Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SEMESTER GANJIL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

Jln. Lengkong Besar No. 68 telp. (022) 4205945 e-mail : fisifs@yahoo.com Bandung 40261

MATA KULIAH : Perdamaian dan Resolusi Konflik

HARI / TANGGAL : Selasa / 18 Oktober 2022

DOSEN : H. Valhan Hamdiana Rachman, S.IP., MA.

No. URUT ABSEN :-

NAMA : Bebby Estefany Santoso

NPM : 192030274

KELAS :A

JUR. / SEMESTER : Hubungan Internasional / 7

RESUME
Dinamika Konflik

• Pendahuluan

Meyer (2019) berargumen bahwa semua individu memiliki 2 perspektif dalam konflik.
Pertama, individu melihat permasalahan sebagai hal yang natural, tidak bisa dihindari, diperlukan,
dan normal, sekaligus mengklaim bahwa masalah bukan bagian dari konflik tetapi bagaimana
individu menanganinya dalam sebuah interaksi yang terjalin. Kedua, seorang individu enggan
untuk mengakui jika individu tersebut berada di tengah konflik yang terjadi.

Bahwa mengakui individu berada dalam suatu konflik, maka dinyatakan sebagai pengakuan
kegagalan seperti situasi dimana tidak ada harapan. Contohnya, adalah saat dimana orang tua
memastikan kepada anak – anaknya bahwa argumen intens yang mereka lakukan bukanlah sebuah
konflik, namun dianggap sebagai sebuah diskusi. Seperti halnya organisasi yang memiliki
keinginan untuk mempekerjakan seorang pelatih perusahaan, namun organisasi tersebut malu
untuk meminta pertolongan dalam menyelesaikan permasalahan internal.

• Sifat Konflik

Perspektif yang dimiliki individu akan menentukan bagaimana sikap dan pendekatan dalam
mengelola konflik. Dengan memahami sifat konflik tersendiri, maka suatu individu akan
menemukan solusi dan cara pengelolaan konflik, salah satunya adalah dengan meningkatkan
respon dan management konflik sehingga konflik dapat ditangani secara efektif dan sesuai dengan
nilai perdamaian. Tiga dimensi perspektif yang dapat membantu individu memahami konflik
adalah Persepsi, Emosi, dan Perilaku.

Konflik Sebagai Persepsi

Konflik merupakan sebuah kepercayaan atau kepahaman mengenai kebutuhan, minat,


kemauan, perspektif, atau nilai seorang individu yang tidak kompatibel/bertentangan dengan
individu yang lainnya. Konflik juga dipercayai muncul jika seorang individu percaya akan adanya
konflik. Sebagai contoh, terdapat satu kelompok yang melihat bahwa tujuan yang ditetapkan
bertentangan, maka hal ini dapat dinyatakan sebagai proses konflik meskipun kelompok lain tidak
memiliki pendapat/perspektif yang bertentangan dengan tujuan tersebut.

Konflik Sebagai Emosi

Konflik merupakan sebuah reaksi emosional terhadap sebuah situasi atau ketika seorang
individu merasa tidak setuju terhadap sesuatu. Emosi bisa berupa rasa takut, kesedihan,
kepahitan/kesakitan, rasa marah, dan tidak memiliki harapan, hingga kombinasi dari beberapa
unsur ini. Bagian ini berargumen bahwa konflik tidak membutuhkan dua individu, namun konflik
bisa terjadi jika satu individu merasa berkonflik dengan individu lainnya, sekalipun tidak ada
balasan ataupun pengakuan yang sama dari individu tersebut.

Konflik Sebagai Perilaku

Bentuk konflik diibaratkan sebagai aksi/perilaku yang individu lakukan dalam menunjukkan
perasaan, mengartikulasikan persepsi, dan juga dalam mendapatkan kebutuhan individu tersebut
dengan cara yang memiliki potensi untuk menginterfensi kemampuan individu lain dalam
memenuhi kebutuhannya. Cara ini bisa dilakukan secara langsung, yaitu dengan kekerasan
ataupun penghancuran. Namun disisi lainnya, bentuk interfensi juga bisa membentuk pola
konstruktif dan menguntungkan.

Dalam sifat konflik, satu dimensi akan mempengaruhi kedua dimensi lainnya. Sebagai contoh
bahwa rasa sedih dapat mengakibatkan adanya tindakan konflik. Ketiga dimensi tersebut juga
menggambarkan bahwa konflik tidak berjalan secara sederhana/stagnan, dan individu
maupun kelompok dalam konflik dapat terlibat dalam 3 dimensi sekaligus.

• Penyebab Konflik

Kebutuhan individu (manusia) menjadi alasan utama terciptanya konflik. Konflik bisa terjadi
karena proses konflik itu sendiri untuk membantu mendapatkan suatu kebutuhan ataupun adanya
ketidakcocokan dalam kebutuhan/tujuan tersebut. Terdapat 5 dasar yang menjadi penyebab
konflik; Komunikasi, Emosi, Nilai, Struktur Interaksi, dan Sejarah.

Komunikasi

Berargumentasi bahwa suatu individu sulit untuk menciptakan komunikasi yang sempurna
terutama dalam situasi yang kompleks, sehingga dalam ketidaksempurnaan itu akan menciptakan
konflik yang sulit diselesaikan, sekalipun ketidakcocokan yang terjadi tidak memiliki
implikasi/dampak yang besar. Sebagian besar konflik tercipta karena suatu individu mempercayai
bahwa komunikasi yang terjadi sudah dalam waktu yang tepat untuk dibicarakan, namun dalam
faktanya, tidak. Komunikasi biasanya memiliki tantangan oleh faktor budaya, gender, umur,
kelas, dan lingkungan.

Emosi

Perilaku individu seringkali dikontrol oleh emosi. Jika suatu individu dapat berpikir secara
rasional dan bisa mengakomodir kebutuhannya dengan individu yang lain, maka konflik tidak akan
terjadi. Namun, emosi juga bisa digunakan sebagai solusi konflik, contohnya adalah perasaan
sedih.

Nilai

Nilai adalah ketika kepercayaan individu melihat sesuatu yang dianggap penting, benar dan
salah, baik, dan buruk, termasuk prinsip dalam kehidupan. Nilai mendeskripsikan individu,
sehingga ketika individu tersebut merasa bahwa nilai yang dimilikinya terancam, maka konflik
akan terjadi. Seperti halnya emosi, nilai juga bisa menjadi solusi konflik, yaitu ketika sebuah nilai
dapat membuat individu bekerjasama.

Struktur Interaksi

Struktur dan lingkungan dimana individu melakukan interaksi dipercayai bisa


menciptakan konflik, walaupun individu tersebut memiliki perspektif yang sama. Sumber daya,
prosedur pengambilan keputusan, kendala waktu, sifat komunikasi, hingga lingkungan fisik bisa
menjadi faktor penciptaan konflik. Faktor lainnya dapat berupa kedekatan pada pihak yang
berkonflik, distrubusi sumber daya, akses informasi, isu legal, hingga tekanan politik.

Sejarah

Sebuah konflik tidak bisa dipisahkan dari sejarah terciptanya konflik itu sendiri, sehingga
sejarah bisa menjadi faktor perkembangan konflik yang terjadi.

• Alasan Mempelajari Dinamika Konflik

Mempelajari dinamika, management, dan resolusi konflik bermanfaat untuk mempelajari dan
memahami perilaku seorang individu (manusia). Konflik tidak selalu merugikan, tetapi konflik
juga merupakan faktor yang penting dalam perkembangan individu maupun kelompok. Konflik
juga membantu membangun keseimbangan dalam kebutuhan individu. Selain itu, konflik dapat
membantu setiap individu untuk menambah pengalaman dalam menghadapi berbagai pilihan dan
tantangan yang sulit dalam kehidupan.

• Kesimpulan

Bahwa efektivitas konflik management merupakan hal yang mungkin terjadi, walaupun tidak
selalu konflik bisa diatasi sepenuhnya namun konflik juga bisa menguntungkan. Memahami dan
mempelajari mengenai dinamika konflik akan bermanfaat bagi kehidupan individu sebagai
makhluk sosial, sehingga dalam interaksi yang terjadi baik antara individu maupun kelompok yang
lebih besar, individu tersebut dapat memiliki respon yang efektif dalam menghadapi berbagai
situasi yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai