Anda di halaman 1dari 5

Program Studi Sarjana Ilmu Hubungan Internasional (S1), FISIP – Universitas Pasundan

Nama : Bebby Estefany Santoso


NPM : 192030274
Mata Kuliah : Perdamaian dan Resolusi Konflik

REVIEW
Negotiation and International Conflict
Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber : Charles Webel & Johan Galtung. 2007. Handbook of Peace and Conflict Studies (1st ed.).
Taylor and Francis. hlm. 35 – 50

Review ini akan membahas buku yang berjudul Handbook of Peace and Conflict Studies
(1st ed.) yang ditulis oleh Charles Webel dan Johan Galtung, serta diterbitkan pada tahun 2007.
Namun, review akan difokuskan kepada sub – chapter dari part 1 yang berjudul Negotiation and
International Conflict, ditulis oleh Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall.
Review ini bertujuan membahas mengenai proses negosiasi yang menjadi jalan alternatif
penyelesaian konflik selain menggunakan metode perang.

Rangkuman

Dalam tulisan di sub – chapter Negotiation and International Conflict, Fen Osler
Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall mengawali analisis dengan berpendapat bahwa
konflik yang terjadi sebelum Perang Dunia II terbentuk dari kekerasan terorganisir yang dominan
di dalam sistem hubungan internasional. Sedangkan konsep konflik yang terjadi pada masa
Perang Dingin maupun setelahnya, disebabkan oleh adanya kekerasan intranegara dan konflik
antarkomunal sebagai bentuk utama konflik yang sering terjadi dalam sistem hubungan
internasional masa itu.

Dalam dua dekade terakhir, hasil analisis dari literatur lain memperlihatkan bahwa angka
konflik perang saudara menurun dan ditunjukkan bahwa konflik tersebut diselesaikan melalui
negosiasi. Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall dalam tulisannya
memiliki 2 tujuan utama, yaitu untuk menganalisis mengapa aktor yang berkonflik dapat beralih
ke metode negosiasi dengan bantuan pihak ketiga ataupun tidak, serta menganalisis beberapa
pendekatan mengenai negosiasi dari literatur yang berbeda.
Dalam sub – bab yang pertama mengenai opsi negosiasi, Fen Osler Hampson, Chester A.
Crocker dan Pamela R. Aall menganalisis bahwa opsi negosiasi menjadi penyebab adanya
peningkatan dalam negosiasi internasional sebagai salah satu upaya terbesar dalam
menyelesaikan konflik internasional. Hal ini dipengaruhi oleh proses globalisasi dan pemikiran
yang menyatakan bahwa proses negosiasi didasarkan kepada kepentingan dan memiliki metode
“win – win solution” yang dimana metode ini menyebabkan kedua belah pihak mencapai
kesepakatan yang memuaskan dalam mencapai kepentingannya masing – masing (Fisher, 1991).1

Selain itu, kemunculan sejumlah organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa –


Bangsa (PBB) maupun organisasi / instansi yang mengatur sub – regional ikut mendorong dalam
proses negosiasi internasional (Hampson, 1989).2 Namun dalam pertumbuhan negosiasi
internasional ini, terdapat keterhambatan. Salah satunya adanya negara – negara besar yang
seringkali enggan dan menunda untuk diatur oleh organisasi internasional karena negara tersebut
melihat dirinya sebagai aktor independen dalam sistem hubungan internasional. Sebagai contoh,
Australia yang menunda negosiasi mengenai peraturan Hukum Laut hingga 50 tahun dan
Amerika Serikat (AS) yang pernah menolak meratifikasi Mahkamah Pidana Internasional
(Hampson dan Reid, 2003).3

Terdapat faktor lain yang mempengaruhi kemunculan opsi negosiasi, diantaranya adalah
kemunculan teknologi nuklir dan peningkatan biaya perang. Ditandai saat masa Perang Dingin
antara AS dengan Uni Soviet yang mengharuskan keduanya melakukan negosiasi sebagai
perhitungan negosiasi dan penghindaran terhadap dampak konflik yang besar (balance of power).
Fenomena ini dianalisis melalui teori realisme. Sedangkan teori liberalisme pada masanya,
memandang bahwa negara yang menganut sistem demokratis memiliki kecenderungan yang
besar untuk menyelesaikan konflik melalui jalan damai (negosiasi) (Russett,1993).4 Sehingga,
penyebaran nilai prularis seringkali disebut sebagai “gelombang demokrasi ketiga”.

Dalam sub – bab selanjutnya yang berjudul Teka – Teki Penghentian Perang Saudara,
Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall menganalisis bahwa perang saudara
yang diselesaikan oleh negosiasi difaktori oleh adanya “perang saudara yang panjang”. Dimana
hal ini dimaksudkan bahwa jika terjadi perang saudara yang panjang, maka tidak akan ada yang
mencapai kemenangan militer dan keduanya akan mengalami kebuntuan. Dari fenomena ini,

1
Fisher, R., Ury, W. and Patton, B. (1991) Getting to Yes: Negotiating Agreements Without Giving In, 2nd edn, New York: Penguin
2
Hampson, FO (1989) Negosiasi Multilateral: Pelajaran Dari Kontrol Senjata, Perdagangan, dan Lingkungan, Baltimore, MD: Johns
Hopkins University Press.
3
Hampson, FO dan Reid, H. (2003) 'Keragaman koalisi dan legitimasi normatif dalam negosiasi keamanan manusia', Negosiasi
Internasional, 8, 1: 7–42.
4
Russett, B. (1993) Menggenggam Perdamaian Demokrasi: Prinsip Dunia Pasca Perang Dingin, Princeton, NJ: Princeton University
Press.
terdapat transformasi sistem internasional akibat kemunculan perkembangan organisasi
internasional dalam membantu penyelesaian konflik tersebut.

Beralih ke sub – bab selanjutnya mengenai studi negosiasi, Fen Osler Hampson, Chester
A. Crocker dan Pamela R. Aall mengklasifikasikan analisis melalui 2 pendekatan utama, yaitu
pendekatan yang menekankan pentingnya komunikasi, serta pendekatan realis. Pendekatan
komunikasi lebih menekankan pada pentingnya negosiasi yang berfungsi sebagai sarana untuk
mengubah persepsi aktor (tanggapan empatik) yang terlibat dalam konflik, sehingga aktor
tersebut dapat berubah untuk saling mempercayai satu sama lain. Metode yang seringkali
digunakan adalah pembentukan dialog, pertukaran informasi baik secara formal maupun
informal, serta pengaturan proses negosiasi.

Namun yang lebih penting di metode ini adalah dimulainya dialog secara informal
(pranegosiasi) yang membantu perbaikan hubungan antar aktor sebelum melakukan negosiasi,
dikarenakan terkadang konflik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan persepsi, nilai, sikap, dan
perilaku dari masing – masing aktor. Pendekatan komunikasi juga seringkali mendatangkan
pihak ketiga sebagai penengah, namun posisi pihak ketiga ini harus bersifat netral.

Pendekatan kedua, yaitu pendekatan realis lebih menekankan terhadap pemaksimalan


utilitas (cost – benefit) dari biaya konflik itu sendiri. Adanya rasa saling tidak percaya satu sama
lain sehingga menyebabkan kesulitan untuk mendapatkan kepercayaan itu sendiri bisa
didapatkan melalui proses dialog. Termasuk proses negosiasi yang harus dirancang untuk tetap
melihat kepada risiko dan penguatan komitmen antar aktor. Selain itu, dalam pendekatan realis
ini, pihak ketiga harus pintar dalam menentukan situasi negosiasi dimana pihak ketiga dapat
melakukan intervensi jika kedua pihak yang berkonflik berada pada titik lelahnya masing –
masing (teori kematangan dan taktik komitmen).

Pendekatan realis juga memiliki konsep seperti security dilemma dan chicken game
sebagai konsep untuk mengilustrasikan sikap dan kemungkinan hasil konflik antar aktor. Namun
tidak cukup hanya melalui proses negosiasi, maka diperlukan manajemen konflik. Lanjut kepada
sub – bab selanjutnya mengenai negosiasi dan siklus konflik, Fen Osler Hampson, Chester A.
Crocker dan Pamela R. Aall berargumen bahwa konflik tidak ditumpukan pada pernyataan
bahwa setiap konflik akan melewati fase yang berbeda, namun keberagaman situasi konflik dan
latar belakang yang terjadi akan menentukan bagaimana solusi konflik yang akan dilakukan, baik
melalui pendekatan komunikasi ataupun pendekatan realis.

Analisis
Meninjau tulisan Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall, penelitian
cukup baik dalam menganalisis pola konflik dan solusi melalui proses negosiasi, serta
keterlibatan pihak ketiga sebagai aktor netral untuk membantu aktor terlibat menyelesaikan
sebuah konflik. Literatur yang dipakai penulis juga cukup untuk memperkuat argumen dan
memberikan analisis yang mendalam mengenai situasi dan pola konflik maupun proses
pembentukan negosiasi.

Dalam segi penulisan, Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall
mampu membuat tulisan yang menarik dan mudah dipahami bagi pembaca. Struktur penulisan
pun rapi dan dapat dibaca dengan baik, tidak ada kesalahan penulisan sehingga tidak menyulitkan
pembaca. Dari segi teori mengenai perdebatan liberal dan realis sudah mencakup poin – poin
penting yang ditawarkan oleh masing – masing teori, namun di sisi konsep dan teori yang kaya,
kesimpulan yang mengatakan bahwa belum adanya pendekatan yang cocok dalam proses
negosiasi dan manajemen konflik yang telah dianalis dalam pembahasan, dirasa kurang baik
untuk dicantumkan.

Masa globalisasi sekarang, mungkin memang banyak menawarkan penyebab konflik


karena perkembangan isu keamanan non – tradisional, namun pendekatan negosiasi sudah cukup
mampu menyelesaikan berbagai fenomena konflik yang terjadi. Namun, kembali pada
argumentasi yang ditulis oleh Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall,
pendekatan pola komunikasi yang terlebih dahulu ditekankan pada tanggapan empatik aktor
melalui pembicaraan kepentingan nyatanya mampu mendatangkan solusi konflik.

Sehingga dari keseluruhan pembahasan Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan
Pamela R. Aall, isi artikel tersebut terkesan hanya berupa analisis dan konsep teori saja, padahal
seharusnya melalui berbagai literatur dan analisis yang sudah dicantumkan, penulis dapat
mendapatkan solusi, walaupun secara garis besar solusi yang ditawarkan kembali lagi pada tipe
konflik dan kemampuan pihak ketiga dalam penyelesaian konflik tersebut.

Kesimpulan

Perkembangan globalisasi dan konflik menyebabkan adanya perubahan pandangan pada


kemunculan konsep negosiasi dan perang sebagai solusi konflik. Adanya perubahan masa ke
masa dalam sistem hubungan internasional antar aktor menyebabkan adanya kecenderungan
penyelesaian masalah dan kemunculan berbagai metode, termasuk intervensi pihak ketiga berupa
organisasi internasional. Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker dan Pamela R. Aall
menggunakan 2 pendekatan utama dalam menganalisis konsep konflik dan solusinya, yaitu
pendekatan komunikasi dan pendekatan realis. Namun karena adanya dilemma keamanan yang
dirasakan oleh aktor – aktor saat konflik masa ini, maka Fen Osler Hampson, Chester A. Crocker
dan Pamela R. Aall menyimpulkan bahwa belum ditemukannya strategi dan konsep negosiasi
yang cocok, termasuk manajemen konflik yang efektif dalam menyelesaikan konflik.

DAFTAR PUSTAKA

Webel, C., & Galtung, J. (Eds.). (2007). Handbook of peace and conflict studies (Vol. 7).
London: Routledge.

Fisher, R., Ury, W. and Patton, B. (1991). Getting to Yes: Negotiating Agreements Without
Giving In. 2nd edn. New York: Penguin

Hampson, FO dan Reid, H. (2003) 'Keragaman koalisi dan legitimasi normatif dalam negosiasi
keamanan manusia'. Negosiasi Internasional, 8, 1: 7–42.

Hampson, FO (1989) Negosiasi Multilateral: Pelajaran Dari Kontrol Senjata, Perdagangan, dan
Lingkungan, Baltimore, MD: Johns Hopkins University Press.

Russett, B. (1993) Menggenggam Perdamaian Demokrasi: Prinsip Dunia Pasca Perang Dingin,
Princeton, NJ: Princeton University Press.

Anda mungkin juga menyukai