Abstrak
sejarah panjang kehidupan manusia tidak lepas dari dua hal yang sering kita artikan sebagai
pembentuk kedamaian yang sejati, yaitu kemajuan majemuk dalam seluruh bidang. Memamg jika
kita kaji dari beberapa literatur yang menyinggung terkait konflik dan perdamaian, banyak sekali
porsi yang menerangkan tentang konsep perdamian dan memarginalkan sebuah konflik, atau
jangan-jangan seluruh literasi menganggap perdamaian menjadi hal utama dan pertama sehingga
mengeduaakan konflik..?, jika memang begitu adanya, pada literatur ini penulis ingin
menyampaikan banhwa konflik dan perdamaian adalah dua hal yang selalu beriringan, tidak saling
mendahului atau ada yang di tinggal. Namun penyikapan yang tegas terhadap hal ini adalah kita
masih memiliki porsi untuk memilih kebaikan yang sering kita sebut perdamaian dari pada
memilih keburukan yang sering kita sebut konflik dalam kajian terkait.
Kata kunci: konflik, perdamaian, beriringan
Abstract
The long history of human life cannot be separated from two things that we often interpret as
forming true peace, namely plural progress in all fields. Indeed, if we examine some of the
literature that touches on conflict and peace, there are many portions that explain the concept of
peace and marginalize a conflict, or perhaps all literacy considers peace to be the main and first
thing so that conflict is seconded...?, if that's the case. In fact, in this literature the author would
like to convey that conflict and peace are two things that always go hand in hand, do not precede
each other or are left behind. However, a firm stance on this matter is that we still have a portion
to choose the good which we often call peace rather than choosing the bad which we often call
conflict in related studies.
Keywords: conflict, peace, hand in hand
A. PENDAHULUAN
Dalam kehipan ini telah terjadi banyak distraksi dari sebuah konflik yang
berkepanjangan, sehingga menuntut adanya sebuah perdamian yang menjadi titik terang
dari keberpanjangan konflik. Bahkan dalam lintasan sejarah umat manusia selalu diwarnai
konflik dan damai, damai dan konflik. Konflik dan damai diibaratkan sebagai warisan
manusia sejak dahulu kala, yakni sejak zaman pra sejarah. Hampir tidak ada estafet sejarah
kehidupan manusia yang tidak dilampauinya tanpa dialektika konflik dan damai.1 Sehingga
dalam banyak kasus sering di artikan perdamaian akan tercipta ketika konflik itu
mendahului, meski ada alternatif lebih baik yaitu mencegah konflik sebelum terjadi.
Seakan kegidupan itu tidak bisa lepas dari konflik dan perdamaian, Artinya apa, bahwa
konflik menurut pepatah Arab adalah min lawazim al-hayat (sebuah keniscayaan hidup)
yang harus diterima.2
Sedikit menengok sejarah pada perang dunia I yang merupakan perang paling
destruktif dalam sejarah modern. Hampir sepuluh juta prajurit tewas, jumlah yang lebih
1
Thiyas Tono Taufiq, “Kontribusi Filsafat Perdamaian Eric Well bagi resolusi Konflik Dalam Bingkai Masyarakat
Majemuk”, dalam Living Islam: Journal of Islamic Discourses.
2
M. Amin Abdullah, “Peran Pemimpin Politik dan Agama dalam Mengurai dan Resolusi Konflik dan Kekerasan,”
dalam Alim Roswantoro dan Abdul Mustaqim (ed.), Antologi Isu-Isu Global dalam Kajian Agama dan Filsafat,
(Yogyakarta: Prodi Agama dan Filsafat Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan Penerbit Idea Press, 2010), hlm. 1.
besar dibanding jumlah korban militer yang tewas dari seluruh peperangan pada seratus
tahun sebelumnya . diperkirakan dua puluh satu juta orang terluka dalam pertempuran. 3
Setelahnya Negara-negara yang menjadi pemenang perang Dunia I yakni blok
sekutu atau blok entente, Inggris, Prancis, Serbia, Kekaisaran Rusia, Italia, Yunani,
Portugal, Rumania, dan Amerika. Mendirikan Lembaga yang memiliki visi perdamaian
dunia. Pada 1919 Liga Bangsa Bangsa terbentuk dan disahkan pada konferensi perdamaian
di Paris. Meskipun prinsip lembaga tersebut menyerukan keamanan bersama, penyelesaian
konflik internasional, diplomasi terbuka, serta pengurangan penggunaan senjata. Tetap saja
perang dunia II tak bisa dihindari lalu Liga Bangsa Bangsa diganti dan berdirilah
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 24 oktober 1945 di San Fransisco dengan dalih
dan visi yang tak jauh beda dengan Liga Bangsa Bangsa.
Gabriel Marcel (1889-1973) adalah seorang Filsuf asal Prancis. Ia memiliki minat
yang amat besar terhadap masalah perdamaian dunia. Menurutnya perdamaian dunia
adalah kebutuhan yang amat mendesak untuk segera dicicipi oleh umat manusia.
Perdamaian dunia yang tercipta mengandaikan terciptanya surga. Sebaliknya peperangan
di dunia mengandaikan adanya neraka. Perdamaian dunia tercipta, dalam arti menggejala
ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia adalah suatu jalan raya yang terbentang luas
yang menghantar manusia ke alam kebahagiaan. Namun untuk mencapai perdamaian
tersebut tidak semudah mengarungi sebuah sungai kecil. Harus ada perjuangan. Perjuangan
itu bagi Marcel adalah adanya komitmen pribadi atas masa depan manusia.
Perlu diketahui juga bahwasanya konflik bermula dari sebuah gesekan kecil,
bahkan ruang lingkup yang kecil, misal pertemanan, keluarga, batas wilayah, hingga naik
pada konflik golongan dan antar suku dalam Masyarakat. Oleh karena itu, untuk
melakukan anatomi mengenai kekerasan, ada beberapa hal yang perlu ditelusuri secara
mendalam tentang munculnya konflik. Diantaranya adalah menganalisa gesekan kecil yang
menjadi pemicu, sehingga konflik dapat di kelolah dengan apik sehingga mampu
mempertahankan perdamaian. tidak cukup di situ, ada hal menari yang kiranya perlu kita
bahas dalam kajian ini, apakah seluruh konflik itu bermula dari perdamaian, ataukan
perdamaian bermula dari konflik, lebih jauh lagi jangan-jangan tidak ada kata konflik yang
ada hanyalah damai yang belum terwujud/konflik itu masih bagian dari perdamaian,
ataukah sebaliknya tidak ada kata perdamaian yang ada hanyalah penjedaan terhadap satu
konflik yang kemudian menuju pada konflik yang lain. Hal ini menjadi sebuah diskursus
yang bisa di kaji dari berbagai macam sudut pandang, misal dari sudut pandang sosialnya,
melihat dari sudut pandang ini hubungan sosial menuai dua pilihan sekaligus, antara
perdamaian atau konflik, dan jika tidak mempengaruhi maka akan di pengarui. Hubungan
sosial membuka dua pilihan, antara harmoni atau konflik. Harmoni tebangun ketika
masing-masing pihak berusaha untuk saling memahami dan mengedepankan toleransi,
sehingga tercipta sebuah hubungan yang penuh dengan kedamaian. Sebaliknya konflik
terjadi ketika masing-masing pihak memegang dengan kukuh kebenaran yang diyakininya
tanpa kompromi, melihat pihak lain sebagai lawan, atau yang harus dikuasai dan harus
ditundukkan. Perbenturan kepentingan dan aroganisme menjadi sebab determinan lahir dan
berkembangnya sebuah konflik.4
Konflik dan damai adalah persoalan yang kompleks dan sangat dinamis. Hal
ini tidak dapat dilepaskan dari dinamika interaksi antar aktor dalam hal apa pun dan
mana pun, yang salah satunya adalah aktor politik global yang semakin hari semakin
3
Ensiklopedi Holocausy. Perang Dunia I (Artikel Ringkas), https://encyclopedia.ushmm.org, diakses pada 14
Oktober 2022 pukul 16.30
4
ainun Naim, Teologi Kerukunan, Mencari Titik Temu dalam Keragaman, (Yogyakarta: Teras, 2011), 37
kompleks. Konflik juga bisa saja dipicu oleh adanya kecemburuan ekonomi,
kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, perasaan
kecewa, frustasi, ketimpangan sosial, perbedaan ras, etnis hingga perbedaan agama.5
Perdamaian berkaitan dengan kesejahteraan sosial. Jika masyarakat dalam
sebuah Negara memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi maka di dalam Negara
tersebut perdamaian bukan hanya wacana. Di dalan al-Qurʻan, masyarakat yang
sejahtera dinamakan al-muflihun, yang secara harfiah berarti orang-orang yang
beruntung. Indikator masyarakat yang sejahtera (almuflihun), yaitu mereka yang
beriman kepada (al-Qurʻan) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-
kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya
akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung, (meraih kesejahteraan dunia dan akhirat) (Qs. al-
Baqarah: 4-5)6. Di sisi lain dalam kehidupan sosial ada juga hal yang menjadi titik
aturan dari semua pola kehidupan, karna sejatinya perkumpulan adalah sebuah organ
yang dimana harus ada sebuah regulasi baik secara tertulis atau secara kultural
mengatur semua itu, seperti adagium Ubi Societas ibi justicia (dimana ada
masyarakat dan kehidupan di sana ada hukum/keadilan.
Untuk menjawab permasalahan pelik di atas tentang konflik yang selalu ada
dengan di barengi oleh saudara karibnya yaitu kedamaian, atau sebaliknya
kedamaian selalu menjadi kedok politis untuk menciptakan sebuah konflik, penulis
ingin mengurai tentang betapa pentingnya pemahaman perdamaian dan konflik
dalam sebuah tatanan, sehingga di harapkan dengan adanya pengetahuan tentang
keduanya tertuai sebuah diskursus yang membuat suatu wacana bahwa damai adalah
pilihan dan konflik adalah hal harus di selesaikan.
B. PENGERTIAN PERDAMAIAN
Kata damai atau peace secara bahasa ditemukan sekitar abad ke 12. Istilah
perdamaian berasal dari kata dasar damai, secara etimologis berasal dari kata bahasa
inggris yakni “peace”. Kata peace sendiri berasal dari bahasa Anglo-Prancis yakni
“pes”, yang juga diambil dari kata bahasa Latin “pax” yang berarti persetujuan,
diam/damai dan keselarasan.7 Berdasarkan konteks ini, maka lawan dari kata peace
ialah kata conflict yang juga berasal dari kata bahasa Latin yakni conflictus yang
bermakna membentur, menolak, tidak selaras. 8 Sedangkan pengertian
peace/perdamaian secara terminologis adalah tidak adanya peperangan atau conflict,
kekerasan, sedangkan arti perang adalah konflik kekerasan secara langsung, jadi
perang terjadi ketika tidak bisa dicapainya penyelesaian konflik melalui metode
tanpa kekerasan sehinggaa memaksa pihak-pihak terlibat perselisihan tadi untuk
melakukan aksi kekerasan sebagai satu-satunya cara, dari sini bisa diperhatikan
5
Burhanuddin, dkk., Sistem Siaga Dini untuk Kerusakan Sosial (Jakarta: Litbang Depag dan PPIM, 1998), hlm. 28.
6
Asep Usman Ismail, al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial, (Tangerang: Lentera Hati, 2002), h 3
7
Lihat Merriam Webster, Merriam Webster’s Collegiate Dictionary, (United States of America: Merriam Webster
Incorporated, 2004)
8
https:// Logikailmiah. Dalam Jurnal Filsafat//Konsep Perdamaian Dalam Skala Internasional DanNasional,
diakses pada 15 Oktober 2022, pukul 00.25
bahwa konflik sendiri terbagi menjadi dua, yaitu konflik tanpa kekerasan dan konflik
dengan menggunakan kekerasan (perang).
Kata damai sering dimaknai sebagai situasi tanpa perang. Padahal, menurut
de Rivera9 dan Fell10 , kata ini dapat ditinjau dari dua sisi. Pertama adalah
perdamaian negative (negative peace). Sudut pandang ini persis dengan defenisi
sebagai situasi tanpa perang (war), pemerkosaan (rape), pembunuhan (homicide)
atau kekerasan (violence). Sudut pandang kedua adalah damai positif (positive
peace), yakni tumbuhnya kesamaan hak, harapan hidup yang panjang dan berbagai
indikator keadilan. Sebagaimana mengutip pendapat Galtung (1969), de Rivera juga
menyebut bahwa perang dan pembunuhan merupakan bentuk-bentuk kekerasan
yang bersifat langsung (direct violence) sedangkan yang kedua, seperti persamaan
hak dan keadilan, dapat menjadi kekerasaan tidak langsung (indirect violence)
apabila tidak diperjuangkan dan diwujudkan. Berpijak pada konsep ini, kemiskinan
misalnya, merupakan bentuk kekerasan tidak langsung. Dengan demikian, konsep
‘damai’ perlu didefenisikan secara menyeluruh, mulai dari keadaan tanpa perang
hingga keberlangsungan keadilan di tengah masyarakat.
Islam berasal dari kata س ِل ََم َ yang artinya selamat, bebas dan damai. Dalam
kaidah tata bahasa Arab berbunyi: ًَسالَ َم َة َ َ–َس ْل ًما
َ َ–َس ْل ًما
ِ َ–َسلَ ُم
ْ َس ِل َمَ–َي
َ yang berarti damai.
Kemudian, terdapat istilah سالَ ُمَا ْلعَلَ َِم
َّ الyang diartikan perdamaian dunia. Seperti yang
di terangkan dalam kitab
11
حاشية الشيخ عبد هللا الشهير بالشرقاوي
Di jelaskan bahwa makna islam secara bahasa adalah الخضوع واألنقياضdengan arti
merendakan diri dan mematuhi, sehingga agama islam mengajarkan apa arti
perdamaian mulai dari adanya agama islam itu sendiri. Kenapa islam tidak
menghendaki keduanya (perdamaian dan konflik) karna konflik adalah hal yang
tidak bisa di pisahkan dari damai itu sendiri, sedangkan damai adalah dambaan
terbesar untuk sebuah keamanan.
Kataََسلَّ ََم َ berarti menyerahkan, hal ini berarti melepaskan sesuatu yang di
dalamnya terdapat unsur pembebasan. Maka, dapat dipahami bahwa Islam
mengajarkan perdamaian yang di dalmnya terdapat prinsip pembebasan, baik dari
rasa takut, lapar maupun ketidakamanan. Sebagaimana dalam firman Allah, QS. Al
Quraisy/106: 4,
ٍوع َوآَ َمنَ ُه ْم ِم ْن خ َْوف ْ َا َّلذِي أ
ٍ ط َع َم ُه ْم ِم ْن ُج
Berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam hidup yang damai itu
sendiri, terbebas dari berbagai rasa ketakutan, kelaparan dan ketidakamanan. Itulah
intisari dari ajaran Islam yang terkadang banyak umatnya sering melupakan.
Nabi SAW dalam hadis mendefinisikan bahwa: سانِ ِه َويَ ِد ِه ُ َّس ِل َم الن
َ اس ِم ْن ِل َ الم ْس ِل ُم َم ْن
(seorang muslim itu ialah apabila dia menjadi sumber perdamaian bagi sesama
manusia yang lain, sehingga mereka terbebas dari kejahatan lidah dan tangannya).
Bahkan pada era milenial seperti sekarang ini, lidah juga sudah berpindah ke jari-
9
De Rivera, J. “Assesing the Peacefulness of Culture” dalam de Rivera. J. (Ed.). Handbook on Building Cultures of
Peace. USA: Springer, 2009, h. 89
10
Fell, G. “Peace” dalam Hicks, D. Education for Peace: Issues. Principles and Practice in the Classroom. London:
Routledge, 1998, h. 72
11
Kitab khasyiyah Syekh Abdulloh Asyyahir Bissyarqowi
jari tangan, pencat-pencet smartphone, namun aktivitas yang dilakukan justru
menyakiti orang lain.
12
Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, (PT Temprint: Jakarta, 1987) hlm. 34
toleransi. Peran agama yang kedua inilah yang dapat berkontribusi dalam
pencegahan perang dan konflik.13
Perdamaian merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia, karena
dengan kedamaian akan tercipta kehidupan yang sehat, nyaman dan harmonis dalam
setiap interaksi antar sesama. Dalam suasana aman dan damai, manusia akan hidup
dengan penuh ketenangan dan kegembiraan juga bisa melaksanakan kewajiban
dalam bingkai perdamaian. Oleh karena itu, kedamaian merupakan hak mutlak
setiap individu.14 Bahkan kehadiran damai dalam kehidupan setiap mahluk
merupakan tuntutan, karena dibalik ungkapan damai itu menyimpan keramahan,
kelembutan, persaudaraan dan keadilan. Dari paradigma ini, Islam diturunkan oleh
Allah SWT ke muka bumi dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus kepada
seluruh manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan bukan hanya untuk
pengikut Muhammad semata. Islam pada intinya bertujuan menciptakan perdamaian
dan keadilan bagi seluruh manusia, sesuai dengan nama agama ini: yaitu al-Islām.
Islam bukan nama dari agama tertentu, melainkan nama dari persekutuan agama
yang dibawa oleh Nabi-Nabi dan dinisbatkan kepada seluruh pengikut mereka.
Itulah misi dan tujuan diturunkannya Islam kepada manusia. Karena itu, Islam
diturunkan tidak untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam di antara
umat manusia. Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam menunjukan, bagaimana
sikap tasāmuh (toleran) dan kasih sayang kaum muslim terhadap pemeluk agama
lain, baik yang tergolong ke dalam ahl al-Kitab maupun kaum mushrik, bahkan
terhadap seluruh makhluk, Islam mendahulukan sikap kasih sayang, keharmonisan
dan kedamaian.15
Namun dari adanya keterangan di atas mana yang kiranya bisa di jadikan
landasan bahwa perdamaian yang harus di dahulukan dari pada konflik, ataupun
malah sebaliknya, dimana konflik di dahulukan kemudian barulah di sisipi
kedamaian. Beberapa konsensus menerangkan jika kajian islam ini di rujuk kepada
nabi Muhammad yang dimana nabi di turunkan untuk menjadi rahmatan lil alamin
yang terdapat pada al-qur’an surat Al-Anbiyaa’ ayat: 107
َس ْل َٰنكَ ا ََِّل َرحْ َمةً ِل ْلعَٰ َل ِميْن
َ َو َما َٰٓ اَ ْر
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi seluruh alam”
Maka seakan keadaan saat itu menuai berbagai permasalahan, baik adat,
ajaran, bahkan kepercayaan. Sehingga bisa di artikan jika konseo damai ini
bermula dari konflik, namun jika di tarik lebih panjang kebelakang dimana
sebelum adanya adam dan hawa tuhan menginginkan adanya makhluk yang
bernama manusia, sehingga di ciptakanlah manusia dengan ketentuan-ketentuan, di
antaranya adalah tidak di bolehkannya memakan buah khuldi, namun akhirnya
terjadi konflik sehingga manusia di lemparkan di dunia. Jika melihat sudut
13
Prof. Azyumardi Azra, Teaching Tolerancethrough Education in Indonesia, Reflections on the Keynote Address
and Symposium Theme of International Symposium on Educating for a Culture of Peace through Values, Virtues,
and Spirituality of Diverse Cultures, Faiths, and Civilizations, Multi-Faith Centre, Griffith University, 10-13August
2005
14
Syarifuddin Jurdi, Islam dan Ilmu Sosial Indonesia. (LABSOS UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2011) hlm 45.
15
Ibnuharun.multiply.com (diakses 16 oktober 2022, 01.10 WIB)
pandang ini pun menunjukkan bahwa yang lebih dahulu adalah perdamaian yang
kemudia di sisipi konflik. Sehingga manakah yang lebih dahulu konflik atau
perdamaian..?
16
Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 34
Persamaanderajat di antara manusia merupakan salah satu hal yang
ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu golongan dengan golongan
lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kaya, miskin, pejabat, pegawai,
perbedaan kulit, etnis dan bahasa bukanlah alasan untuk mengistimewakan
kelompok atas kelompok lainnya. Allah berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 13:
ِ َّ َارفُ َٰٓو ۟ا ۚ ِإ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعند
ٱّلل أَتْقَ َٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن َ شعُوبًا َوقَبَآَٰئِ َل ِلتَ َع ُ ََّٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلن
ُ اس ِإنَّا َخ َل ْق َٰنَ ُكم ِمن ذَك ٍَر َوأُنثَ َٰى َو َج َع ْل َٰنَ ُك ْم
ع ِليم َخبِير َ َّ
َ ٱّلل
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang persamaan antara
laki-laki dan perempuan baik dalam hal ibadah (dimensi spiritual) maupun dalam
aktivitas sosial (urusan karier profesional). Ayat tersebut juga sekaligus mengikis
tuntas pandangan yang menyatakan bahwa antara keduanya terdapat perbedaan yang
memarginalkan salah satu diantara keduanya. persamaan tersebut meliputi berbagai
hal misalnya dalam bidang ibadah. Siapa yang rajin ibadah, maka akan mendapat
pahala lebih banyak tanpa melihat jenis kelaminnya. Perbedaan kemudian ada
disebabkan kualitas nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah swt. Ayat ini
juga mempertegas misi pokok al-Qurʻan diturunkan adalah untuk membebaskan
manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk diskriminasi
seksual, warna kulit, etnis dan ikatan-ikatan primordial lainnya. Namun demikian
sekalipun secara teoritis al-Qurʻan mengandung prinsip kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan, namun ternyata dalam tatanan implementasi seringkali prinsip-
prinsip tersebut terabaikan.17
17
Sarif Suhra, “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Qur’an dan Implementasinya terhadap Hukum Islam”, Jurnal
al-Ulum: Volume. 13, Nomor. 2, Desember 2013.
"Dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan
kepadanya azab yang besar" (QS. A-Furqaan:19).
Di samping itu Rasulullah bersabda:
“Wahai umatku sesungguhnya telah aku haramkan bagi diriku perbuatan
dzalim dan aku juga mengharamkannya diantara kalian maka janganlah berbuat
dzalim”.
Kedzaliman adalah sumber petaka yang dapat merusak stabilitas perdamaian
dunia. Maka selayaknya setiap insan sadar bahwa kedzaliman adalah biang
kemunduran. Dengan demikian jika menghendaki kehidupan yang damai maka
tindakan kedzaliman harus dijauhi.
F. PEMBAHASAN
Melihat dari kajian teori dia atas, penulis berusaha mengamati dan menelaah
bahwasannya ketika membicarakan dahuan mana antara perdamaian dan konflik..?,
penulis menemukan beberapa kesimpulan yang menarik, misal Imanuel Khant denga
teori transendental-nya, yakni menyatukan antara perdebatan berabat antara hakikat
ilmu berasa dari empirisme atau rasionalisme, khant menjelaskan bahwa dua-duanya
tidak bisa di pisahkan satu sama lain, bahkan tidak saling mendahului, harus bisa
berjalan beriringan.
Dari sini penulis juga menemukan hal serupa, jadi antara perdamaian dan
konflik itu selalu berjalan beriringan tidak ada yang di tinggalkan atau bahkan
mendahului, namun harus di lihat dari batas sudut pandang orang yang mengartikan
sebuah masalah dan konflik ini, jika menyimpulkan konflik terlebih dahulu maka
hal selanjutnya yang mengiringi adalah perdamaian, atau sebaliknya jika yang
mendahului penyimpulan perdamaian dulu maka konflik akan membuntuti di
kemudia.
Namun dalam sudut pandang ini penulis tidak membenarkan jika konflik yang
mendahului atau perdamaian yang mendahului, karna penulis beranggapan dimana
di tetapkan sebuah perdamaian maka di situ di mulailah konflik, juga sebaliknya jika
konflik itu di tetapkan maka di situ juga solusi perdamaian mualai tertuai. Maka dari
itu dua hal ini adalah sebuah keniscayaan untuk saling beriringan dalam sebuah
kehidupan, seperti adagium Min Lawazimil Hayah (sebuah keniscayaan hidup).
G. KESIMPULAN
Dari beberapa kajian di atas, dapat di simpulkan bahwa konflik dan perdmamaian
adalah dua hal yang beriringan dan tidak bisa di pisahkan, namun penikapan ini
harus di landasi dengan pemilihan mana yang baik dan mana yang sebaliknya, karna
tidak mungkin seseorang memilih keburukan yang kita artikan konflik dengan
mengesampingkan kebaikan yang kita artikan perdamaian.
Heman penulis memang dua hal ini (perdamaian dan konflik) tidak bisa kita
pisahkan, namun kita masih dapat memilih kebaikan yang kita artikan perdamaian,
dan menaruh keburukan yang kita artikan konflik
DAFTAR PUSTAKA
https://islamiccenter.uad.ac.id/islam-dan-perdamaian/. di akses pada 14
Oktober 2022
Nur Jamaluddin Muhammad. “wujud islam rahmatan lil alamin dalam
kehidupan berbangsa di indonesia, jurnal Hukum dan Kemanusiaan”. Adliya:
Jurnal Hukum dan Kemanusiaan, Vol. 14, No. 2, 2020
https://tafsirweb.com/1217-surat-ali-imran-ayat-85.html. Di akses pada 16
Oktober 2022
Sarif Suhra, “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Qur’an dan
Implementasinya terhadap Hukum Islam”, Jurnal al-Ulum: Volume. 13, Nomor. 2,
Desember 2013.
https://tafsirweb.com/829-surat-al-baqarah-ayat-208.html. Di akses pada 16
Oktober 2022
Mahmuda Husnatul, “Etika Islam Untuk Perdamaian Prespektif Fikih”,
Volume IX Nomer 2 Juli-Desember 2016
https://www.merdeka.com/quran/al-anbiya/ayat-107. Di akses pada 16
Oktober 2022
Hidayat Nur, “Nilai-Nilai Ajaran Islam Tentang Perdamaian (kajian antara
Teori dan Praktek)”, Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Volume 17, Nomor 1,
2017|Page: 15-24
https://tafsirweb.com/683-surat-al-baqarah-ayat-181.html. Di akses pada 16
Oktober 2022
Mahmuda Husnatul, “Etika Islam Untuk Perdamaian Prespektif Fikih”,
Volume IX Nomer 2 Juli-Desember 2016
Tiga Prinsip Perdamaian Dalam Islam | Islam Kaffah. Diakses pada 16
Oktober 2022
Hadi Winata Alfred, “Konsep Perdamaian Dalam Islam Sayyid Quthb”,
Skripsi, 2021
Tono Taufiq Thiyas, “Kontribusi Filsafat Perdamaian Eric Weil Bagi
Resolusi Konflik Dalam Bingkai Masyarakat Majemuk”, Living Islam: Journal of
Islamic Discourses, Vol.4, No.1 (Juni 2021), hlm. 77-93,
doi:10.14421/lijid.v4i1.2780
Sarif Suhra, “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Qur’an dan
Implementasinya terhadap Hukum Islam”, Jurnal al-Ulum: Volume. 13, Nomor. 2,
Desember 2013.
Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 34
Ibnuharun.multiply.com (diakses 16 oktober 2022, 01.10 WIB)
Syarifuddin Jurdi, Islam dan Ilmu Sosial Indonesia. (LABSOS UIN Sunan
Kalijaga: Yogyakarta, 2011) hlm 45.
Prof. Azyumardi Azra, Teaching Tolerancethrough Education in Indonesia,
Reflections on the Keynote Address and Symposium Theme of International
Symposium on Educating for a Culture of Peace through Values, Virtues, and
Spirituality of Diverse Cultures, Faiths, and Civilizations, Multi-Faith Centre,
Griffith University, 10-13August 2005
Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, (PT Temprint: Jakarta, 1987)
hlm. 34
Kitab khasyiyah Syekh Abdulloh Asyyahir Bissyarqowi
Lihat Merriam Webster, Merriam Webster’s Collegiate Dictionary, (United
States of America: Merriam Webster Incorporated, 2004)
https:// Logikailmiah. Dalam Jurnal Filsafat//Konsep Perdamaian Dalam
Skala Internasional Dan Nasional, diakses pada 15 Oktober 2022, pukul 00.25
De Rivera, J. “Assesing the Peacefulness of Culture” dalam de Rivera. J.
(Ed.). Handbook on Building Cultures of Peace. USA: Springer, 2009, h. 89
Fell, G. “Peace” dalam Hicks, D. Education for Peace: Issues. Principles and
Practice in the Classroom. London: Routledge, 1998, h. 72
ainun Naim, Teologi Kerukunan, Mencari Titik Temu dalam Keragaman,
(Yogyakarta: Teras, 2011), 37
Burhanuddin, dkk., Sistem Siaga Dini untuk Kerusakan Sosial (Jakarta:
Litbang Depag dan PPIM, 1998), hlm. 28.
Asep Usman Ismail, al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial, (Tangerang:
Lentera Hati, 2002), h 3
Thiyas Tono Taufiq, “Kontribusi Filsafat Perdamaian Eric Well bagi
resolusi Konflik Dalam Bingkai Masyarakat Majemuk”, dalam Living Islam:
Journal of Islamic Discourses.
M. Amin Abdullah, “Peran Pemimpin Politik dan Agama dalam Mengurai
dan Resolusi Konflik dan Kekerasan,” dalam Alim Roswantoro dan Abdul
Mustaqim (ed.), Antologi Isu-Isu Global dalam Kajian Agama dan Filsafat,
(Yogyakarta: Prodi Agama dan Filsafat Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan
Penerbit Idea Press, 2010), hlm. 1.
Ensiklopedi Holocausy. Perang Dunia I (Artikel Ringkas),
https://encyclopedia.ushmm.org, diakses pada 14 Oktober 2022 pukul 16.30