semacam ini acapkali kita dengar, baik melalui media.

3
PEMBAHASAAN

A. Pengertian Konflik

Pengertian Konflik

Konflik dalam pengertian yang sangat luas dapat dikatakan sebagai segala macam
bentuk antar hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan (antagonistik). Ia dapat
terlihat secara jelas dan dapat pula tersembunyi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, konflik adalah percekcokan, perselisihan atau
pertentangan baik dari segi pemikiran atau kebijakan.
Menurut sosiologis, konflik merupakan proses antara dua orang atau lebih yang berusaha
menyingkirkan dengan cara menghancurkan atau membuat tidak berdaya.
Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah proses memenuhi tujuan dengan cara menentang
pihak lawan disertai ancaman atau kekerasan.
Menurut Lewis A.Coser, konflik adalah perjuangan nilai kekuasaan dan sumber daya yang
bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai atau melenyapkan lawan.
Menurut Gillin dan Gillin, konflik merupakan proses interaksi yang berlawanan .
Konflik adalah proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain secara negatif
mempengaruhi, atau akan secara negatif mempengaruhi, sesuatu yang menjadi kepedulian
pihak pertama.

B. Strategi dalam Manajemen Konflik

a. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak
terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik
dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk
memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
b. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya
kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat
yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
c. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan
nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode
yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
d. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan,
saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.
e. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
· Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja
yang sama.
4
· Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung
dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
f. Pemecahan persoalan
Dalam strategi pemecahan persoalan, diambil asumsi dasar semua pihak mempunyai
keinginan menangualngi konflik yang terjadi dan karenanya oerlu dicarikan ukuran-ukuran
yang dapat memuaskan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Atas dasar asumsi tersebut
maka dalam strategi pemecahan persoalan harus selalu dilalui dua tahap penting, yaitu
proses penemuan gagasan dan proses pematangannya. Hasil penelitian yang pernah
dilakukan Amerika membuktikan bahwa usaha pemecahan persoalan menjadi lebih
produktif bila semua gagasan dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dibahas.
Penelitian yang sama juga membuktikan bahwa mutu cara pemecahan akan lebih baik
bila pimpinan terlebih dahulu membahas persoalannya sebelum membicarakan cara
pemecahannya. Karena maksud pemecahan persoalan ialah untuk membahas berbagai
macam kemungkinan, maka justru menciptakan kemungkinan berbeda pendapat, bukan
menghilangkannya.
g. Musyawarah
Dalam strategi ini terlebih dahulu harus ditentukan secara jelas apa sebenarnya yang
menjadi persoalan. Berdasarkan jelasnya persoalan itulah kemudian kedua belah pihak yang
sedang dalam pertikaian mengadakan pembahasan untuk mendapatkan titik pertemuan.
Pada waktu perundingan atau musyawarah tersebut dilakukan dapat pula dikembangkan
suatu konsensus bahwa setelah terjadi kesepakatan, masing-masing pihak harus berusaha
mencegah timbulnya konflik lagi.
h. Persuasi
Dalam strategi ini usaha penanggulangan konflik dilakukan dengan menemukan
kepentingan dan tujuan yang lebih tinggi dari tujuan pihak-pihak yang sedang bertikai.
i. Mencari lawan yang sama
Strategi ini pada prinsipnya hampir sama dengan strategi ketiga. Perbedaannya adalah
bahwa pada strategi ini semua diajak untuk lebih bersatu kaena harus menghadapi pihak
ketiga sebagai pihak yang dianggap merupakan lawan dari kedua belah pihak yang bertikai.
j. Meminta bantuan pihak ketiga
Hal yang penting adalah mengetahui dibidang apa pertikaian , dalam arti apakah
terjadinya berkaitan dengan konflik politik, konflik wewenang, konflik hukum, konflik
teknis pekerjaan, dan lainnya. Hal ini penting guna dapat memilih pihak ketiga yang kiranya
dapat untuk menanggulangi akibat yang lebih negatif dari suatu konflik.
k. Peningkatan interaksi dan komunikasi
Alasan penggunaan strategi ini adalah bahwa bila pihak-pihak yang berkonflik dapat
meningkatkan interaksi dan komunikasi mereka, pada suatu saat mereka akan dapat lebih
mengerti dan menghargai dasar pemikiran dan prilaku pihak lain. Pengertian dan
penghargaan ini penting, karena dapat mengurangi pandangan buruk terhadap kelompok
lain.
l. Latihan kepekaan
Strategi ini bisa disebut “encounter session” strategi ini umumnya digunakan untuk
menghadapi konflik yang terjadi dalam suatu kelompok ataupun antar kelompok. Pihak-
pihak yang berkonflik diajak masuk dalam satu kelompok. Dalam kelompok ini masing-
masing pihak diberi kesempatan menyatakan pendapatnya termasuk pendapatnya yang
negatif, mengenai pihak yang lain. Sementara itu, pihak yang dikritik diharapkan
mendengarkannya lebih dahulu kemudian dapat pula mengemukakan pendapatnya. Dengan
telah dikeluarkan, segala perasaan atau “ganjalan” yang dikandung, diharapkan masing-
masing pihak akan lega.
5
C. Tafsir Qs.Yunus Ayat 19

‫ت ِم ْه َّر ِبّ َك‬ َ ٌ‫اختَلَفُ ْى ۗا َولَ ْى ََّل َك ِل َمت‬


ْ َ‫سبَق‬ ْ َ‫احدَة ً ف‬ ِ ‫َّل ا ُ َّمتً َّو‬
ٓ َّ ِ‫اس ا‬ُ َّ‫َو َما َكانَ الن‬
َ‫ي بَ ْينَ ُه ْم فِ ْي َما فِ ْي ِه يَ ْخت َ ِلفُ ْىن‬ ِ ُ‫لَق‬
َ ‫ض‬
Artinya :
“ Dan manusia itu dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidak
karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu, pastilah telah diberi keputusan (di
dunia) di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu ” ( QS. Yunus : 19 )

Allah menegaskan bahwa seluruh manusia dahulu berada dalam agama Islam, kemudian
muncul kekafiran di antara mereka dan sebagian lain tetap di atas kebenaran. Kalaulah
bukan karena ketetapan Allah untuk menangguhkan azab bagi orang-orang kafir hingga hari
kiamat, niscaya Allah akan menyelesaikan perkara di antara mereka dalam hal azab bagi
orang-orang kafir yang disegerakan di dunia.

Secara fitrah manusia itu hanyalah satu umat yang bertauhid dan beriman kepada Allah serta
berada pada satu agama yang benar, kemudian mereka saling bertentangan sehingga
sebagian ada yang beriman dan kafir. Jika tidak telah berlalu janji Allah untuk
menangguhkan azab sampai hari kiamat, niscaya akan ditentukan hukum di antara mereka di
dunia tentang sesuatu yang mereka pertentangkan, lalu orang-orang yang bathil akan
dibinasakan dan orang-orang mukmin akan diselamatkan.

Penyembahan terhadap selain Allah sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang musyrik
adalah sebuah penyimpangan yang tidak dikenal pada awal kehidupan manusia, karena
manusia diciptakan dalam keadaan fitrah. Ayat ini menegaskan bahwa dan manusia itu
dahulunya hanyalah satu umat, mereka semuanya tunduk dan patuh kepada Allah, kemudian
mereka terkena godaan setan sehingga berselisih, yakni ada yang tetap taat dan ada yang
durhaka bahkan mereka terpecah menjadi kelompok-kelompok yang berbeda keyakinan.
Kalau tidak karena suatu ketetapan yang telah ada dari tuhanmu, bahwa perselisihan manusia
di dunia itu akan diputuskan di akhirat, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka
ketika di dunia ini, tentang apa yang mereka perselisihkan itu. Setelah dijelaskan
perselisihan yang terjadi diantara umat manusia, lalu kembali dijelaskan tentang tuntutan
orang musyrik agar Allah memberikan mujizat yang kasat mata kepada nabi Muhammad.
Dan mereka berkata, mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu bukti, yakni
mukjizat dari tuhannya, yakni mukjizat yang dapat diindra' padahal mujizat seperti yang
mereka minta sesungguhnya telah diturunkan kepada para nabi sebelum nabi Muhammad,
tetapi umat para nabi tersebut tetap ingkar. Katakanlah, wahai nabi Muhammad sungguh,
segala yang gaib itu hanya milik Allah; sebab itu tunggu sajalah olehmu, apakah Allah akan
mengabulkan permintaanmu atau tidak. Allah maha mengetahui apa yang terbaik untuk
hambanya. Ketahuilah, sesungguhnya aku juga menunggu bersama kamu, apa keputusan
Allah untuk kita semua.

6
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konflik dapat terjadi dalam organisasi apapun. Untuk itulah manajer atau pimpinan
dalam organisasi harus mampu mengelola konflik yang terdapat dalam organisasi secara
baik agar tujuan organisasi dapat tercapai tanpa hambatan-hambatan yang menciptakan
terjadinya konflik.
Terdapat banyak cara dalam penanganan suatu konflik. Manajer atau pimpinan harus
mampu mendiagnosis sumber konflik serta memilih strategi pengelolaan konflik yang sesuai
sehingga diperoleh solusi tepat atas konflik tersebut. Dengan pola pengelolaan konflik yang
baik maka akn diperoleh pengalaman dalam menangani berbagai macam konflik yang akan
selalu terus terjadi dalam organisasi.
Manusia dahulunya hanyalah satu umat”, mereka bersepakat pada agama yang benar,
akan tetapi (setelah itu) mereka berelisih, maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. “Kalau bukanlah
karena suatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulu”, dengan memberikan tempo
kepada orang-orang yang durhaka dan tidak menyegerakan azab kepada mereka, “pastilah
telah diberi keputusan di antara mereka”, dengan menyelamatkan orang-orang Mukmin dan
membinasakan orang-orang kafir yang mendustakan, dan itu menjadi pembeda antara
mereka “tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” Akan tetapi Dia ingin menguji
sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain agar jelas mana yang benar dan mana yang
dusta.

7
DAFTAR PUSTAKA

Masmuh, Abdullah. (2010). Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan


Praktek. Malang : UMM Press.

Andi, Suwarko, dkk, Konflik Dan Manajemen Konflik Keagamaan. ( Surabaya:

IAIN SA pres,2013)

Hamzah,Tualeka. Konflik Dan Integrsi Sosil Bernusa Agama Studi Tentang

Penyelesaian Konflik Ambon Dalam Perspektif Masyarakat.Surabaya: IAIN SA 2011

Hendrieks,Bagaimana Mengola Konflik : Petunjuk Praktisuntuk Mamajemen

Konflik YangEfektif .Arif Santoso,(Jakarta: Bumi Aksara,1996)

Anda mungkin juga menyukai